INSTRUKSI PENGUMPULAN ARTIKEL

JURNAL HUKUM LINGKUNGAN INDONESIA

I. CATATAN KAKI
Penulisan catatan kaki menggunakan font Times New Roman ukuran 10, spasi 1, dan tidak
menggunakan indent.

A. Buku
1. Buku dengan satu pengarang
1
James Brown Scott, Sovereign States and Suits before Arbitral Tribunals and Courts of
Justice, (New York: New York University Press, 1925), hal. 5-7.
Xiaodong Yang, State Immunity in International Law, (NY: Cambridge University Press,
2012), hal. 57.

2. Buku yang terbit dalam edisi terbaru dan ditulis satu pengarang
1
Rebecca M. Wallace, International Law, 4th edition, (London: Sweet & Maxwel Ltd, 2002),
hal. 121.

3. Buku yang ditulis dua pengarang atau lebih

1
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001) hal. 10.

4. Buku yang disusun oleh editor

1
Gerhard Hafner, Marcelo G. Kohen, dan Susan Breau, eds., State Practice Regarding State
Immunities, (The Netherlands: Martinus Nijhoff Publishers, 2006) hal. 48.

5. Artikel di dalam buku kompilasi tulisan

1
Colin Warbrick, “The Principle of Sovereign Equality” dalam Colin Warbrick dan Vaughan
Lowe (ed), The United Nations and the Principles of International Law, (London: Routledge,
1994, hal 204.

6. Makalah
1
Tom McNamara, “A Primer on Foreign Sovereign Immunity”, (makalah disampaikan dalam
Union Internationale Civil des Avocats, Winter Seminar on International Civil Litigation and
the United States of America, 2006), hal. 3.

B. Artikel Jurnal
1
M. Sornarajah, “Problems in Applying the Restrictive Theory of Sovereign Immunity”,
International and Comparative Law Quarterly, Vol. 31 (1982), hal. 664.
2
James E. Berger dan Charlene Sun, “Sovereign Immunity: A Venerable Concept in
Transition”, International Litigation Quarterly, Vol. 27, No. 2 (2011), hal. 1.

C. Intrumen Hukum Nasional

1. Peraturan Perundang-undangan Indonesia

 1
Indonesia, Undang-Undang tentang Penerapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1969 tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara Menjadi
Undang-Undang, UU No. 9 Tahun 1969, LN No. 40 Tahun 1969, TLN No. 2904,
sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang tentang Badan Usaha Milik
Negara (Indonesia, Undang-Undang tentang Badan Usaha Mlik Negara, UU No. 19
Tahun 2003, LN No. 76 Tahun 2003, TLN No. 4297.), pasal 2 ayat (3).
2
Indonesia, Keputusan Presiden tentang Penerimaan Kredit Luar Negeri, Keppres No. 59
Tahun 1972, pasal 13.

2. Peraturan Perundang-undangan Negara Asing

1
Foreign Sovereign Immunities Act, Public Law 94-583, US Statutes at Large 90 (1976):
2891, § 1605A.
2
Canada, State Immunity Act, 1985, c. S-18, pasal 4.
3
United Kingdom, State Immunity Act, 1978, c. 33, pasal 1(1).

Perujukan selanjutnya cukup ditulis sebagai berikut.

4
Canada, State Immunity Act, pasal 5.
5
United Kingdom, State Immunity Act, pasal 2(2).

D. Instrumen Hukum Internasional

1
“European Convention on State Immunity”, 16 Mei 1972, Council of Europe Treaty
Series 074, pasal 6.

Perujukan selanjutnya cukup ditulis sebagai berikut.

2
“European Convention on State Immunity”, pasal 18.
3
“1949 Geneva Convention (III) Relative to the Treatment of Prisoners of War”, 12
Agustus 1949, United Nations Treaty Series Vol. 75 p. 135, Pasal 34.

E. Internet
1
Contitution of the Italian Republic, Parliamentary Information, Archives and Publications
Office of the Senate Service for Official Reports and Communication.
https://www.senato.it/.../costituzione_inglese.pdf, diakses pada tanggal 24 Maret 2014.

Jika artikel internet tidak memiliki judul atau pengarang, maka ditulis sebagai berikut.
1
[…],https://treaties.un.org/Pages/ViewDetails.aspx?mtdsg_no=IV-9&chapter=4&lang=en,
diakses pada 24 Mei 2014.

F. Pengutipan di dalam catatan kaki yang berasal dari data sekunder

1
Salah satu putusan The Appellate of Bordeaux menyatakan penerimaan terhadap doktrin
ini meskipun harus disadari bahwa semua tindakan negara tetap memiliki unsur publik
secara langsung atau tidak langsung dalam hal menjalankan kegiatan pemerintahan atau
administrasi negara. (“que tout acte émane d'un Etat se rattache toujours nécessairement
d'une façon indirecte sinon directe, d'une manière lointaine sinon immediate, à une
nécéssite en rapport avec la mission gouverementale , l'administration publique et
l'intérèt général des ressortissants de l'etat contractant”, [Sucharitkul, hal. 272]). The
Supreme Court of Austria menyatakan bahwa dengan semakin banyaknya aktivitas
 negara di bidang komersial membuat doktrin imunitas absolut menjadi kehilangan
maknanya dan tidak dipergunakan lagi di dalam dunia internasional [Malcolm N. Shaw,
International Law, 6th ed., (NY: Cambridge University Press, 2008), hal 705.]

G. Penggunaan ibid, loc. cit. dan op.cit.

1. ibid
ibid digunakan jika ingin merujuk sumber yang sama dengan catatan kaki di atasnya. Sebagai
contoh:
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, (Bandung:
P.T. Alumni, 2003), hal. 12-15.
2
Ibid

2. op.cit.
op. cit. digunakan untuk merujuk pada catatan kaki yang telah ditulis sebelumya, namun telah
diselingi oleh satu catatan kaki dari sumber yang lain. Sebagai contoh:
Sornarajah, “Problems in Applying the Restrictive Theory of Sovereign Immunity”,
International and Comparative Law Quarterly, Vol. 31 (1982), hal. 664.
2
Sucharitkul, State Immunity And Trading In International Law, (NY: Frederick A. Praeger,
Inc. Publisher, 1959), hal. 14.
3
Sornarajah, op. cit., hal. 662.

3. loc. cit.
loc. cit digunakan untuk merujuk pada catatan kaki yang telah ditulis sebelumnya. Sebaga
contoh:
Sornarajah, “Problems in Applying the Restrictive Theory of Sovereign Immunity”,
International and Comparative Law Quarterly, Vol. 31 (1982), hal. 664.
2
Sucharitkul, State Immunity And Trading In International Law, (NY: Frederick A. Praeger,
Inc. Publisher, 1959), hal. 14.
3
James Brown Scott, Sovereign States and Suits before Arbitral Tribunals and Courts of
Justice, (New York: New York University Press, 1925), hal. 5-7.
4
Pemikiran ini dikembangkan dari pernyataan King Louis XIV “L’etat, c’est moi” (James
Crawford, “Execution of Judgements and Foreign Sovereign Immunity”, The American
Journal of International Law, Vol. 75, No. 4 (1981), hal. 820.
100
Sornarajah, loc. cit., hal. 662.

4. Contoh struktur penggunaan ibid, op.cit., dan loc. cit.

Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, (Bandung:
P.T. Alumni, 2003), hal. 12-15.
2
Sornarajah, “Problems in Applying the Restrictive Theory of Sovereign Immunity”,
International and Comparative Law Quarterly, Vol. 31 (1982), hal. 664.
3
James Brown Scott, Sovereign States and Suits before Arbitral Tribunals and Courts of
Justice, (New York: New York University Press, 1925), hal. 5-7.
4
Sornarajah, op. cit., hal. 662.  merujuk pada catatan kaki nomor 2
5
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, loc. cit., hal. 1.  merujuk pada catatan kaki
nomor 1
6
ibid, hal. 19  merujuk pada catatan kaki nomor 5

H.
III. DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
1. Buku dengan satu pengarang
Alebeek, Rosanne van. The Immunity of States and Their Officials in International
Criminal Law and International Human Rights Law. Oxford: Oxford University
Press, 2008.

2. Buku yang terbit dalam edisi terbaru dan ditulis satu pengarang
Fox, Hazel. The Law of State Immunity. 2nd Edition. Oxford: Oxford University Press,
2008.
3. Buku yang ditulis dua pengarang atau lebih
Kusumaatmadja, Mochtar, dan Etty R. Agoes. Pengantar Hukum Internasional. Bandung:
PT Alumni, 2003.
4. Buku yang disusun oleh editor
Tomuschat, Christian dan Jean-Marc Thouvenin. Ed. The Fundamental Rules of the
International Legal Order Jus Cogens and Obligations Erga Omnes. Leiden:
Martinus Nijhoff Publishers, 2006.
5. Artikel di dalam buku kompilasi tulisan
Higgins, Rosalyn. "Equality of States and Immunity from Suit: A Complex Relationship"
di dalam Neteherlands Yearbook of International Law, edited by J.E. Nijman and
W.G. Werner, 129-150. The Hague: T.M.C. Asser Press, 2012.
B. Artikel Jurnal
Brittenham, David A. "Foreign Sovereign Immunity and Commercial Activity: A
Conflict Approach." Columbia Law Review 83, no. 6 (1983): 1440-1512.
Donovan, Donald Francis, and Anthea Roberts. "The Emerging Recognition of Universal
Civil Jurisdiction." The American Journal of International Law 100, no. 1 (Januari
2006): 142-163.
C. Intrumen Hukum Nasional
1. Peraturan Perundang-undangan Indonesia

Indonesia. Undang-Undang tentang Penerapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1969 tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara
Menjadi Undang-Undang. UU No. 9 Tahun 1969. LN No. 40 Tahun 1969. TLN No.
2904.

2. Peraturan Perundang-undangan Negara Asing

Kanada. State Immunities Act. (1986).
United Kingdom. State Immunities Act. (1978).
 United States of America. Alien Tort Claims Act. (1789)

D. Instrumen Hukum Internasional

United Nations General Assembly. "Convention against Torture and Other Cruel, Inhuman
or Degrading Treatment or Punishment." 1984.
Council of Europe. "European Convention on Human Rights." 1972.
E. Internet
European Convention on State Immunity,
http://conventions.coe.int/Treaty/en/Summaries/Html/074.htm, diakses pada 28 April
2014.
Harrington, Joanna. If not torture, then how about terrorism – Canada amends its State
Immunity Act. Maret 28, 2012. http://www.ejiltalk.org/if-not-torture-then-how-about-
terrorism-canada-amends-its-state-immunity-act/, diakses 1 Mei 2014.