Anda di halaman 1dari 5

SOSIOLOGI HUKUM DAN

HUKUM ADAT”
Mei 14, 2012 by adiprasetyawan1987

1. Perspektif antropologi hukum

Antropologi Hukum

1. Pengertian

yakni suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari pola-pola sengketa dan
penyelesaiaannya pada masyarakat-masyarakat sederhana, maupun masyarakat-masyarakat
yang sedang mengalami proses modernisasi[1] atau suatu ilmu yang mempelajari kenyataan
sosial yang berhubungan dengan budaya hukum suatu masyarakat (perwujudan nilai-nilai
budaya hukum).

1. Sifat Antropologi Hukum

Teoritis – Empiris.

1. Metode Antropologi Hukum

Induktif – Logis.

1. Tujuan

Keluasan wawasan hukum bagi seorang Sarjana Hukum.

1. Proses

Pertama-tama temukan dulu faktanya (Social facts), kemudian dipilah-pilah mana yang
merupakan budaya hukum,  lalu dibuat konstruksi hukumnya dan terakhir dianalisis untuk
ditemukan maknanya yang mempunyai ciri-ciri khusus, sebagai penjabaran dari jalinan nilai
budaya hukum.

Bagaimana antropologi hukum berbicara, selama ini antropologi hanya diidentikan sebagai
disiplin ilmu budaya yang hanya mempelajari etnisitas diberbagai belahan dunia. Mata
masyarakat kurang melihat fungsionalitas antropologi sebagi ilmu yang bermanfaat bagi
kehidupan sosial. Hal ini bukan sepenuhnya kesalahan masyarakat. Namun lebih bijaknya, ini
menjadi sebuah otokritik bagi para antriooplog dan disiplin ilmu antropologi untuk lebih
menginformasikan ke masayarakat terkait dengan fungsionalitasnya dalam kehidupan sosial.

Terkait dengan fungsi disiplin ilmu antropologi sendiri, menjadi hal unik untuk dikaji tentang
sudut pandang antropologi yang membedakannya dengan antropologi hukum. Pada suatu
perbandingan, jika antropologi hukum lebih menitikberatkan suatu budaya hukum yang
berkaitan atau mempengaruhi masalah hukum (aspek yang melatar belakangi hukum dan
penyelesaiaan hukum). Pada sudut pandang yang berbeda, antropologi memandang suatu
fenoma sosial yang terjadi dimasyarakat dengan mengakitkan pada nilai, norma, adat, tradisi,
dan budaya yang berada dikehidupan masyarakat tersebut. Antropologi menempatkan
fungsinya sebagai disiplin ilmu yang memakai perspektif budaya (mengedepankan nilai-nilai
budaya) dalam penyelesaian masalah kehidupan sosial manusia.

Pada kehidupan hukum, antropologi memberikan suattu alternatif hukum adat, yang
disandarkan pada kearifan lokal yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu. Pada bidang hukum,
antropologi banyak memberikan catatan-catan penting tentang bagaimana hukum adat yang
selama ini mejadi faktor tak tertulis yang justru pada daerah tertentu menjadi hukum yang
masih lebih dominan dipakai daripada hukum konvensional. Kehidupan ocial sendiri tak
luput dari sasaran gungangan stabilitas pertahanan nasional. Isu SARA adalah isu yang paling
mudah mengganggu stabilitas keamanan nasional oleh karena rawan konflik. Antropologi
sendiri menfasilitasi dialog-dialog multikulutral yang mendorong terciptanya pluralitas
dimasyarakat bertujuan untuk tetap menjaga stabilitas keamanan didalam masayarakat
(integrasi ocial yang berujung pada integrasi nasional). Bidang pertahanan dan keamanan
ocial sebenarnya membutuhkan antropologi sebagai sumber informasi yang terkait dengan
pengenalan karakter masyarakat dan kebudayaannya dalam rangka menjaga keutuhan NKRI
yang terus diusahakan oleh seluruh masyarakat.

Oleh karena pentingnya peran antropologi khusunya antropologi hokum dalam kehidupan
yang belum terlihat oleh masyarakat secara utuh serta belum dimaksimalkan oleh para
antropolog untuk memegang peranan dalam kehidupan ocial, maka disini perlu di galakkan
kembali sosialisasi tentang bidang ilmu antropologi hokum kepada masyarakat luas. Tulisan-
tulisan yang produktif tentang gejala ocial yang terjadi di masyarakat akan menunjang proses
sosialisasi disiplin ilmu tersebut. Dengan tidak membatasi diri kepada etnografi semata dan
membuka pembahasan tentang bidang ilmu yang berada di masyarakat dan gejala ocial yang
ada di dalamnya dengan perspektif budaya, antropologi akan dengan cepat menemukan
perannya dalam kehidupan ocial. Tulisan adalah media yang paling efektif yang dapat
mempengaruhi masyarakat, dan hal tersbut tentunya telah menjadi skill khusus para
antropolog.

Sehingga dalam kajian antropologi hokum terdapat relevansi anatar hokum dan
perkembangan masyarakat dan lingkungan social sekitarnya, yang demikian pesat dimana
hokum tumbuh dan berkembang sendiri didalamnya.

1. 2.      Sosiologi Hukum


1. Pengertian

Suatu ilmu pengetahuan yang secara teoritis-analitis dan empiris menyoroti/meneliti


pengaruh hubungan timbal balik antara hukum sebagai gejala sosial dengan gejala sosial
lainnya.

Dengan kata lain mempelajari kenyataan hukum yang berhubungan dengan struktur dan
proses sosial.[2]

1. Sifat Sosiologis Hukum

Teoritis – Empiris.

1. Metode Sosiologi Hukum


Induktif – Logis.

1. Tujuan Keluasan wawasan hukum bagi seorang Sarjana Hukum.


2. Proses

Pertama-tama  temukan dulu faktanya (social facts) kemudian dipilah-pilah mana yang
merupakan kenyataan hukum lalu dibuat konstruksi hukumnya dan selanjutnya dianalisis
dengan perundang-undangan/kaedah hukumnya, terakhir disimpulkan apakah sesuai atau
tidak dengan perundang-undangan/kaedah hukumnya (efektivitas hukum/kepatuhan hukum).

Pandangan Aliran Sosiologi Terhadap Hukum

            Aliran ini dipelopori oleh Hammaker, Eugen Erlich dan Max Weber. Menurut aliran
sosiologi, hukum merupakan hasil interaksi sosial dalam masyarakat. Hukum adalah gejala
masyarakat, karenanya perkembangan hukum (timbulnya, berubahnya dan lenyapnya) sesuai
dengan perkembangan masyarakat. Perkambangan hukum merupakan kaca dari
perkembangan masyarakat.

            Oleh sebab itu menurut aliran sosiologis, hukum bukanlah norma-norma atau
peraturan-peraturan yang memaksa orang berkelakuan menurut tata tertib yang ada dalam
masyarakat, tetapi kebiasaan-kebiasaan orang dalam pergaulannya dengan orang lain, yang
menjelma dalam perbuatan atau perilakunya dimasyarakat. Hammaker, yang meletakkan
dasar sosiologi hukum di Belanda menyatakan, hukum itu bukan suatu himpunan norma-
norma, bukan himpunan peraturan-peraturan yang memaksa orang berkelakuan menurut tata
tertib masyarakat, tetapi suatu himpunan peraturan-peraturan yang menunjuk ‘kebiasaan’
orang dalam pergaulannya dengan orang lain didalam masyarakat itu.

            Menurut Soekanto, aliran Sosiological Jurispridence yang dipelopori oleh Eugen
Erlich (1826-1922) yang berasal dari Asutria, bukunya yang terkenal “Fundamental
Principle of The Sociology of Law”. Erlich mengatakan bahwa ajarannya adalah berpokok
pada perbedaan antara hukum positif (kaidah-kaidah hukum) dengan hukum yang hidup di
masyarakat. Erlich juga mengatakan bahwa pusat perkembangan dari hukum bukanlah
terletak pada badan-badan legislatif, keputusan-keputusan badan yudikatif atau ilmu hukum,
tetapi senyatanya adalah justru terletak didalam masyarakat itu sendiri. Kemudian dalam hal
tata tertib di masyarakat dilaksanakan pada peraturan-peraturan yang dipaksakan oleh negara.

            Tokoh penting lainnya ialah Roscoe Pound (1870-1964), yang berasal dari Amerika
mengemukakan bahwa hukum itu harus dilihat atau dipandang sebagai suatu lembaga
kemasyarakatan yang berfungsi dalam rangka memenuhi akan kebutuhan sosial, serta tugas
ilmu hukumlah untuk mengembangkan suatu kerangka kebutuhan-kebutuhan sosial dapat
terpenuhi secara maksimal.

            Pound juga membedakan dalam mempelajari hukum, ada hukum sebagai suatu proses
yang hidup dimasyarakat (law in action) dan ada hukum yang tertulis (law in the books).
Ajaran pound ini bukanlah satu atau sebagian hukum saja tetapi semua bidang hukum baik
subtantif maupun ajektif. Sehingga hukum tersebut apakah sudah sesuai dengan yang
senyatanya. Malah Pound menambahkan kajian sosiologi hukum itu sampai kepada putusan
dan pelaksanaan pengadilan, serta antara isi suatu peraturan dengan efek-efek nyatanya.
            Leon Duguity terkenal dengan konsepsi ‘Solidaritas Sosial’  menyatakan bahwa
berlakunya hukum itu sebagai suatu realita, ia diperlukan oleh manusia yang hidup bersama
dalam masyarakat. Hukum tidak tergantung pada kehendak penguasa, tetapi bergantung
kepada kenyataan sosial. Berlakunya hukum berdasarkan solidaritas dari para anggota
masyarakat untuk menaatinya. Suatu peraturan adalah hukum apabila mendapat dukungan
dari masyarakat secara efektif. Menurut Duguity, pembentuk undang-undang tidak
menciptakan hukum, tetapi hanya mentransformasikan saja hukum yang hidup dalam
masyarakat menjadi suatu bentuk yang bersifat teknis yuridis.

1. 3.      Hukum adat

Istilah “Hukum Adat” dikemukakan pertama kalinya oleh Prof.Dr. CristianSnouck


Hurgronye dalam bukunya yang berjudul “De Acheers” (orang-orangAceh), yang kemudian
diikuti oleh Prof.Mr.Cornelis van Vollen Hoven dalambukunya yang berjudul “Het Adat
Recht van Nederland Indie”.Dengan adanya istilah ini, maka Pemerintah Kolonial Belanda
pada akhirtahun 1929 melalui menggunakan secara resmi dalam peraturan perundang-
undangan Belanda

Istilah hukum adat sebenarnya tidak dikenal didalam masyarakat, danmasyarakat hanya
mengenal kata “adat” atau kebiasaan.Adat Recht yang diterjemahkan menjadi Hukum Adat
dapatkah dialihkanmenjadi Hukum Kebiasaan.Van Dijk tidak menyetujui istilah hukum
kebiasaan sebagai terjemahan dariadat recht untuk menggantikan hukum adata dengan
alasan :“ Tidaklah tepat menerjemahkan adat recht menjadi hukum kebiasaan
untuk menggantikan hukum adat, karena yang dimaksud dengan hukum kebiasaanadalah
kompleks peraturan hukum yang timbul karena kebiasaan, artinyakarena telah demikian
lamanya orang biasa bertingkah laku menurut suatucara tertentu sehingga timbulah suatu
peraturan kelakuan yang diterima dan juga diinginkan oleh masyarakat, sedangkan apabila
orang mencari sumberyang nyata dari mana peraturan itu berasal, maka hampir senantiasa
akandikemukakan suatu alat perlengkapan masyarakat tertentu dalam lingkunganbesar atau
kecil sebagai pangkalnya. Hukum adat pada dasarnya merupakansebagian dari adat istiadat
masyarakat. Adat-istiadat mencakup konsep yangluas. Sehubungan dengan itu dalam
penelaahan hukum adat harus dibedakanantara adat-istiadat (non-hukum) dengan hukum
adat, walaupun keduanyasulit sekali untuk dibedakan karena keduanya erat sekali kaitannya

Pengertian hukum adat sebagai berikut. Hukum adat adalah keseluruhan peraturan yang
menjelma dalamkeputusan-keputusan dari kepala-kepala adat dan berlaku secara
spontandalam masyarakat.Terhaar terkenal dengan teori “Keputusan” artinya bahwa untuk
melihatapakah sesuatu adat-istiadat itu sudah merupakan hukum adat, maka perlumelihat dari
sikap penguasa masyarakat hukum terhadap sipelanggarperaturan adat-istiadat.Apabila
penguasa menjatuhkan putusan hukuman terhadap sipelanggarmaka adat-istiadat itu sudah
merupakan hukum adapt

Dari batasan-batasan yang dikemukakan di atas, maka terlihat unsure – unsurdari pada
hukum adat sebagai berikut :

1.Adanya tingkah laku yang terus menerus dilakukan oleh masyaraka.

2.Tingkah laku tersebut teratur dan sistematis

3.Tingkah laku tersebut mempunyai nilai sacral


4. Adanya keputusan kepala adapt

5. Adanya sanksi/ akibat hokum

6. Tidak tertulis

7. Ditaati dalam masyarakat

Anda mungkin juga menyukai