Anda di halaman 1dari 12

TEOREMA WILSON

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3 (TIGA)
NAMA : 1. ABDIR ALDIN GULO
2. AGNES ROSDIANA TELAUMBANUA
3. AHMAD DIN HAREFA
4. DAMAI SABARI ZEGA
5. ERAWAN DARMA ZILIWU
6. MEMORI PUTRA LAWUNA

SEMESTER : IV (EMPAT)
MATA KULIAH : TEORI BILANGAN

DOSEN PENGAMPU :
NETTI KARIANI MENDROFA, S.Pd., M.Pd

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN GUNUNGSITOLI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya kepada kami kelompok 3, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini
tentang Teorema Wilson. Pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori
Bilangan.
Kami berterimakasih kepada dosen Pengampu pada mata kuliah ini, atas arahan dan
bimbingannya,, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Kami juga sadar dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
senantiasa kami harapkan, demi penyempurnaan makalah ini, dan juga untuk perbaikan tugas
pada pembuatan makalah berikutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, untuk menambah
pengetahuan dan pemahamannya tentang Teorema Wilson.

Gunungsitoli, Mei 2020


Penyusun

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………. 1
C. Tujuan……………………………………………………………………………… 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Teorema Wilson ………………………………………………………………… 2
Teorema 6.5 ……………………………………………………………………………… 2
Teorema 6.6 ……………………………………………………………………………… 3
Teorema 6.7 ………………………………………………………………………………. 4
Teorema 6.8 ……………………………………………………………………………….. 6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..…..................................................................................................... 8
B. Saran.................................................................................................................…… 8

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................… 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam mengenal teori-teori bilangan, ada tiga matematikawan yang memberikan
kontribusi besar dalam pengembangan teori bilangan yaitu Fermat, Wilson, dan Euler.
Ketiga matematikawan ini menciptakan teorema-teorema yang diberikan nama sesuai
dengan nama mereka yaitu Teori Fermat, Teori Wilson, dan Teori Euler.
Namun, dalam makalah ini, kami hanya membahas satu teori, yaitu teori wilson. Kami
membuat makalah ini agar pembaca lebih mengenal bagaimana teori ini digunakan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan.

B. Rumusan Masalah
Adapaun rumusan masalah yang terdiri dari :
1. Apakah yang dimaksud dengan Teorema Wilson?
2. Apa saja teorema-teorema Wilson?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu
1. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah teori bilangan
2. Untuk mengetahui defenisi dari teorema Wilson
3. Untuk mengetahui apa saja teorema-teorema Wilson

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teorema Wilson
Teorema Fermat dikemukakan oleh pierre de Fermat (bangsa Perancis) pada tahun
1640 yang merupakan teorema fundamental dalam mengembangkan Teori Bilangan pada
saat itu. Teorema yang terkenal pula adalah Teorema Wilson, yang pertama kali
dipublikasikan Edward Waring (1770) tanpa mencantumkan buktinya. Sebenarnya Wilson
bukanlah orang yang pertama kali mengemukakan teoremanya. Sebab pada tahun 1682
Leibniz juga telah membicarakannya. Bukti teorema Wilson pertama kali diberikan oleh
Lagrange pada tahun 1771 dan menamakan teoremanya dengan sebutan “Teorema
Wilson”.
Sebelum membicarakan teorema Wilson akan kita pelajari lebih dahulu teorema-
terema berikut ini yang akan membantu untuk membuktikan teorema Wilson.

Teorema 6.5
Jika p suatu bilangan prima, maka kekongruenan x² ≡ 1 (mod p) mempunyai tepat
dua solusi, yaitu 1 dan p – 1.

Bukti :
 Misalkan r adalah suatu solusi dari perkongruenan x² ≡ 1 (mod p), maka :
r² - 1 ≡ 0 (mod p)
(r + 1)(r – 1) ≡ 0 (mod p)
Pengkoreunan terakhir ini berarti p¿ (r + 1)(r -1). Karena p suatu bilangan prima,
maka:
p¿ (r + 1) atau p¿ (r -1)
r + 1 ≡ 0 (mod p) atau r – 1 ≡ 0 (mod p)
r ≡−1 ( mod p ) ataur ≡1(mod p)
r ≡ (p – 1) (mod p) atau r ≡ 1 (mod p)
Karena r suatu solusi dari perkongruenan x² ≡ 1 (mod p), maka r adalah residu terkecil
mod p. Jadi 1 dan p – 1 adalah solusi dari x² ≡ 1 (mod p).

2
 Bukti lain yang lebih mudah apabila (p -1) dan 1 masing-masing disubstitusikan pada x
dalam perkongruenan x² ≡ 1 (mod p).
Selesaikan pengkongruenan-pengkongruenan berikut ini:
1) x2 ≡ 1 (mod 7)
2) x2 ≡ 24 (mod 23)

Perhatikan himpunan residu –residu terkecil modulo 7 selain nol, yaitu T = {1, 2, 3, 4, 5,
6}, sehingga solusi-solusinya sebagai berikut:
Solusi x ≡1(mod 7) adalah 1
Solusi 2x ≡1(mod 7) adalah 4
Solusi 3x ≡1(mod 7) adalah 5
Solusi 4x ≡1(mod 7) adalah 2
Solusi 5x ≡1(mod 7) adalah 3
Solusi 6x ≡1(mod 7) adalah 6
Tampak dari perkongruenan – pekongruenan tersebut bahwa jika a∈ T. Maka solusi dari
ax ≡1(mod 7) adalah a’ ∈ T pula. Dapat diperiksa pula apabila a,b ∈ T dengan a≢ b(mod 7)
maka a’ ≢ b’ (mod 7) dengan a’, b’∈ T yang merupakan solusi berturut-turut dari ax ≡1(mod
7) dan bx ≡1(mod 7) . Jika a = 1 dan b = 6. Maka solusi-solusinya berturut-turut adalah a’ = 1
dan b = 6.

Teorema 6.6
Misalkan p suatu bilangan prima selain 2 dan a’ adalah solusi dari ax ≡ 1 (mod p)
dengan a = 1, 2, 3,.....p – 1 (yaitu aa’ ≡ 1 (mod p), dengan 0 ¿ a' < p ¿, maka :
(i) jika a≢ b (mod p) maka a’ ≢ b’ (mod p)
(ii) jika a = 1 atau a = p -1 maka a’ ≡ a(mod p)

Bukti:
Apabila a = 1, 2, 3, ....atau p – 1, maka (a,p) = 1 sehingga ax ≡ 1 (mod p)
mempunyai tepat satu solusi ini, berarti a’ ada, sedemikian sehingga aa’ ≡ 1 (mod p)
 Bagian (i) dibuktikan kontraposisinya, yaitu :
Jika a’ ≡b’ (mod p), maka a ≡b (mod p)
Misalkan a’ ≡b’ (mod p) , maka :

3
aa’ ≡ ab’ ≡ 1 (mod p). Ingat bahwa a’ dan b’ adalah solusi dari ax ≡ 1 (mod p)
aa’b ≡ ab’b ≡ b (mod p) dengan b = 1, 2,.....p – 1
a ≡ b (mod m). Sebab b’b ≡ 1 (mod p)
Jadi (i) terbukti
 Bagian (ii) dibuktikan sebagai berikut :
Jika a = 1, yaitu x ≡ 1 (mod p), maka solusinya ialah a’ = 1 sehingga a’ ≡ a (mod
p).
Jika a = p – 1, yaitu (p – 1 )x ≡ 1 (mod p)
-x ≡ 1 (mod p)
x ≡ -1 (mod p)
x ≡ p - 1 (mod p)
Jadi a’ = p – 1, sehingga a’ ≡ a (mod p).

Contoh 6.5
Pandang perkongruenan ax ≡ 1 (mod 11) dan a’ adalah solusinya, sehingga aa’
≡ 1 (mod p). Maka hubungan a, a’ dan aa’ tampak pada tabel berikut ini
A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a’ 1 6 4 3 9 2 8 7 5 10
aa’ 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Hasilkali-hasilkali pasangan yang kongruen modulo 11 dapat dtuliskan sebagai berikut:


2.6 ≡ 1 (mod 11)
3.4 ≡ 1 (mod 11)
5.9 ≡ 1 (mod 11)
7.8 ≡ 1 (mod 11)
Hasil kali semua bilangan pada ruas-ruas kiri akan kongruen mod 11 dengan 1 pula, yaitu:
2.6.3.4.5.9.7.8 ≡ 1 (mod 11). Jika kedua ruas dikalika 10 diperoleh:
1.2.3.4.5.6.7.8.9.10 ≡ 10 (mod 11)
10! ≡ 10 (mod 11)
10! ≡ -1 (mod 11)

Teorema 6.7 ( Teorema Wilson)


Jika p suatu bilangan prima, maka ( p-1)!≡-1 ( mod p )

4
Bukti :
 Menurut teorema 6.5, kita dapat memasangkan a dan a ’ dari 2,3,4, …, (p-2) demikian

1
sehingga aa’≡ 1 ( mod p). Dan terdapat (p-3) pasangan bilangan-bilangan tersebut yang
2

1
kongruen mod p dengan 1. jika ruas-ruas kiri dari (p-3) kekongruenan mod p tersebut di
2
kalikan, maka hasil kalinya akan kongruen mod p dengan 1 pula, yaitu :
2,3,4,5…(p-2)≡ 1 (mod p)
1,2,3,4,…(p-2) (p-1)≡ P-1 ( mod p)
(p-1) ≡ -1 ( mod p)

 Sebagai contoh di ambil P≡ 13, maka kita dapat memasangkan a dan a ’ dari 2,3,4,….,11,
sehingga terdapat 5 pasang bilangan-bilangan itu yang di hasilkannya kongruen mod 13
dengan 1 yaitu :
2.7 ≡ 1 ( mod 13 )
3.9 ≡ 1 ( mod 13 )
4.10≡ 1 ( mod 13 )
5.8 ≡ 1 ( mod 13 )
6. 11≡ 1 ( mod 13 )
Hasil kali ruas – ruas dari 5 kongruenan ini adalah
( 2.7) ( 3.9) (4.10) (5.8) ( 6.11) ≡ 1 ( mod 13 )
1,2,3,4,5,….11,12 ≡ 12 ( mod 13 )
12! ≡ -1 ( mod 13 )
Konvers dari teorema Wilson juga benar yaitu :
Apabila ( p-1 )! ≡ -1 ( mod p) maka p suatu bilangan prima.
Hal ini di buktikan sebagai berikut:
 Andaikan p bukan bilangan prima, maka p≡a,b dengan a,b bilangan- bilangan bulat
positif dan a ≠ 1 atau a ≠ p. Sehingga a⎹ p dan a ≤ p-1.
 Karena (p-1)! ≡ -1 ( mod p ) maka p⎹ ( p-1 )! + 1. dan karena a⎹ p, maka a⎹( p-1 )!+1.
karena a≤ p−1. Maka a merupakan salah satu faktor dari (p-1)!, sehingga a ⎹ ( p-1 )! .
 Mengingat a⎹ ( p-1)! +1 dan a ⎹ ( p-1)!, maka a⎹ 1, Diperoleh suatu kontrakdisi, karena a
≠ 1, sehingga pengandaian tersebut tidak benar.

5
Jadi p adalah suatu bilangan prima.
Jika Teorema Wilson dan konvers nya di tuliskan bersama-sama, kita memperoleh
bahwa:
Syarat perlu dan cukup agar p suatu bilangan prima adalah (p-1)! ≡-1 ( mod p ).
Atau dapat di tuliskan :
P suatu bilangan prima bila dan hanya bila adalah (p-1)! ≡ 1 ( mod p).

Berikut ini sebuah contoh penggunaan teorema Wilson untuk menyelesaikan


pengkongruenan kuadrat seperti dalam teorema berikut ini.

Teorema 6.8 :
Jika p suatu bilangan prima ganjil, maka pengkongruenan x 2 + 1 ≡ 0 ( mod p)
mempunyai solusi bila dan hanya bila p ≡ 1 (mod 4 )

Bukti :
 Misalkan a adalah suatu solusi dari x2 + 1 ≡ 0 ( mod p) maka a2≡−1 ( mod p ) dan (a,p)
≡1. Karena (a,p) ≡1, Menurut teorema fermat, maka:
ap-1≡ 1 (mod p)
(a2 ) ½ (p-1)≡1 ( mod p)
(-1)1/2(p-1)≡1 (mod p )
(-1)p-1/2≡1 ( mod p)
Bilangan prima berbentuk 4k +3 tampak tidak memenuhi, sebab akan di dapat:
(-1)2k+1≡1(mod p )
-1 ≡1 ( mod p ), yaitu p⎹2 yang jelas salah.
Jadi bilangan prima p berbentuk 4k +1 , yaitu p ≡1( mod 4 ).

Untuk sebaliknya di buktikan sebagai berikut :


 Perhatikan bahwa p-1 ≡−1 ( mod p)
p-2 ≡−2 ( mod p )
p+ 1 p−1
≡− ( mod p) dan
2 2
p−1 p+ 1
(p-1)! ≡ 1,2,3, …. . …(p-2) (p-1 ), maka
2 2

6
p−1 p+ 1
(p-1 )! ≡1,2,3,… . .( ¿ … (-2 ) (-1) (mod p)
2 2
p−1 2
(p-1)! ≡ (-1)p-1/2 (1,2,3,… ) ( mod p)
2
p−1 2
(p-1)! ≡ (1,2,3,… ) ( mod p), sebab p ≡4k +1, untuk suatu bilangan bulat positif k,
2
sehingga (-1)p-1/2 ≡1.
p−1
( p-1)! ≡ [ ( ) ! ]2 (mod p)
2
Mengingat teorema Wilson bahwa (p-1) ! a-1 ( mod p), maka :
p−1
-1 ≡ [ ( ) ! ]2 (mod p)
2
p−1
Hal ini berarti [ ( ) ! ]2 memenuhi pengkongruenan x2 +1 ≡ 0 ( mod p)
2
Jadi pengkongruenan itu mempunyai solusi.

Contoh 6.6
Selesaikan pengkoruenan X2 +1 ≡ 0 ( mod 13).

Jawab :
Karena 13 adalah bilangan prima berbentuk 4k + 1, maka pengkongruenan tersebut
mempunyai solusi yaitu:
13−1
( )! ≡6 ! ≡ 720 ≡ 5 (mod 13)
2
Dapat di periksa kebenarannya dengan substitusi 5 pada x dari pengkoruenan tersebut, yaitu
52 + 1 = 26≡ 0 ( mod 13).

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teorema Wilson terdiri dari :
1. Teorema 6.5:
Jika p suatu bilangan prima, maka kekongruenan x² ≡ 1 (mod p) mempunyai tepat
dua solusi, yaitu 1 dan p – 1.
2. Teorema 6.6 :
Misalkan p suatu bilangan prima selain 2 dan a’ adalah solusi dari ax ≡ 1 (mod p)
dengan a = 1, 2, 3,.....p – 1 (yaitu aa’ ≡ 1 (mod p), dengan 0 ¿ a' < p ¿, maka :
jika a≠ b (mod p) maka a’ ≠ b’ (mod p)
jika a = 1 atau a = p -1 maka a’ ≡ a(mod p)
3. Teorema 6.7 :
Jika p suatu bilangan prima, maka ( p-1)!≡-1 ( mod p )
4. Teorema 6.8 :
Jika p suatu bilangan prima ganjil, maka pengkongruenan x2 + 1 ≡ 0 ( mod p)
mempunyai solusi bila dan hanya bila p ≡ 1 (mod 4 )

B. Saran
Demkian laporan hasil diskusi kelompok kami mengenai Teorema Wilson semoga
makalah ini bisa berguna untuk kita kedepannya khususnya bagi kami sendiri serta
makalah ini bisa menjadi referensi kita kedepannya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Sukirman. 2006. “Pengantar Teori Bilangan”. Yogyakarta : Hanggar Kreator

Anda mungkin juga menyukai