Anda di halaman 1dari 9

PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DALAM PENGEMBANGAN

KURIKULUM DI PERGURUAN TINGGI

Oleh. A Rony Yulianto


Program Studi Pendidikan Ekonomi, FKIP – Universitas Pancasakti Tegal
Email: roneyuli@gmail.com
Di terima: 10 Nopember 2013, Direvisi: 15 Nopember, Disetujui: 25 Nopember 2013

Abstrak
Pendidikan tinggi pada umumnya berorientasi mencetak sumber daya manusia (SDM) di
bidang pekerjaan tertentu, daripada menghasilkan lulusan yang mampu berwirausaha. Peluang
kerja yang ada kerja terbatas, sehingga sebagian lulusan tidak mendapat pekerjaan cenderung
menganggur. Lulusan perguruan tinggi belum mampu menciptakan lapangan kerja dan tidak
memiliki kemampuan berwirausaha. Oleh karenanya, perguruan tinggi perlu membekali
mahasiswa serta lulusan dengan pengetahuan dan keterampilan wirausaha sebagaimana
terkemas dalam mata kuliah kewirausahaan. Pendidikan kewirausahaan sebagai suatu bidang
kajian yang mempelajari nilai, kemampuan dan perilaku dalam menghadapi tantangan untuk
memperoleh peluang dengan tingkat resiko tertentu. Pendidikan kewirausahaan diperguruan
tinggi lebih menekankan pada penanaman nilai karakter wirausaha kepada mahasiswa. Nilai
karakter wirausaha di tanamkan kepada mahasiswa meliputi: 1) memiliki rasa percaya diri, 2)
memiliki inisiatif, 3) memiliki motif berprestasi, 4) memiliki jiwa kepemimpinan, 5) memiliki
keberanian mengambil resiko. Nilai karakter tersebut akan mengarahkan mahasiswa untuk
dapat mengembangkan daya kreasi dan inovasi dalam aktivitas akademik dan sosial. Oleh
karena itu, perguruan tinggi perlu memasukkan mata kuliah kewirausahaan dalam kurikulum
dengan disesuaikan bidang kompetensi keilmuan tertentu. Simpulan yang diperoleh adalah
bidang kompetensi pada pendidikan tinggi harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Dengan masuknya pendidikan kewirausahaan ke dalam kurikulum, maka diharapkan
perguruan tinggi mampu mencetak lulusan yang berkualitas dan berkemampuan wirausaha
sesuai dengan bidang kompetensinya.

Kata Kunci: pendidikan kewirausahaan, pengembangan kurikulum, perguruan tinggi

PENDAHULUAN nasional mencapai 7,2 juta jiwa. Data pada BPS


menunjukkan pengangguran terdidik mencapai
Persaingan dalam dunia kerja saat ini semakin 41,71%. Jumlah terbanyak adalah lulusan SMA
kompetitif. Tingkat kesempatan kerja dalam mencapai 9,39%. Kemudian secara berurutan
masyarakat sangat terbatas, namun jumlah tenaga posisi berikutnya adalah lulusan SMP: 8,24%,
kerja berlimpah. Disamping itu tidak sedikit lulusan SMK: 7,68%, lulusan Diploma: 5,65%,
perusahaan yang mengurangi jumlah karyawan, lulusan perguruan tinggi: 5,04% dan lulusan SD
sehingga semakin menambah jumlah angka pada kisaran 3,81% (http://economy.okezone.com).
pengangguran. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa
Data Biro Pusat Statistik (BPS) pada Februari pengangguran masih menjadi masalah krusial
2013, menunjukan jumlah pengangguran secara yang harus dipecahkan. Pada sisi lain kondisi

|1
tersebut menggambarkan betapa ironisnya dipersiapkan di berbagai perguruan tinggi secara
pendidikan di Indonesia, karena sejumlah umum lebih berfokus pada ketepatan lulus dan
angkatan kerja dengan kualifikasi akademik kecepatan memperoleh pekerjaan, serta
sebagai sarjana atau diploma, namun tidak dapat memarginalkan kesiapan lulusan untuk dapat
disalurkan dalam dunia kerja. menciptakan lapangan kerja. Hal ini berarti bahwa
Program pendidikan pada perguruan tinggi kebanyakan lulusan perguruan tinggi masih
pada dasarnya diarahkan untuk menghasilkan memandang sebelah mata mengenai pekerjaan
lulusan yang memiliki kompetensi tertentu sesuai wirausaha.
dengan bidang pekerjaan yang dibutuhkan dalam Kewirausahaan seharusnya menjadi kajian
kehidupan masyarakat. Lulusan yang dihasilkan penting bagi para mahasiswa yang sedang
tentunya telah dibekali dengan berbagai menempuh studi di perguruan tinggi. Dengan
pengetahuan, sikap dan keterampilan sesuai bidang kajian ini diharapkan para mahasiswa
dengan program pendidikan atau pelatihan yang memperoleh bekal yang berguna dikemudian hari
telah diikuti. Namun sebagian besar lulusan untuk mampu berinovasi, menanggung resiko,
perguruan tinggi lebih cenderung memilih bidang bertanggungjawab dan mengelola usaha secara
kerja yang telah ada dari pada berupaya untuk mandiri. Senada dengan hal tersebut, Siswoyo
menciptakan lapangan kerja. Menurut Musa’ad (2009) menyatakan bahwa pendidikan
dalam Republika 12 September 2012, "Ada kewirausahaan sudah seharusnya dapat diberikan
fenomena semakin tinggi jenjang pendidikan mahasiswa agar dapat mandiri dan tidak
semakin tinggi ketergantungan pada lapangan berorientasi sebagai pencari kerja pada saat yang
kerja." Lebih lanjut diungkapkan bahwa bersangkutan menyelesaikan studi.
ketergantungan terhadap lapangan kerja tersebut Dari beberapa pernyataan di atas, semua
disebabkan SDM yang berpendidikan selalu lulusan perguruan tinggi perlu dibekali
memilih pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan pengetahuan dan kemampuan berwirausaha. Para
dan kompetensinya. Setiap lulusan menghendaki para lulusan dari perguruan tinggi mampu
dapat memperoleh pekerjaan yang relevan dengan mengembangkan usaha sesuai dengan kompetensi
kemampuan atau bidang keahlian yang dikuasai, yang dimilikinya, dan mengurangi
namun kesempatan kerja yang terbuka tidak ketergantungan pada bidang pekerjaan dari pihak
seperti yang diharapkan. Keadaan ini lain, sehingga jumlah pengangguran dapat
menimbulkan angka pengangguran semakin ditekan. Oleh karena itu, pendidikan
tinggi. kewirausahaan perlu masuk ke dalam kurikulum
Suratno (2008) menyatakan bahwa sistem pada setiap program studi di perguruan tinggi.
pendidikan di Indonesia hanya mampu Pendidikan kewirausahaan diharapkan menjadi
membentuk sumber daya manusia (SDM) sebagai mata kuliah dasar umum atau mata kuliah
pencari kerja, bukan pencipta lapangan kerja. pengembangan kepribadian yang wajib diikuti
Senada dengan pernyataan tersebut, Siswoyo oleh setiap mahasiswa. Hal ini mengingat bahwa
(2009) mengungkapkan sebagian besar lulusan kemampuan untuk berwirausaha banyak
perguruan tinggi lebih banyak menjadi pencari memberikan manfaat bagi lulusan perguruan
kerja daripada pencipta lapangan kerja. Keadaan tinggi dan masyarakat.
semacam ini disebabkan sistem pembelajaran yang

| 240
Sejarah Perkembangan Pendidikan dan inovatif. Zimmerer dalam Suryana (2009: 13)
Kewirausahaan menyebutkan bahwa kewirausahaan sebagai
Kewirausahaan mulai dikenalkan pada abad proses penerapan kreativitas dan inovasi untuk
ke-19 oleh Richard Cantillon, seorang Irlandia memecahkan masalah dan menggali peluang
yang tinggal di Perancis. Konsep wirausaha yang yang dihadapi setiap orang dalam setiap hari.
dikenalkan oleh Cantillon adalah seorang yang Siswoyo (2009) mengemukakan bahwa
mampu menanggung resiko. Selanjutnya Joseph kewirausahaan merupakan proses kreativitas dan
Schumpeter pada tahun 1912, memperkenalkan inovasi yang memiliki resiko tinggi untuk
mengenai pentingnya fungsi inovatif sebagai menghasilkan nilai tambah bagi produk yang
potensi yang besar dalam aktivitas wirausaha. bermanfaat bagi masyarakat dan mendatangkan
Menurutnya hanya sebagian kecil wirausahawan kemakmuran bagi wirausahawan. Senada dengan
yang mampu melihat ke depan dan berinovasi pernyataan tersebut, Suryana (2009:2)
dengan merasakan potensi penemuan baru dan mengartikan kewirausahaan sebagai kemampuan
memanfaatkannya. Produk yang dihasilkan tidak kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan
selalu baru, melainkan produk yang memiliki sumber daya untuk mencari peluang menuju
kualitas dan bermanfaat bagi masyarakat atau sukses. Berkaitan dengan beberapa definisi di
para pengguna. atas, sifat yang selalu melekat pada
Memasuki ke-20, kewirausahaan mulai kewirausahaan yaitu kreativitas dan inovasi. Oleh
diperkenalkan di beberapa negara Eropa. karena itu, dapat disimpulkan bahwa
Kemudian pada tahun 1950-an pendidikan kewirausahaan merupakan kemampuan untuk
kewirausahaan dirintis dibeberapa negara di berkreasi dan berinovasi secara praktis.
Eropa dan Amerika. Tahun 1970-an, Menurut Riyanti (2003:10) kreativitas
kewirausahaan diajarkan di berbagai universitas. adalah menghasilkan sesuatu yang baru,
Kemudian pada tahun 1980-an, sekitar 500 sedangkan inovasi berarti proses melakukan
sekolah di Amerika Serikat memberikan sesuatu yang baru tersebut. Suryana (2009:14)
pendidikan kewirausahaan. Akan tetapi di mengutip pernyataan Zimmerer (1996),
Indonesia, pendidikan kewirausahaan masih menyebutkan bahwa kreativitas yang
terbatas diajarkan di beberapa perguruan tinggi. dimaksudkan adalah berpikir tentang sesuatu
Sejalan dengan perkembangan jaman, para yang baru, dan inovasi adalah bertindak untuk
ahli memberikan berbagai definisi melakukan sesuatu yang baru. Baik itu kreativitas
kewirausahaan. Menurut Druker (1994) maupun inovasi memunculkan sesuatu yang baru
mendefinisikan kewirausahaan sebagai dalam berbagai kondisi dalam kehidupan sosial.
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang Untuk itu, di dalam mengembangkan usaha
baru dan berbeda. Selanjutnya Holt dalam Riyanti wirausahawan harus mampu memikirkan
(2003) kewirausahaan adalah berarti individu berabagai situasi dan kondisi untuk dapat
yang masuk pada kelompok pelaku, yakni orang- dijadikan peluang baru untuk menghasilkan
orang yang mengambil resiko dalam membuka sesuatu yang berguna bagi masyarakat. Hal ini
usaha baru. Selanjutnya ditambahkan lagi bahwa sejalan dengan dengan pendapat Soegoto (2009:3)
seorang wirausaha dapat berhasil harus yang menyatakan bahwa Kewirausahaan adalah
memenuhi dua syarat, yaitu memiliki sifat kreatif usaha kreatif yang dibangun berdasarkan inovasi

| 241
untuk menghasilkan sesuatu yang baru, Alasan perlunya Pendidikan kewirausahaan
memiliki nilai tambah, memberi manfaat, Pada era globalisasi saat ini, setiap orang dapat
menciptakan lapangan kerja dan hasilnya berguna belajar menjadi wirausaha. Menurut Zimmerer,
bagi orang lain. et.al (2008:11), kewirausahaan itu bukan dibawa
Menurut Suparyanto (2012:5) wirausahawan dari faktor keturunan, namun sebagai keahlian
adalah orang yang dinamis senantiasa mencari yang dapat dipelajari oleh banyak orang.
peluang dan memanfaatkannya untuk selanjutnya Ciputra dalam Suratno (2008)
menghasilkan sesuatu yang mempunyai nilai mengusulkan agar penanaman jiwa
tambah. Nilai tambah yang dimaksud adalah kewirausahaan perlu dilakukan melalui dunia
produk yang dihasilkan berkualitas dan pendidikan.
bermanfaat bagi masyarakat secara umum. Di sisi Di lingkungan perguruan tinggi, mata kuliah
lain yang menjadi nilai tambah adalah ide atau kewirausahaan sudah seharusnya semua
hasil pemikiran yang kreatif dan tindakan inovatif. mahasiswa dari berbagai fakultas atau program
Dengan nilai tambah ini maka akan banyak studi, hal ini mengingat bahwa kewirausahaan
dihasilkan berbagai produk yang selalu berbeda lebih mengarah pada perubahan mental dalam
dan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan kepribadian seseorang. Suharyadi, dkk. (2007: 7)
seiring dengan perkembangan jaman. mengungkapkan bahwa cukup banyak perguruan
Di dalam perkembangannya kewirausahaan tinggi yang mengembangkan program pendidikan
dapat dikembangkan dalam dunia pendidikan. khusus bidang kewirausahaan, dengan maksud
Kewirausahaan dapat pula diartikan sebagai suatu untuk menghasilkan embrio young entrepreneurs.
disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, Menurut Siswoyo (2009) penanaman jiwa
kemampuan dan perilaku seseorang dalam kewirausahaan pada mahasiswa diharapkan
menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh dapat memotivasi mahasiswa untuk dapat
peluang dengan berbagai resiko yang mungkin melakukan kegiatan kewirausahaan. Melalui
dihadapinya (Suryana, 2009:10). Berarti pendidikan dan pengalaman yang diperoleh dari
kewirausahaan merupakan suatu pengetahuan aktivitas perkuliahan, diharapkan para mahasiswa
yang perlu dipelajari dan dikembangkan. dapat melanjutkan setelah lulus dari perguruan
Paradigma lama menganggap bahwa tinggi, sehingga akan muncul wirausahawan yang
kewirausahaan tidak dapat dipelajari, karena berhasil menciptakan lapangan kerja dan mampu
merupakan pengalaman langsung dilapangan dan menyerap tenaga kerja. Menjadi lulusan yang
bakat yang dimiliki oleh seseorang. Untuk saat ini, memiliki mental wirausaha berarti memiliki
kewirausahaan tidak hanya merupakan wawasan dan pengetahuan yang luas,
pengalaman maupun bakat, namun juga sebagai kemampuan manajerial dalam mengelola dan
suatu disiplin ilmu yang dapat dipelajari. Oleh mengembangkan organisasi, kemauan menjadi
karena itu pada dunia pendidikan, kewirausahaan pemrakarsa berbagai aktivitas dalam masyarakat,
dijadikan sebagai bidang kajian atau mata serta kemampuan menangkap berbagai peluang
pelajaran khusus pada setiap jenjang pendidikan. untuk meningkatkan prestasi atau menciptakan hasil
Di beberapa perguruan tinggi pendidikan karya yang berguna bagi pribadi dan masyarakat.
kewirausahaan telah menjadikan mata kuliah Wirausahawan lulusan perguruan tinggi
wajib. sangat dimungkinkan untuk mencapai kesuksesan

| 242
dalam memimpin organisasi usaha. Lulusan tertentu. Untuk memasuki dunia usaha
perguruan tinggi cenderung memiliki wawasan pengetahuan dan keterampilan tidak cukup tanpa
dan pengetahuan yang luas dan tingkat adanya kemauan untuk memulai atau
intelektual yang maju, sehingga dapat melakukan mengembangkan usaha. Menurut Suryana
inovasi pada proses usaha dan produk yang (2009:5), wirausahawan harus memiliki sikap ,
dihasilkan. Di dalam Riyanti (2003:9) terdapat motivasi dan komitmen terhadap aktivitas yang
beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa dihadapinya.
wirausahawan yang berpendidikan tinggi Kewirausahaan dapat dipelajari secara
cenderung lebih berhasil dari pada wirausaha umum, dan dapat dijadikan objek kajian dalam
yang berpendidikan lebih rendah. Hal ini berarti studi. Menurut Prawirokusumo dalam Suryana
bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap (2009: 10 -11), ada beberapa alasan pendidikan
keberhasilan dalam berwirausaha. Hal ini dapat kewirausahaan dijadikan sebagai disiplin ilmu
memperkuat alasan bahwa pendidikan secara independen adalah sebagai berikut: 1)
kewirausahaan dapat dijadikan sebagai mata Kewirausahaan dapat berisi teori, konsep dan
kuliah. metode ilmiah secara lengkap. 2) Kewirausahaan
Melalui pendidikan kewirausahaan, memiliki dua konsep, yaitu posisi permulaan dan
mahasiswa diberikan pengetahuan dan perkembangan usaha. 3) Kewirausahaan
keterampilan dalam mengelola usaha. Di samping merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek
itu mahasiswa perlu diderikan motivasi untuk kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan
memiliki kemauan melakukan suatu aktivitas berbeda. 4) Kewirausahaan merupakan alat untuk
usaha. Pengetahuan dan keterampilan yang menciptakan pemerataan usaha dan pendapatan,
dimiliki oleh seorang mahasiswa, tidak akan serta kesejahteraan masyarakat.
dapat menjadikannya sebagai seseorang yang Pendidikan kewirausahaan yang diajarkan
memiliki jiwa wirausaha. Beberapa pengetahuan di perguruan tinggi sebenarnya merupakan bekal
yang perlu dikuasai oleh mahasiswa yang akan mengenai pengetahuan dan keterampilan bagi
terjun dalam wirausaha, yaitu: 1) pengetahuan mahasiswa dan lulusan untuk membuka dan
mengenai bidang usaha yang akan dirintis serta mengelola usaha. Akan tetapi yang lebih penting
lingkungan sekitarnya, 2) pengetahuan mengenai adalah bagaimana menanamkan sikap dan
peran dan tanggungjawab wirausaha, 3) perilaku kewirausahaan kepada mahasiswa.
pengetahuan manajemen dan organisasi usaha Dengan sikap dan perilaku kewirausahaan ini
(Suryana, 2009: 4-5). Disamping pengetahuan, maka diharapkan para mahasiswa mampu
yang tidak kalah penting adalah keterampilan meningkatkan potensi kepribadian menjadi lebih
berwirausaha. Seorang mahasiswa yang hendak kreatif dan inovatif, sehingga dapat meraih
menjadi wirausaha perlu dibekali beberapa prestasi akademik secara maksimal dan memiliki
keterampilan. Adapun keterampilan yang daya saing dalam bidang kompetensi yang
dimaksud adalah keterampilan manajerial, dikembangkan. Kepribadian tersebut dapat
keterampilan konseptual, keeterampilan dimiliki oleh orang yang berjiwa, bersikap dan
berkomunikasi dan menerima informasi, berperilaku kewirausahaan. Pendidikan
keterampilan mengatur waktu, keterampilan kewirausahaan juga mengembangkan keberanian
mengambil keputusan, dan keterampilan teknis dan kreativitas mahasiswa maupun lulusan untuk

| 243
mampu membuka lapangan kerja sesuai dengan tantangan dan kemungkinan kondisi yang tidak
kompetensinya. Menurut Suryana (2009: 3), orang menyenangkan.
yang memiliki sikap dan perilaku kewirausahaan Penanaman nilai-nilai wirausaha kepada
memiliki karakteristik: 1) penuh percaya diri, 2) mahasiswa merupakan suatu proses dalam
memiliki inisiatif, 3) memiliki motif berprestasi, 4) pengembangan pendidikan. Nilai-nilai wirausaha
memiliki jiwa kepemimpinan, 5) berani yang tertanam pada diri mahasiswa dapat
mengambil resiko. Karakteristik sikap dan menjadikan mereka memiliki daya kreativitas dan
perilaku wirausaha ini dapat ditanamkan melalui inovasi dalam mengembangkan restasi akademik
aktivitas pembelajaran guna membina dan dan berani bersosialisasi kepada masyarakat. Oleh
mengembangkan karakter kewirausahaan bagi karena itu, mahasiswa perlu diberikan kesempatan
mahasiswa. Kurniawan (2013) menyatakan untuk belajar secara teoritis dan menerima
penanaman nilai-nilai melalui pendidikan pengalaman praktis berwirausaha, agar dapat
kewirausahaan dapat membentuk karakter mewujudkan karakter wirausaha dalam
kewirausahaan mahasiswa. kepribadiannya, dan juga mampu
Mahasiswa yang memiliki karakter mengembangkan usaha.
wirausaha memiliki keunggulan dalam proses
studi di kampus. Implementasi pengembangan Kurikulum Pendidikan Kewirausahaan
karakter kewirausahaan dalam aktivitas akademik Salah satu unsur penting dalam
di perguruan tinggi adalah sebagai berikut: 1) pengembagan pendidikan kewirausahaan di
Mahasiswa yang memiliki rasa percaya diri, selalu dalam perguruan tinggi adalah unsur kurikulum
yakin mampu mengerjakan tugas-tugas (Siswoyo, 2009). Kurikulum merupakan
perkuliahan, keyakinan menyelesaikan berbagai rancangan program pendidikan yang digunakan
masalah, selalu siap menerima aktivitas yang sebagai pedoman dalam proses pembelajaran
menantang, menjalan kan aktivitas secara mandiri untuk mencapai tujuan tertentu. Kurikulum pada
dan memiliki komitmen yang tinggi untuk jenjang perguruan tinggi berisi sejumlah mata
menyelesaikan studi. 2) Mahasiswa yang memiliki kuliah yang harus ditempuh mahasiswa dari awal
inisiatif, selalu berpikir positif dan kreatif untuk sampai akhir guna memperoleh ijasah sebagai
melakukan tindakan secara tepat dalam tanda pencapaian suatu kompetensi pada program
menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi. studi tertentu. Tim Pengembangan MKDP (2011:2)
3) Mahasiswa yang memiliki motif berprestasi menunjukan bahwa dalam kurikulum terkandung
selalu berupaya untuk mencapai keberhasilan atau dua hal pokok, yaitu: terdapat matakuliah yang
kemenangan secara maksimal, dan berorientasi harus ditempuh mahasiswa dan tujuan utamanya
masa depan. 4) Mahasiswa yang berjiwa adalah memperoleh ijasah. Akan tetapi hal yang
pemimpin, indikatornya adalah memiliki rasa urgen adalah kemampuan atau kompetensi yang
tanggungjawab yang tinggi dalam berbagai melekat pada diri lulusan, bukan sekedar hanya
aktivitas, dapat mengatur jalannya tugas atau ijasah. Oleh karena itu, hasil penilaian yang
suatu aktivitas, dan mampu mengendalikan konflik tercatat pada transkrip ijasah harus relevan
yang timbul. 5) Mahasiswa yang berani kompetensi yang dimiliki atau dikuasai oleh
mengambil resiko memiliki kecenderungan tidak lulusan.
mudah menyerah, selalu siap menghadapi Pendidikan kewirausahaan dirancang

| 244
sedemikian rupa, kemudian digunakan untuk yang disajikan dapat dihubungkan dengan mata
kegiatan studi agar menghasilkan wirausahawan kuliah lain. Pada pengembangan kurikulum
muda. Pendidikan kewirausahaan ditujukan untuk diperguruan tinggi, mata kuliah kewirausahaan
mencetak lulusan yang kreatif dan inovatif, serta dapat dihubungkan dengan mata kuliah lain,
menciptakan wirausaha yang hadal dan berdaya saing seperti mata kuliah pengantar bisnis, ekonomi
dalam usaha, sehingga dapat memulai dan umum maupun dasar-dasar manajemen.
mengembangkan aktivitas usaha yang berguna 3) Integrated Curriculum
bagi masyarakat secara umum. Oleh karena itu, Bahan kajian disajikan dalam wujud
kurikulum pendidikan kewirausahaan harus dapat penggabungan antara aspek intelektual, sikap
dijadikan acuan untuk mencapai tujuan yang dan keterampilan. Pengembangan mata kuliah
diharapkan. kewirausahaan dapat disajikan secara teoritis
Pada umumnya perguruan tinggi di Indonesia dengan mengenalkan atau membuka wawasan
telah memasukan kewirausahaan sebagai mata mahasiswa tentang wirausaha dan
kuliah yang berdiri sendiri. Namun demikian tidak mengarahkan nilai-nilai wirausaha untuk dapat
semua program studi memasukkan pendidikan masuk menjadi karakter mahasiswa. Selain itu,
kewirausahaan sebagai mata kuliah yang berdiri mahasiswa juga dikenalkan secara pengelolaan
sendiri atau menggabungkan pada mata kuliah lain usaha secara langsung dalam praktek.
yang relevan (Siswoyo, 2009). Selanjutnya, apabila
mengingat masih ada lulusan perguruan tinggi Untuk itu, perlu ada kurikulum yang terarah
yang menganggur, berarti pendidikan pada setiap program studi di perguruan tinggi dan
kewirausahaan yang tertuang dalam mata kuliah memasukan pendidikan kewirausahaan sebagai
belum dapat memberikan kontribusi yang besar mata kuliah yang harus diikuti oleh semua
dalam penciptaan lapangan kerja. mahasiswa. Pada Workshop Pengembangan
Di dalam penyajian pendidikan kewiraushaan Program Kewirausahaan di Perguruan Tinggi
perlu memperhatikan pengaturan kurikulum tanggal 18 Desember 2012, yang di adakan di
sesuai dengan disiplin ilmu yang dikembangkan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung,
pada program studi. Menurut Sanjaya (2009: 65 - Prof.Dr. Dadang Sunendar, M.Hum. berpendapat
67), ada tiga bentuk organisasi kurikulum yang bahwa melalui kegiatan workshop ini diharapkan
berorientasi pada disiplin ilmu, yaitu: dapat meningkatkan kemampuan perguruan tinggi
1) Subject Centered Curriulum dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan
Bahan kajian atau inti kurikulum disusun dalam dengan cara menyesuaikan kurikulum berdasarkan
bentuk mata kuliah yang terpisah-pisah. Mata tuntutan dunia usaha (http://berita.upi.edu). Lebih
kuliah yang satu tidak dapat dihubungkan lanjut, ditegaskan pula oleh Wakil Presiden
dengan mata kuliah lain. Pengembangan Republik Indonesia Prof. Dr. Budiyono yang
kurikulum di perguruan tinggi ada mata kuliah meminta para pimpinan perguruan tinggi
kewirausahaan dapat menjadi bidang kajian memasukkan kurikulum atau mata kuliah
yang berdiri sendiri dan menjadi kewirausahaan di perguruan tinggi
tanggungjawab dosen tertentu. (http://www.republika.co.id). Hal ini dimaksudkan
2) Corelated Curriculum untuk mendorong generasi muda khususnya
Pada organisasi kurikulum ini, mata kuliah lulusan perguruan tinggi berminat dan memiliki

| 245
kemampuan jadi wirausaha. bagi pribadi dan masyarakat secara umum.
Pimpinan perguruan tinggi sangat Disamping itu, melalui pendidikan
diharapkan untuk pro-aktif dan mendorong setiap kewirausahaan ini para mahasiswa dan lulusan
program studi memasukan pendidikan akan memperoleh bekal nilai-nilai wirausaha yang
kewirausahaan dalam kurikulum. Sejalan dengan berguna untuk pengembangkan karakter.
implementasi kurikulum 2013, pendidikan Mahasiswa maupun lulusan yang berkarakter
kewirausahaan yang disajikan pada mata kuliah wirausaha adalah seseorang yang memiliki
seharusnya tidak hanya bersifat teoritis, namun kreativitas dan mampu berinovasi, sehingga dapat
juga disajikan dengan praktek. Dengan demikian meningkatkan prestasi akademik dan mampu
mahasiswa tidak hanya memiliki wawasan atau mengabdikan ilmu dan hasil karyanya kepada
pengetahuan wirausaha, namun mampu masyarakat.
membuka dan mengembangkan usaha, meskipun
masih kuliah. Oleh karena itu setiap perguruan
DAFTAR PUSTAKA
tinggi perlu memasukkan mata kuliah
kewirausahaan dalam kurikulum program studi
http://berita.upi.edu/2012/12/18/sesuaikan-
yang ada dengan disesuaikan bidang keilmuan
kurikulum-agar-dapat-kembangkan-
utama yang diemban program studi tersebut.
pendidikan-wirausaha/ diakses 21 Maret
2013.
PENUTUP
http://economy.okezone.com/read/2013/05/06/20/80
Bidang kompetensi pada pendidikan tinggi
3008/bps-pengangguran-lulus an-sma-capai-9-
harus diselaraskan dengan kebutuhan masyarakat.
39 diakses 9 Mei 2013.
Kompetensi tersebut bukan hanya melakukan
http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduac
suatu pekerjaan, namun lebih mengarah
tion/13/01/17/mgri11-wapres-usul-
pengembangan kompetensi untuk membuka
kewirausahaan-jadi-kurikulum diakses 21
peluang kerja baru. Di dalam hal ini para lulusan
Maret 2013.
dituntut mampu mengembangkan kreativitas dan
Republika, 12 September 2012, Kemenpora:
daya inovasi sesuai bidang kompetensi yang
Pengangguran Terdidik Capai 47,81 Persen.
dimilikinya. Oleh karena itu pendidikan
Riyanti, Benedicta Prihatin Dwi (2003),
kewirausahaan perlu di masukkan pada
Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi
kurikulum program studi yang ada di perguruan
Kepribadian, Jakarta: Grasindo.
tinggi.
Sanjaya, Wina (2009), Kurikulum dan
Dengan masuknya pendidikan
Pembelajaran: Teori dan Praktik
kewirausahaan ke dalam kurikulum perguruan
Pengembangan KTSP, Jakarta: Kencana.
tinggi diharapkan mampu mencetak lulusan yang
Siswoyo, Bambang Banu (2009). Pengembangan
berkualitas, dan memiliki kemampuan wirausaha
Jiwa Kewirausahaan di Kalangan Dosen dan
sesuai dengan bidang kompetensinya. Kualitas
Mahasiswa, Malang: Jurnal Ekonomi dan
lulusan dapat ditunjukkan dari kemampuannya
Bisnis, Tahun 14, nomor 2.
menunjukkan keterampilan yang dimiliki secara
Soegoto, Eddy Soeryanto (2009), Entrepreneurship
profesional. Disamping itu juga mampu
Menjadi Pebisnis Ulung, Jakarta: Elex
mengembangkan peluang kerja baru yang berguna

| 246
Media Komputindo.
Suharyadi., Arissetyanto Nugroho., Purwanto S.K.
dan Maman Faturohman (2007),
Kewirausahaan membangun usaha sukses
sejak usia muda, Jakarta: Salemba Empat.
Sukarno, Pudjo (2006), Mengajar di ITB:
Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung:
Direktorat Pendidikan ITB.
Suparyanto, R.W. (2012), Kewirausahaan: konsep
dan Realita pada Usaha Kecil, Bandung:
Alfabeta.
Suratno (2008), Pendidikan Enterpreneurship di
Sekolah Suatu Harapan, Surabaya: Media
No.8/ Th.XXXVIII/ Oktober 2008
Suryana (2009), Kewirausahaan Pedoman Praktis:
Kiat dan Proses Menuju Sukses, Jakarta:
Salemba Empat.
Tim Pengembangan MKDP (2011), Kurikulum dan
Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers.
Zimmerer, W. Thomas., Norman M. Scarborough
dan Dough Wilson (2008), Kewirausahaan
dan Manajemen Usaha Kecil, Jakarta:
Salemba Empat

| 247

Anda mungkin juga menyukai