0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
18 tayangan2 halaman
Terapi farmakologi utama untuk nyeri inflamasi adalah obat OAINS, COX-2 inhibitor, opioid, dan adjuvan. Pendekatan terapi untuk nyeri akut dan kronik berbeda, dengan obat yang cepat menghilangkan nyeri untuk akut dan dosis rendah yang ditingkatkan untuk kronik. Nyeri abdomen sering muncul pada ibu hamil karena kelainan obstetri, ginekologi, atau gastrointestinal.
Terapi farmakologi utama untuk nyeri inflamasi adalah obat OAINS, COX-2 inhibitor, opioid, dan adjuvan. Pendekatan terapi untuk nyeri akut dan kronik berbeda, dengan obat yang cepat menghilangkan nyeri untuk akut dan dosis rendah yang ditingkatkan untuk kronik. Nyeri abdomen sering muncul pada ibu hamil karena kelainan obstetri, ginekologi, atau gastrointestinal.
Terapi farmakologi utama untuk nyeri inflamasi adalah obat OAINS, COX-2 inhibitor, opioid, dan adjuvan. Pendekatan terapi untuk nyeri akut dan kronik berbeda, dengan obat yang cepat menghilangkan nyeri untuk akut dan dosis rendah yang ditingkatkan untuk kronik. Nyeri abdomen sering muncul pada ibu hamil karena kelainan obstetri, ginekologi, atau gastrointestinal.
Terapi secara farmakologis pada nyeri inflamasi yang utama adalah
OAINS, COX-2 inhibitors(coxib), analgetika opioid , dan analgetika adjuvan. Nyeri akut dan nyeri kronik memerlukan pendekatan terapi yang berbeda. Pada penderita nyeri akut, diperlukan obat yang dapat menghilangkan nyeri dengan cepat. Pasien lebih dapat mentolerir efek samping obat daripada nyerinya. Pada penderita kronik, pasien kurang dapat mentolerir efek samping obat. Istilah “pukul dulu, urusan belakang” tampak cukup tepat untuk menggambarkan prinsip tatalaksana nyeri akut. Prinsip pengobatan nyeri akut dan berat (nilai Visual Analogue Scale = VAS 7-10) yaitu pemberian obat yang efek analgetiknya kuat dan cepat dengan dosis optimal. Pada nyeri akut, dokter harus memilih dosis optimum obat dengan mempertimbangkan kondisi pasien dan keparahan nyeri. Pada nyeri kronik, dokter harus mulai dengan dosis efektif yang serendah mungkin untuk kemudian ditingkatkan sampai nyeri terkendali. Pemilihan obat awal pada nyeri kronik ditentukan oleh keparahan nyeri Nyeri abdomen juga merupakan keluhan umum yang sering ditemukan pada pasien wanita yang sedang dalam masa kehamilan. Nyeri yang muncul mungkin saja disebabkan oleh kelainan obstetri atau ginekologi yang berhubungan dengan kehamilan, namun, sering juga ditemukan kasus dimana nyeri perut pada masa kehamilan muncul sebagai akibat dari adanya kelainan gastrointestinal. Apapun penyebabnya, keadaan ini membawa tantangan tersendiri dalam dunia klinis mengingat diagnosis banding untuk nyeri abdomen selama kehamilan sangatlah ekstensif. Anestetika lokal dapat digunakan secara sistemik pada pasien dengan nyeri neuropatik. Agen ini menghasilkan efek sedasi dan analgesi sentral. Lidokain, prokain, dan klorprokain adalah agen yang paling sering digunakan, diberikan secara slow bolus maupun infus kontinyu. Lidokain diberikan melalui infus selama 5-30 menit untuk dosis total 1-5 mg/kg. prokain 200-400 mg dapat diberikan secara intravena selama 1-2 jam. Klorprokain (i% solution) diinfuskan dengan kecepatan 1 mg/kg/min untuk total dosis 10-20 mg/kg. Monitoring yang
26 27
harus dilakukan meliputi elektrokardiogram (EKG), tekanan darah, respirasi dan
status mental. Alat resusitasi harus selalu tersedia. Tanda-tanda toksisitas meliputi tinnitus, slurring, sedasi esksesif dan nistagmus. Glukokortikoid digunakan secara luas dalam manajemen nyeri karena efek antiinflamasi dan analgesik yang dimiliki. Agen ini dapat diberikan secara topikal, oral, atau parenteral (intravena, subkutan, intra bursa, intraartikular, dan epidural). Kelebihan glukokortikoid dapat menimbulkan hipertensi, hiperglikemi, peningkatan kerentanan terhadap infeksi, ulkus peptik, osteoporosis, nekrosis aseptik caput femoral, myopati proximal, katarak, dan (jarang) psikosis.