Anda di halaman 1dari 3

[18/9 8.

34 PM] Akper Nindi: Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya,
dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari kehidupan.

Banyak agama memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna
hidup dan / atau menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka
tentang kosmos dan sifat manusia, orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau gaya hidup
yang disukai. Menurut beberapa perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di dunia.

Banyak agama yang mungkin telah mengorganisir perilaku, kependetaan, definisi tentang apa yang
merupakan kepatuhan atau keanggotaan, tempat-tempat suci, dan kitab suci. Praktik agama juga dapat
mencakup ritual, khotbah, peringatan atau pemujaan tuhan, dewa atau dewi, pengorbanan, festival,
pesta, trance, inisiasi, jasa penguburan, layanan pernikahan, meditasi, doa, musik, seni, tari, masyarakat
layanan atau aspek lain dari kebudayaan manusia. Agama juga mungkin mengandung mitologi.

[18/9 8.35 PM] Akper Ida: Hasil gambar untuk apa tuhan itu

Tuhan dipahami sebagai Roh Mahakuasa dan asas dari suatu kepercayaan. Tidak ada kesepakatan
bersama mengenai konsep ketuhanan, sehingga ada berbagai konsep ketuhanan meliputi teisme,
deisme, panteisme, dan lain-lain. Dalam pandangan teisme, Tuhan merupakan pencipta sekaligus
pengatur segala kejadian di alam semesta.

[18/9 8.36 PM] Akper Nindi: Mengapa harus bertuhan

Karena memang membutuhkan. Fitrah dasar manusia adalah butuh pegangan. Karena manusia memang
diciptakan lemah. Yang akan selalu butuh pertolongan. Diciptakan suka mengeluh. Yang akan selalu
butuh hiburan. Tidak ada kehidupan yang lebih membahagiakan selain hidup dengan penuh
kepercayaan pada Tuhan. Bahkan meskipun kepercayaannya itu sesat, masih ada bahagianya juga.
Karena ada tempat mencurahkan isi hati. Bagaimana dengan yang tidak ada kepercayaan. Mau
mengeluh kemana?. Mau curhat kemana?. Sementara beban hidup terasa sangat berat sekali. Tidak ada
pilihan. Akhirnya bunuh diri. Kekallah dia di neraka. Dan itu memang pantas. Karena ternyata, dia tidak
mengenal Tuhan. Tidak ada iman yang menyala di hatinya.

Memilih tidak bertuhan adalah sebuah kebodohan.

Berarti tidak pernah menggunakan akal pikirannya. Karena bagi yang menggunakan pikirannya, akan
sangat mudah menemukan Tuhan di dalam kehidupan sehari-hari. Memilih tidak bertuhan berarti
memilih keterbatasan. Karena kemampuan manusia sangat terbatas. Akan banyak benturan yang
dirasakan dalam kehidupannya.
Memilih tidak bertuhan berarti memilih kegelapan.

 Kehidupannya akan diwarnai kegelapan secara spiritual. Meskipun mungkin sukses secara keduniaan.
Kehidupan duniawinya tercukupi bahkan berlebih. Tapi sisi spiritualnya kosong. Kering kerontang. Dan
inipun berbahaya. Tidak hanya di akherat. Di duniapun akan banyak mendatangkan masalah. Buta di
dunia berarti buta di akherat. Inilah puncaknya. Kesengsaraan di dunia paling berapa tahun sih?.
Kesengsaraan di akherat, aduh..... Penyesalan tiada akhir.

Bertuhan adalah pilihan yang cerdas

Hidup adalah pilihan. Pilihlah bertuhan. Tentu dengan bertuhan dalam artian yang sebenar-benarnya.
Bukan hanya di mulut. Pun juga tidak hanya di hati. Tapi bertuhan dalam keseharian. Senantiasa
merasakan kehadirannya dalam aktifitas keseharian kita. Baik saat beribadah, ataupun saat tengah sibuk
dalam aktfitas keduniaan kita. Mengembalikan semuanya kepadanya. Karena semata-mata mencari
ridhoNya. Apapun itu.

[18/9 8.38 PM] Akper Ria: Tuhan dipahami sebagai Roh Mahakuasa dan asas dari suatu kepercayaan.[1]
Tidak ada kesepakatan bersama mengenai konsep ketuhanan, sehingga ada berbagai konsep ketuhanan
meliputi teisme, deisme, panteisme, dan lain-lain. Dalam pandangan teisme, Tuhan merupakan pencipta
sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta. Menurut deisme, Tuhan merupakan pencipta alam
semesta, namun tidak ikut campur dalam kejadian di alam semesta. Menurut panteisme, Tuhan
merupakan alam semesta itu sendiri. Para cendekiawan menganggap berbagai sifat-sifat Tuhan berasal
dari konsep ketuhanan yang berbeda-beda. Yang paling umum, di antaranya adalah Mahatahu
(mengetahui segalanya), Mahakuasa (memiliki kekuasaan tak terbatas), Mahaada (hadir di mana pun),
Mahamulia (mengandung segala sifat-sifat baik yang sempurna), tak ada yang setara dengan-Nya, serta
bersifat kekal abadi. Penganut monoteisme percaya bahwa Tuhan hanya ada satu, serta tidak berwujud
(tanpa materi), memiliki pribadi, sumber segala kewajiban moral, dan "hal terbesar yang dapat
direnungkan".[1] Banyak filsuf abad pertengahan dan modern terkemuka yang mengembangkan
argumen untuk mendukung dan membantah keberadaan Tuhan.

[18/9 8.39 PM] Akper Ria: Ada banyak nama untuk menyebut Tuhan, dan nama yang berbeda-beda
melekat pada gagasan kultural tentang sosok Tuhan dan sifat-sifat apa yang dimilikinya. Atenisme pada
zaman Mesir Kuno, kemungkinan besar merupakan agama monoteistis tertua yang pernah tercatat
dalam sejarah yang mengajarkan Tuhan sejati dan pencipta alam semesta,[3] yang disebut Aten.[4]
Kalimat "Aku adalah Aku" dalam Alkitab Ibrani, dan "Tetragrammaton" YHVH digunakan sebagai nama
Tuhan, sedangkan Yahweh, dan Yehuwa kadangkala digunakan dalam agama Kristen sebagai hasil
vokalisasi dari YHVH. Dalam bahasa Arab, nama Allah digunakan, dan karena predominansi Islam di
antara para penutur bahasa Arab, maka nama Allah memiliki konotasi dengan kepercayaan dan
kebudayaan Islam. Umat muslim mengenal 99 nama suci bagi Allah, sedangkan umat Yahudi biasanya
menyebut Tuhan dengan gelar Elohim atau Adonai (nama yang kedua dipercaya oleh sejumlah pakar
berasal dari bahasa Mesir Kuno, Aten).[5][6][7][8][9] Dalam agama Hindu, Brahman biasanya dianggap
sebagai Tuhan monistis.[10] Agama-agama lainnya memiliki panggilan untuk Tuhan, di antaranya: Baha
dalam agama Baha'i,[11] Waheguru dalam Sikhisme,[12] dan Ahura Mazda dalam Zoroastrianisme.[13]

Banyaknya konsep tentang Tuhan dan pertentangan satu sama lain dalam hal sifat, maksud, dan
tindakan Tuhan, telah mengarah pada munculnya pemikiran-pemikiran seperti omniteisme, pandeisme,
[14][15] atau filsafat Perennial, yang menganggap adanya satu kebenaran teologis yang mendasari
segalanya, yang diamati oleh berbagai agama dalam sudut pandang yang berbeda-beda, maka
sesungguhnya agama-agama di dunia menyembah satu Tuhan yang sama, namun melalui konsep dan
pencitraan mental yang berbeda-beda mengenai-Nya.[16]

[18/9 8.42 PM] Akper Nindi: Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga
Tuhan yang personal: Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia. Dia
menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di atas
itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-Nya.”[8]

Islam mengajarkan bahwa Tuhan dalam konsep Islam merupakan Tuhan sama yang disembah oleh
kelompok agama Abrahamik lainnya seperti Kristen dan Yahudi.[9][10] Namun, hal ini tidak diterima
secara universal oleh kalangan kedua agama tersebut.

Anda mungkin juga menyukai