Anda di halaman 1dari 4

 BAB II

PEMBAHASAN

A.   Pengertian

Dikutip dari PP 51 tahun 2009-Pekerjaan Kefarmasian

Tenaga kefarmasian : tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas apoteker
dan tenaga teknis kefarmasian.

·      Apoteker : sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan
sumpah jabatan apoteker.

·      Tenaga teknis kefarmasian : tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani pekerjaan
kefarmasian yang terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analisis farmasi, dan tenaga
menengah farmasi/asisten apoteker.

Peraturan Menteri Kesehatan nomor 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik,


dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan
pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.

B.   Macam – macam

Tenaga Kefarmasian menurut PP.32/1996 adalah Apoteker, Asisten Apoteker dan Ahli Madya
Farmasi. Apoteker adalah seseorang yang mempunyai keahlian dan kewenangan di
bidang kefarmasian baik di apotek, rumah sakit, industri, pendidikan, dan bidang lain yang masih
berkaitan dengan bidang kefarmasian. Asisten Apoteker yang dimuat dalam keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 adalah mereka yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten
Apoteker. Sedangkan asisten apoteker menurut pasal 1 Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
679/MENKES/SK/V /2003, tentang Registrasi dan Izin Kerja Asisten Apoteker menyebutkan
bahwa “Asisten Apoteker adalah Tenaga Kesehatan yang berijasah Sekolah Menengah Farmasi,
Akademi Farmasi Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan, Akademi Analisis Farmasi dan
Makanan Jurusan Analis Farmasi dan Makanan Politeknik Kesehatan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Ahli Madya (A.Md.) merupakan gelar vokasi yang diberikan
kepada lulusan program pendidikan diploma 3. Penyandang Gelar A.Md memiliki ketrampilan
praktis daripada teoritis. Pada proses belajarnya hampir seluruh mata kuliah pada program D3 ini
memiliki komposisi 30% teori dan 70% praktek. Pengajar pada program D-3 minimum bergelar
S-2.
C.   Fungsi tenaga kefarmasian

1.       Apoteker

Berdasarkan PP No. 51 tahun 2009, Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk


pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

a.    Ada empat bidang pekerjaan dalam kefarmasian, antara lain: Pengadaan sediaan farmasi,


yakni aktivitas pengadaan sediaan farmasi yang dilakukan pada fasilitas produksi, distribusi,
pelayanan, dan pengadaan sediaan farmasi sebagaimana yang dimaksud harus dilakukan oleh
tenaga kefarmasian.

b.    Produksi sediaan farmasi. Syarat dari sebuah produksi kefarmasian yakni harus memiliki
apoteker penanggung jawab yang bisa dibantu oleh Tenaga TeknisKefarmasian (TTK). Fasilitas
produksi meliputi Industri Farmasi Obat, Industri bahan Baku Obat, Industri Obat Tradisional,
dan pabrik kosmetika. Sedangkan jumlah apoteker penanggung jawab di industri farmasi
setidaknya terdiri dari 3 orang, yakni sebagai pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu.
Untuk Industri Obat Tradisional dan kosmetika minimal terdiri dari 1 orang.

c.    Distribusi/penyaluran sediaan farmasi. Setiap fasilitas distribusi atau penyaluran sediaan


farmasi berupa obat harus memiliki seorang apoteker sebagai penanggung jawab yang dapat
dibantu oleh Apoteker Pendamping atau TTK.

d.    Pelayanan sediaan farmasi yakni Fasilitas Pelayanan Kefarmasian yang berupa Apotik,
Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, Toko Obat dan Praktek bersama.Adanya
pengaturan pekerjaan kefarmasian yang terbagi dalam empat bidang diatas bertujuan untuk
memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam memperoleh
dan/atau menetapkan sediaan farmasi serta jasa kefarmasian. Selain itu juga untuk
mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan pekerjaan kefarmasian sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta peraturan perundang-undangan
dan memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat dan Tenaga Kefarmasian.

Dalam pekerjaannya, seorang apoteker juga memiliki wewenang, antara lain dapat menyerahkan
Obat Keras, Narkotika dan Psikotropika kepada masyarakat atas resep dari dokter sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Wewenang apoteker lainnya adalah bila mendirikan
apotek dengan modal bersama pemodal, maka pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan
sepenuhnya oleh apoteker yang bersangkutan. Tidak hanya wewenang saja yang dimiliki oleh
seorang apoteker, namun juga tugas dan kewajiban yang harus dijalani apoteker. Kewajiban
tersebut ialah:
a)    Wajib mengikuti paradigm pelayanan kefarmasian dan perkembangan ilmu pengetahuan sert
a teknologi.

b)    Wajib menyimpan Rahasia Kedokteran dan Rahasia Kefarmasian.

c)    Wajib menyelenggarakan program kendali mutu dan kendali biaya.

Didalam pekerjaan kefarmasian, dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan
kewenangan untuk itu, yakni Tenaga Kefarmasian. Ada dua macam Tenaga Kefarmasian yaitu
Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian, seperti Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis
Farmasi, SMK Farmasi atau AA. Seorang Tenaga Kefarmasian harus memiliki aspek legal yang
dibutuhkan sebagai syarat, yakni:

1.    Ijasah Apoteker

2.    Sertifikat Kompetensi Profesi Apoteker

3.    Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)

4.    Surat Ijin (Praktik Apoteker/ Kerja Apoteker)

2.    Asisten Apoteker

Sedangkan kewajiban Asisten Apoteker Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.


1332/MENKES/X?2002 adalah sebagai berikut:

·      Melayani resep dokter sesuai dengan tanggung jawab dan standar profesinya yang dilandasi
pada kepentingan masyarakat serta melayani penjualan obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter

·      Memberi Informasi :

-   Yang berkaitan dengan penggunaan/ pemakaian obat yang diserahkan kepada pasien

-   Penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional atas permintaan masyarakat

-   Informasi yang diberikan harus benar, jelas dan mudah dimengerti serta cara penyampaiannya
disesuaikan dengan kebutuhan, selektif, etika, bijaksana dan hati-hati. Informasi yang diberikan
kepada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat,
jangka waktu pengobatan, makanan/ minuman/ aktifitas yang hendaknya dihindari selama terapi
dan informasi lain yang diperlukan

·      Menghormati hak pasien dan menjaga kerahasian identitas serta data kesehatan pribadi
pasien

·      Melakukan pengelolaan apotek meliputi:


a.    Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan dan
penyerahan obat dan bahan obat

b.    Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan sediaan farmasi lainnya

c.    Pelayanan informasi mengenai sediaan farmasi.

3.    Ahli madya Farmasi

a.    Pelaksana pelayanan kesehatan di bidang farmasi.

b.    Pelaksana produksi sediaan farmasi.

c.    Pelaksanan pendistribusian dan pemasaran sediaan farmasi.

d.    Penyuluh dan sumber informasi kesehatan di bidang farmasi.

e.    Pelaksana pengumpulan dan pengolahan data untuk penelitian.

f.      Pelaksana pengelolaan obat.

Anda mungkin juga menyukai