Anda di halaman 1dari 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/327110942

Optimalisasi Waktu Fermentasi dan Penggunaan Ragi dalam Pembuatan


Bioethanol dari Kulit Singkong

Conference Paper · December 2013

CITATIONS READS

0 2,164

3 authors, including:

Hijrah Purnama Putra Awaluddin Nurmiyanto


Universitas Islam Indonesia Universitas Islam Indonesia
28 PUBLICATIONS   58 CITATIONS    15 PUBLICATIONS   17 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Wastewater Reuse View project

Human Urine View project

All content following this page was uploaded by Hijrah Purnama Putra on 20 August 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ISBN: 978-979-98438-8-3

OPTIMALISASI WAKTU FERMENTASI DAN PENGGUNAAN RAGI DALAM


PEMBUATAN BIOETHANOL DARI KULIT SINGKONG

Hijrah Purnama Putra*, Gusti Nurlaila Fitri, Awaluddin N

Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonsia
*
E-mail : hijrah_purnama@yahoo.com

ABSTRACT

This research aims to determine the success of the cassava peel waste to produce of
ethanol and how is level of ethanol that will be produced through three stages: pre-
treatment, hydrolysis and fermentation using yeast from Saccharomyces cerevisiae.
Optimization of the fermentation process is done by varying the amount of yeast used as
many as 3g, 5g and 9g and NPK respectively 4g, 6g and 8g. Fermentation time is used for
1, 2, 3, 4, 5, and 6 days with a temperature of 30oC and pH 5-6. Determination of ethanol
used is the method of gas chromatography (GC). Fermented obtained the highest alcohol
content in comparison yeast: NPK = 3: 4 produce 8,95% within 1 day. Increasing the
number of days in the fermentation process did not result in significant alcohol and tended
to decrease.

Keywords : Cassava peel, Saccharomyches cerevisiae, Bioethanol

PENDAHULUAN
Saat ini pasokan bahan bakar dari minyak bumi semakin terbatas, tetapi permintaan akan
bahan bakar minyak terus semakin meningkat setiap tahunnya. Kondisi ini memaksa pencarian
energi alternatif yang dapat mengurangi beban suplai energi yang tidak dapat diperbaharui. Untuk
itu perlu dikembangkan bahan bakar alternatif dengan memanfaatkan sumber bahan baku yang ada
dan yang masih banyak terdapat di Indonesia. Bahan bakar alternatif yang mungkin dapat
digunakan adalah etanol, tetapi dalam pemanfaatannya masih sangat kecil. Penerapan kebijaksanaan
subsidi harga energi yang selama ini diberlakukan menyebabkan pemakaian energi di semua sektor
relatif tidak efisien. Bahan baku untuk produksi bioethanol sendiri bisa didapatkan dari berbagai
tanaman, baik secara langsung menghasilkan gula atau yang menghasilkan pati. Pada penelitian ini,
proses produksi bioetanol menggunakan limbah kulit singkong sebagai bahan baku dengan mencari
formula penggunaan enzim, ragi dan waktu yang efektif.
Di Indonesia, dengan produksi singkong yang sangat tinggi maka pemanfaatannya selama ini
lebih banyak digunakan sebagai sumber pangan dengan berbagai jenis olahan. Hal inilah yang
menjadi kendala dalam pemanfaatan singkong untuk pembuatan bioetanol, karena secara ekonomis
keuntungan pengolahan singkong menjadi bahan makanan lebih menjanjikan daripada menjadi
bahan bioetanol. Dari produksi singkong yang begitu banyak, dihasilkan limbah berupa kulit
singkong yang memiliki kandungan karbohidrat tinggi seperti pati dan selulosa.
Melihat pentingnya pati dalam biokonversi menjadi glukosa sebagai bahan untuk produksi
etanol, maka diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pembuatan etanol dari bahan kulit
singkong. Agar dapat mengubahnya menjadi etanol, pati yang merupakan polisakarida terlebih
dahulu harus didegradasi menjadi sakarida yang lebih sederhana (glukosa) agar difermentasikan
menjadi etanol.
Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dengan cara fermentasi mengunakan bahan baku
nabati. Bioetanol merupakan salah satu jenis sumber energi yang sedang dipacu pengembangannya
oleh Pemerintah Indonesia. Sedangkan etanol atau ethyl alcohol (C2H5OH) adalah senyawa organik

449
Prosiding Seminar Nasional 2013
Menuju Masyarakat Madani dan Lestari

golongan alkohol yang mengandung gugus hidroksil (OH) dengan rumus kimia CH3CH2OH
(Richanna, 2011). Penelitian sebelumnya telah dilakukan yaitu mengenai pemanfaatan pati dari
bahan-bahan yang belum termanfaatkan untuk diubah menjadi bioetanol. Salah satunya adalah
pembuatan bioetanol dari limbah kulit singkong dengan proses hidrolisis dan fermentasi oleh
Hikmiyati dan Sandrie (2010) dan Rikana (2010) yang memfermentasikan singkong dengan ragi
tape. Penelitian-penelitian yang telah ada inilah yang menjadi dasar pemikiran bahwa kulit
singkong dapat dijadikan bahan dasar pembuatan bioetanol. Melihat dari potensi tersebut, maka
pada penelitian ini dilakukan percobaan pembuatan bioetanol dari kulit singkong secara fermentasi
dengan menggunakan ragi roti yang sangat komersil dan mudah didapat.

METODE PENELITIAN
Bahan berpati yang digunakan pada penelitian ini adalah limbah kulit singkong yang
diperoleh dari industri rumah tangga di daerah Yogyakarta. Fermentasi dilakukan dengan
menggunakan ragi Sccharomyces cerevisiae yang diperoleh dari ragi roti yang dijual dipasaran.
Selain bahan utama, terdapat bahan-bahan pendukung diantaranya Enzim α-amylase dan
glukoamilase, NaOH, HCl dan NPK. Alat yang digunakan yaitu peralatan laboratorium, pH meter
dan GC (Gas Chromatography).

Tahap Pretreatment
Kulit singkong yang telah dibersihkan, dikeringkan dengan sinar matahari. Setelah
mendapatkan kulit singkong yang kering, kemudian dihaluskan menggunakan grinder sampai kulit
singkong menjadi tepung. Sampel yang telah halus diolah lagi menjadi bubur kulit singkong dengan
proses gelatinasi. Proses gelatinasi dengan cara melarutkan tepung kulit singkong dengan aquades
dan dipanaskan sampai suhu 100oC. Hasil dari gelatinasi yang berupa bubur kulit singkong
dipisahkan antara padatan dan cairan menggunakan kain atau saringan. Sehingga didapatkan sampel
kulit singkong berupa cairan yang memudahkan dalam proses hidrolisis.

Tahap Hidrolisis
Sampel kulit singkong yang yang digunakan adalah konsentrasi 20% kemudian dihidrolisis
dengan menggnakan enzim -amilase dan glukoamilase. Proses hidrolisa terbagi menjadi 2 proses
yaitu Liquifikasi dan Sakarfikasi. Pada proses liquifikasi sampel ditambahkan enzim sebanyak
5mL, proses ini dilakukan dengan cara memanaskan dan mengaduk sampel menggunakan
waterbath yang memiliki shaker, suhu yang digunakan berkisar 80o-90o C dengan waktu 30 menit.
Setelah tahap liquifikasi selesai dilanjutkan proses kedua yaitu sakarifikasi dengan menambahkan
enzim glukoamilase sebanyak 7ml, larutkan dipanaskan seperti proses liquifikasi dengan suhu 60oC
selama 90 menit. Setelah kedua proses selesai, maka dilanjutkan tahap selanjutnya.

Tahap Fermentasi
Sampel kulit singkong yang telah dihidrolisa kemudian dipersiapkan untuk dimasukkan ke
dalam fermentor. Sebelum substrat dimasukkan kedalam fermentor, dilakukan penimbangan ragi
dan NPK. Masing-masing untuk ragi adalah 3 gr, 5 gr, dan 9gr, kemudian untuk NPK masing-
masing 4gr, 6gr dan 8gr. Setelah semua ditimbang kemudian substrat dicampurkan dengan ragi dan
NPK. Jika semua sampel telah tercampur dengan baik, kemudian setiap sampel diisolasi dengan
baik untuk mendapatkan proses anaerob. Setelah semua terisolasi dengan benar maka proses
fermentasi akan dimulai, dengan menggunakan variabel waktu untuk dilihat optimasi masing-
masing sampel. Variabel yang dilakukan pada penelitian ini masing-masing yaitu 1 hari, 2 hari, 3
hari, 3 hari, 4 hari, 5 hari dan 6 hari. Setelah fermentasi selesai, masing-masing larutan disaring

450
ISBN: 978-979-98438-8-3

dengan menggunakan kertas saring sehingga didapatkan laruan bening yang siap untuk diuji dengan
menggunakan GC.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Setelah tahap hidrolisis selesai, tahap selanjutnya yaitu proses fermentasi. Gula yag
didapatkan dari hasil hidrolisa kemudian difermentasikan dengan menggunakan ragi roti
(fermipan). Fermentasi dapat didefenisikan sebagai suatu proses biokimia yang menghasilkan
energi, komponen organik sebagai penerima energi. Fermentasi merupakan proses metabolisme
dimana terjadi perubahan kimia dalam substrat/bahan organik karena aktivitas enzim yang
dihasilkan oleh jasad renik. Disini sebagai substrat adalah glukosa dan jasadnya adalah
Saccharomyces cerevisiae.

Pengaruh lama waktu fermentasi terhadap kadar etanol dengan variasi perbandingan Ragi :
NPK = 3 : 4
10
8,95
kadar etanol (%)

8
6,92 6,23
6
4 3,02 kadar etanol
2 1,78

0 0

1 2 3 4 5 6
lama fermentasi (hari)
Gambar 1. Kadar Etanol dengan perbandingan Ragi : NPK = 3:4
Dari gambar 1 diatas teramati bahwa terjadi fluktuasi kadar etanol dari hari pertama hingga
hari keenam. Dengan perbandingan penambahan Ragi dan NPK = 3gr : 4gr, hari pertama terjadi
kenaikan kadar etanol hal ini disebabkan kadar glukosa yang digunakan pada sampel masih
memiliki konsentrasi yang tinggi. Menurut Desrosier (1988) semakin banyak jumlah glukosa yang
terdapat pada bahan, maka akan semakin tinggi jumlah alkohol yang dihasilkan dari perombakan
glukosa tersebut. Sehingga hasil etanol yang didapatkan dari analisa data mendapatkan nilai yang
optimum. Dari fermentasi yang telah dilakukan dengan penggunaan variabel Ragi : NPK = 3gr : 4gr
dihasilkan kadar etanol sebesar 8,95 % dan hasil kadar etanol terkecil sebesar 1,78 %.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Sukandar (2008), kadar etanol
dipengaruhi oleh waktu fermentasi. Kadar etanol optimum dalam penelitian tersebut dicapai pada
waktu fermentasi jam ke-24, dan mulai menurun pada jam ke-36. Hal tersebut disebabkan pada jam
ke-24 sel khamir mulai memasuki fase eksponensial dimana etanol sebagai metabolit primer
dihasilkan, sedangkan pada jam ke-36 sel-sel mula memasuki fase stasioner. Disebutkan juga
dengan kadar etanol yang kurang optimal pada fermentasi hasil hidrolisis pati disebabkan kadar
gula yang cukup rendah. Menurut Budiyanto (2003) konsentrasi gula yang optimum adalah untuk
menghasilkan kadar alkohol yang optimum adalah 14% - 28%.

Pengaruh lama waktu fermentasi terhadap kadar etanol dengan variasi perbandingan Ragi :
NPK = 5 : 6
Setelah melakukan dua penelitian diketahui bahwa konsentrasi etanol tertinggi masih dalam
waktu 1 hari atau 24 jam. Dengan hasil kadar etanol sebesar 3,43 % dan kadar etanol terendah 0,11
%. Hal ini kemungkinan dapat terjadi oleh beberapa faktor diantaranya substrat yang digunakan
memiliki konsentrasi yang berbeda-beda pula. Pada hari pertama konsentrasi glukosa yang terdapat

451
Prosiding Seminar Nasional 2013
Menuju Masyarakat Madani dan Lestari

didalam substrat tersebut cukup tinggi yaitu sebesar 0,65 gr/ml, menurut penelitian Retnowati dan
Sutanti (2009) keaktifan yeast/ragi berkurang karena alkohol yang terbentuk pada awal fermentasi
sangat banyak sehingga fermentasi dengan waktu yang lebih lama akan mengakibatkan banyak
glukosa yang tidak terfermentasi.

4
3,5 3,43
Kadar etanol (%)

3
2,43
2,5
2
1,50
1,5 kadar etanol
1
0,55
0,5
0,11 0
0
1 2 3 4 5 6
Lama Fermentasi (hari)

Gambar 2. Kadar Etanol dengan perbandingan Ragi : NPK = 5:6


Menurut penelitian yang telah dilakukan Wahyusi (2004), fermentasi pada hari ke-5
pergerakan pertumbuhan sel Saccharomyces cerevisiae mengalami penurunan, hal tersebut
dikarenakan ketersediaan glukosa dan ammonium phospat dalam media tumbuh, jumlahnya sudah
mulai berkurang sehingga mikroba dalam jumlah yang cukup besar hanya mengkonsumsi sisa
nutrient dari waktu inkubasi sebelumnya.

Pengaruh lama waktu fermentasi terhadap kadar Etanol dengan variasi perbandingan Ragi :
NPK = 9 : 8
Lamanya waktu yang digunakan dalam fermentasi bertujuan untuk mendapatkan kadar etanol
yang optimum. Proses fermentasi dalam pembuatan alkohol terkadang tidak dapat terkontrol.
Terkadang proses fermentasi terjadi dengan waktu yang cukup lama, tergantung dari kemampuan
ragi untuk merubah karbohidrat ke dalam alkohol (Briggs, et al. 1981). Mengingat bahwa proses
fermentasi merupakan proses biokimia.

3,5
2,99
3 2,66
Kadar Etanol (%)

2,5
2
1,5 1,14
1,01 kadar etanol
1
0,5 0,20 0
0
1 2 3 4 5 6
Lama Fermentasi (hari)

Gambar 3. Kadar Etanol dengan perbandingan Ragi : NPK = 9:8


Kadar Etanol tertinggi yaitu 2,99 % ada perbedaan dengan hasil-hasil yang sebelumnya Hal
ini dapat disebabkan karena kandungan substrat yang memiliki konsentrasi glukosa yang berbeda-

452
ISBN: 978-979-98438-8-3

beda pada tiap sampel sehingga berpengaruh pada saat proses fermentasi yang sangat membutuhkan
konsentrasi glukosa yang cukup selama masa pertumbuhan mikoba.

KESIMPULAN
1. Kondisi optimum pada proses fermentasi ditunjukkan dengan menggunakan ragi sebanyak
3 gr dan NPK 4 gr.
2. Dari penelitian yang telah dilakukan maka waktu optimum yang didapatkan adalah 1 hari
atau 24 jam dengan kadar etanol yang cukup tinggi.
3. Diperoleh kadar etanol yang bervariasi dikarenakan kandungan substrat yang bervariasi.
Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan substrat dengan kadar glukosa tertinggi
yaitu sebesar 0,65 gr/ml dengan kadar etanol sebesar 8,959 %.

UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih penulis sampaikan pada DP2M Dikti atas biaya penelitian dengan topik
Produksi Bioetanol dari Limbah Kulit Singkong, melalui program Hibah Bersaing. Penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada Bapak Ryanto, M.Si., Ph.D yang telah memberikan banyak
masukan demi berjalannya penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Briggs, D.E., J.S.Hough, R.Stevens and T.W.Young. 1981. Malting and Brewing Science. Chapman
and Hall, London
Budiyanto, M.A.K. 2003. Mikrobiologi Terapan. Malang : UMM Press
Desrosier, N.W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta: UI Press
Hikmiyati, N dan Sandrie, N. 2010. Pembuatan Bioetanol Dari Limbah Kulit Singkong Melalui
Proses Hidrolisa Asam dan Enzimatis. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Diponegoro. Semarang.
Putri, L dan Sukandar. 2008. Konversi Pati Ganyong (Canna Edulis Ker.) menjadi Bioetanol
melalui Hidrolisis Asam dan Fermentasi. Jurnal Biodiversitas Vol. 9 No.2 Hal : 112-116.
Retnowati, D dan Sutanti. 2009. Pemanfaatan Limbah Padat Ampas Singkong dan Lindur Sebagai
Bahan Baku Pembuatan Etanol. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro. Semarang.
Richanna, N. 2011. Bioetanol : Bahan baku, Teknologi, Produksi dan Pengendalian Mutu.
Bandung: Nuansa
Rikana, H dan Adam, R. 2010. Pembuatan Bioethanol Dari Singkong Secara Fermentasi
Mengunakan Ragi Tape. Jurusan Teknik Kimia, Fak. Teknik, Universitas Diponegoro.
Semarang.

453
Prosiding Seminar Nasional 2013
Menuju Masyarakat Madani dan Lestari

454

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai