TUGAS KELOMPOK 2
Disusun oleh :
1. DESI JUITA SARI
2. FINDA SAHMAULI P
4. RISKA RUSTAM
Alhamdulillah hirabbil alamin penulis ucapkan karena atas berkat rahmat Allah SWT
serta karunia-Nya yang tak terhingga, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
Asuhan kegawatdaruratan pada kehamilan trimester II dan III ” ini tepat pada waktunya
.Penyusunan karya ilmiah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
KGD. Kami menyadari akan keterbatasan kemampuan kami, maka dari itu penulis
mengharapakan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak, sehingga penulis dapat
menghasilkan karya yang lebih baik di masa yang akan datang. Penulis berharap makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya dan semua pembaca pada umumnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang.......................................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah..................................................................................................... 3
1.3.Tujuan....................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Eklampsia........................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kegawatdaruratan obstetri dan neonatal merupakan suatu kondisi yang dapat mengancam
jiwa seseorang, hal ini dapat terjadi selama kehamilan, ketika kelahiran bahkan saat hamil.
Sangat banyak sekali penyakit serta gangguan selama kehamilan yang bisa mengancam
keselamatan ibu maupun bayi yang akan dilahirkan. Kegawatan tersebut harus segera ditangani,
karena jika lambat dalam menangani akan menyebabkan kematian pada ibu dan bayi baru lahir
(Walyani & Purwoastuti, 2015).
Kegawatdaruratan adalah mencakup diagnosis dan tindakan terhadap semua pasien yang
memerlukan perawatan yang tidak direncanakan dan mendadak atau terhadap pasien dengan
penyakit atau cidera akut untuk menekan angka kesakitan dan kematian pasien. Obstetri adalah
cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan persalinan, hal-hal yang mendahuluinya dan
gejala-gejala sisanya . membahas tentang fenomena dan penatalaksanaan kehamilian, persalinan,
peurperium baik dalam keadaan normal maupun abnormal.
Pendarahan obsterti yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang terjadi setelah
anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah pendarahan yang berat, dan jika tidak mendapat
penanganan yang cepat dapat mendatangkan syok yang fatal. Sampai sekarang pendarahan
dalam obstetric masih memegang peran penting sebagai penyebab utama kematian maternal,
sekalipun di negara maju, terutama pada kelompok social ekonomi rendah. (Sarwono, 2012).
Komplikasi yang terjadi pada kehamilan trimester III dalam hal ini pendarahan pada
kehamilan lanjut, masih merupakan penyebab kematian ibu yang utama. Oleh karena itu, sangat
penting bagi bidan mengenali tanda dan komplikasi yang terjadi pada penderita agar dapat segera
melakukan penanganan yang tepat.
1
Dalam menentukan kondisi kasus obstetric yang dihadapi apakah dalam keadaan
gawatdarurat atau tidak, harus dilakukan pemeriksaan secara sistematis meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan obsterik.Dalam prakteknya, pemeriksaan sisitematis yang
lengkap membutuhkan waktu yang lama, padahal penilaian harus dilakukan secara cepat, maka
dilakukanlah penilian awal. Penilaian awal ialah langkah pertama untuk menentukan dengan
cepat kasus obstetri yang membutuhkan pertolongan segera dengan mengindentifikasi penyulit (
komplikasi ) yang dihadapi.
Kegawatdaruratan maternal dalam masa kehamilan sangat erat hubungannya dengan
kesejahteraan bayi serta mengancam keselamatan ibu. Masalah yang terjadi pada wanita hamil,
pada dasarnya dapat dicegah dengan pemberian asuhan yang tepat dengan kehamilannya. Namun
demikian ada hal yang tidak dapat diprediksikan yang dapat mengancam ibu saat kehamilan
berupa perdarahan. Dalam kasus kegawatdaruratan pada masa kehamilan lanjut dapat terjadi
masalah yang merupakan tanda dan bahaya yang harus diwaspadai oleh wanita hamil. Kondisi
yang dapat menimbulkan tanda bahaya dapat berupa peningkatan tekanan darah, perdarahan,
adanya persalinan yang tidak sesuai dengan usia kehamilan ataupun adanya perubahan
pembesaran perut yang berlebihan. Oleh karena itu, pada kegawatdaruratan memerlukan
kerjasama dengan ibu serta keluarga dan pengamatan yang cermat terhadap semua perubahan
yang terjadi pada ibu hamil. Untuk lebih rinci tentang perubahan pada kehamilan yang
menimbulkan tanda bahaya serta memberikan konstribusi tinggi terjadinya kematian ibu (AKI).
Kegawatdaruratan maternal dalam masa kehamilan sangat erat hubungannya dengan
kesejahteraan bayi serta mengancam keselamatan ibu. Masalah yang terjadi pada wanita hamil,
pada dasarnya dapat dicegah dengan pemberian asuhan yang tepat dengan kehamilannya. Namun
demikian ada hal yang tidak dapat diprediksikan yang dapat mengancam ibu saat kehamilan
berupa perdarahan. Dalam kasus kegawatdaruratan pada masa kehamilan lanjut dapat terjadi
masalah yang merupakan tanda dan bahaya yang harus diwaspadai oleh wanita hamil. Kondisi
yang dapat menimbulkan tanda bahaya dapat berupa peningkatan tekanan darah, perdarahan,
adanya persalinan yang tidak sesuai dengan usia kehamilan ataupun adanya perubahan
pembesaran perut yang berlebihan. Oleh karena itu, pada kegawatdaruratan memerlukan
kerjasama dengan ibu serta keluarga dan pengamatan yang cermat terhadap semua perubahan
yang terjadi pada ibu hamil. Untuk lebih rinci tentang perubahan pada kehamilan yang
menimbulkan tanda bahaya serta memberikan konstribusi tinggi terjadinya kematian ibu (AKI).
2
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara menjelaskan pengertian, klasifikasi dan penatalaksanaan Pre eklamsi?
2. Bagaimana cara menjelaskan pengertian, klasifikasi dan penatalaksanaan Eklamsi?
3. Bagaimana cara menjelaskan pengertian, klasifikasi dan penatalaksanaan Plasenta Previa?
4. Bagaimana cara menjelaskan pengertian, klasifikasi dan penatalaksanaan Solusio Plasenta?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Tanda/gejala tambahan: Tanda gejala tambahan lainnya dapat berupa keluhan subyektif
berupa nyeri kepala, nyeri uluhati, dan mata kabur. Ditemukannya proteinuria ≥ 3 gram,
jumlah produksi urine ≤ 500 cc/24 jam (oliguria), terdapat peningkatan kadar asam urat
darah, peningkatan kadar BUN dan kreatinin serum serta terjadinya sindroma HELLP
yang ditandai dengan terjadinya hemolisis ditandai dengan adanya icterus, hitung
trombosit ≤ 100.000, serta peningkatan SGOT dan SGPT.
Diagnosis Preeklamsia super impos ditegakkan apabila protein awitan baru ≥ 300 mg/ 24
jam pada ibu penderita darah tinggi tetapi tidak terdapat protein uria pada usia kehamilan
sebelum 20 minggu.
Diagnosis hipertensi kronis ditegakkan apabila hipertensi telah ada sebelum kehamilan
atau yang didiagnosis sebelum usia kehamilan 20 minggu, atau hipertensi pertama kali
didiagnosis setelah usia kehamilan 20 minggu dan terus bertahan setelah 12 minggu
pasca persalinan.
C. PENATALAKSANAAN
Penanganan preeklamsia berat (PEB) dan eklamsia pada dasarnya sama, kecuali
persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada eklamsia. Pada kasus
PEB harus ditangani secara aktif, dan penanganan dilaksanakan di rumah sakit rujukan :
1. .Antikonvulsan Magnesium sulfat (MgSO4) merupakan obat pilihan untuk mencegah
dan mengatasi kejang pada preeklamsia berat dan eklamsia.
Sebelum pemberian MgSO4, periksalah :
Frekuensi pernafasan minimal 16 kali/menit
Reflek patella (+)
Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir Berhentikan pemberian MgSO4, jika :
1. Frekuensi pernafasan < 16/menit
2. Reflek patella (-)
3. Urin < 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir Siapkan antidotum
4. Jika terjadi henti nafas, lakukan ventilasi (masker dan balon, ventilator), beri
kalsium glukonat 1 g (20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai
pernafasan mulai lagi
5
2. Penanganan Umum
Jika tekanan diastolic tetap lebih 110 mmHg, berikan obat antihipertensi sampai tekanan
diastolic diantara 90-100 mmHg
Pasang infus dengan jarum besar (16 G atau lebih)
Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overdosis cairan
Kateterisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan proteinurine
Jika jumlah urin kurang dari 30 ml per jam
Hentikan magnesium sulfat (MgSO4) dan berikan cairan IV (NaCL 0,9% atau
Ringer Laktat) pada kecepatan 1 liter per 8 jam
Pantau kemungkinan edema paru
Jangan tinggalkan pasien sendirian bila pasien kejang disertai aspirasi muntah dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin
Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut janin setiap jam
Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru
Hentikan pemberian cairan IV dan berikan diuretic misalnya furosemide 40 mg I.V.
sekali saja bila ada edema paru
Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan sederhana.
Bila pembekuan terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopat.
2.2 EKLAMSIA
A.DEFENISI
Eklamsia merupakan suatu penyakit hipertensi yang akut dengan kejang dan koma pada
wanita hamil dengan diawali gejala preeklamsia dan selanjutnya disertai dengan kegelisahan dan
hiperrefleksi yang mendahului serangan kejang.
B.KLASIFIKASI KEJANG
6
4. Tingkat koma,terjadi setelah kejang klonis dan terjadi beberapa menit sampai berjam –
jam ,bila pasien sadar akan amnesia retrograd.
C.PENATALAKSANAAN EKLAMSIA
1. Antikonvulsan Magnesium sulfat (MgSO4) merupakan obat pilihan untuk mencegah dan
mengatasi kejang pada preeklamsia berat dan eklamsia.
Sebelum pemberian MgSO4, periksalah :
Frekuensi pernafasan minimal 16 kali/menit
Reflek patella (+)
Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir.
Berhentikan pemberian MgSO4, jika :
Frekuensi pernafasan < 16/menit
Reflek patella (-)
Urin < 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir Siapkan antidotum
Jika terjadi henti nafas, lakukan ventilasi (masker dan balon, ventilator), beri
kalsium glukonat 1 g (20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai
pernafasan mulai lagi.
2. Penanganan Umum
a) Jika tekanan diastolic tetap lebih 110 mmHg, berikan obat antihipertensi sampai
b) Pasang infus dengan jarum besar (16 G atau lebih)
c) Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overdosis cairan
d) Kateterisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan proteinurine
e) Jika jumlah urin kurang dari 30 ml per jam
- Hentikan magnesium sulfat (MgSO4) dan berikan cairan IV (NaCL 0,9% atau
Ringer Laktat) pada kecepatan 1 liter per 8 jam
f) Pantau kemungkinan edema paru
g) Jangan tinggalkan pasien sendirian bila pasien kejang disertai aspirasi muntah
dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin
h) Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut janin setiap jam
i) Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru
7
j) Hentikan pemberian cairan IV dan berikan diuretic misalnya furosemide 40 mg
I.V. sekali saja bila ada edema paru
k) Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan sederhana.
Bila pembekuan terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati
Plasenta previa ialah suatu kehamilan dimana plasenta berimplantasi abnormal pada segmen
bawah rahim (SBR), menutupi ataupun tidak menutupi ostium uteri internum (OUI), sedangkan
kehamilan itu sudah viable atau mampu hidup di luar rahim (usia kehamilan >20mg dan atau
berat janin >500gr).
8
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi Plasenta previa yaitu:
1. Plasenta Previa totalis, apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan Plasenta
2. Previa Parsialis, apabila sebahagian pembukaan tertutup oleh jaringan Plasenta
3. Plasenta Previa Marginalis, apabila pinggir Plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan.
4. Plasenta Letak Rendah, Plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus
tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir
Perdarahan yang berwarna merah segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala
utama dari plasenta previa.
C. PENATALAKSANAAN
Usia kehamilan <38 minggu.
1. Berikan pematangan paru deksametason injeksi 12mg 3x berselang 8 jam atau Oradekson
5mg 2x selang 8 jam, atau deksametason 24mg single dose.
2. Berikan obat tokolitik (papaverin, terbutalin, atauisoksuprina).
3. Prinsipnya kehamilan dipertahan kandulu, kecuali jika perdarahan ulang dilakukan
terminasi (SC).
4. Plasenta previa lateralis dan plasenta letak rendah masih dimungkinkan dilahirkan per
vaginam, dimana terminasi diawali dengan amniotomi (pemecahan selaput ketuban) dan
dilanjutkan dengan pemacuan (oksitosin). Bila perdarahan tetap berlangsung juga, lakukan
SC.
Dilakukan SC, kecuali untuk plasenta previa lateralis dan plasenta letak rendah dilakukan
langkah di atas, bila tetap perdarahan dilakukan SC.
9
Cara persalinan :
Ada 2 jenis persalinan untuk plasenta previa,yaitu persalina pervaginam dan persalinan
perabdominal, pada persalina pervaginam dapat dilakukan dengan langkah:
Amniotomi, dengan indikasi : plasenta previa lateralis atau marginalis (letak rendah),bila telah
ada pembukaan 4 cm ;
Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau marginalis (letak rendah ) dengan
pembukaan 4 cm atau lebih.
Pada multigravida dengan plasenta prvia marginalis (letak rendah),plaenta previa lateralis
atau marginalis pada pembukaan lebih dari 5 cm
Pada plasenta previa lateralis atau marginalis dengan janin sudah meninggal
10
B. KLASIFIKASI
Kelas Gejala
11
Gawat janin
C. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Medik
Penanganan solusio plasenta didasarkan kepada berat atau ringannya gejala klinis, yaitu:
12
(perdarahan berhenti,kontraksi uterus tidak ada dan janin hidup) menganjurkan ibu melakukan
pemeriksaan USG dan KTG lalu tunggu persalinan spontan; bila ada perburukan (perdarahan
berlangsung terus-menerus dan uterus berkontraksi ini dapat mengancam ibu dan janin). Maka
kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin hidup, lakukan seksio sesaria, bila janin mati lakukan
amniotomi disusul infus oksitosin untuk mempercepat persalinan.
Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan telah terjadi
sekurang-kurangnya 1000 ml. Maka transfusi darah harus segera diberikan. Amniotomi akan
merangsang persalinan dan mengurangi tekanan intrauterin.
Persalinan diharapkan terjadi dalam 6 jam sejak berlangsungnya solusio plasenta. Tetapi
jika itu tidak memungkinkan, walaupun sudah dilakukan amniotomi dan infus oksitosin, maka
satu-satunya cara melakukan persalinan adalah seksio sesaria.
Uterus Couvelaire tidak merupakan indikasi histerektomi. Akan tetapi, jika perdarahan
tidak dapat dikendalikan setelah dilakukan seksio sesaria, tindakan histerektomi perlu dilakukan.
13
2.Terapi Bedah
14
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pendarahan kehamilan lanjut adalah pendarahan pada trimester akhir kehamilan. Pada
trimester akhir kehamilan sebab-sebab utama pendarahan adalah plasenta previa, solution
plasenta dan rupture uteri. Selain oleh sebab-sebab tersebut juga dapat ditimbulkan oleh luka-
luka pada jalan lahir karena trauma, koitus, atau varises yang pecah, dan oleh kelainan serviks
seperti karsinoma, erosi atau polip. Komplikasi tersebut yang menyebabkan pendarahan pada
kehamilan lanjut, merupakan penyebab kematian ibu yang utama. Oleh karena itu, sangat
penting bagi bidan mengenali tanda dan komplikasi yang terjadi pada penderita agar dapat segera
Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi
perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan (abortus, mola hidatidosa, kista vasikuler,
kehamilan ekstrauteri/ ektopik) dan perdarahan pada minggu akhir kehamilan dan mendekati
cukup bulan (plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per vagina
setelah seksio sesarea, retensio plasentae/ plasenta inkomplet), perdarahan pasca persalinan,
15
3.2 SARAN
Diharapkan agar klien dapat meningkatkan pengetahuan tentang pendarahan pada kehamilan
lanjut, sehingga klien dapat mengantisipasi dan tetap waspada akan komplikasi tersebut.
2. Bagi Mahasiswa
dapat membedakan tanda dan gejala kasus-kasus tersebut, serta mampu melakukan penanganan
yang tepat dan memberikan pelayanan sesuai dengan standar asuhan kebidanan yang menyeluruh
untuk mahasiswa dalam melakukan praktek belajar lapangan, khususnya dalam asuhan
16
DAFTAR PUSTAKA
—Ed 1,Cet 5 — Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2009 xxiv, 608
halm: ilus ; 24 cm
—Ed. 1, Cet 7— Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2004 xxiv, 346
halm : ilus ; 24 cm
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-conte
http://herlinalope.blogspot.com/2015/09/buku-ajar-asuhan-kebidanan.html?m=1
https://ruangkebidanan.wordpress.com/2015/12/16/makalah-asuhan-kegawatdaruratan-
maternal-neonatal-tentang-asuhan-kegawatdaruratan-pada-kehamilan-lanjut-plasenta-previasolusio-
plasenta-dan-ruptur-uteri/
https://ruangkebidanan.wordpress.com/2015/12/16/makalah-asuhan-kegawatdaruratan-
maternal-neonatal-tentang-asuhan-kegawatdaruratan-pada-kehamilan-lanjut-plasenta-previasolusio-
plasenta-dan-ruptur-uteri/
https://www.google.com/search?q=makalah+kedaruratan+kehamilan+yrester+2+dan+3+plasen
ta+previa&oq=makalah+kedaruratan+kehamilan+yrester+2+dan+3+plasenta+previa&aqs=chrome..69i5
7.50097j0j9&client=ms-android-vivo&sourceid=chrome-mobile&ie=UTF-8
https://www.popmama.com/pregnancy/third-trimester/winda-carmelita/waspada-solusio-
plasenta-lepasnya-plasenta-sebelum-kelahiran
https://www.sehatq.com/penyakit/solusio-plasenta
https://yennyratnasari.wordpress.com/2014/04/18/makalah-tanda-bahaya-kehamilan-
trimester-1-2-dan-3/