“SIROSIS HEPATITIS”
NAMAKELOMPOK :
1.Revy Qairuniza (2720180102)
2. Chika Amelia Aryanti (2720190103)
3.Annisa Maulia Febrianingsih (2720180006).
4. Siska Lestari (2720180048)
5. Siti Ratna Aida (2720180049)
6. Amri (2720180076)
7. Syaifudin Nur Hidayat (2720180014)
8. Werdi Siti Yumroh (2720180064)
Dosen Pembimbing
Ns. Istiqomah, S.kep., M.Pd
FakultasIlmu Kesehatan
S1 IlmuKeperawatan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sirosis hati merupakan penyakit kronis hati yang ditandai dengan
fibrosis, disorganisasi dari lobus dan arsitektur vaskular, dan regenerasi nodul
dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas,
pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati
akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur
akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut. Penyakit ini merupakan
stadium terakhir dari penyakit hati kronis Istilah Sirosis diberikan petama kali
oleh Laennec tahun 1819, yang berasal dari kata kirrhos yang berarti kuning
akohol secara berlebihan dalam jangka waktu yang lama, hepatitis B dan C,
dalam hati (nonalcoholic fatty liver disease), penyakit hati yang disebabkan
Sekitar 400 juta orang di dunia telah terinfeksi virus hepatitis B, dan
30% pasien dengan hepatitis B kronik akan berkembang menjadi sirosis hati,
dan jika tanpa perawatan sekitar 15 % pasien sirosis hati akan meninggal dalam
hepatorenal.
gangguan fungsi ginjal pada pasien sirosis hepatis tahap lanjut. Sindroma
kelainan yang lain pada ginjal. Hal yang mendasar penyebab SHR ini
Prognosis pasien dengan SHR ini buruk, harapan hidup pada bulan pertama
dan gangguan fungsi ginjal (Gerbes & Gulberg, 2006). Gangguan fungsi 3
penyakit tersebut agar dapat lebih bisa mempersiapkan tindakan apa yang
hepatorenal.
B. Rumus Masalah
1. Apa saja Anatomi fisiologi Hati ?
2. Apa Pengertian Sirosis hati ?
3. Apa Epidemiologi Sirosis Hati
4. Apa Penyebab Sirosis hati ?
5. Bagaimana Manifestasi Klinis Sirosis Hepatis ?
6. Bagaimana Patofisiologi Sirosis Hepetis ?
7. Apa Saja Klasifikasi Sirosis Hepatis ?
8. Bagaimana Penatalaksanaan Sirosis Hepatis ?
C. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Fisiologi Hati
Menurut Guyton & Hall (2008), hati mempunyai beberapa fungsi
yaitu:
a. Metabolisme karbohidrat
Fungsi hati dalam metabolisme karbohidrat adalah menyimpan
glikogen dalam jumlah besar, mengkonversi galaktosa dan
fruktosa menjadi glukosa, glukoneogenesis, dan membentuk
banyak senyawa kimia yang penting dari hasil perantara
metabolisme karbohidrat.
b. Metabolisme lemak
Fungsi hati yang berkaitan dengan metabolisme lemak, antara
lain: mengoksidasi asam lemak untuk menyuplai energi bagi
fungsi tubuh yang lain, membentuk sebagian besar kolesterol,
fosfolipid dan lipoprotein, membentuk lemak dari protein dan
karbohidrat.
c. Metabolisme protein
Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah deaminasi asam
amino, pembentukan ureum untuk mengeluarkan amonia dari
cairan tubuh, pembentukan protein plasma, dan interkonversi
beragam asam amino dan membentuk senyawa lain dari asam
amino.
d. Lain-lain
Fungsi hati yang lain diantaranya hati merupakan tempat
penyimpanan vitamin, hati sebagai tempat menyimpan besi
dalam bentuk feritin, hati membentuk zat-zat yang digunakan
untuk koagulasi darah dalam jumlah banyak dan hati
mengeluarkan atau mengekskresikan obat-obatan, hormon dan
zat lain.
Laennec tahun 1819, yang berasal dari kata kirrhos yang berarti
40 – 49 tahun (Maryani,2003).
3. Etiologi
Etiologi sirosis hepatis bermacam-macam, kadang lebih dari satu
4. Manefistasi Klinis
Perjalanan pernyakit sirosis hati lamban, asimtomatis dan sering kali
tidak dicurigai sampai adanya komplikasi hati. Banyak penderita ini
yang tidak terdiagnosis sebagai sirosis hepatis sebelumnya dan sering
ditemukan waktu autopsi. Diagnosis sirosis hepatis asimptomatis
biasanya dibuat secara insidental ketika tes pemeriksaan fungsi hati
atau penemuan radiologi, sehingga kemudian penderita melakukan
pemeriksaan lebih lanjut dan biopsi hati (Nurdjana, 2014).
Gambaran klinik dan gambaran laboratorium biasanya cukup untuk
mengetahui adanya kerusakan hepar. Walaupun biopsi jarum perkutan
pada hati tidak biasa dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis sirosis
hepatis, tetapi dapat membantu membedakan pasien sirosis hepatis
dengan pasien penyakit hati lain dan menyingkirkan diagnosis bentuk
lain dari kerusakan hati seperti hepatitis virus. Biopsi juga dapat
menjadi alat untuk mengevaluasi pasien sirosis dengan gambaran
klinik sirosis alkoholik, namun menyangkal telah mengkonsumsi
alkohol. Pasien sirosis dengan kolestasis, USG dapat menyingkirkan
diagnosa adanya obstruksi biliaris (Doubatty,2009).
5. Patofisiologi
Sirosis hepatis terjadi akibat adanya cedera kronik-reversibel
(Nurdjana,2014).
(Sherlock, 2011).
2011).
6. Klafikasi
1) Sirosis mikronoduler
yang tipis.
2) Sirosis makronoduler
komplit).
normal.
7. Penatalaksanaan ( Kolaborasi)
a. Tindakan Diagnostik
Diagnosis sirosis hati ditegakkan berdasarkan
(Jurnalis, 2014).
b. Tindakan Medis
1) Angiografi
Untuk mengukur tekanan vena porta.
2) Skan/ biopsi hati
Mendeteksi infiltrat lemak, fibrosis, kerusakan jaringan
hati.
3) Partografi transhepatik perkutaneus Memperlihatkan
sirkulasi sistem vena portal.
c. Terapi Farmakologi
a. Spironolactone,Untuk mengurangi kelebihan cairan di
dalam tubuh.
b. Propranolol,Untuk mengurangi tekanan yang tinggi di
dalam hati.
c. Mengonsumsi suplemen untuk mengatasi kekurangan
nutrisi dan mencegah pengeroposan tulang.
d. Menggunakan krim untuk mengatasi rasa gatal.
e. Mengikat pembuluh darah yang melebar di
kerongkongan dan berisiko menimbulkan perdarahan,
dengan gastroskopi.
d. Terapi diet
1) Energi: Kebutuhan energi meningkat untuk
memperbaiki kekurangan gizi yang berkepanjangan dan
untuk mendorong regenerasi hati. Kebutuhan kalori
adalah antara 2000-2500 kalori per hari.
2) Protein: Diet protein tinggi sangat membantu untuk
regenerasi hati dan mengisi ulang protein plasma. Jika
tidak dalam keadaan koma hepatik, disarankan asupan
protein tinggi sekitar 1.2gm / kg berat badan. Jika
pasien dalam keadaan pra koma atau koma, asupan
protein harus dihentikan sampai pasien melawati masa
krisis
3) Karbohidrat: Karbohidrat harus diberikan agar hati
dapat menyimpan glikogen. Fungsi hati akan membaik
dengan jumlah glikogen yang memadai dalam hati.
Setidaknya sekitar 60% dari kalori harus berasal dari
karbohidrat. Ini menyediakan energi dan melindungi
hati dari kerusakan lebih lanjut.
4) Fiber: Serat penggangu harus dihilangkan. Oleh karena
itu sereal olahan dan sayuran rendah serat dan buah-
buahan harus dimasukan dalam menu makanan.
5) Lemak: Banyak pasien sirosis menderita malabsorpsi
lemak dan oleh karena itu, pembatasan lemak akan
membantu pasien. Jumlah lemak yang dimasukkan
dalam diet bervariasi, tergantung pada tingkat toleransi
setiap individu.
Lemak emulsi seperti lemak dari susu, mentega, krim,
telur harus diberikan karena mudah dicerna. Trigliserida
rantai menengah yang ada dalam minyak kelapa
direkomendasikan karena ini secara langsung diserap
tanpa mengalami proses pencernaan.
6) Vitamin: vitamin larut lemak seperti vitamin A, B tidak
dapat diserap oleh tubuh dengan baik karena
berkurangnya asupan dan gangguan penyerapan lemak.
Jadi suplementasi vitamin larut lemak diperlukan.
7) Mineral: Jumlah kalsium yang cukup dan magnesium
harus disediakan dalam diet. Asupan natrium harus
dibatasi jika ada retensi air dalam tubuh.
Catatan:
a) Sajikan makanan lunak dengan tekstur halus.
b) Pasien dengan penyakit yang akut mungkin
memerlukan diet cairan dengan 6-8 kali dalam
sehari.
c) Batasi penggunaan garam dalam setiap makanan.
d) Pasien harus didorong untuk makan.
e) Hindari makan dalam jumlah banyak.
f) Makanan yang perlu dimasukkan: gula, madu,
glukosa, sereal, kacang-kacangan, susu dan produk
susu, telur, buah-buahan, dan sayuran.
g) Makanan yang harus dihindari: makanan yang
digoreng dan berlemak, berminyak, minyak sayur,
serta sayuran dan makanan yang terlalu dibumbui
8. Komplikasi
Komplikasi sirosis hepatis yang utama adalah hipertensi portal,
9. Upaya Pencegahan
a. Membatasi Konsumsi Alkohol
Konsumsi alkohol berlebih bisa meningkatkan terjadinya
sirosis karena alkohol bisa memberatkan beban kerja hati dan
merusak fungsinya secara terus-menerus secara perlahan. Itu
sebabnya bagi kamu yang gemar konsumsi alkohol, dianjurkan
untuk tidak konsumsi secara berlebihan. Standar batas
konsumsi alkohol untuk orang dewasa adalah maksimal 20
gram alkohol per hari. Ukuran ini setara dengan 1.5 kaleng bir
atau wine per hari.
b. Melindungi Diri dari Infeksi Virus Hepatitis
Infeksi virus hepatitis B dan C bisa menyebabkan sirosis. Itu
sebabnya kamu perlu melindungi diri dari hepatitis untuk
mencegah terjadinya sirosis, yaitu dengan tidak berganti-ganti
pasangan dan menggunakan kondom saat berhubungan seksual
(safe sex), serta melakukan vaksinasi untuk mencegah hepatitis
B.
c. Menerapkan Pola Makan Sehat
Konsumsi makanan sehat bergizi seimbang, terutama sayuran
dan buah-buahan. Demi mencegah perlemakan hati yang bisa
menyebabkan kerusakan, kamu dianjurkan mengonsumsi
makanan yang rendah lemak untuk membantu menurunkan
lemak berlebih dalam tubuh.
d. Rutin Berolahraga
Berolahraga bukan hanya bisa menurunkan berat badan, tapi
juga menjaga berat badan tetap ideal agar terhindar dari risiko
kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas. Selain itu,
olahraga mencegah perlemakan hati yang merupakan faktor
risiko sirosis. Pilih olahraga yang kamu sukai dan lakukan
secara rutin, setidaknya 15 - 30 menit tiap hari.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien sirosis hepatis menurut Doenges (2000) sebagai
berikut:
a) Demografi
1) Usia : diatas 30 tahun
2) Laki-laki beresiko lebih besar daripada perempuan
3) Pekerjaan : riwayat terpapar toksin
b) Riwayat Kesehatan
1) Riwayat hepatitis kronis
2) Penyakit gangguan metabolisme : DM
3) Obstruksi kronis ductus coleducus
4) Gagal jantung kongestif berat dan kronis
5) Penyakit autoimun
6) Riwayat malnutrisi kronis terutama KEP
c) Pola Fungsional
1) Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan.
Tanda : Letargi, penurunan massa otot/ tonus.
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat Gagal Jantung Kongestif (GJK) kronis,
perikarditis, penyakit jantung rematik, kanker (malfungsi hati
menimbulkan gagal hati), disritmia, bunyi jantung ekstra, DVJ;
vena abdomen distensi.
3) Eliminasi Gejala :
Flatus.
Tanda : Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites),
penurunan/ tak adanya bising usus, feses warna tanah liat, melena,
urine gelap, pekat.
4) Makanan/ cairan
Gejala : Anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/ tak dapat
mencerna, mual/ muntah.
Tanda : Penurunan berat badan/ peningkatan (cairan), kulit kering,
turgor buruk, ikterik : angioma spider, napas berbau/ fetor
hepatikus, perdarahan gusi.
5) Neurosensori
Gejala : Orang terdekat dapat melaporkan perubahan
kepribadian, penurunan mental.
Tanda : Perubahan mental, bingung halusinasi, koma, bicara lambat/
tak jelas.
6) Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan abdomen/ nyeri kuadran kanan atas. Tanda :
Perilaku berhati-hati/ distraksi, fokus pada diri sendiri.
7) Pernapasan Gejala :
Dispnea.
Tanda : Takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan,
ekspansi paru terbatas (asites), hipoksia.
8) Keamanan Gejala :
Pruritus.
Tanda : Demam (lebih umum pada sirosis alkohlik), ikterik,
ekimosis, petekie.
9) Seksualitas
Gejala : Gangguan menstruasi, impoten.
Tanda : Atrofi testis, ginekomastia, kehilangan rambut (dada, bawah
lengan, pubis)
d) Pemeriksaan Fisik
1) Tampak lemah
2) Peningkatan suhu, peningkatan tekanan darah (bila ada
kelebihan cairan)
3) Sclera ikterik, konjungtiva anemis
4) Distensi vena jugularis dileher
5) Dada :
Ginekomastia (pembesaran payudara pada laki-laki)
Penurunan ekspansi paru
Penggunaan otot-otot asesoris pernapasan
Disritmia, gallop
Suara abnormal paru (rales)
6) Abdomen :
Perut membuncit, peningkatan lingkar abdomen
Penurunan bunyi usus
Ascites/ tegang pada perut kanan atas, hati teraba keras
Nyeri tekan ulu hati
7) Urogenital :
Atropi testis
Hemoroid (pelebaran vena sekitar rektum)
8) Integumen :
Ikterus, palmar eritema, spider naevi, alopesia, ekimosis
9) Ekstremitas :
Edema, penurunan kekuatan otot
2. Diagnosa keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru,
asites.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
inadekuat.
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ascites, edema.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
e. Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan akumulasi garam
empedu pada kulit.
f. Resiko perdarahan berhubungan dengan gangguan metabolisme
protein.
g. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan pertahanan tubuh.
h. Resiko perubahan proses pikir berhubungan dengan peningkatan
amonia dalam darah.
3. Intervensi dan Rasional
Intervensi :
Intervensi :
1) Ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori.
Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan pemasukan.
2) Berikan makan sedikit tapi sering.
Rasional : Buruknya toleransi terhadap makanan banyak mungkin
berhubungan dengan peningkatan tekanan intraabdomen/ asites.
3) Berikan perawatan mulut sering dan sebelum makan.
Rasional : Klien cenderung mengalami luka dan perdarahan gusi
dan rasa tidak enak pada mulut dimana menambah anoreksia.
4) Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Mungkin sulit untuk menggunakan berat badan sebagai
indikator langsung status nutrisi karena ada gambaran edema/
asites.
5) Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh glukosa serum, albumin,
total protein dan amonia.
Rasional : Glukosa menurun karena gangguan glukogenesis,
penurunan simpanan glikogen, atau masukan tidak adekuat.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ascites, edema.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
terjadi balance cairan.
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan volume cairan stabil dengan keseimbangan
pemasukan dan pengeluaran.
b. Berat badan stabil.
c. Tanda vital dalam rentang normal dan tidak ada edema.
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :