Anda di halaman 1dari 5

SOAL ESSAY

NASIONALISME

Penyusun : Gugum Gumelar

Bagaimana mengimplementasikan Nilai-nilai dasar yang ada di dalam Pancasila


dikaitkan dengan kedudukan Aparatur Sipil Negara, sebagai pelaksana kebijakan
publik sebagai pelayan publik dan sebagai perekat pemersatu bangsa?

Cara mengimplementasikan Nilai-nilai dasar yang ada di dalam Pancasila dikaitkan dengan
kedudukan Aparatur Sipil Negara, sebagai:
1. Pelaksana kebijakan publik
Tugas utama Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah melaksanakan kebijakan publik peraturan-
peraturan yang sudah ada dari pemerintah dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Kemudian melakukan proses pelayanan publik yang prima kepada masyarakat dalam hal
mengimplementasikan nilai-nilai dasar yang ada di dalam Pancasila adalah dengan
mengamalkan ke lima sila dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari sehingga ke lima sila
Pancasila tercermin dalam sikap dan tindakan seorang ASN. Menjadi aparatur yang
mempunyai integritas kebangsaan yang tinggi terhadap kelembagaan, tupoksi dan kerja yang
tinggi. Kemudian karakter integritas juga tercermin dalam kecintaan terhadap produk-produk
lokal bangsa Indonesia sendiri. Nasionalisme yang di implementasikan menjadi karakter
perilaku terhadap produk yang dihasilkan oleh bangsa Indonesia. Dalam hal profesi saya
sebagai dosen dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maka saya harus
melaksanakan pekerjaan saya dengan penuh tanggung jawab, melaksanakn Tri Dharma
Perguruan Tinggi yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Selain itu sebagai pelaksana
kebijakan public, seorang ASN harus bersikap netral terhadap pandangan politik tertentu.
Seorang ASN harus bersikap adil kepada masyarakat, menghindari terjadinya konflik
kepentingan, dan ikut serta mempererat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam kontek
Pemilu, posisi ASN sangat jelas karena diatur dalam UU No 7/2017 tentang Pemilu, PKPU
No 23/2018 tentang Kampanye Pemilu, dan Peraturan Bawaslu No 28/2018 tentang
Pengawasan Kampanye Pemilu. Dalam konteks tugas, ASN dalam birokrasi sejatinya adalah
profesi yang terikat pada tugas dan kewajiban menjalankan seluruh peraturan dan program
Pemerintah, baik pusat maupun daerah

2. Pelayan publik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “pelayan” merupakan sebuah kata
benda yang memiliki dua makna. Makna pertama adalah orang yang melayani, kemudian
makna kedua adalah pembantu atau pesuruh. Kedua makna ini sudah jelas bahwa kedudukan
seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah sebagai orang yang “melayani” atau “pesuruh”
yang dipekerjakan oleh masyarakat dan digaji oleh masyarakat melalui pajak yang dibayar
oleh masyarakat. Oleh sebab itu, sebuah keanehan apabila seorang “pembantu” bertindak
semena-mena atau tidak sopan pada seorang “majikan”nya. Prinsip pelayanan publik
sebenarnya sangatlah simpel, yakni kita sebagai ASN harus melayani publik dalam hal ini
adalah masyarakat umum dan sesama ASN lain. Pelayanan publik ini memiliki beberapa
nilai, salah satunya adalah Responsif, maknanya adalah dalam penyelenggaraan pelayanan
publik Instansi/OPD wajib mendengar dan menenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya.
Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan akan
tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur dan
biaya penyelenggaraan pelayanan. Oleh sebab itu, sebagai ASN harusah mendengar aspirasi
dan keinginan masyarakat yang menduduki posisi sebagai agen/majikan dari sebuah
pemerintahan. Nilai kedua adalah Aksesibel, artinya pelayanan publik yang diselenggarakan
harus dapat dijangkau oleh masyarakat dalam arti fisik dan non-fisik. Arti fisik yang
dimaksud adalah dari segi kedekatan, keterjangkauan dengan kendaraan publik, mudah
dilihat dan gampang diketemukan. Kemudian, arti non fisik adalah yang terkait dengan biaya
dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut.
Nilai ketiga adalah Mudah dan Murah, artinya penyelenggaraan pelayanan publik harus
tidak boleh dipersulit dalam masalah birokrasi. Kemudian, pelayanan tersebut haruslah
terjangkau dan seminimal mungkin ditekan biayanya agar masyarakat dapat mengonsumsi
pelayanan tersebut. Poin pentingnya adalah pemerintah tidak mencari keuntungan melainkan
untuk memenuhi mandat konstitusi (Undang Undang Dasar  1945). Selain itu, tentunya
masih banyak nilai dari pelayanan publik tersebut yang bisa diaktualisasikan oleh ASN
dalam menjalankan roda pemerintahan. Akan tetapi, lebih jelas tentang bagimanaa ASN
bersikap tersebut sebenarnya sudah terangkum dalam materi Manajemen ASN, yang
mencakup Whole Of Government (WoG) dan Pelayanan Publik. Semua materi tersebut
tidaklah bermanfaat apabila tidak dihabituasikan dan diaktulisasikan oleh ASN di tempat
kerja. Salah satu contoh kecil adalah ketika bagaimana pemimpin bersikap dengan para
pegawainya di kantor. Contohnya, ketika pagi hari pimpinan selalu keliling menyapa setiap
orang yang ada di kantor, “menanyakan bagaimana kabar” terus “apa yang mau dilakukan
hari ini?”. Hal terpenting adalah bersikap “ahsan” (terbaik) dalam memantau pekerjaan
pegawainya, tidak pernah marah pada pegawainya dan selalu memberikan jalan tengah dari
masalah-masalah yang dihadapi oleh pegawainya baik dengan responden maupun
stackholder. Oleh sebab itu, apabila sudah terciptanya pelayanan publik dari dalam instansi
tersebut, khususnya dari pimpinan ke bawahan dan bawahan ke pimpinan maka akan tercipta
pelayanan publik yang ramah dan santun terhadap masyarakat.

3. Perekat pemersatu bangsa


Salah satu peran ASN menurut UU No. 5 Tahun 2014 bahwa ASN adalah perekat pemersatu
bangsa, selanjutnya pegawai ASN bertugas untuk mempereratpersatuan dan kesatuan NKRI.
Hiruk pikuk momentum Pilkada dan Pilpres mengundang sorotan publik terhadap netralitas
ASN. Pembahasan ini selalu menjadi topik hangat yang dikritisi oleh berbagai kalangan,
termasuk dalam hal pengawasan Pemerintah terhadap perilaku ASN selama proses pemilihan
berlangsung. ASN harus selalu mengingat esensi kehadiran aparatur birokrasi sebagai
penjaga dan pemersatu bangsa. Netralitas bukan hanya disikapi sebagai aturan namun
sebagai kode etik dasar dan integritas dalam perilaku keseharian ASN saat memberikan
pelayanan publik. ASN memiliki fungsi yang sakral dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, yaitu sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Terkait netralitas, sikap tersebut
wajib dimiliki karena ASN turut berperan menjaga keberagaman suku, etnis, dan agama di
Indonesia. Dengan begitu pelayanan publik yang diberikan juga tidak bersifat diskriminatif,
sebaliknya berorientasi pada sikap profesional dalam menjalankan profesinya. Berdasarkan
data 23 Juli 2019, 991 ASN yang melanggar netralitas terancam sanksi disiplin dan kode etik.
Mengacu kepada data Kedeputian BKN Bidang Pengawasan dan Pengendalian menetapkan
991 ASN terlibat dalam pelanggaran netralitas (data per Januari 2018 s/d Juni 2019). Dari
total tersebut, 299 sudah diproses sampai tahap pemberian sanksi yang terdiri dari 179
dikenakan sanksi disiplin dan 120 dikenakan sanksi kode etik. Adapun 692 sisanya yang
belum ditetapkan sanksi masih dalam tahap pemeriksaan dan klarifikasi lebih lanjut dengan
pihak instansi masing-masing. Sebelumnya BKN sudah melakukan sinkronisasi data
pelanggaran netralitas dengan instansi Pemerintah Daerah (Provinsi/Kota/Kabupaten) pada
tanggal 4–10 Juli 2019. Mengingat dari total 991 ASN yang terlibat pelanggaran netralitas,
99.5% berstatus pegawai instansi Pemerintah Daerah. Jenis pelanggaran dan sanksi disiplin
untuk ASN yang terbukti melanggar netralitas diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53
Tahun 2010 tentang Disiplin PNS yakni pertama, pelanggaran netralitas berkategori sanksi
hukuman disiplin sedang dengan sanksi berupa: Penundaan kenaikan gaji berkala selama satu
tahun; Penundaan kenaikan pangkat selama satu tahun; dan Penurunan pangkat setingkat
lebih rendah selama satu tahun. Kedua, pelanggaran netralitas yang berkategori hukuman
disiplin berat dengan sanksi berupa: Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama tiga
tahun; Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah; Pembebasan dari
jabatan; hingga Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS.
Ketentuan lain mengenai netralitas ASN juga diatur pemerintah melalui Undang-undang
nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu.

Anda mungkin juga menyukai