Anda di halaman 1dari 39

Cara Mudah

Membuat Tulisan
Fiksi

kelas menulis online alineaku.official alineaku.co.id


LANGKAH MUDAH
MEMBUAT TULISAN
FIKSI

Tim Alineaku
Yogyakarta
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan,


sehingga Tim Alineaku dapat menyelesaikan Ebook Fiksi judul “LANGKAH
MUDAH MEMBUAT TULISAN FIKSI”. Ebook ini disusun untuk memberikan
pengetahuan dasar dan tips menulis mengenai karya fiksi kepada penulis pemula.
Kami ucapan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada pihak-pihak yang telah
membantu kami dalam membuat Ebook Fiksi ini.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
PENDAHULUAN FIKSI....................................................................................... iv
I. JUDUL............................................................................................................1
A. Pengertian Judul ......................................................................................1
B. Judul dalam tulisan Fiksi .........................................................................2
C. Langkah-Langkah Pembuatan Judul dalam Tulisan Fiksi.......................2
II. SUDUT PANDANG ......................................................................................4
A. Pengertian Sudut Pandang .........................................................................4
B. Macam-macam Sudut Pandang ..................................................................4
III. KARAKTER...................................................................................................8
A. Pengertian Karakter ...................................................................................8
B. Karakter dalam Karya Fiksi .......................................................................8
C. Jenis-jenis Karakter dalam Karya Fiksi .....................................................9
IV. DIALOG .......................................................................................................11
A. Pengertian Dialog ...................................................................................11
B. Dialog dalam Karya Fiksi .......................................................................11
C. Langkah-Langkah Menyusun Dialog .....................................................12
D. Kaidah Penulisan Dialog ........................................................................13
V. SETTING ......................................................................................................15
A. Pengertian Setting ....................................................................................15
B. Fungsi Setting dalam Karya Fiksi ............................................................15
C. Dimensi Setting........................................................................................15
VI. KONFLIK .....................................................................................................18
A. Pengertian Konflik ...................................................................................18
B. Fungsi Konflik dalam Sebuah Karya Fiksi ..............................................18
C. Macam-Macam Konflik ...........................................................................19
D. Dimanakah Konflik Sebaiknya Diletakkan? ............................................20
E. Hambatan Penulisan Konflik ...................................................................20
VII. PLOT ............................................................................................................22
A. Pengertian Plot .........................................................................................22
B. Plot dalam Karya Fiksi.............................................................................22
C. Bentuk dan Unsur Plot .............................................................................23
D. Jenis Plot ..................................................................................................25
E. Perbedaan Plot dengan Alur.....................................................................27
VIII. KLIMAKS ....................................................................................................28
A. Pengertian Klimaks ..................................................................................28
B. Klimaks dalam Karya Fiksi .....................................................................28
IX. ENDING .......................................................................................................29
A. Ending dalam Karya Fiksi .......................................................................29
B. Tipe Ending ..............................................................................................29
C. Menentukan Ending Cerita ......................................................................29
X. DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................33

iii
PENDAHULUAN

Fiksi merupakan suatu karya sastra yang berisi cerita rekaan atau cerita
khayalan. Sehingga karya fiksi ini merupakan karya naratif yang berisikan
bukanlah kebenaran sejarah.
Fiksi juga diartikan sebagai cerita atau latar yang bersumber dari imajinasi.
Dengan kata lain, karya ini memiliki dasar sejarah atau kenyataan. Fiksi bisa
dalam dibuat beragam format seperti tulisan, film, acara televisi, animasi, serta
juga permainan peran.
Fiksi menyajikan beberapa permasalahan manusia dan kemanusiaan atau
hidup dan kehidupan. Dalam menulis fiksi, kita harus mendalami berbagai
permasalahan dengan sangat bersungguh-sungguh yang selanjutnya diaplikasikan
ke dalam cerita fiksi sesuai dengan apa yang dipandangnya.
Fiksi dimaknai sebagai cerita tentang kehidupan manusia yang sifatnya
fiktif karena hanya dalam bentuk rekaan pengarang. Gaya dalam menceritakan
oleh pengarang bersifat tidak homogen, pengarang atau penceritak tidak harus
yang melakukan penuturan, tetapi memberika nkesempatan terhadap penutur
sekunder untuk bercerita menjadikan dihasilkan dialog.
Dalam menulis karya fiksi memang bisa dibilang gampang-gampang susah.
Oleh karena itu, penulis pemula harus memahami dasar-dasar materi fiksi, seperti
yang akan dibahas dalam ebook ini. Selamat menyimak!

iv
I. JUDUL

A. Pengertian Judul
Menurut KBBI judul merupakan nama yang dipakai untuk buku atau bab dalam
buku yang dapat menyiratkan secara pendek isi atau maksud buku atau bab itu. Selain
itu, judul merupakan kepala karangan (cerita, drama, dan sebagainya) atau disebut
juga dengan tajuk.
Dari pengertian KKBI tersebut, dapat disimpulkan bahwa judul adalah
cerminan mengenai suatu permasalahan yang diangkat dalam sebuh tulisan. Judul
berbeda dengan tema dan topik berdasarkan fungsinya, yaitu sebagai penarik minat
pembaca. Karena judul yang baik akan menarik pembaca dan menimbulkan
keingintahuan akan isi dan permasalahan yang dibahas. Selain itu, judul memiliki
cakupan yang lebih sempit dan spesifik.
Secara umum, syarat pembuatan judul dapat dijelaskan dalam poin-poin
berikut:
1. Harus relevan, yaitu harus mempunyai pertalian dengan temanya, atau ada
pertalian dengan beberapa bagian penting dari tema tersebut.
2. Harus provokatif, yaitu harus menarik dengan sedemikian rupa sehingga
menimbulkan keinginan tahu dari tiap pembaca terhadap isi buku atau karangan.
3. Harus singkat, yaitu tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang
panjang, tetapi harus berbentuk kata atau rangklaian kata yang singkat.
Usahakan judul tidak lebih dari lima kata. Jika pengarang tidak dapat
menghindakna dari judul yang panjang (terpaksa), maka dapat menemouh jalan
keluar dengan menciptakan judul utama yang singkat, tetapi judul tambahan
yang panjang.
4. Tidak boleh menggunakan judul yang sudah ada atau yang sudah pernah dibuat,
bila terpaksa bisa juga dicarikan sinonimnya, akan tetapi jangan sampai sama
persis.

Page 1
5. Relevan. Sesudah selesai menulis, diharapkan si penulis membaca ulang
kerangkanya, kemudian barulah cari judul yang relevan yang sesuai dengan
karangan (haruslah memiliki keterkaitan dengan temanya).
6. Provokatif
Judul haruslah menarik, tidak boleh terlalu sederhana, agar calon pembaca tidak
mudah menduga isi karangan.
7. Singkat
Judul janganlah terlalu panjang atau bertele-tele, judul sebaiknya singkat dan
langsung menuju pada inti kerangka yang ingin dipaparkan, agar maksud yang
akan disampaikan bisa tercermin lewat judul.

B. Judul dalam Tulisan Fiksi


Judul dalam tulisan fiksi juga memegang peranan penting dalam penyampaian
cerita. Penentuan judul memang sedikit sulit karena salah membuat judul bisa
membuat cerita terkesan biasa saja, padahal kita sudah mengerahkan banyak waktu
dan tenaga untuk menulis cerita tersebut. Penulis juga tidak boleh asal dalam
membuat judul karena judul akan menentukan apakah seseorang akan membaca suatu
karangan cerita atau tidak.

C. Langkah-Langkah Pembuatan Judul dalam Tulisan Fiksi


Setelah mengetahui pentingnya judul bagi tulisan kita, lantas bagaimana
langkah-langkah untuk membuat judul pada tulisan fiksi yang menarik ? Berikut
ulasannya :
1. Judul Menggunakan Tokoh Utama Cerita sebagai Judul
Kita bisa membuat judul yang berhubungan dengan tokoh-tokoh dalam cerita
kita. Penggunaan nama karakter ini bisa memberikan kesederhanaan yang menarik
pada judul tulisan. Hal ini juga akan membantu pembaca lebih mengenal si tokoh
utama. Sebagai contoh, salah satu novel terkenal yaitu Perahu Kertas, judul ini dibuat

Page 2
karena tokoh utama Kugy yang gemar sekali membuat perahu kertas. Atau seperti
Pidi Baiq dengan Dilan-nya. Menarik, bukan?

2. Judul Berdasarkan Tema Utama Cerita


Tema utama cerita dapat menjadi inspirasi Anda dalam membuat judul. Buatlah
judul yang dapat membangkitkan tema tersebut. Misalnya saja tema misteri, kita bisa
membuatnya jadi lebih menarik seperti : Di sini Ada Setan, atau Tumbal

3. Buatlah Judul Berdasarkan Latar Cerita


Latar cerita atau setting memiliki peran yang penting dalam cerita, sehingga
bisa dijadikan pertimbangan sebagai sebuah judul. Ingatlah latar atau setting suatu
persitiwa penting yang terjadi di cerita Anda. Misalnya Kota Yogyakarta, maka Anda
bsisa membuat judul : Yogyakarta dan Kenangan

4. Pilih Judul yang Terpinspirasi dari Kejadian Penting di Dalam Cerita


Judul bisa diambil dari kejadian utama cerita atau kunci utama dalam
pergerakan cerita.Contoh : Yang Terjadi di Minggu Pagi

5. Inspirasi Judul dari Ending Cerita


Ending cerita bisa menjadi salah satu pertimbangan dalam pembuatan judul.
Meskipun sebenarnya kita juga harus berhati-hati supaya pembaca tidak dengan
mudah menebak ending cerita kita. Sebagai contoh: Cinta Terakhir, tentu kita sudah
bisa menebak bahwa ending cerita akan menyedihkan, ada perpisahan. Atau Cinta tak
Berujung tentunya menggambarkan kisah cerita cinta yang bertepuk sebelah tangan
yang tiada akhir.

6. Membuat Judul Menggunakan Bahasa Inggris


Judul dengan bahasa Inggris memang membuat judul terkesan cantik, keren dan
wow. Biasanya singkat namun mengena. Misalnya : Dear Love, Why Her?.

Page 3
II. SUDUT PANDANG

A. Pengertian Sudut Pandang


Sudut pandang adalah arah pandang seorang penulis dalam menyampaikan
sebuah cerita, sehingga cerita tersebut lebih hidup dan tersampaikan dengan baik
pada pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, sudut pandang merupakan cara
penulis memandang/menempatkan dirinya dalam sebuah cerita. Sudut pandang atau
point of view adalah sebuah teknik bercerita yang akan membuat ‘rasa’ yang berbeda
pada alur dan cara penyampaian cerita. Dengan sudut pandang, penulis seolah-olah
dapat menjadi pelaku utama atau menjadi orang lain dalam cerita tersebut.

B. Macam-Macam Sudut Pandang


Menurut teori sastra, sudut pandang sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu
sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Sudut pandang orang
pertama dibagi lagi menjadi dua, yaitu: sudut pandang orang pertama-tokoh utama
dan sudut pandang orang pertama-tokoh sampingan. Sementara sudut pandang orang
ketiga juga dibagi menjadi dua bagian, yaitu sudut pandang orang ketiga serba
tahu/mahatahu, dan sudut pandang orang ketiga pengamat. Sementara itu, secara
umum terdapat berbagai macam teori tentang sudut pandang. Diantaranya ada sudut
pandang campuran dan ada juga sudut pandang pihak kedua. Nah, Berikut kami
paparkan macam-macam sudut pandang tersebut beserta dengan contoh
penggunaannya.

1. Sudut pandang orang pertama.


Sudut pandang orang pertama biasanya menggunakan kata ganti “aku" atau
“saya" atau juga “kami” (jamak). Pada saat menggunakan sudut pandang orang
pertama, Anda seakan-akan menjadi salah satu tokoh dalam cerita yang sedang
dibuat. Si pembaca pun akan merasa melakoni setiap cerita yang dikisahkan.

Page 4
a. Sudut Pandang Orang Pertama (Tokoh Utama)
Sesuai dengan namanya sudut pandang orang pertama (tokoh utama), si penulis
seolah-olah ‘masuk’ dalam cerita tersebut sebagai tokoh utama/tokoh sentral dalam
cerita (first person central). Segala hal yang berkaitan dengan pikiran, perasaan,
tingkah laku, atau kejadian yang tokoh “aku" lakukan akan digambarkan pada cerita
tersebut. Ia akan menjadi pusat kesadaran dan pusat dari cerita. Jika ada
peristiwa/tokoh di luar diri “aku", peristiwa/tokoh itu akan diceritakan sebatas
keterkaitan dengan tokoh “aku".
Contoh sudut pandang orang pertama tokoh utama :
Aku sedang mengamati lemari jam yang berdiri kaku di pojok ruangan.
Ukiran jati bertuliskan huruf Jawa kuno menjadi saksi bisu kelahiranku.
Ditempat ini, 20 tahun lalu aku dilahirkan, dan seterusnya.

b. Sudut Pandang Orang Pertama (Tokoh Sampingan)


Pada teknik ini, tokoh “aku" hadir tidak dalam peran utama, melainkan peran
pendukung atau tokoh tambahan (first personal peripheral). Kehadiran tokoh “aku"
dalam cerita berfungsi untuk memberikan penjelasan tentang cerita kepada pembaca.
Sementara tokoh utama, dibiarkan untuk menceritakan dirinya sendiri lengkap
dengan dinamika yang terjadi. Dengan kata lain, tokoh “aku" pada teknik ini hanya
sebagai saksi dari rangkaian peristiwa yang dialami (dan dilakukan) oleh tokoh
utama.
Contoh sudut pandang orang pertama tokoh sampingan :
Brak!!! Sekali lagi aku dibuat kaget dengan suara pintu dari samping kamarku.
Erika pergi terburu-buru sambil lari tunggang langgang. Sepertinya ia terlambat
kuliah lagi. Erika adalah gadis yang manis, ia ramah dengan semua orang. Tidak
heran jika banyak orang menyukainya.
Sudut pandang orang pertama biasanya menggunakan kata ganti “aku" atau
“saya" atau juga “kami” (jamak). Pada saat menggunakan sudut pandang orang

Page 5
pertama, Anda seakan-akan menjadi salah satu tokoh dalam cerita yang sedang
dibuat. Si pembaca pun akan merasa melakoni setiap cerita yang dikisahkan.

2. Sudut Pandang Orang Ketiga


Pada teknik sudut pandang orang atau pihak ketiga. Kata rujukan yang
digunakan ialah “dia" “ia" atau nama tokoh dan juga mereka (jamak). Kata ganti ini
digunakan untuk menceritakan tokoh utama dalam sebuah cerita. Selain kata ganti
yang digunakan, ada satu hal lagi yang membedakan antara sudut pandang orang
pertama dan sudut pandang orang ketiga, yaitu kebebasan peran di dalam cerita. Pada
sudut pandang orang pertama, si penulis bisa menunjukkan sosok dirinya di dalam
cerita, dan ini tidak berlaku pada sudut pandang orang ketiga. Pada sudut pandang
orang ketiga, si penulis berada ‘di luar’ isi cerita dan hanya mengisahkan tokoh “dia"
di dalam cerita. Selain kata ganti yang digunakan, ada satu hal lagi yang membedakan
antara sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga, yaitu kebebasan
peran di dalam cerita. Pada sudut pandang orang pertama, si penulis bisa
menunjukkan sosok dirinya di dalam cerita, dan ini tidak berlaku pada sudut pandang
orang ketiga. Pada sudut pandang orang ketiga, si penulis berada ‘di luar’ isi cerita
dan hanya mengisahkan tokoh “dia" di dalam cerita.
a. Sudut Pandang Orang Ketiga (Serba Tahu)
Pada sudut pandang orang ketiga serba tahu, si penulis akan menceritakan
apa saja terkait tokoh utama. Ia seakan tahu benar tentang watak, pikiran,
perasaan, kejadian, bahkan latar belakang yang mendalangi sebuah kejadian. Ia
seperti seorang yang mahatahu tentang tokoh yang sedang ia ceritakan.Oh ya,
selain menggunakan kata ganti “ia" atau “dia", kata ganti yang biasa digunakan
ialah nama dari si tokoh itu sendiri. Hal ini berlaku juga untuk sudut pandang
orang ketiga (pengamat).
Contoh sudut pandang orang ketiga serba tahu:
Sudah 6 bulan ini Naomi terjun pada dunia tarik suara. Ayah dan ibunya
tidak ada yang merestui jalur karier yang ia geluti. Ia sampai beradu

Page 6
argumen dengan sang ayah yang memang memiliki watak keras. Keduanya
sempat bersitegang sebelum akhirnya dipisahkan oleh sang ibu dengan derai
air mata.

b. Sudut Pandang Orang Ketiga (Pengamat)


Teknik ini hampir sama dengan teknik sudut pandang orang ketiga serba
tahu, hanya saja, tidak semahatahu teknik itu.Pada sudut pandang orang ketiga
penulis menceritakan sebatas pengetahuannya saja. Pengetahuan ini diperoleh
dari penangkapan pancaindra yang digunakan, baik dengan cara mengamati
(melihat), mendengar, mengalami, atau merasakan suatu kejadian di dalam
cerita. Pengamatan pun dapat diperoleh dari hasil olah pikir si penulis tentang
tokoh “dia" yang sedang ia ceritakan.
Contoh Sudut Pandang Orang Ketiga Pengamat:
Entah apa yang terjadi dengannya seminggu belakangan ini. Pulang dari
kantor langsung menunjukkan muka masam. Belum lagi puasa bicara yang
sudah ia lakukan seminggu belakangan ini. Apa mungkin karena hubungan dia
dan sang kekasih yang tidak direstui oleh keluarga?

3. Sudut pandang campuran.


Pada sudut pandang campuran, si penulis dapat menggabungkan antara sudut
pandang orang pertama dan orang ketiga. Ada kalanya si penulis ‘masuk’ ke dalam
cerita (bukan sebagai tokoh utama) dan ada kalanya ia berada di luar cerita menjadi
orang yang serba tahu. Selain sudut pandang campuran. Ada juga sudut pandang
orang kedua, sudut pandang orang pertama jamak, sudut pandang orang ketiga jamak.
Sudut pandang ketiga objektif dan lain sebagainya.

Page 7
III. KARAKTER

A. Pengertian Karakter

Karater berasal dari bahasa latin “kharakter”, “kharassein”, “Kharax”, dalam


bahasa inggris “character” dan Indonesia “karakter”, Yunani “character”, dari
charassein yang berarti membuat tajam.
Menurut kamus umum bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai tabiat;
watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dengan yang lainnya. Sementara dalam kamus sosiologi, karakter diartikan sebagai
ciri khusus dari struktur dasar kepribadian seseorang.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dimaknai bahwa karakter adalah ciri
khas seseorang dalam berperilaku yang membedakan dirinya dengan orang lain.
Pengertian karakter, watak, kepribadian (personality), dan individu (individuality)
memang sering tertukar dalam penggunaannya. Hal ini karena istilah tersebut
memang memiliki kesamaan yaitu sesuatu yang asli dalam diri individu seseorang
yang cenderung menetap secara permanen.

B. Karakter dalam Karya Fiksi


Karakter dapat dikatakan sebagai pelaku cerita dan dapat dikatakan sebagai
perwatakan. Menurut Jones, Stanton (1965: 17) istilah karakter dalam berbagai
literatur bahasa inggris menyaran pada dua pengertian yang berbeda, yaitu sebagai
tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan, dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan,
emosi, prinsip moral yang dimiliki oleh tokoh-tokoh tersebut.
Seorang tokoh haruslah memiliki kehidupan yang sewajar-wajarnya, layaknya
kehidupan yang ada seperti di kehidupan nyata, memiliki hasrat layaknya seorang
manusia yang hidup di dunia nyata. Oleh karena itu, pengarang sangatlah berperan
dalam pembuatan cerita dan tokoh-tokoh yang hidup didalamnya. Pengarang juga

Page 8
memiliki kebebasan sebebas-bebasnya dalam menciptakan seorang tokoh, maupun
alur ceritanya.

C. Jenis-jenis Karakter dalam Karya Fiksi


Karakter atau tokoh-tokoh pada karya fiksi, dibedakan menjadi :
a. Tokoh Protagonis dan Antagonis
Tokoh protagonis merupakan tokoh yang sering mendapat apresiasi lebih
tinggi. Pembaca lebih sering menyukai tokoh protagonis. Protagonis memiliki sifat
dan sikap esensi dan nilai dengan apa yang diharapkan oleh pembaca.
Sedangkah tokoh antagonis merupakan tokoh yang membawa konflik terhadap
tokoh protagonis yang disisipkan oleh pengarang agar sebuah cerita menjadi seperti
kehidupan nyata. Antagonis dianggap sebagai tokoh sebaga lawan atau oposisi dari
protagonis, baik secara fisik atau batin, juga langsung dan tidak langsung.

b. Tokoh Utama dan Tambahan


Setiap tokoh memiliki tingkat dan kadar perannya masing-masing. Tokoh
utama merupakan tokoh yang lebih sering muncul di dalam sebuah cerita dan
mendominasi dibanding dengan tokoh lainnya, sedangkan tokoh tambahan adalah
tokoh yang hanya dimunculkan oleh pengarang dibeberapa bagian dari cerita
sehingga jarang nampak.

c. Tokoh Sederhana dan Bulat


Pengertian dari tokoh sederhana itu merupakan tokoh yang mempunyai kualitas
pribadi tertentu dengan memiliki satu sifat atau watak tertentu. Sifat yang cenderung
monoton, tetap, bersifat datar dan melakukan tindakan-tindakannya yang tidak keluar
dari perwatakannya yang sudah diturunkan pengarang. Pembaca lebih mudah
mengenal dan memahami tokoh ini karena tingkah lakunya yang cenderung bisa
ditebak karena kodratnya sebagai tokoh sederhana.

Page 9
Tokoh bulat atau biasa disebut dengan tokoh kompleks memiliki sifat yang
lebih luas, baik dari sifat atau wataknya juga dari sisi kehidupannya. Tokoh ini
menampilkan sifat dan watak-watak tertentu yang berbeda, membuat efek kejutan
juga sulit terduga oleh pembaca. Dibandingkan dengan tokoh sederhana, tokoh bulat
biasanya sulit untuk ditebak atau dideskripsikan oleh pembaca, juga lebih
menunjukkan sebagaimana tokoh manusia di dunia nyata.

d. Tokoh Statis dan Berkembang


Tokoh statis kurang mengalami perubahan atau perkembangan sifat dan
wataknya karena pengaruh kejadian dalam suatu cerita fiksi. Wataknya cenderung
tetap dan tidak berubah dari awal hingga akhir cerita.
Sedangkan tokoh berkembang merupakan tokoh yang dapat mengalami
perubahan dalam sikap dan wataknya yang terpengaruh oleh kejadian dan peristiwa
yang menimpanya berdasarkan alur cerita. Perubahan disebabkan karena bersentuhan
langsung dengan lingkungan dan tokoh lainnya yang dapat mempengaruhi watak
awalnya, sehingga dari awal hingga akhir cerita, wataknya menjadi berbeda.

e. Tokoh Tipikal dan Toko Netral


Tokoh tipikal adalah tokoh yang memiliki keterkaitan atau hubungan dengan
suatu lembaga atau sebuah intansi. Penggambaran hubungan biasanya tidak
ditonjolkan secara keseluruhan, tetapi hanya mewakili sebagian kecil dari intansi
tersebut. Biasanya pembacalah yang menerka untuk menafsirkannya berdasarkan
pengetahuan, pengalaman dan juga persepsinya.
Sedangkan tokoh netral bukan mewakili suatu lembaga tertentu, tidak ada
ikatan-ikatan. Tokoh netral lahir dan eksis dalam kehidupannya di dalam karya fiksi,
tidak menggambarkan keterkaitannya dengan hal-hal lain yang berada dijalur yang
bukan pada cakupan tokoh netral

Page 10
IV. DIALOG

A. Pengertian Dialog

Dialog menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah percakapan


karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua orang atau lebih.
Menurut Wikipedia, dialog adalah sebuah literatur atau teaterikal yang terdiri
atas percakapan lisan atau tulis antara dua orang atau lebih.
Dalam dunia sastra (khususnya drama), pengertian dialog diuangkapkan oleh
Akhmad Saliman, yaitu sebuah mimetik atau tiruan dari kehidupan sehari-hari.
Dialog secara umum adalah percakapan antara 2 orang atau lebih komunikasi
yang mendalam yang mempunyai tingkat dan kualitas yang tinggi yang mencangkup
kemampuan untuk mendengarkan dan juga saling berbagi pandangan satu sama lain.

B. Dialog dalam Karya Fiksi


Salah satu unsur yang memegang peranan penting dalam karya fiksi adalah
dialog. Dialog akan membantu pembaca untuk memahami hal-hal yang disampaikan
dalam sebuah cerita. Pengemasan dialog yang menarik akan membuat pembaca
nyaman masuk ke dalam cerita dan mengikuti alur yang disajikan.
Peranan dialog juga sebagai petunjuk untuk memahami karakter tokoh-tokoh
yang muncul dalam cerita, serta mengatahui latar yang ada dalam cerita tersebut.
Dialog akan membantu menghidupkan suasana dan menghindari timbulnya rasa
bosan setelah membaca narasi yang panjang dan monoton. Tujuan terpenting dari
dialog adalah untuk menganalisis lebih dalam tentang karakter sebuah tokoh serta
sebagai penggerak cerita ke arah kesimpulan. Secara umum, fungsi dialog dapat
diuraikan sebagai berikut :
Fungsi Dialog :
- Dialog menampakkan karakter dan memerkaya plot.
- Dialog menciptakan konflik.

Page 11
- Dialog menghubungkan fakta-fakta.
- Dialog menyamarkan kejadian-kejadian yang akan datang.
- Dialog menghubungkan adegan-adegan dan gambar-gambar sekaligus.

C. Langkah-Langkah Menyusun Dialog


Adapun cara atau langkah-langkah dalam menyusun dialog yang sederhana,
diantaranya sebagai berikut:
a. Pertama-tama, menentukan tema tentang apa yang akan dibicarakan. Tema
akan membantu kita untuk mencari informasi mengenai hal-hal yang bisa
disampaikan melalui dialog.
b. Lalu, menentukan tokoh yang ikut terlibat di dalam dialog tersebut.
c. Selanjutnya, menentukan posisi ataupun peran masing-masing tokoh
tersebut. Penentuan peran akan memudahkan kita membuat dialog, sebab
tiap peran mempunyai karakternya masing-masing. Kemudian, pembuatan
dialog harus disesuaikan dengan karakter. Misalnya, orang pemalu tidak
mungkin dalam dialognya ada kata-kata kasar atau umpatan, dan sebaliknya.
d. Kemudian, membuat inti atau garis besar materi tentang pembicaraan. Hal
ini akan memudahkan penulis membuat dialog yang sederhana, jelas, dan
tidak berbelit-belit
e. Setelah itu, menyusun dialog berdasarkan garis besar dari pembicaraan.
Buatlah dialog yang singkat namun menarik. Hindari kata-kata yang tidak
diperlukan sehingga inti pembicaraan tersampaikan.
f. Perlihatkan kaidah dari penulisan dialog dengan benar.
g. Bacalah kembali dialog dengan mempraktekkan dialog yang ditulis. Coba
praktekkan langsung dialog yang dibuat, supaya kita bisa menilai bahwa
dialog yang dibuat apakah sudah mengalir? Apakah dialog terdengar nyata?

Page 12
D. Kaidah Penulisan Kalimat Dialog

Penulisan dialog dalam karya fiksi tentunya wajib mengikuti kaidah penulisan
dalam PUEBI. Berikut adalah cara penulisan kalimat dialog yang benar:
1) Setiap awal kalimat dialog huruf besar.
2) Setiap dialog baru, harus dibuat alinea/paragraf baru walau cuma satu
kata/kalimat.
3) Jika ada dua dialog satu kalimat, dialog kedua awalnya huruf kecil, sebagai
contoh : "Aku harus mulai sekarang," aku ragu-ragu, "tapi bisa tidak,
diundur saja sampai besok?"
4) Penulisan tanda ellipsis, 3 titik (...) hanya untuk kelimat yang terputus. Perlu
diperhatikan bahwa penggunaan tanda ellipsis harus seminimal mungkin.
Cara penulisannya harus ditulis berjarak (spasi) dengan kata sebelum dan
sesudahnya. Contoh: "Aku ingin pulang ... tak usah kau pergi lagi," aku ragu
menatap matanya.
5) Setiap sapaan keluarga (ayah, ibu, bapak, anak, nak, paman, om, emak,
mande, mamak, mbah, saudara, dll.) baik dalam kalimat dialog maupun
narasi/deskripsi ditulis kapital/huruf besar.
Contoh 1: "Kau harus kuat, Nak," kata Ibu sembari membelai rambutku.
Contoh 2: Setiap kali Ibu membujukku untuk makan, aku selalu mencari-
cari alasan.
Contoh 3: "Ibu dan Ayah akan ke Pekanbaru siang ini." Kuiringi langkah
kaki Ibu dan Ayah sampai pagar halaman.
6) Perhatikan baik-baik PENULISAN dan LETAK tanda baca (koma, titik,
kutip ("), tanda tanya (?) dan tanda seru (!) dalam kalimat dialog.
• Setelah tanda tanda (?) atau tanda seru (!) setelah ditutup dengan tanda
kutip, tidak ada koma atau titik lagi.
Penulisan yang salah: "Kau pergi sekarang?", tanyaku kepada Andi.
Sedangakn penulisan yang benar : "Kau pergi sekarang?" tanyaku kepada

Page 13
Andi.
• Tanda kutip dengan kata sebelum dan sesudahnya tidak ada spasi. Contoh
penulisan tanda kutip yang salah. " Aku pergi, " kataku pada Andi. Yang
benar. "Aku pergi," kataku kepada Andi.

Page 14
V. SETTING

A. Pengertian Setting
Setting atau tempat kejadian cerita sering pula disebut latar cerita, merupakan
penggambaran waktu, tempat, dan suasana terjadinya sebuah cerita (Wiyanto,
2002:28). Dalam karya sastra setting merupakan satu elemen pembentuk cerita yang
sangat penting, karena elemen tersebut akan dapat menentukan situasi umum sebuah
karya (Abrams, 1981:1975) dalam (Fananie. 2002:95). Nurgiyantoro (2002:216
dalam Santosa, 2011:7 mengemukanan bahwa setting merupakan dasar yang
mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial temapat
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

B. Fungsi Setting Karya Fiksi


Setting sangat erat hubungannya dengan tokoh atau pelaku dalam suatu
peristiwa. Selain itu, setting sangat mendukung plot cerita, mempengaruhi suasana,
peristiwa yang terjadi, pokok persoalan dalam cerita, dan tema cerita.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa setting dalam karya tidak
bisa dilepaskan dengan unsur lain dalam cerita seperti tema, tokoh, dan persoalan-
persoalan yang muncul. Setting harus mampu membentuk tema dan plot tertentu yang
dalam dimensinya terkait dengan tempat, waktu daerah dan orang-orang tertentu
dengan watak-watak tertentu yang disesuaikan dengan situasi lingkungan atau zaman,
cara hidup dan cara berfikir.

C. Dimensi Setting

Menurut Santosa (2008) dan Wiyanto (2002), setting meliputi tiga dimensi
yaitu : (a) Setting tempat (tempat terjadinya cerita) : tempat di Jawa, di dalam kamar.
Kemudian (b) Setting waktu dalam drama: waktu pagi, siang, sore atau hari, tanggal,

Page 15
dan tahun terjadinya cerita. (c) Setting peristiwa :zaman/periode sejarah yang terjadi
di cerita dalam drama. (d) Setting suasana : tegang, haru, gembira dan lain-lain.

a. Setting Tempat
Setting tempat adalah tempat yang menjadi latar peristiwa cerita itu terjadi.
Peristiwa dalam cerita adalah peristiwa fiktif yang menjadi hasil rekaan penulis.
Gambaran tempat kejadian peristiwa ini terletak pada keterangan yang diberikan oleh
penulis naskah dan dalam imajinasi pembaca. Analisis latar tempat dapat dilakukan
dengan mencermati dialog-dialog peran yang sedang berlangsung dalam satu adegan,
babak atau dalam keseluruhan drama tersebut.

b. Setting Waktu
Setting waktu adalah waktu yang menjadi latar belakang peristiwa, adegan, dan
babak itu terjadi. Mengarah pada “kapan” terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam
sebuah karya sastra. Misalnya :
 Waktu hari. Apakah cerita terjadi di pagi hari, siang, atau malam? Setiap
bagian waktu memiliki asosiasi spesifik seperti perbedaan tindakan
dan/atau perilaku karakter.
 Waktu tahun. Cerita terjadi di musim penghujan, kemarau, musim dingin,
atau musim panas? Atau pada hari libur, seperti Libur Lebaran atau Natal.
 Waktu berlalu yaitu transisi waktu yang terjadi dalam cerita meliputi
pergantian jam atau bulan.

c. Setting Peristiwa
Setting peristiwa adalah peristiwa yang melatari adegan itu terjadi dan bisa juga
yang melatari drama itu terjadi. Unsur ini lebih mengarah pada perilaku kehidupan
sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan, misalnya kebiasaan hidup, adat
istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir, dan sikap. Setting

Page 16
peristiwa ini bisa sebagai realita bisa juga fiktif yang menjadi imajinasi penulis
drama. Setting peristiwa yang nyata digunakan oleh penulis drama untuk
menggambar peristiwa yang terjadi secara nyata pada waktu itu sebagai dasar dari
dramanya.

d. Setting Suasana
Adiwardoyo (1990:11) menambahkan satu setting yaitu setting suasana
atau mood yang terdapat dalam suatu peristiwa biasanya erat hubungannya dengan
setting cerita. Setting cerita tertentu dapat menimbulkan suasana tertentu. Suasana ini
dapat berupa suasana batin dan dapat pula berupa suasana lahir. Wujud suasana batin
misalnya rasa tegang, benci, senang, acuh, simpati, sedih dan sebagainya. Sedangkan
wujud suasana lahir misalnya kesepian kota, keramaian kota, kesuburan di daerah
pegunungan dan sebagainya.

Page 17
VI. KONFLIK

A. Pengertian Konflik
Konflik adalah pertikaian atau pertentangan antara dua karakter tokoh yang
berbeda. Kita sudah mengetahi bahwa dalam suatu cerita ada yang dinamakan
karakter protagonis dan karakter antagonis. Perbedaan inilah yang biasanya
memunculkan konflik.

Dalam karya fiksi baik cerpen maupun novel, konflik dapat didefinisikan secara
sederhana sebagai masalah-masalah yang terdapat dalam cerita tersebut. Kebanyakan
masalah tersebut dapat diselesaikan di akhir cerita, namun banyak juga para penulis
yang menggantungkan solusi kepada pembaca. Sehingga masalah pada akhir cerita
terkesan tidak selesai.

B. Fungsi Konflik dalam Sebuah Karya Fiksi


Konflik dalam karya fiksi diibaratkan sebagai bumbu penyedap. Jadi konflik
tidak boleh terlalu sedikit sehingga akan membosankan, atau tidak terlalu banyak
agar tidak terlalu berlebihan.
Sebuah cerita pendek dapat dikatakan sangat menarik apabila konflik yang
membangunnya menarik perhatian pembaca sehingga pembaca menjadi semakin
penasaran untuk membacanya sampai selesai. Konflik sendiri merupakan unsur
esensial/paling penting dari sebuah cerita. Bayangkan saja jika sebuah cerita tidak
mempunyai konflik? Tanpa adanya konflik, sebuah cerpen akan terasa hambar karena
tidak menarik untuk dibaca.
Konflik juga berperan sebagai jembatan antara plot dan karakter supaya lebih
menarik dan dinamis. Setiap karya fiksi baik novel maupun cerpen tidak peduli genre
apapun harus mempunyai konflik. Jika cerpen lebih fokus pada satu konflik, novel
bisa terdiri dari banyak konflik .

Page 18
C. Macam-Macam Konflik
Secara garis besar, konflik dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : konflik eksternal
dan konflik internal.
a. Konflik internal disebut juga dengan konflik kejiwaan. Konflik ini merupakan
konflik yang terjadi karena pertentangan hati atau jiwa seorang tokoh dengan
tokoh yang lain. Konflik batin ini terjadi dalam diri seseorang tokoh itu sendiri.
b. Konflik eksternal yang terjadi antara tokoh yang satu dengan orang di luar
tokoh utama. Konflik-konflik eksternal adalah komponen kuat dalam fiksi-fiksi
bergenre, fantasi, petualangan, misteri, kejahatan, dan beberapa fiksi sejarah.

Konflik juga dibagi menjadi 3 macam, yaitu konflik antar pelaku dengan alam,
konflik antar pelaku, dan konflik dengan diri sendiri.
a. Konflik dengan alam
Konflik dengan alam maksudnya konflik yang terjadi ketika tokoh cerita
menghadapi dan mengatasi masalah yang disebabkan oleh lingkungan atau alam.
b. Konflik sesama tokoh
Konflik sesama tokoh adalah konflik yang timbul akibat adanya pertentangan
antar tokoh (tokoh yang satu dengan tokoh yang lain). Konflik semacam ini dapat
berbentuk konflik fisik semisal perkelahian atau juga konflik ide semisal
pertentangan pendapat.
c. Konflik dengan dirinya sendiri/konflik batin
Konflik batin adalah konflik yang terjadi antara tokoh dengan dirinya sendiri.
Konflik ini terjadi saat di dalam batin tokoh muncul kekuatan-kekuatan yang
bertentangan. Misalnya, keberanian melawan katakutan, kejujuran melawan
kebohongan, dan sebagainya.

Page 19
D. Dimanakah Sebaiknya Konflik Diiletakkan?
Setiap penulis tentunya punya cara penulisan masing-masing termasuk
bagaimana penulis meletakkan konflik di ceritanya. Secara umum, ada 3 tempat
seorang penulis dapat meletakkan konflik:
a. Meletakkan konflik di awal cerita
b. Menempatkan di tengah cerita atau di belakang.
c. Menempatkan di tempat-tempat tertentu

Tetapi penempatan suatu konflik dalam sebuah novel itu tidak menjadi acuan
utama dalam novel sejauh penulis dapat membuat dan menempatkan konflik secara
menarik. Hal yang paling yang harus diingat oleh penulis pemula adalah mendesain
alur isi cerita dan disusun seolah-olah alur tersebut satu-satunya strategi agar novel
itu dapat dinikmati

E. Hambatan Penulisan Konflik


Ternyata menulis konflik tidak semudah yang dibayangkan. Apalagi untuk
penulis pemula. Penulis pemula cenderung memikirkan logika yang tidak lepas dalam
membuat konflik. Lalu, bagaimana cara mengatasinya? Simak ulasan berikut ini.
1. Buatlah Konflik Kecil
Bualah konflik-konflik kecil pada tiap bab (pada novel) atau pada tiap beberapa
paragraf (pada cerpen). Konflik-konflik kecil tersebut sangat penting untuk menjadi
benang merah pada tulisan selanjutnya. Konflik kecil tidak perlu diceritakan secara
detil. Jika peka dan terampil membuat konflik-konflik kecil, maka dapat dipastikan
bahwa tulisan akan berkembang dengan baik.
2. Buat konflik Besar dari Konflik Kecil
Konflik-konflik kecil yang telah dibuat harus berusaha disambungkan dan
diledakan dalam pembahasan selanjutnya. Caranya : gabungkan semua konflik kecil
dengan menyelipkan benang merah di dalamnya, kemudian gabungan konflik kecil
tersebut menjadi puncak permasalahan atau sering disebut klimaks pada novel atau
cerpen.

Page 20
3. Jangan Pikirkan Pembaca
Penulis Pemula cenderung memikirkan kesan pembaca yang akan membaca
karyanya dan merasa tidak percaya diri. Penulis seharusnya perlu membebaskan
pikiran dan ide-ide yang ditulisnya. Sehingga konflik-konflik yang dibuat dalam
tulisan akan terkesan alami. Konflik yang terkesan dipaksakan biasanya ditulis
dengan memikirkan bagaimana tulisannya dibaca pembaca.

Page 21
VII. PLOT

A. Pengertian Plot

Plot merupakan sebuah struktur rangkaian kejadian-kejadian dalam sebuah


cerita yang disusun secara kronologis atau suatu rangkaian cerita sejak awal hingga
akhir. Plot mengatur bagaimana suatu tindakan-tindakan yang terdapat dalam cerita
harus berkaitan dengan satu sama lain, misalnya seperti bagaimana suatu peristiwa
berkaitan dengan peristiwa lainnya, lalu bagaimana tokoh yang digambarkan dan
berperan di dalam cerita yang semuanya terkait dengan suatu kesatuan waktu
Menurut Aminudin (1991:126) alur/plot adalah rangkaian cerita yang dibentuk
oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalani suatu cerita bisa berbentuk dalam
rangkaian peristiwa yang berbagai macam.
Rusyana (1987:67) mengemukakan bahwa alur bukan sekedar urutan cerita dari
A sampai Z, melainkan merupakan hubungan sebab-akibat peristiwa yang satu
dengan peristiwa yang lain di dalam cerita.
Nurgiantoro (2000:12) menjelaskan bahwa alur atau plot pada umumnya
tunggal, hanya terdiri satu urutan peristiwa yang diikuti sampai cerita berakhir (bukan
selesai) sebab banyak cerpen yang tidak berisi penyelesaian yang jelas, penyelesaian
yang diserahkan pada interpretasi pembaca. Urutan peristiwa dapat dimulai di mana
saja, misalnya dari konflik yang telah meningkat tidak harus bermula dari tahap
perkenalan tokoh atau latar biasanya tak berkepanjangan.

B. Plot dalam Karya Fiksi


Plot merupakan kerangka dasar yang amat penting. Plot mengatur bagaimana
tindakan-tindakan harus berkaitan satu sama lain, bagaimana suatu peristiwa
mempunyai hubungan dengan peristiwa lain, serta bagaimana tokoh digambarkan dan
berperan dalam peristiwa itu. Selain itu, plot juga berfungsi untuk membangun

Page 22
sebuah cerita karena plot wajib mengandung unsur-unsur konflik, kesatuan cerita
yang utuh, dan ending.

C. Bentuk dan Unsur Plot


Dalam bentuk sederhana plot dibagi menjadi 3, yaitu:

a. Beginning atau awal cerita


Bagian awal berfungsi sebagai eksposisi yaitu bagian yang memberikan
informasi yang diperlukan oleh pembaca agar bisa memahami jalan cerita
selanjutnya. Di bagian awal ini biasanya berisi nama tokoh-tokoh, gender, usia,
pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal, dan hal-hal yang menurut penulis penting
untuk diketahui oleh pembaca. Pada awal ini biasanya diakhir dengan cerita yang
tidak stabil karena cerita yang tidak stabil inilah yang akan memicu kejadian yang
akan terjadi berikutnya.
b. Middle atau tengah cerita
Bagian tengah cerita diawali dengan hal-hal yang bisa memicu konflik karena
pada bagian tengah cerita ini berupa rangkaian konflik yang intensitasnya semakin
tinggi dan mencapai kepuncak dan disebut dengan klimaks sebuah cerita. bagian
inilah yang biasanya paling ditunggu oleh pembaca.
c. End atau akhir cerita
Bagian akhir cerita ini berisi penyelesaian atas masalah-masalah yang terjadi
dibagian tengah cerita.

Tatanan plot dalam sebuah cerita yang lebih rinci menurut Mochtar Lubis
(1981:17) meliputi:

1. Perkenalan. Dalam bagian perkenalan berisi mengenai tokoh, konflik, dan latar
dari cerita yang dibahas dalam novel.
2. Pemaparan masalah yaitu bagian dimana cerita mulai berkembang sebelum
konflik mencapai puncak.

Page 23
3. Klimaks. Pada bagian menjelaskan permasalahan dalam novel mencapai
puncaknya.
4. Anti klimaks adalah merupakan permasalahan dalam cerita dan mulai ada
solusinya.
5. Penyelesaian masalah. Merupakan bagian dimana permasalahan dalam cerita
dapat diselesaikan.

Umumnya, plot memiliki 6 unsur utama yang menjadi penyusun plot.


Perkenalan, pemunculan masalah, konflik, klimaks, antiklimaks, dan penyelesaian
atau kesimpulan. Keenam unsur itulah yang kemudian menjadi susunan utama plot.
Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas satu persatu.

a. Perkenalan, biasanya merupakan awalan dari tulisan.


Sesuai dengan namanya, perkenalan berisikan pembukaan dari tulisan yang
memuat topik apa yang akan dibahas. Dalam tulisan fiksi, perkenalan akan berupa
kemunculan tokoh, sementara dalam tulisan nonfiksi akan berupa pembukaan dari
topik tulisan.
b. Pemunculan masalah adalah tahapan selanjutnya setelah perkenalan.
Dalam tulisan ada bagian di mana keberadaan topik tulisan mulai dipertajam
sehingga pembaca akan mengenali maksud dan tujuan dari tulisan tersebut. Pada
tulisan fiksi, maka pemunculan masalah biasanya merupakan kejadian yang dialami
oleh tokohnya, sementara dalam tulisan nonfiksi berupa unsur-unsur pendukung topik
yang dibahas dan bisa berupa contoh-contoh yang dikaitkan.

c. Konflik
Ketika topik dikenali dan lebih mengerucut sehingga pembaca mengenalinya,
maka kejadian selanjutnya dalam sebuah tulisan adalah terjadinya konflik. Ia
merupakan lontaran masalah yang pertama kali timbul sejak pertama kali tulisan

Page 24
dimulai. Seringkali, konflik pun dihadirkan agar tulisan menjadi lebih menarik dan
menantang pembacanya untuk melanjutkan dan menyelesaikan bacaannya.
d. Klimaks
Setiap tulisan pasti memiliki puncak yang paling menjadi daya tarik dari tulisan
tersebut. Entah itu situasi yang makin menegang seperti dalam tulisan fiksi, ataupun
perbandingan pendapat para ahli yang hadir dalam tulisan nonfiksi. Apapun
bentuknya, klimaks haruslah memiliki unsur paling menarik dan paling “WAH”
dibanding bagian-bagian lainnya. Klimaks adalah momen-momen penting dalam
tulisan, di mana pembaca mengalami pengalaman puncak emosi ataupun rasa ingin
tahu.
e. Anti Klimaks
Tensi yang terus dibangun melalui fase perkenalan hingga klimaks pun “harus”
turun dengan membuat antiklimaks. Hal ini dimaksudkan agar tulisan menjadi lebih
“menyenangkan” bagi pembaca karena tak harus terus dirundung oleh hype dari
tulisan. Antiklimaks juga dimaksudkan agar pembaca tulisan memiliki kesempatan
untuk menarik napas sekaligus menunggu akan seperti apa akhir dari tulisan kita.
f. Penyelesaian
Ketika semua unsur dari plot tulisan sudah muncul, maka penyelesaian adalah
jalan yang paling baik. Dengan membuat fase penyelesaian, maka tulisan akan
menjadi lengkap karena dapat berisikan kesimpulan pada tulisan nonfiksi maupun
juga bagian akhir dari cerita fiksi yang bisa dipilih apakah berakhir bahagia, sedih,
ataupun menggantung.

D. Jenis Plot
Terdapat 3 macam alur yang paling utama dan dikenal serta sering digunakan
oleh kebanyakan penulis. Maju, mundur, serta campuran. Ketiga jenis plot tersebut
memiliki karakteristik masing-masing yang dapat membangun setiap tulisan sehingga
terlihat lebih menarik bagi para pembacanya.

Page 25
a. Plot maju
Plot maju adalah plot yang paling umum dan sering digunakan di setiap tulisan.
Ia memiliki ciri tulisan yang bergerak urut dari awal hingga akhir tulisan. Setiap
bagian dari tulisan tertata dengan baik, sehingga pembaca tulisan pun takkan
kehilangan setiap momen. Runutan peristiwanya membuat impresi yang dibangun
oleh penulis seperti mendaki gunung kemudian menuruninya kembali. Perkenalan,
pemunculan masalah, konflik, klimaks, antiklimaks, penyelesaian adalah fase plot
yang disusun secara urut dan tidak berloncatan.
b. Plot Mundur
Kebalikan dari plot maju, tentu adalah plot mundur yang susunannya sudah
tentu merupakan kebalikan dari plot maju. Penyelesaian, antiklimaks, klimaks,
konflik, pemunculan masalah, dan perkenalan sebagai urutan fase terbalik yang sudah
barang tentu akan membuat tulisan menjadi “berbeda” karena tuturan cerita akan
terbalik dengan ditampilkannya amanat ataupun kesimpulan cerita terlebih dahulu,
baru kemudian mengetahui masalah yang diakhiri dengan keterangan pelaku masalah
tersebut.
c. Plot Campuran
Plot campuran yang merupakan hasil paduan dari maju dan mundur ini,
tentunya masih menggunakan 6 unsur penyusun plot. Meski demikian, susunannya
dapat diganti dan disusun ulang tanpa berurutan. Namun, apapun awalnya
penyelesaian akan tetap hadir di bagian belakang. Contohnya plot campuran antara
lain konflik – pemunculan masalah – perkenalan – klimaks – antiklimaks –
penyelesaian.

Page 26
E. Perbedaan Plot dengan Alur
Beberapa perbedaan antara alur dan plot:
1. Alur berisi kronologis cerita, walau susunannya bisa maju, kilas balik atau
gabungan.
2. Alur hanya rangkaian cerita dari awal sampai akhir.
Alur bisa dijabarkan dengan gaya narasi, deskripsi, eksposisi dan narasi.
Sedangkan plot sebagian besar dengan narasi dan dialog.
Plot adalah pergerakan cerita dari satu kejadian demi kejadian yang saling
berkaitan, bahkan terkadang sengaja dibenturkan untuk menimbulkan adanya
ketegangan, klimaks (puncak konflik), antiklimak (penurunan konflik) sampai
ending.
3. Alur adalah badan cerita sedangkan plot adalah ruh yang menggerakan cerita.
4. Alur ada pada jenis tulisan lain seperti feature dan esai. Sedangkan plot khusus
ditemukan dalam cerpen dan novel.

Page 27
VIII. KLIMAKS

A. Pengertian Klimaks
Secara umum, arti klimaks suatu gagasan mula - mula yang diperinci dengan
sebuah gagasan bawahan yang dianggap lebih rendah kedudukannya, kemudian
berangsur-angsur disusun dengan sebuah gagasan lain hingga ke gagasan yang paling
tinggi kedudukannya atau kepentingannya. Dengan kata lain, gagasan-gagasan
bawahan disusun sekian macam sehingga gagasan berikutnya lebih tinggi
kedudukannya dari gagasan-gagasan sebelumnya.
Bisa juga, klimaks adalah merupakan bagian dalam cerita yang melukiskan
peristiwa hingga mencapai puncaknya. Bagian ini dapat berupa bertemunya dua
tokoh yang sebelumnya saling mencari atau dapat berupa terjadinya "perkelahian"
antara dua tokoh yang saling bersebrangan.

B. Klimaks dalam Karya Fiksi


Klimaks merupakan puncak ketegangan tertinggi dari suatu plot cerita. Selain
itu, klimaks juga bagian puncak tertinggi dari konflik. Klimaks ini memiliki potensi
untuk menyerap perhatian pembaca.
Suatu karya fiksi akan mendekati akhir jika menuju pada klimaks. Karena pada
klimaks inilah berbagai keadaan atau situasi yang dipertentangkan akan bertemu dan
menentukan bagaimana penyelesainnya.. Pada bagian ini tokoh-tokoh cerita akan
mendapakan karma sesuai dengan perbuatannya sepanjang cerita. Di bagian ini pula
akan timbul keadilan puitis dimana tokoh protagonis dan antagonis menambatkan
imbalannya untuk memuaskan pembaca.

Page 28
IX. ENDING

A. Ending dalam Karya Fiksi


Ending merupakan bagian akhir cerita. Meskipun ending merupakan bagian
kecil dari cerita, namun mempunyai peranan yang sangat krusial. Karena justru pada
bagian akhir lah yang menentukan apakah cerita yang sudah dibaca mudah diingat
dan meninggalkan kesan mendalam atau tidak. Dari ending pula, pembaca akan
memutuskan apakah dia akan menantikan karya-karya selanjutnya dari penulis
tersebut.

B. Tipe Ending
Ada 3 tipe ending yang bisa anda berikan dalam cerita :
a. Happy Ending
Tokoh yang kita sukai berhasil melewati masa sulit dan akhirnya hidup
bahagia.
b. Sad Ending
Ending ini melibatkan akhir yang tidak bahagia pada tokoh.
c. Cliffhanger
Cliffhanger (menggantung), yakni sebuah akhir cerita yang tidak tuntas atau
menggantung dan mempersilakan pembaca untuk menafsirkan sendiri kelanjutannya.

C. Menentukan Ending Cerita


Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan sebuah ending
cerita yang baik.
a. Memperjelas tujuan tokoh utama.
Hal ini dilakukan untuk menjaga relevansi cerita dari awal hingga akhir.
Contoh : si tokoh dikisahkan ingin membongkar sebuah kasus kejahatan maka cerita
harus menggambarkan apa saja upayanya untuk melakukan itu.

Page 29
b. Berkaitan erat dengan konflik cerita.
Ending harus sesuai dan sejalan dengan konflik yang muncul. Ending harus
serealistis mungkin dengan konflik yang dimunculkan sehingga tidak membuka celah
pertanyaan bagi pembaca.

c. Memenuhi prinsip kausalitas (sebab-akibat).


Jangan menciptakan kejutan cerita yang irasional. Misalnya, jika tokoh utama
terlibat narkoba maka akibatnya atau konsekuensi logis yang harus dia alami atau
terima seperti apa.

d. Pastikan konflik utama tuntas (selesai) dan hindari menambah plot.


Konflik utama yang dibangun sudah mendapatkan jalan keluar (solusi)
meskipun konflik sampingan masih tersamar untuk diselesaikan. Tidak perlu lagi
memperumit cerita dengan menambah plot, atau bahkan tokoh baru yang makin
membuat pembaca bingung.

e. Sesuaikan dengan bangunan cerita.


Apabila cerita yang dibuat lebih bernuansa drama, sangat memungkinkan untuk
menciptakan sad ending. Jika cerita lebih bernuansa komedi atau humor akan sangat
fatal jika menggunakan sad ending. Jadi, tetap sesuaikan antara ending dan bangunan
cerita.

Page 30
Inilah beberapa materi dasar dan tips menulis karya fiksi. Semoga dengan
adanya ebook ini, akan semakin memotivasi Anda untuk belajar menulis.

Coba jawab pertanyaan dibawah ini dengan jujur !

Apakah anda ingin bisa menulis cerita/artikel dengan lancar ?


Apakah anda ingin menjadi penulis terkenal ?
Apakah anda ingin punya buku best seller ?
Apakah anda ingin karya anda diterbitkan dikoran ?
Apakah anda ingin karya anda dipublish dimedia massa dan dibaca
banyak orang ?

Jika “IYA”

Apakah list dibawah ini yang sedang anda rasakan sekarang ?


a. Bingung mulai nulis dari mana
b. Pengen nulis tapi selalu tidak pernah selesai karena kehabisan ide
c. Tidak percaya diri dengan tulisan sendiri ?
d. Pengen punya karya tulisan tapi waktu yang belum bisa termanage
e. Bingung merangkai karangan agar bisa menjadi tulisan yang indah
dan menarik ?
f. Pengen belajar tapi dengan siapa ?
g. Pengen karya dikoreksi tapi oleh siapa ?
h. Dan masih banyak kendala lain ?

Page 31
Jangan khawatir, semua permasalahan anda ada solusinya.

Kami akan membantu anda menyelesaikan masalah kepenulisan anda dan


membantu mewujudkan impian anda.

Perkenalkan kami “Kelas Menulis Online Alineaku” yang telah memiliki lebih
dari 5.000 member dari seluruh Indonesia bahkan beberapa dari luar negeri.

Member Alineaku telah berhasil mewujudkan mimpinya menciptakan karya-


karya tulis yang indah.

Lalu kapan anda mau memulai mewujudkan mimpi anda ? Mimpi yang pasti
membutuhkan awalan dan proses untuk mewujudkannya. Dan kami Alineaku
siap mendampingi anda.

Mari mulai dari sekarang, jangan ditunda. Semakin anda menunda, maka
semakin jauh mimpi anda terwujud.

Jika anda penasaran ingin tau apa itu Kelas Menulis Online Alineaku dan
tertarik untuk bergabung maka segera, secepatnya hubungi kami melalui
kontak WA ini.

Yuuk, wujudkan kisahmu menjadi tulisan yang menarik dan benar…

Page 32
DAFTAR PUSTAKA

Admin tiga serangkai. 2017. Membuat Akhir (Ending) Cerita yang Menarik.
http://www.tigaserangkai.com/id/?p=2287. Diakses tanggal 31 Maret, pukul
11.00 WIB.
Anonim. 2017. Jenis Konflik dalam Novel Fiksi.https://ellenconny.com/2017/08/10/5-
jenis-konflik-dalam-novel-fiksi/. Diakses tanggal 29 Maret, pukul 15.00 WIB.
Anonim. 2018. Teks Cerita Fiksi : Pengertian, Unsur, Struktur, Kaidah.
https://www.yuksinau.id/teks-cerita-fiksi-pengertian-unsur-struktur-kaidah/#!.
Diakses tanggal 1 April, pukul 10.00 WIB.
Anonim. 2019. Membuat Judul Cerita yang Bagus.https://wikihow.com/Membuat-
Judul-Cerita-yang-Bagus?amp=13aiinfo. Diakses tanggal 29 Maret 2019, pukul
10.00 WIB.
Anonim. 2019. Pengertian Fiksi, Ciri, Fungsi, dan Jenisnya(Pembahasan Lengkap).
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2018/04/pengertian-fiksi-ciri-ciri-fungsi-
jenis-jenis.html. Diakses tanggal 1 April 2019 pukul 11.00 WIB.
Anonim. 2019. Temukan Pengertian. https ://www.temukanpengertian.com. Diakes
tanggal 19 Maret 2019, pukul 20.00 WIB.
As-Saofy, Ismawati. 2019. Membuat Konflik untuk Penulis
Pemula.https://www.tulismenulis.com/membuat-konflik-dalam-novel-untuk-
penulis-pemula/.Diakses tanggal 30 Maret 2019, pukul 16.00 WIB.
Azzahra,L.F. 2017. Kekuatan Dialog dalam Sebuah Karya
Fiksi.https://www.kompasiana.com/elfat67/5bf8ed3012ae940a9715d333/kekuat
an-dialog-dalam-sebuah-karya-fiksi/page=1. Diakses tanggal 29 Maret 2019,
pukul 10.00 WIB
Fajrin, M.R. 2016. Pengertian Tokoh dan Jenis-Jenis Tokoh dalam Cerita.
www.rifanfajrin.com/pengertian-tokoh-dan-jenis-jenis-tokoh.htmli/m=1.
Diakses tanggal 3 April 2019, pukul 11.00 WIB

Page 33
Firdaus,Ujwar. 2017. Rahasia Membuat Judul Novel yang
Menarik.www.ujwar.com/2017/12/9-rahasia-membuat-judul-novel-
supaya.html?m=1. Diakses tanggal 29 Maret 2019 pukul 14.00 WIB.
Fuji, Bang. 2015. Pengertian Plot atau Alur.
https://www.trigonalmedia.com/2015/08/pengertian-plot-atau-alur.html
Lubis,E.R.. 2011. Apa itu Plot?. https://evariyanty.wordpress.com/2011/11/19/apa-
itu-plot/. Diakses tanggal 19 Maret 2019 pukul 13.00 WIB.
Mildaini. 2015. Cara Menuliskan Kalimat Dialog dalam
tulisan.www.mildaini.com/2015/12/cara-menuliskan-kalimat-dialog-
dalam.html?m=1. Diakses tanggal 19 Maret 2019, pukul 12.00 WIB.
Salamadian. 2017. Pengertian Sudut Pandang Novel dan Cerpen.
https://salamadian.com/pengertian-sudut-pandang-novel-cerpen/. Diakses
tanggal 19 Maret 2019, pukul 15.00 WIB.
Setiati, Eni. 2015. Mengatur dan Mengolah Konflik dalam Pembuatan Novel.
https://www.kompasiana.com/www.tokopedia.com/5500ddc8a3331153735123
1f/mengatur-mengolah-konflik-dalam-pembuatan-novel. Diakses tanggal 30
Maret 2019, pukul 16.00 WIB.
Sora. 2015. Pengertian Dialog dan Contohnya Secara Jelas.
http://www.pengertianku.net/2015/06/pengertian-dialog-dan-contohnya-secara-
jelas.html. Diakses tanggal 1 April pukul 10.00 WIB.

Page 34

Anda mungkin juga menyukai