Anda di halaman 1dari 5

Persaingan Bebas dan Dampaknya

Perubahan zaman, dan persaingan bebas atau globalisasi merupakan sebuah hal yang mau
tidak mau, suka tidak suka pasti akan dirasakan oleh sebuah Negara, baik Negara maju ataupun
Negara dengan taraf berkembang seperti Indonesia . Globalisasi yang dimanfaatkan dengan baik
akan menimbulkan dampak positif bagi individu maupun kelompok,seperti peningkatkan
kegiatan ekspor-impor, peningkatkan devisa Negara, meningkatnya transfer of technology,
berkembangnya hubungan kerjasama Internasional antar suatu Negara, meningkatnya taraf
pendidikan dengan adanya pertukaran pelajar, serta peningkatan pesat pada sector STEM (Sains,
Technology, Engineering dan Mathematics). Namun, tatkala suatu
individuataukelompoktidakmenyiapkandirisebaik-baiknya, makayang terjadiadalahsebaliknya.

MasyarakatEkonomi ASEAN (MEA) yang merupakansalahsatupenandaglobalisasiuntuk


Indonesia. MEA yang diikuti oleh sepuluh Negara anggota ASEAN lainnya melakukan suatu
integrasi dari segi ekonomi. Adanya MEA merupakan sebuah tantangan bagi Indonesia untuk
memperbaiki kualitas dari berbagai aspek, terutama dalam hal pengembangan
sumberdayamanusia. Hal ini dimaksudkan agar Indonesia memiliki daya saing tinggi dan mampu
bertahan di tengah derasnya arus persaingan global yang sangat kompetitif . Indonesia perlu
focus untuk melakukan berbagai upaya pembenahan masalah, seperti kemiskinan dan
pengangguran yang cukup tinggi.

Data 1. Tingkat Pengangguran Negara-Negara ASEAN

Sumber:https://cnbcindonesia

Pengangguran adalah salah satu problematika besar yang perlu dicermati dengan baik
oleh tiap Negara, baik Negara maju maupun Negara dalam taraf berkembang. Indonesia masih
memiliki poin yang cukup tinggi dalam hal pengangguran, yakni 5.34. Poin ini merupakan poin
tertinggi di ASEAN dan diikuti dengan Filipina 5.20, Malaysia 3.20, Singapura 2.20.

Sumber : Badan Pusat Statistik

Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) melansir bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) menurut pendidikan yang ditamatkan pada Februari 2017-Februari 2018, pengagguran
terbuka dengan prosentase terkecil adalah lulusan sekolah menengah dasar, yakni pada februari
2017 sebesar 3.57 % dan Februari 2018 sebesar 2.67%. Sedangkan prosentase terbesar diraih
oleh lulusan SMK dengan 9.27% dan 8.92%.
Tingginya prosentase pengangguran yang memprihatinkan di Indonesia tidak lain
dipengaruhi oleh kualifikasi dan kompetensi yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia.
Sumber : Human Development Index 2018

MenurutHuman Development Index 2018, Indonesia menempatiposisi ke 116 dengan index


0.694 (global 0.728) . Terjadi peningkatan namun tidak signifikan sejak tahun 1990.

Sumber : Global Competitiveness Index

Menurut Global Competitiveness Index tahun 2018, Indonesia menempati posisi ke-45
secara keseluruhan, namun untuk kemampuan yang dimiliki (skill) menempati posisike 62
dengan poin 64 (lihat pilar 6). Hal ini meliputi kualitas pelatihan vokasi, kualitas lulusan
perguruan tinggi maupun sekolah,
Prosentase pengangguran yang tinggi akan menimbulkan sebuah masalah sosial yang
besar, yakni kemiskinan. Hal ini tidak terlepas dari kurangnya ketersediaan lahan pekerjaan bagi
para pencari kerja. Seperti adanya ketimpangan yang signifikan dalam penyediaan industry
dengan lulusan siswa SMK di Indonesia. Kondisi pengangguran ini akan semakin memburuk
dengan adanya persaingan bebas, yang mana akan menghadapkan lulusan Indonesia dengan
lulusan asing, adanya kompetisi akan kompetensi yang dimiliki oleh Indonesia dengan
kompetensi asing.

Salah satu cara untuk mengatasi problematika sosial besar ini adalah dengan adanya
kegiatan pengembangan kewirausahaan, yakni dapat dikenal dengan social entrepreneurship.

Konsep Social Entrepreneurship

Social entrepreneurship merupakan sebuah istilah turunan dari entrepreneurship. Yakni


social yang artinya kemasyarakatan/masyarakat, dan entrepreneurship yang artinya
kewirausahaan. Social entrepreneur adalah seseorang yang mengerti permasalahan sosial dan
menggunakan kemampuan entrepreneurship untuk melakukan perubahan sosial (social change),
terutama meliputi bidang kesejahteraan (welfare), pendidikan dan kesehatan (healthcare)
(Cukier, 2011). Social entrepreneur memiliki kemampuan yang baik untuk menghadapi
tantangan atau dalam yang ada.
Berbeda dengan kewirausahaan bisnis, output yang ingin diraih oleh social
entrepreneurship memberikan efek positif bagi masyarakat. Terlepas dari profit oriented.
Social entrepreneur adalah agen perubahan (change agent) yang mampu untuk melaksanakan
cita-cita, mengubah, dan meningkatkan nilai-nilai sosial dan menjadi penemu berbagai peluang
untuk melakukan perbaikan diberbagai bidang (Santosa, 2007). Seorang social entrepreneur
selalu melibatkan diri dalam proses adaptasi, inovasi, pembelajaran yang terus menerus
bertindak tanpa menghiraukan berbagai hambatan atau keterbatasan yang dihadapinya dan
memiliki akuntabilitas dalam mempertanggungjawabkan hasil yang diperolehanya, kepada
masyarakat..
Pemahaman di atas memberikan suatu pengertian bahwa social entrepreneurship terdiri
dari empat elemen utama yakni : social value, civil society, innovation, and economic activity
(Palesangi, 2013).
a. Social Value. merupakan elemen khas social entrepreneurship yakni menciptakan
manfaat sosial yang nyata bagi lingkungan dan masyarakat.
b. Civil Society. Social entrepreneurship pada umumnya berasal dari inisiatif dan
partisipasi dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat. Dan
c. Innovation. Social entrepreneurship memecahkan masalah sosial dengan cara-cara
inovatif antara memadukan kearifan lokal serta inovasi sosial.
d. Economic Activity. Social entrepreneurship yang berhasil pada umumnya dengan
menyeimbangkan aktivitas social dan aktivitas bisnis.

Gairah terhadap social entrepreneurship semakin dikenal dimata masyarakat pada


dewasa ini karena terjadinya pergeseran social entrepreneurship yang semula dianggap
merupakan kegiatan yang tidak menguntungkan” (antara lain melalui kegiatan amal)
menjadi suatu kegiatan yang berorientasi bisnis (entrepreneurial private-sector business
activities) (Utomo, 2014).

Anda mungkin juga menyukai