Anda di halaman 1dari 6

Nama : Diniastuti

NIM : 1804221

Prodi : PGMI

TK/Semster : 3/5

Mata Kuliah : ABK

Dosen Penggampu : Oki Lukmanul Hakim, M.Pd.I

 Ruang lingkup ABK


Pada masa-masa lalu, pendidikan merupakan hak istimewa diseluruh dunia.
Sekarang ini, sebagian besar anak-anak di negara-negara maju telah memiliki hak untuk
mengikuti sekolah. Bangsa-bangsa tersebut telah mingimplementasikan pendidikan wajib
atau wajib belajar (compulsory education) di berbagai tingkatan. Pemerintah diharuskan
untuk mempersiapkan pendidik, sedangkan para orang tua diharuskan mengirimkan anak-
anak dengan seluruh kemampuan dan latar belakang tiba di sekolah setiap pagi.
Keanekaragaman anak-anak seperti ini membutuhkan para guru yang terampil dan para
profesional lainnya, sebuah tantangan bagi kita semua.
Di berbagai bangsa, anak-anak yang cacat sekarang menjadi bagian dari sistem
pendidikan publik dan memiliki hak memperoleh pendidikan, historis telah diikutsertakan
dalam perbincangan tentang pendidikan kebituhan khusus, sementara program-program
untuk anak-anak berbakat tidaklah seuniversal program bagi anak-anak yang berkelainan
(cacat). Dewasa ini, anak-anak yang berkekomunikasi, berkesulitan belajar,
penyimpangan perilaku, cacat penglihatan (tunanetra), butuhan khusus meliputi mereka
penyandang cacat/keterbelakangan mental (tunagrahita), cacat pendengaran (tunarungu),
cacat fisik dan kesehatan (tuna daksa), berbakat dan kreatif, atau suatu kombinasi daru
cacat ganda dan/atau talenta khusus.

 Kategori ABK
 Autisme
Autisme adalah beberapa spectrum kondisi dimana seseorang memiliki
tantangan dalam kemampuan sosial, baik itu dalam berbicara maupun komunikasi
non-verbal. Ada beberapa jenis autisme dan setiap jenisnya memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing.
 Keterlambatan Tumbuh Kembang
Keterlambatan tumbuh kembang pada anak lebih dari sekedar “tertinggal”. Anak
kecil memang tidak memiliki jadwal ketat dalam hal tumbuh kembang. Namun secara
umum, keterlambatan perkembangan ini dialami secara berkelanjutan dimana anak-
anak yang lain sudah berkembang secara normal.
 Gangguan Emosi
Secara garis besar, gangguan emosi adalah sebuah kondisi dimana terjadi
kesulitan pengendalian emosi dalam waktu yang panjang, yang pada akhirnya
membawa dampak pada kemampuan edukasi, fisik, sosial, atau kemampuan kognitif
lainnya.
 Tunarungu (Termasuk Gangguan Pendengaran)
Tunarungu didefinisikan sebagai sebagian atau sepenuhnya tidak bisa
menggunakan indra pendengaran. Yang dialami para tunarungu adalah kehilangan
kemampuan mendengar, baik dari yang ringan sampai yang berat.
 Tunanetra (Termasuk Gangguan Penglihatan)
Serupa seperti tunarungu, tunanetra mengalami kehilangan kemampuan, baik
total maupun sebagian, pada indra penglihatannya. Gangguan ini tidak dapat
diperbaiki dengan sesederhana mengenakan kacamata.
 Tunanetra-Rungu (Buta-Tuli)
Buta-tuli adalah kombinasi dari gangguan penglihatan dan pendengaran
sehingga menghambat kemampuan komunikasi, akses informasi dan
bersosialisasi.Menjadi buta-tuli bukan berarti sepenuhnya buta atau sepenuhnya tuli.
Beberapa orang yang buta-tuli mengalami pengurangan penglihatan dan/atau
pendengaran. Jadi bukan salah satu hal saja, tetapi gangguan kombinasi dari kedua
indra tersebut.
 Disabilitas Intelektual (Keterbelakangan Mental) Intelectual Disability (ID)
adalah penggeneralisasi dari gangguan perkembangan saraf yang menyebabkan
disabilitas pada kemampuan adaptasi fungsional dan intelektual. Biasanya gangguan
ini dicirikan oleh IQ dengan nilai di bawah 70.
 Disabilitas Belajar
Disabilitas belajar berbeda dengan disabilitas intelektual. Disabilitas ini ditandai
dengan kelemahan pada kemampuan utama akademis seperti membaca, menulis dan
berhitung (matematika).
 Gangguan Wicara
Gangguan wicara didefinisiakan kelainan yang dialami dengan gejala sulit
berkomunikasi verbal seperti terbata-bata, artikulasi tidak jelas, dan juga gangguan
pada suara. Gangguan wicara dapat mempengaruhi kemampuan akademis pada anak.
 Gangguan Ortopedik (Tunadaksa)
Kadang disebut juga dengan kelainan tulang. Gangguan ortopedik ini disebabkan
dari beberapa penyakit seperti tuberculosis tulang, patah tulang, polio, dan dapat juga
karena gangguan yang terjadi saat masih dalam janin.
 Cidera Otak Traumatik
Cidera ini biasanya disebabkan oleh hantaman ke bagian kepala atau badan
seseorang, baik sengaja dilakukan dengan kekerasan maupun tidak. Cidera otak
ringan dapat mempengaruhi sel otak sementara. Pada beberapa kasus yang berat,
cidera otak dapat menyebabkan pembengkakan, pendarahan, dan luka lain pada otak.

 Klasifikasi ABK
Sejumlah ahli mengklasifikasikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) menjadi tiga (3)
kategori, yaitu anak berkelainan fisik, anak berkelainan mental emosional dan
berkelainan akademik.
1. Anak Berkelainan Fisik
Anak berkelainan fisik dibedakan menjadi 3 yaitu: anak tunanetra, tunarungu,
tunadaksa.
 Tunanetra adalah anak-anak yang mengalami kelainan atau gangguan fungsi
penglihatan, yang memiliki tingkatan atau klasifikasi yang berbeda.
Berdasarkan tingkat ketajaman penglihatan dapat diklasifikasikan menjadi
Low Vision (kurang lihat, ketajaman penglihatan 6/20m-6/60m) dan the
blind (berat, ketajaman penglihatan kurang dari 6/60m). Sedangkan
berdasarkan adaptasi pedagogis dapat diklasifikasikan menjadi kemampuan
melihat sedang, ketidakmampuan melihat taraf berat dan ketidakmampuan
taraf sangat berat.
 Tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi ketidakfungsian
organ pendengaran atau telinga seorang anak. Kondisi ini menyebabkan
mereka mengalami hambatan atau keterbatasan dalam merespon bunyi-
bunyi yang ada disekitarnya. Dalam klasifikasi khusus, tunarungu dibedakan
menjadi tunarungu ringan (tingkat kesulitan 25-45 db), tunarungu sedang
(tingkat kesulitan 46-70 db), tunarungu berat (tingkat kesulitan 71-90 db),
dan tunarungu sangat berat (tingkat kesulitan lebih dari 90 db).
 Tunadaksa adalah anak-anak yang mengalami kelainan fisik atau cacat
tubuh, yang mencakup kelainan anggota tubuh maupun yang mengalami
kelainan gerak dan kelumpuhan. Berdasarkan tingkat kelainannya
diklasifikasikan menjadi celebral palsy (ringan, sedang, dan berat),
berdasarkan letaknya (spastic, kekakuan pada sebagian atau seluruh
ototnya, dyskenesia, gerakan tak terkontrol serta terjadi kekakuan pada
seluruh tubuh yang sulit digerakkan), ataxia (gangguan keseimbangan,
koordinasi mata dan tangan tidak berfungsi), campuran (mengalami
kelainan ganda); berdasarkan polio: tipe spinal (kelumpuhan pada otot-otot
leher, sekat dada, tangan dan kaki), tipe bulbair (kelumpuhan fungsi
motorik pada satu saraf tepi atau lebih yang menyebabkan adanya
gangguan pernapasan), tipe bulbispinalis (gangguan antara tipe spinal dan
bulbair) dan enceaphalitis (umunya ditandai dengan demam, kesadaran
menurun, tremor, dan kadang- kadang kejang).
2. Anak Berkelainan Mental-Emosional
Anak berkelainan mental emosional dibedakan menjadi tunagrahita dan
tunalaras.
 Tunagrahita, didasarkan berbagai tinjauan diantaranya berdasarkan
kapasitas skor intelektualnya (IQ). Tunagrahita ringan (IQ 50-70),
tunagrahita sedang (IQ 35-50), tunagrahita berat (IQ 20-35) dan tunagrahita
sangat berat (IQ dibawah 20). Sedangkan berdasarkan kamampuan
akademik di bagi manjadi mampu didik, mampu latin dan perlu dirawat.
 Tunalaras adalah anak-anak yang mengalami gangguan perilaku, yang
ditunjukkan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun
lingkungan sosialnya. Anak tunalaras diklasifikasikan berdasarkan perilaku
dan kepribadiannya. Berdasarkan perilakunya: beresiko tinggi (hiperaktif,
suka berkelahi, memukul, melawan, sulit konsentrasi dan lain- lain),
beresiko rendah (autism, khawatir, cemas, ketakutan dan lain- lain), kurang
dewsa (suka berfantasi, berangan-angan, mudah dipengaruhi, kaku, dan
lain-lain). Sedangkan berdasarkan kepribadiannya diklasifikasikan menjadi:
kekacauan perilaku, menarik diri, ketidakmatangan dan agresi sosial.
3. Anak Berkelainan Akademik
Anak berkelainan akademik dibedakan menjadi anak berbakat dan anak
berkesulitan belajar.
 Anak berbakat adalah anak-anak yang mengalami kelainan intelektual di
atas rata- rata. Klasifikasi anak berbakat pada umumnya dilihat dari tingkat
intelegensinya, berdasarkan standar Stanford Belnet meliputi: kategori rata-
rata tinggi (dengan IQ 110-119), kategori superior (dengan IQ 120-139), dan
kategori sangat superior (dengan IQ 140-169).
 Anak berkesulitan belajar merupakan salah satu jenis anak berkebutuhan
khusus yang ditandai dengan adanya kesulitan untuk mencapai standar
kompetensi (prestasi) yang telah ditentukan dengan mengikuti
pembelajaran konvensional. Anak berkesulitan belajar juga sering disebut
Learning Disability. Kesulitan belajar perkembangan diklasifikasikan lebih
spesifik menjadi: kesulitan belajar perkembangan (kesulitan belajar pada
anak dibawah 5 tahun) dan kesulitan belajar akademik (kesulitan pada anak
pada usia diatas 6 tahun, contohnya kesulitan berhitung (diskalkulia),
kesulita membaca (disleksia), kesulitan menulis (disgrapia), kesulitan
berbahasa (dysphasia), dan tidak terampil (dispraksia).

Anda mungkin juga menyukai