Anda di halaman 1dari 8

Momentum, Vol. 13, No. 2, Oktober 2017, Hal.

11-18 ISSN 0216-7395

ANALISA PERFORMANSI REFRIGERATOR DOUBLE SYSTEM

Ahmad Farid* dan Royan Hidayat


Program Studi Teknik Mesin Universitas Pancasakti Tegal
Jl. Halmahera KM. 01, Mintaragen, Tegal
*
Email: mesinftups@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung dan menganalisa kinerja/ performance
refrigerator one system - double system sehingga dapat diketahui mana yang lebih efisien dan
lebih hemat energi/listrik Metode yang digunakan adalah metode eksperimen yaitu dengan
melakukan rancang bangun refrigerator dengan dua/double system yang bekerja pada
refrigerator pada waktu yang bersamaan. Data yang diperoleh dari percobaan dengan variasi
waktu pengambilan data dari menit ke 1 sampai ke-300, kemudian diukur tingkat konsumsi
listriknya dan coefisien of performancenya (COP). Hasil pengujian yang dilakukan pada
refrigerator double system diperoleh data bahwa pada masing-masing system mempunyai COP
2,73 dan 2,9 sedangkan pada refrigerator single system diperoleh COP 2,7. Adapun untuk
konsumsi energy untuk double system 2,1 kWh/24 jam sedangkan untuk single system 2,4
kWh/24 jam. Jadi refrigerator double system memiliki konsumsi listrik lebih rendah 8,6% dan
juga memiliki kecepatan pendinginan yang relative lebih singkat dan memiliki system
cadangan.

Kata kunci : Refrigerator,double system, performance

PENDAHULUAN pengaturan pemakaian refrigerator double


Refrigerator double system adalah sistem system, manfaat lain adalah untuk dapat
pendingin yang terdiri dari dua sistem menghitung dan menganalisa performance
refrigerasi kompresi uap. Sistem ini di rancang refrigerator dedngan aplikasi software
dan dibuat untuk menghasilkan sistem coolpack. Selain itu dapat bermanfaat untuk
pendingin dengan kemampuan pendinginan meningkatkan pengetahuan lebih lanjut
yang relatif lebih singkat daripada sistem khususnya Teknik Refrigerasi & AC dan
pendingin biasa atau refrigerator yang terdapat perpindahan kalor.
di pasaran. Es krim adalah makanan yang
mudah rusak dan tidak dapat bertahan di Teori
temperatur lingkungan dalam waktu lama. Pada prinsipnya, sistem refrigerasi kompresi
Penyimpanan es krim yang baik memerlukan uap sesuai dengan namanya merupakan sistem
sistem pendingin berkapasitas tinggi dan yang mempergunakan kompresor sebagai alat
memiliki konsumsi energi tinggi pula. kompresi refrigran, yang dalam keadaan
Refrigerator double system akan memberikan bertekanan rendah akan menyarap kalor dari
solusi penyimpanan bahan makanan tersebut tempat yang didinginkan, kemudian masuk
dengan konsumsi energi yang relatif lebih pada sisi penghisap (suction) dimana uap
rendah. refrigran tersebut ditekan didalam kompresor
Berdasarkan latar belakang diatas, maka sehingga barubah menjadi uap bertekanan
pada penelitian ini dapat dirumuskan tinggi yang dikeluarkan pada sisi keluaran
permasalahan sebagai berikut: (dischage). Dari proses ini kita menentukan sisi
a. Bagaimana konsumsi energi refrigerator bertekanan tinggi dan sisi bertekanan rendah.
double system? Siklus refrigerasi kompresi uap merupakan
b. Apakah penggunaan refrigerator double suatu sistem yang memanfaatkan aliran
system lebih optimal? perpindahan kalor melalui refrigeran.
Tujuan dari penelitian ini adalah Proses utama dari kompresi uap adalah (Dossat,
memberikan variabel pada komsumsi daya 1981) : proses kompresi, proses kondensasi,
listrik pada pemakaian refrigerator double proses ekspansi dan proses evaporasi.
system terhadap tingkat penggunaan energi. Seluruh proses diatas dapat ditelusuri
Sedangkan manfaat dari penelitian ini selain dengan menggunakan diagram tekanan-entalpi
untuk mempelajari faktor–faktor yang yang dikenal sebagai diagram Mollier seperti
mempengaruhi komsumsi daya listrik terhadap dilihatkan pada Gambar 1

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 11


Analisa Performansi Refrigerator … (Ahmad Farid dan Royan Hidayat)

ekspansi berfasa cair dan refrigeran yang


masuk ke evaporator akan mengalami
perubahan fasa menjadi uap, proses perubahan
fasa dari cair menjadi uap akan memerlukan
kalor, sehingga kalor yang terdapat pada kabin
akan diserap untuk keperluan penguapan
refrigeran yang mengakibatkan kabin menjadi
dingin.
 Proses Kompresi
Proses ini terjadi dikompresor gaya gesek
kompresor mempunyai efisiensi tersendiri, fasa
yang masuk ke kompresor adalah uap jenuh,
dengan tekanan dan temperatur yang rendah.
Gambar 1 Diagram p-h R 134 a (sumber Kerja diberikan pada refrigeran dengan cara di
software coolpack) kompresi agar tekanannya naik sehingga
temperaturnya pun ikut naik (titik didih naik).
Siklus Kompresi Uap Gas Ideal Pada fasa ini uap refrigeran berubah menjadi
Sistem refrigerasi kompresi uap ideal fasa uap superheat yang keluar dari kompresor
mengacu kepada konsep dari sistem Carnot dengan bertekanan tinggi.
dimana pada sistem ini akan diperoleh jumlah Disini, temperatur refrigeran lebih tinggi
energi masuk yang digunakan akan sama dari temperatur lingkungan tempat kompresor
dengan energi yang diperoleh untuk tersebut ditempatkan. Refrigeran mengalami
dimanfaatkan. Pada kondisi semacam ini tidak kompresi secara reversibel dan isentropik,
ada perubahan berarti yang mempengaruhi dengan asumsi bahwa :
unjuk kerja sistem. Akan tetapi siklus ideal ini
 Tidak ada gesekan di kompresor.
dapat menghasilkan efisiensi yang tinggi, yang
 Tidak terjadi pertukaran panas antara
tidak dapat dilampaui oleh siklus refrigerasi
refrigeran dan kompresor.
kompresi uap aktual.
Siklus refrigerasi kompresi uap ideal ini perlu  Proses kondensasi
diketahui karena : Proses ini terjadi di kondenser, karena
temperatur refrigeran lebih tinggi daripada
 Sebagai siklus refrigerasi standar.
temperatur lingkungan, maka kalor dari
 Sebagai pemberi petunjuk bahwa
refrigeran panas akan dilepas melalui dinding
temperatur-temperatur siklus refrigerasi
pipa kondenser ke lingkungan sekitar. Proses
perlu dijaga agar menghasilkan efisiensi
pelepasan atau perpindahan kalor secara
maksimum.
konveksi dari refrigeran ini dapat dilakukan
Akan tetapi kondisi yang akan diraih dengan
secara konveksi alami/bebas maupun secara
konsep ideal ini tidak dapat tercapai. Jumlah
konveksi paksa. Pada saat uap refrigeran yang
enenrgi yang masuk tidak dapat seluruhnya
berasal dari discharge kompresor masuk
diubah menjadi energi yang diperoleh untuk
kondenser maka uap superheat tersebut
dimanfaatkan. Secara teoritis dihitung melalui
sebelumnya akan mengalami desuperheating
COP (coefficient of performance), yaitu :
akibatnya temperaturnya akan menjadi jenuh
Kondisi yang akan dicapai oleh sistem
dan siap diembunkan pada keadaan saturasi
refrigerasi kompresi uap ideal adalah jumlah
didalam didalam kondenser. Selama dalam
energi yang masuk sama dengan energi yang
kondenser, baik tekanan ataupun temperatur
diperlukan untuk melakukan kerja ditentukan
akan tetap berharga tinggi (konstan ), namun
oleh COP=1. kenyataannya efek refrigerasi
refrigerannya akan berubah fasa menjadi fasa
selalu lebih besar dari pada kerja kompresi yang
cair.
mengakibatkan COP>1. dengan kata lain
 Proses ekspansi
kondisi ideal siklus Carnot tidak tercapai.
Proses ini terjadi di katup ekspansi, setelah
Pada Gambar 2 melihatkan siklus refrigerasi
refrigeran melepas kalor di kondenser,
kompresi uap:
refrigeran berfasa cair yang berasal dari
kondenser akan mengalir menuju katup
 Proses Evaporasi (penguapan).
ekspansi untuk diturunkan tekanan dan
Proses ini terjadi di evaporator, Pada proses
temperaturnya. Diharapkan temperatur yang
evaporasi refrigeran yang keluar dari katup
akan terjadi lebih rendah dari pada temperatur

12 e-ISSN 2406-9329
Momentum, Vol. 13, No. 2, Oktober 2017, Hal. 11-18 ISSN 0216-7395

lingkungan, sehingga dapat menyerap kalor


pada saat berada di evaporator. Dalam proses
ekspansi ini tidak terjadi proses penerimaan
ataupun pelepasan energi (entapi konstan). E D C
Siklus Kompresi Uap Aktual
Seperti yang telah dijalaskan di atas, kondisi
yang ideal berbeda dengan kondisi yang
sebenarnya (aktual). Energi yang digunakan A
B
tidak seluruhnya diubah menjadi energi kerja.
Hal ini disebabkan karena adanya drop tekanan.
Drop tekanan dapat disebabkan oleh beberapa
Gambar 2 Siklus Refrigerasi kompresi uap
faktor, antara lain :
(sumber software coolpack)
 Adanya partikel-partikel asing dalam
sistem, seperti bram, kotoran, dan
Keterangan :
sebagainya.
B – C: Proses kompresi (isentropis) , Proses ini
 Panjangnya sistem sehingga tekanan terjadi di kompresor.
berkurang di tengah jalan. Kerja yang dilakukan adalah:
 Penambahan komponen-komponen yang
jelas menyita tekanan sistem. W = mref (hc-hb) (1)
 Banyaknya belokan pipa.
 Penyambungan pipa yang tidak sempurna. C – E :Proses kondensasi (Isobar), Proses ini
Dalam siklus aktual, komponen- terjadi di condenser.
komponen pembantu seperti penyaring Besarnya kalor yang dilepas oleh refrigerant ke
refrigeran (filter), pengering kualitas refrigeran air dari cooling water adalah
(dryer), penukar panas (heat exchanger), dan
lain-lain. Ditambahkan guna memperoleh faktor Qc = mref (hc-he) (2)
unjuk kerja sistem yang lebih baik, dengan
semakin tingginya COP maka cara kerja sistem E – A : Proses ekspansi (Isentalphi), Proses
akan semakin meningkat dengan kata lain isentalphi terjadi di katup ekspansi.
proses pendinginan akan lebih cepat. A – B : Proses evaporasi (Isobar dan
Semua komponen tersebut yang isothermal), Proses ini terjadi di
mempunyai paling banyak pengaruh terhadap evaporator (economizer) , adapun
drop tekanan adalah heat exchanger. Heat kalor yang diserap refrigerant dari
exchanger menyebabkan gesekan frontal antara ammonia pada storage adalah :
keluaran evaporator yang dingin dan bertekanan
rendah. Suhu yang rendah akan naik demikian Qe = mref (hb-ha) (3)
pula sebaliknya, hal ini terjadi pada tekanan. Untuk perhitungan performansi / prestasi siklus
Kompresor akan menerima refrigeran refrigerasi maka dikenal COP (Coeffecient of
dengan tekanan yang lebih rendah dari pada Performance), Nilai COP dapat dicari dengan
jika tidak menggunakan heat exchanger. persamaan sebagai berikut :
Akibatnya beban kerja kompresor akan naik
dengan catatan jika demikian maka suhu Efekrefrig erasi
evaporator lebih rendah atau kondisi COPrefrigerasi =
lingkungan lebih dingin. Kerjakompresi
Adapun proses kerja sistem yang aktual, h1  h4
dengan yang ideal adalah sama, hanya sistem = (4)
h2  h3
aktual pada liquid line-nya, yaitu saluran antara
kondenser dengan komponen pengekspansi,
ditambahkan komponen-komponen seperti yang Te
telah disebutkan tadi. Khusus untuk penukar COP carnot = (5)
kalor, liquid line tersebut digabungkan dengan Tc  Te
suction line kompresor.

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 13


Analisa Performansi Refrigerator … (Ahmad Farid dan Royan Hidayat)

CoP Re frigerasi Tabel 1. Data Penelitian Refrigerator Double


Efisiensi = (6) System untuk system ke-1
COPcarnot

METODE PENELITIAN
Studi literatur merupakan proses
pengumpulan informasi yang berkaitan dengan
materi bahasan yang berasal dari buku-buku,
jurnal yang berasal dari dosen maupun
perpustakaan.
Simulasi sistem refrigerasi: Proses ini
meliputi simulasi terhadap satu mesin dan
double mesin sistem refrigerasi dan
membandingkan kinerjanya.
Perancangan refrigerator double system:
Perancangan ini meliputi perancangan terhadap
alat yang akan digunakan dan sistem kerja alat.
Pengadaan alat: Proses ini meliputi persiapan
dan pembelian terhadap alat-alat yang
dibutuhkan untuk melakukan pengujian seperti
kompresor, pipa, kawat las, pressure gage,
termometer digital, Kwh meter digital dan
termostat digital.
Perbaikan alat uji dilakukan untuk
mengembalikan dan meningkatkan kondisi alat Pada sistem 1, thermostat disetting dengan
lama, sehingga dapat bekerja normal dan set point atas -8 C dan set point bawah -11 C,
pengujian dapat dilakukan. Perbaikan dilakukan setting temperatur ini akan menyebabkan sistem
seperti sambungan pipa, tes kebocoran 1 akan mati setelah temperatur kabin mencapai
refrigeran dan perbaikan bagian evaporator. -11 C dan akan hidup kembali ketika
Pengujian system: Pengujian dilakukan temperatur kabin lebih dari -8 C. Sistem 1 ini
dengan memperhatikan data dan indikator dapat disebut sebagai sistem pembantu dalam
seperti pressure gage, termometer digital, amper penurunan temperatur yang cepat atau
meter, volt meter untuk mengetahui performa mempersingkat cooling time. Mula-mula
sistem secara keseluruhan. Proses pengujian temperatur kabin akan diturunkan oleh dua
meliputi proses kalibrasi alat ukur, pengambilan sistem sekaligus, setelah temperatur kabin pada
data melalui alat indikator dan mengukur sistem 1 mencapai nilai set point maka
performa sistem refrigerasi penurunan temperatur pada kabin akan
dilakukan oleh satu sistem saja yaitu sistem 2.
Sedangkan pada sistem 2, thermostat di setting
dengan set point atas -11 C dan set point bawah
-13 C, setting temperatur ini akan menyebabkan
sistem 1 akan mati setelah temperatur mencapai
-13 C dan akan hidup kembali ketika
temperatur kabin lebih dari -11 C. Sistem 2 ini
dapat disebut sebagai sistem pokok dalam
penurunan temperatur. Sebagian besar sistem
refrigerasi tidak dilengkapi dengan sistem
cadangan, pada refrigerator double system
Gambar 3. Alat Pengujian Refrigerator dilengkapi dengan sistem cadangan
tersebut, Sehingga jika terjadi kerusakan
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengujian
pada salah satu sistem maka refrigerator
Berikut adalah table hasil pengujian: double system masih tetap dapat menjaga
temperatur makanan yang tersimpan dalam
kabin pendingin

14 e-ISSN 2406-9329
Momentum, Vol. 13, No. 2, Oktober 2017, Hal. 11-18 ISSN 0216-7395

Tabel 2. Data Penelitian Refrigerator Double Tabel 3. Data Penelitian Refrigerator Single
System untuk system ke-2 System

Keterangan: warna merah berarti system mati


Pembahasan
Adapun pada single system ini sistem yang a. Diagram p-h Sistem 1 (double system)
bekerja hanya satu sistem saja, thermostat Plot data dengan menggunakan software
disetting dengan set point atas -11 C dan set Coolpack.
point bawah -13 C, setting temperatur ini akan Data yang dimasukan antara lain ,Discharge
menyebabkan sistem akan mati setelah gas pressure (Condensing Temperature),
temperatur kabin mencapai -13 C dan akan Suction gas pressure (Evaporating
hidup kembali ketika temperatur kabin lebih Temperature), Temperatur output kondensor
dari -11 C. Pada single system ini set point (Subcooled) dan temperatur output evaporator
temperatur tidak tercapai, sistem hanya dapat (Superheat).
menurunkan temperatur kabin sampai -4C, Tekanan discharge (Pd) dan tekanan suction
sehingga sistem akan terus bekerja. Dengan hal (Ps) yang terbaca dalam pressure gauge harus
ini maka dengan menggunakan satu sistem akan dijadikan tekanan absolute, Untuk itu ditambah
mengakibatkan penurunan temperatur yang dengan nilai 1 bar pada setiap nilai tekanan
lambat dan umur kompresor yang relatif lebih yang terbaca sehingga masing-masing bernilai
singkat karena sistem bekerja terus menerus. lebih 1 bar dari awal pembacaan pada alat ukur.
Kerusakan pada sistem akan mengakibatkan
rusaknya makanan yang tersimpan dalam kabin Pd = 12.41 Bar + 1 Bar = 13.41 Bar
pendingin karena tidak dilengkapi dengan Ps = 0.069 Bar + 1 Bar = 1.069 Bar
sistem cadangan Subcooled = 28 °C
Superheat = -2 °C

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 15


Analisa Performansi Refrigerator … (Ahmad Farid dan Royan Hidayat)

Qe
COP refrigerasi =
W
146.86
=
53.764
= 2.73
Pada persamaan (5) maka didapat nilai COP
carnot
Te
COP Carnot =
Tc  Te
248.04 K
=
323.7 K  248.04 K
Gambar 4 : Diagram p-h sistem 1 (double 248.04 K
=
system) 75.66 K
= 3.28
Evaporating Temperature (Te) dan Pada persamaan (2-6) dapat dihitung besar nilai
Condensing Temperature didapat dari plot efisiensi dari system, Jadi efisiensi dari sistem 1
software dengan pembacaan “show info” Pada (double system) adalah :
system: COP Re frigerasi
Evaporating Temperature : -24,96 °C Efisiensi = x100%
COPcarnot
Condensing Temperature : 50.70 °C
h1, h2, h3, dan h4 didapat dari plot software
dengan pembacaan “coordinates of points” pada 2.73
= x100%
siklus yang terbentuk. 3.28
h1 = 385.442 kJ/kg = 0.83x100%
h2 = 439.206 kJ/kg = 83%
h3=h4 = 238.582 kJ/kg
Merujuk pada persamaan (1), Besarnya kerja b. Diagram p-h Sistem 2 (double system)
kompresi pada system refrigerasi didapat nilai Plot data dengan menggunakan software
besaran hasil dari perhitungan Coolpack.
W (Kerja Kompresi) = h2-h1 Data yang dimasukan antara lain
= 439.206 kJ/kg – ,Discharge gas pressure (Condensing
385.442 kJ/kg Temperature), Suction gas pressure
= 53.764 kJ/kg (Evaporating Temperature), Temperatur
Pada persamaan (2) besarnya kalor yang output kondensor (Subcooled) dan
dilepas di kondensor didapat dari pengurangan temperatur output evaporator (Superheat).
h2-h3 Tekanan discharge (Pd) dan tekanan
Qc = h2-h3 suction (Ps) yang terbaca dalam pressure
= 439.206 kJ/kg – 238.582 kJ/kg gauge harus dijadikan tekanan absolute,
= 200.624 kJ/kg Untuk itu ditambah dengan nilai 1 bar pada
Besarnya kalor yang diserap oleh setiap nilai tekanan yang terbaca sehingga
evaporator di dapat dari pengurangan h1- h4 masing-masing bernilai lebih 1 bar dari
Qe = h1-h4 awal pembacaan pada alat ukur.
= 385.442 kJ/kg – 238.582 kJ/kg
= 146.86 kJ/kg Pd = 11.03 Bar + 1 Bar = 12.03
Bar
Pd Ps = 0.069 Bar + 1 Bar = 1.069
Pessure Ratio = Bar
Ps
Subcooled = 27 °C
13.41 Superheat = -14 °C
=
1.069
= 12.54
Pada persamaan (4) maka didapat nilai COP
refrigerasi

16 e-ISSN 2406-9329
Momentum, Vol. 13, No. 2, Oktober 2017, Hal. 11-18 ISSN 0216-7395

Gambar 5 Diagram p-h sistem 2 (double


system)
Evaporating Temperature (Te) dan
Condensing Temperature didapat dari plot Gambar 6: Diagram p-h single system
software dengan pembacaan “show info”
Pada system: Evaporating Temperature (Te) dan
Evaporating Temperature : -24,96 °C Condensing Temperature didapat dari plot
Condensing Temperature : 46.42 °C software dengan pembacaan “show info” Pada
COP refrigerasi diperoleh : 2.90 system:
COP Carnot: 3.47 Evaporating Temperature : -24,96 °C
Pada persamaan (2-6) dapat dihitung besar nilai Condensing Temperature : 52.72 °C
efisiensi dari system, Jadi efisiensi dari sistem 1 COP refrigerasi diperoleh = 2.7
(double system) adalah : COP Carnot = 3.19
COP Re frigerasi Jadi Efisiensi diperoleh = 84%
Efisiensi = x100%
COPcarnot Pembahasan Energi
Pengukuran menggunakan KWH meter
2.90 dengan melakukan operasi sistem selama 24
= x100%
3.47 jam antara menggunakan double system dan
= 0.83x100% single system.
=83% Double system = 2.1 KWH / 24 jam
Single system = 2.3 KWH/24 jam
Diagram p-h Single System Selisih KWH = 2.3 -2.1 = 0.2 KWH
Plot data dengan menggunakan software 0.2
Coolpack. Persentase selisih = x100%
2.3
Data yang dimasukan antara lain ,Discharge
= 8.6 %
gas pressure (Condensing Temperature),
Suction gas pressure (Evaporating Jadi refrigerator double system memiliki
Temperature), Temperatur output kondensor konsumsi energi lebih rendah 8.6% daripada
(Subcooled) dan temperatur output evaporator refrigerator single system, refrigerator double
(Superheat). system ini juga memiliki kecepatan pendinginan
Tekanan discharge (Pd) dan tekanan suction yang relatif lebih singkat dan memiliki sistem
(Ps) yang terbaca dalam pressure gauge harus cadangan.
dijadikan tekanan absolute, Untuk itu ditambah
dengan nilai 1 bar pada setiap nilai tekanan KESIMPULAN
yang terbaca sehingga masing-masing bernilai Dari hasil pengujian alat, pengambilan data,
lebih 1 bar dari awal pembacaan pada alat ukur. dan pembahasan dalam penelitian ini, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa :
Pd = 13.1 Bar + 1 Bar = 14.1 Bar 1. Konsumsi energi refrigerator double system
Ps = 0.069 Bar + 1 Bar = 1.069 Bar lebih hemat 8.6 % .
Subcooled = 28 °C 2. Penggunaan refrigerator double system
Superheat = -5 °C lebih optimal karena konsumsi energi lebih
kecil sebesar 0.2 KWH setiap 24 jamnya dan
memiliki kecepatan pendinginan yang

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 17


Analisa Performansi Refrigerator … (Ahmad Farid dan Royan Hidayat)

relative lebih singkat dan memiliki system Shan K.W. (2001). Handbook of air
cadangan. Conditioning and Refrigeration, Second
Edition.,Mc Graw Hill, New York.
DAFTAR PUSTAKA Stoecker,WJ. (1992). Refrigerasi dan
Dossat. J Roy. (1981). Principles of Pengkondisian Udara. Edisi kedua,
Refrigeration Second Edition SI Erlangga, Jakarta.
Version,John Wiley & Son, Texas. Zuhal. (1988). Dasar Teknik Tenaga dan
Handoko. (1987). Alat Kontrol Mesin Elektronika Daya, PT. Gramedia, Jakarta,.
Pendingin,PT. ICHTIAR BARU,Jakarta. Arismunandar, W & Saito,H. (2002)
Jones.W Jerold, (1994). Refrigerasi dan Penyegaran Udara. Edisi keenam, PT.
Pengkondisian Udara, Edisi kedua, Pradnya Paramita, Jakarta.
Erlangga,Jakarta. Arora, C.P. (1986). Refrigeration and Air
Rudatin.T. (1997). Teknik Reparasi kulkas & Conditioning, Tata McGraw-Hill Publishing
AC,Cv. Bahagia,Pekalongan. Company Limited, New Delhi..
Moran.Michael J. (1976). Fundamentals of ASHRAE. (2005). Handbook Fundamental.
Engineering Thermodinamics,John Wiley &
Son,New York.

18 e-ISSN 2406-9329

Anda mungkin juga menyukai