Dunia sedang menghadapi situasi besar yaitu sesuatu yang tak kasat mata,

datangnya tiba-tiba serta menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat. Sebut saja

namanya Covid-19, salah satu jenis penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus tersebut
diperkirakan berasal dari penularan hewan melalui manusia. WHO menyatakan (tanggal)
bahwa Covid-19 merupakan pandemi global artinya, dunia perlu berwaspada terkait adanya
penyakit ini. Waspada tersebut dapat berupa proses pencegahan dan penanggulangan untuk
dapat memerangi virus ini.

Pada awal maret 2020 lalu, Presiden Jokowi menyatakan bahwa terdapat dua orang
Indonesia yang dinyatakan positif mengidap Covid-19. Tentu berita ini membuat segilintir
masyarakat Indonesia menjadi cemas bahkan akan melakukan panic buying. Setelah
seminggu berjalan sempat mengalami kestabilan jumlah masyarakat yang dinyatakan
positif, untuk menjaga agar angka tersebut tetap stabil memberlakukan kegiatan Social
Distancing. Malangnya Indonesia ternyata situasi menjadi gempar jumlah pasien yang
positif Covid-19 semakin tinggi. Pemerintah pun sepakat untuk memberlakukan program
3B bekerja,belajar dan beribadah di rumah. Adanya program tersebut dapat mempengaruhi
bebrapa aspek kehidupan yaitu di bidang sosial, ekonomi, dan pendidikan.

Berlakunya program belajar dirumah sesuai dengan (Surat Edaran) membuat segala
bentuk aktivitas disekolah dilarang bahkan ujian nasional juga ditiadakan. Pada situasi
seperti ini keselamatan adalah prioritas utama. Akan tetapi dengan adanya prioritas utama
tersebut membuat segala kebijakan berubah arah, di bidang pendidikan sendiri yang
awalnya pendidikan berjalan secara ofline kini menjadi online. Tidak menutu kemungkinan
dengan adanya kebijakan ini banyak masyarakat yang diresahkan. Keresahan dipicu oleh
pelaksanaaan pendidikan yang berjalan secara online tidak mampu dijangkau ooleh semua
public. Hal terssebut dipicu oleh faktor ketersediaan teknologi, kepeduliaan orang tua, serta
proses pembelajaran yang tidak berjalan secara maksimal.