1. Reaksi Selektif
Reaksi selektif adalah reaksi dengan pereaksi khas yang akan beraksi dengan
beberapa zat yang ada dalam suatu sampel. Sebagai contoh, dalam suatu sampel
mengandung kation Hg2+, Ba2+, Hg+, Pb2+, Ag+, dan Zn2+. Jika diberikan larutan
NaCl maka beberapa zat akan membentuk endapan putih (Hg2Cl2, PbCl2, dan
AgCl2) dan sisanya tidak akan membentuk endapan putih.
2. Reaksi Spesifik
Reaksi spesifik adalah reaksi antara zat tertentu dengan pereaksi zat tersebut,
sehingga identifikasi hanya fokus terhadap satu zat saja.
Terdapat tiga tahapan analisa dalam karakterisasi kimia material yakni uji pendahuluan,
uji kation, dan uji anion.
A. Uji Pendahuluan
1. Organoleptik
Uji organoleptik merupakan salah satu bagian dari uji pendahuluan yang
bertujuan untuk mengetahui sifat fisik dari suatu zat, sifat fisik ini dapat berupa
warna dan bau. Uji organoleptik dilakukan dengan indera-indera manusia,
langkah untuk melakukan uji organoleptik adalah sebagai berikut
Identifikasi zat kimia berdasarkan
a. Wujud
b. Warna
c. Kelarutan dalam air (jika padatan)
d. Bau (jangan dihirup langsung. Arahkan tangan agar aroma zat ke
hidung)
e. Bandingkan dengan literatur
2. Pemanasan Kering
Uji pemanasan kering merupakan pengujian yang dilakukan dalam tabung reaksi
untuk merubah wujud zat yang ada dalam tabung tersebut. Hal ini dilakukan agar
terdapat perubahan wujud agar terlihat karakteristik spesifik dari zat tersebut.
Pemanasan dilakukan dengan api Bunsen dengan perlahan kemudian diperkuat.
Sebagai contoh terdapat beberapa karakteristik khusus dari zat jika diberikan
pemanasan kering
Observasi Hasil
Berwarna kuning ketika panas, SnO2 atau Bi2O3
dan putih ketika dingin
Berwarna kuning ketika panas PbO
dan dingin
Keluar uap oksigen NO3, ClO, ClO4, BrO3, dan IO3
Keluar bau belerang Sulfit, sulfat, dan tiosulfat
Zat Warna
Tembaga (Cu) Hijau muda
Natrium (Na) Kuning muda
Lithium (Li) Violet
Kalium (K) Ungu muda
Antimoni (Sb) Putih
Stronsium (Sr) Jingga
Tabel Reaksi Nyala Api
5. Uji Ammonia
Langkah uji ammonia mirip dengan Uji H2SO4, yakni dengan menempatkan 4-5
mg zat + H2O + NaOH pada satu tabuing reaksi. Kemudian tabung reaksi tersebut
dipanaskan, dengan lakmus merah kita dapat menguji keberadaan dari NH3 pada
campuran tersebut.
6. Uji NaOH
Pada Uji NaOH, zat yang ditempatkan pada satu tabung reaksi akan diteteskan
larutan NaOH berlebih, kemudian melalui cara ini endapan yang terbentuk (jika
ada) dapat diamati. Uji NaOH dilakukan untuk menentukan sifat amfoter dari
suatu zat, yang merupakan kondisi dimana suatu zat dapat berupa asam atau basa
pada kondisi tertentu. Jika pada pengujian NaOH sampel awal memiliki endapan
namun ketika diteteskan NaOH berlebih dan larut, maka zat tersebut memiliki
sifat amfoter. Hal ini juga dapat diperksia dengan kertas lakmus, sesuai dengan
kaidah perubahan warna kertas lakmus
7. Uji NH4OH
Pada uji NH4OH, zat yang ditempatkan pada satu tabung reaksi akan diteteskan
larutan NH4OH berlebih, kemudian melalui cara ini dapat diamati jika terdapat
endapan atau tidak. Jika zat yang diuji larut kembali maka terdapat reaksi diantara
zat tersebut dengan NH4OH, beberapa zat tidak akan bereaksi dan tidak akan larut
dengan NH4OH maka melalui cara ini dapat diidentifikasi zat-zat melalui
eliminasi tersebut.
B. Uji Kation
C. Uji Anion
Pada uji anion, prinsip yang digunakan adalah berdasarkan kelarutan garam perak,
garam kalsium, garam barium, dan garam seng. Selain itu, identifikasi anion dibagi
lagi menjadi dua yakni Class A (membentuk gas ketika ditambah HCL atau H 2SO4
encer) dan Class B (identifikasi dengan reaksi pengendapan dan redoks).
1. Ekstrak Soda
Dalam pembuatannya, akan terjadi reaksi sebagai berikut
-L= Metal
-A= Anion
Hasil reaksi yang diperoleh, yakni L2(CO3) dan 2NaA akan digunakan untuk
pengujian lainnya. L2(CO3) akan melalui penyaringan dan digunakan untuk uji
kation, sedangkan 2NaA (ekstrak soda) akan dilarutkan untuk pengujian anion.