PERBANKAN
SYARIAH
BAB 1 – 7
Mata
Fakultas Program Studi Dosen Disusun Oleh Kelompok 18
Kuliah
Ekonomi dan Akuntansi Ibu Shinta Perbankan Dwi Afriyani 43214110389
Bisnis Melzatia, Syariah Yuli Wulandari 43214110423
SE.M.Ak
1
DAFTAR ISI
1. Bacalah terjemahan dan tafsir Al-Quran surat Al baqarah ayat 282 , dan
ilmu akuntansi?
Makna yang terkandung dalam surat Al-Baqarah ayat 282 yang terkait dengan bidang
ilmu akuntansi adalah ayat ini berbicara tentang anjuran atau menurut sebagian ulama
yang dipercaya (notaris), sambil menekankan perlunya menulis utang walau sedikit,
disertai dengan jumlah dan ketetapan waktunya. Perintah ayat ini secara redaksional
ditunjukkan kepada orang-orang beriman, tetapi yang dimaksud adalah mereka yang
berhutang. Ini agar yang memberi piutang merasa lebih tenang dengan penulisan
tersebut, karena menulisnya adalah perintah atau tuntunan yang sangat dianjurkan,
walau kreditor tidak memintanya. Dengan hadirnya transaksi hutang piutang, banyak
orang yang memanfaatkan hal tersebut untuk memeras pihak-pihak yang sedang
menjadi suatu tambahan di dalam pelunasan hutang, sampai akhirnya terjadi suatu
tambahan yang dinamakan riba. Hal tersebut dilakukan oleh berbagai lapisan
a. Untuk setiap agama, baik hutang maupun jual beli barang secara hutang, haruslah
d. Selain tertulis, harus ada dua saksi yang dipercaya oleh kedua belah pihak yang
e. Dalam transaksi tunai, tidak perlu tertulis dan adanya saksi sudah mencukupi
2. Pengaruh perintah Allah dalam surat Al Baqarah ayat 282 terhadapa praktik
akuntansi di masa Rasulullah SAW dapat dicermati pada baitul maal yang didirikan
Rasulullah SAW sekitar awal abad ke-7. Pada masa itu,baitul maal berfungsi untuk
berupa zakat, ‘ushr (pajak pertanian dari muslim), jizyah (pajak perlindungan dari non-
muslim yang tinggal di daerah yang diduduki umat Muslim) serta kharaj (pajak hasil
pertanian dari nonmuslim). Semua pengeluaran untuk kepentingan negara baru dapat
3. Praktik akuntansi pada masa Nabi Muhammad SAW dan pada masa
kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a.. Hingga masa itu, manajemen baitul
maal masih sederhana dimana penerimaan dan pengeluaran dilakukan secara seimbang
sehingga hampir tidak pernah ada sisa. Perkembangan fungsi baitul maal mulai
dilakukan dimasa kekhalifahan Umar bin Khattab r.a.. Pada masa itu beliau
memperluas fungsi baitul maal dengan fungsi Diwan (dawwana yang berarti
penulisan) yang juga mengurusi mengenai pembayaran gaji. Pada masa itu baitul
maal tidak lagi dipusatkan di Madinah tapi juga di daerah-daerah yang dikuasai
Islam. Khalifah Umar bin Khattab r.a. juga membentuk 14 departemen dan 17
Perkembangan baitul maal yang lebih pesat terjadi pada masa kekhalifahan Ali bin
Abi Thalib r.a., dimana pada masa itu sistem administrasi baitul maal sudah berjalan
dengan baik di tingkat pusat dan lokal. Tidak hanya itu, di masa kekhalifahan beliau
juga telah terjadi surplus pada baitul maal yang kemudian dibagikan secara sesuai
tuntunan Rasulullah SAW. Adanya surplus ini menunjukkan bahwa proses pencatatan
melalui bukunya, Luca Pacioli dianggap sebagai orang pertama yang menggagas
sistem buku berpasangan (double entri bookeeping), yaitu sistem buku berpasangan
dimana sisi kiri dan sisi kanan atau sisi debet dan sisi kredit harus sama atau seimbang
atau dengan kata lain pencatatannya harus dilakukan dua kali (double) yaitu pada
kedua sisi.
Sistem tersebut dianggap sebagai revolusi dalam seni pencatatan dalam bidang e
konomi dan bisnis. Akan tetapi banyak pertentangan di kalangan peneliti tentang
sebagaimana ditulis oleh Luca Pacioli tidaklah terjadi di Republik Italia kuno. Yang terjadi
adalah italia mengetahui tentang akuntansi dan ilmu itu sampai pada mereka dari bangsa
lain. Dalam bukunya Luca Pacioli hanyalah bagian dari apa yang ada pada saat itu, yang
beredar di antara guru dan murid sekolah aritmetika dan perdagangan. Dengan demikian,
Luca Pacioli bukanlah penemu melainkan pencatat terhadap apa yang beredar saat itu.
b. Wolf (1912) dalam Zaid (2001), mengemukakan bahwa pada akhir abad ke-15,
Eropa sedang terhenti perkembangannya dan tidak dapat diharapkan adanya kemajuan
dipraktikkan pertama kali oleh para pedagang dan ia beranggapan bahwa mereka berasal
dari mesir.
d. Ball (1960) dalam Zaid (2001), menyatakan bahwa buku Pacioli didasarkan pada
tulisan Leonard of Piza, orang eropa pertama kali menerjemahkan buku Aljabar yang
Dalam sejarah Islam, lebih satu abad sebelum buku Luca Pacioli diterbitkan, telah ada
manuskrip tentang akuntansi yang ditulis oleh Abdullah bin Muhammad bin Kiyah Al
Mazindarani dengan judul Risalah Falakiyah Kitab As Siyaqaat pada tahun 1363 M.
Beberapa kaidah dalam manuskrip tersebut yang terkait dengan praktik double entry
pengeluaran-pengeluaran tersebut
Beberapa ahli sejarah barat menyimpulkan bahwa masyarakat uang dimaksud oleh Luca
Pacioli dalam bukunya adalah masyarakat dan bahkan pemerintah Italia. Pendapat ini
dipandang bertentangan dengan fakta terkait mengenai tidak operasionalnya angka romawi
untuk digunakan Dalam praktik akuntansi yang sedemikian maju. Sementara, masyarakat
muslim pada saat itu telah mengembangkan penggunaan angka nol, yang kemudian
disebut dalam dunia akademik sebgai angka arab, mengembangkan berbagai bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Salah satu ilmu pada saat itu yang paling menonjol adalah
masyarakat.
a. Apabila kita pelajari sejarah Islam, bahwa setelah munculnya Islam di Semenanjung
Arab di bawah pimpinan Rasulullah SAW dan terbentuknya Daulah Islamiah di Madinah
yang kemudian dilanjutkan oleh para Khulafaur Rasyidin, terdapat Undang-undang yang
b. Rasulullah SAW sendiri pada masa hidupnya juga telah mendidik secara khusus
beberapa sahabat untuk menangani profesi akuntan dengan sebutan hafazhatul amwal
(pengawas keuangan)
c. Bahkan Al Quran sebagai kitab suci umat Islam menganggap masalah ini sebagai
suatu masalah serius dengan diturunkannya ayat terpanjang, yakni Surat Al Baqarah ayat
manfaatnya, seperti yang diterangkan oleh kaidah-kaidah hukum yang harus dijadikan
Pendekatan ini biasa disingkat dengan pendekatan induktif, yang dipelopori oleh
Pendekatan ini menggunakan tujuan akuntansi keuangan Barat yang sesuai dengan
organisasi bisnis Islam dan mengeluarkan bagian yang bertentangan dengan ketentuan
syariah.
Pendekatan deduktif ini dipelopori oleh beberapa pemikir akuntansi syariah, antara lain
Iwan Triyuwono, Akhyar Adnan, Gaffikin dan beberapa pemikir lainnya. Mereka
Pendekatan ini diawali dengan menentukan tujuan berdasarkan prinsip ajaran Islam yang
c. Pendekatan Hibrid
Pendekatan ini didasarkan pada prinsipsyariah yang sesuai dengan ajaran Islam dan
Kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada masing-masing pendekatan yang ada
Pendekatan ini dapat diterapkan dan relevan dengan intitusi yang memerlukannya.
Selain itu, pendekatan ini sesuai dengan prinsip ibaha (boleh) yang menyatakan bahwa
segala sesuatu yang terkait dalam bidang muamalah boleh dilakukan sepanjang tidak ada
Tidak bisa diterapkan pada masyarakat yang kehidupannya wajib berlandaskan pada
wahyu dan dipandang merusak karena mengandung asumsi yang tidak Islami.
Pendekatan ini akan meminimalisasi pengaruh pemikiran sekuler terhadap tujuan dan
dekade terakhir, dan menganggap itu perlu diaplikasikan dalam akuntansi syariah.
KekuranganPendekatan Hibrid :
Perlu dilakukan oleh pemikir akuntansi Islam cara untuk mengembangkan triple bottom
line menjadi fourt bottom line (ekonomi, sosial, lingkungan, dan kesesuaian syariah).
Pendapat kami tentang pendekatan yang menurut kami tepat untuk dikembangkan pada
Pendekatan ini menggunakan tujuan akuntansi keuangan Barat yang sesuai dengan
organisasi bisnis Islam dan mengeluarkan bagian yang bertentangan dengan ketentuan
syariah. Sehingga lebih mudah untuk mengaplikasikannya pada zaman modern pada saat
ini
9. Pandangan beberapa pakar yang mengkritisi permasalahan yang terdapat pada
Pandangan beberapa pakar yang mengkritisi permasalahan yang terdapat pada akuntansi
konvensional sehingga perlu dikembangkan akuntansi alternatif adalah kendati ada kesan
bahwa pada mulanya pakar berbeda pendapat dalam menilai urgensi perbedaan Akuntansi
Syari’ah dan konvensional, atau cukup merubah sedikit saja apa yang sudah ada dalam
untuk berbeda, ternyata lebih menguat. Ini memuncak setelah dilakukan berbagai studi
Organization for Islamic Bank and Financial Institutions (FAO-IBFI) pada tahun 1990.
Dalam perkembangannya lembaga ini kemudian berganti nama menjadi The Accounting
and Auditing Organization for Islmic Financial Institutions (AAO-IFI). Ada sejumlah
argumentasi yang diajukan, mengapa Akuntansi Syari’ah harus berbeda dengan akuntansi
dengan cara Islam, harus diasumsikan bahwa tujuannya adalah dalam rangka mematuhi
perintah Allah dan sekaligus ridha-Nya. Ini tentu sangat berbeda dengan tujuan yang biasa
ingin dicapai akuntansi konvensional, yang biasanya hanya sarat dengan nilai-nilai
keduniawian, tetapi kering dari nilai-nilai ukhrawi. Secara lebih spesifik, dengan merujuk
pada Statement of Financial Accounting (SFA) No. 1, alasan yang dipakai menyusun
a. Islamic banks must comply with the principles and rules of Shari’a in all their
b. The functions of Islamic banks are significantly different from those of traditional
the relatioship of those who deal with the traditional banks. Unlike traditional banks,
Islamic banks do not use interest in their investment and financing transactions, whereas
konvensional yang berkembang saat ini selain akuntansi dalam perspektif syariah
adalah,
berkembang saat ini selain akuntansi dalam perspektif syariah menurut kami adalah
Akuntansi Ekonomi Politik. Akuntansi Ekonomi Politis (AEP) adalah sebuah pendekatan
kerja yang lebih luas dan lebih holistik dalam menganalisis dan memahami nilai dari
mencoba untuk menjelaskan dan menerjemahkan peran dari laporan akuntansi dalam
suatu pendekatan AEP akan menjadikan struktur institusional dari masyarakat sebagai
model yang akan membantu melaksanakan peran tersebut dan memberikan suatu kerangka
kerja untuk memeriksa seperangkat institusi, akuntansi, dan laporan akuntansi yang baru.
modal, bagi akuntansi ekonomi politik mengakui adanya dua dimensi modal:
(Alqur’an dan Sunah), sedang akuntabilitas sekunder diwujudkan dalam bentuk menajer
dengan masalah ekonomi, sosial, lingkungan, dan syariah compliance kepada investor.
melainkan juga masalah sosial dan lingkungan dan juga mengapresiasi perkembangan
akuntasi sosial dan lingkungan di Eropa dalam tiga dekade terakhir, dan menganggap itu
12. Salah satu bentuk pendekatan deduktif adalah menjadikan zakat sebagai
Berikut ini penjelasan kami akan implikasi dijadikannya zakat sebagai dasar dalam
pembangunan dan pembinaan sumber daya di kalangan ummat Islam, karena sumber daya
Islam.Upaya-upaya yang sedemikian rupa seperti dipaparkan di atas dan didukung oleh
undang-undang zakat akan membuat zakat sebagai pilar utama ekonomi ummat Islam,
yang selama ini dianggap tidak mampu bersaing dengan sistem ekonomi kapitalis, dan
bahkan diasumsikan hanya sebagai penopang kebutuhan yang bersifat konsumtif, dapat
Islam, sebagai rakyat mayoritas di negeri ini, kekuatan ekonomi ummat Islam berarti juga
Kerangka akuntansi konvensional, yang didasarkan pada ide-ide barat, tidak sesuai
keputusan; dan penekanannya pada nilai pemilik modal pada suatu perusahaan. Oleh
karena itu kenyataannya masyarakat islam memiliki alternatif atas keberadaan akuntansi
konvensional, dan para sarjana muslim mampu mengembangkan kerangka akuntansi yang
Sementara itu, paradigma stari’ah, menekankan pada aspek nilai hukum dan etika islami
dalam sistem akuntansi. Aspek ini diusulkan menjadi kerangka yang sesuai dalam
mengembangkan akuntasi syari’ah. Suatu hal yang sangat penting untuk diperkenalkan
adalah bahwa penerapan akuntansi syari’ah berdasarkan pada paradigma syari’ah yng
merupakan bagian yang sangat berhubungan dengan tauhid al-ibadah mengakui ke-Esa-an
Allah sebagai pemilik Alam semesta ini). Denagn demikian, usaha berkelanjutan akan
dilakukan oleh setiap orang islam untuk menjabarkan syari’ah dalam kehidupannya. Hal
yang lebih penting adalah penjabaran tersebut diharapkan dapat diterima oleh semua
Evaluasilah bukti-bukti yang di ajukan oleh para sejarawan tersebut dan berikan
penilaian anda apakah setuju atau tidak setuju dengan pendapat tersebut.
Praaktik akuntansi pada masa Rasulullah SAW mulai berkembang setelah ada perintah
Allah melalui Al-Qur’an untuk mencatat transaksi yang bersifat tidak tunai (Al-Baqarah
282) dan untuk membayar zakat. Perintah Allah dalam Al-Baqarah 282 tersebut telah
Adapun perintah Allah untuk membayar zakat mendorong umat Islam saat itu untuk
mencatat dan menilai aset yang dimilikinya. Berkembangnya praktik pencatatan dan
penilaian aset merupakan konsekwensi logis dari ketentuan membayar zakat yang
besarnya dihitung berdasarkan persentase tertentu dari aset yang dimiliki seseorang yang
15. Ajaran islam sangat kondusif dengan penggunaan dan pengembangan akuntansi
tersebut.
Jawab :
Islam melalui Al Qur’an telah menggariskan bahwa konsep akuntansi yang harus diikuti
oleh para pelaku transaksi atau pembuat laporan akuntansi adalah menekankan pada
Baqaroh ayat 282. Disamping itu, Akuntansi Syari’ah harus berorietasi sosial. Akuntansi
Syari’ah tidak hanya sebagai alat ukur untuk menterjemahkan fenomena ekonomi dalam
bentuk ukuran moneter tetapi sebagai suatu metode untuk menjelaskan fenomena ekonomi
menyinggung hal tersebut. Akan tetapi, Alquran tidak secara spesifik berbicara tentang
yang berkaitan dengan masalah keuangan, antara lain menjaga kepercayaan (amanah),
menegakkan yang baik (amar ma’ruf nahi mungkar), dan teguran (tawsiah).
Muhammad SAW ketika Rasulullah mendirikan Baitul mal saat pemerintahan Islam
Pada saat itu, Baitulmal memiliki fungsi menerima pendapatan dan mengeluarkan
pembelanjaan negara.
Nya itu saat khulafaur rasyidin, Baitulmal berkembangan dalam hal jumlah kekayaan
yang dikelola dan fungsi yang dijalankan. Lembaga ini kemudian dikembangkan secara
Hingga pada saat runtuhnya Dinasti Usmaniyah di Turki, nama Baitul mal tidak muncul
tahun 1963, di desa MitGhamr, salah satu daerah di wilayah Mesir, dibentuk sebuah
lembaga keuangan pedesaan yang bernama MitGhamr Savings Bank atau biasa disebut
MitGhamr Bank yang dipelopori oleh seorang ekonom bernama Dr. Ahmad El Najjar.
Lembaga tersebut sukses baik dalam penghimpunan modal dari masyarakat berupa
tabungan, uang titipan dan zakat, sadaqah, dan infak, maupun dalam memberikan
tahun 1973 dan mulai beroperasi tahun 1975 dengan kantor pusat di Jeddah.
5. Peran lembaga lembaga Internasional seperti IDB, AAOIFI, IFSB, dan IIFM,
Fungsi dari lembaga ini antara lain memberikan bantuan modal dan kredit hibah untuk
di negara muslim anggota IDB untuk pengembangan Ekonomi dan sosial Negara tersebut.
Saat ini anggota IDB berjumlah 54 negara. Negara-negara anggota menyisihkan sejumlah
dana untuk IDB yang nantinya dana tersebut akan digunakan untuk program-program
pengembanga Ekonomi dan sosial di Negara muslim tersebut. Pada anggota juga otomatis
akan menjadi anggota Organisasi Konferenasi Islam (OKI) dan dalam kondisi tertentu
Lembaga ini merupakan lembaga yang men standarisasi system akunting dan audit
Lembaga ini berkantor pusat di London, Inggris, dan diakui oleh negara-negara yang
keuangan syariah.
Bagi dunia perbankan dan lembaga keuangan syariah dunia, kehadiran IFSB ini memiliki
arti sangat penting. Karena kini terdapat sekitar 200 lembaga perbankan Islam yang
sedang tumbuh di 48 negara, termasuk Amerika Serikat, Eropa, dan Asia Barat. Bank-
Dalam pengembangan lembaga keuangan Syariah di dunia secara umum dan di Indonesia
secara khusus.
syariah yang berfungsi dimenghimpun dan menyalurkan dana kepada anggotanya dan
menggunakan skema syariah. Praktik asuransi ini dilakukan oleh bank syariah untuk
berharga, baik berupa saham maupun obligasi, agar memperoleh dana dari investor.
Lembaga Amil Zakat dan Badan Amil Zakat merupakan lembaga amil zakat
menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana social lainnya
(antara lain beda terhadap nasabah atau ta’zir) dan menyalurkannya kepada organisasi
pengelola zakat.
7. Identifikasilah kaitan kerja sama yang mungkin dilakukan oleh bank Syariah
dengan Kaitan kerjasama yang mungkin dilakukan oleh bank Syariah dengan
keuangan mikro syariah seperti BaitulMaal wa Tamwiil (BMT) dan koperasi jasa
lembaga keuangan mikro syariah bersifat mutual benefit atau timbal balik dan bertujuan
mengidentifikasi kunci sukses dan bentuk pola kemitraan terbaik antara bank syariah
8. Peran institusi-institusi seperti BI, Departmen Keuangan, MUI, dan IAI terhadap
syariah yaitu :
Indonesia, yaitu dengan masuknya istilah prinsip syariah dalam UU Nomor 10 Tahun
berbagai persoalan yang dihadapi bank syariah serta untuk mengembangkan pangsa bank
likuiditasnya.
b) Peran MUI / Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia dan Dewan
d) IAI berperan sebagai lembaga yang berwenang dalam menetapkan standard akuntansi
keuangan dan audit bagi industry merupakan elemen penting dalam pengembangan
perbankan syariah di Indonesia, dimana perekonomian syariah tidak dapat berjalan dan
berkembang dengan baik tanpa adanya standard akuntansi keuangan yang baik. Standard
akuntansi dan audit yang sesuai dengan prinsip syariah sangat dibutuhkan dalam rangka
konvensional. Untuk itulah pada tanggal 25 juni 2003 telah ditandatangani nota
kesepahaman antar Bank Indonesia dengan IAI dalam rangka kerjasama penyusunan
9. Dengan melihat data perbankan syariah yang dikeluarkan oleh BI, simpulkanlah
kedepan,
Perkembangan bank syariah di Indonesia dan Prospeknya dalam sepuluh tahun kedepan
mempunyai peluang besar untuk lebih cepat tumbuh dan bekembang meramaikan
industry perbankan nasional Indonesia. Hal ini dapat mungkin terjadi dengan dukungan
a) Secara yuridis eksistensi perbankan syariah semakin kuat setelah disahkannya UU No. 21
b) Potensi market yang sangat besar. Mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam
kini, market share di industry perbankan syariah masih kalah jauh dengan market share
industry Secara yuridis eksistensi perbankan syariah semakin kuat setelah disahkannya UU
No. 21 prebankan konvensional. Oleh karenanya, sangat dimungkinkan kedepan, baik pelan
atau cepat, terjadi perimbangan market share di industri perbankan syariah dan industry
perbankan konvensional.
c) Menjalankan kebijakan spin off dan konversi. Dalam rangka mempercepat laju
pertumbuhan bank syariah, BI dapat mendorong Unit Usaha Syariah untuk memisahkan
dirinya (spin off) dari bank induknya atau konversi dari bank konvensional menjadi bank
syariah. Setelah spin off UUS BRI dan mengonversi Bank Jasa Arta menjadi BRI Syariah,
serta diikuti oleh konversinya Bank Bukopin menjadi Bank Bukopin Syariah, kedepan
d) Inovasi produk pada industry perbankan syariah. Jika dibandingkan dengan produk yang
Permasalahan yang dihadapi oleh industry perbankan syariah Indonesia saat ini
oleh permodalan yang memadai, berdaya saing serta kompetensi pada jenis pasar yang
dipilihnya. Pada tahun ini juga Indonesia sudah memasuki MEA, jika industry jasa
perkembangannya jauh tertinggal dari negara – negara lain yang sudah menerapkan
aliansi strategis bank syariah dengan lembaga-lembaga keuangan syariah lain. Perlunya
membentuk aliansi itu tidak lain untuk membantu meningkatkan kinerja dan
perkembangan perbankan syariah saja tapi lemabaga keuangan di luar perbankan syariah
pun pasti akan mengalami kemajuan karena satu lembaga keuangan dan keuangan lain
nya bersinergi untuk meningkatkan kinerjanya. Ketiga, membuat system pengaturan dan
Indonesia mempunyai peluang yang cukup besar untuk menjadi trendsetter keuangan
syariah dunia, halini terlihat dari sejumlah bank sentral negara lain meminta BI
12. Ada pendapat yang menyatakan bahwa yang boleh dikembangkan oleh
dan para khalifah pemerintah Islam. Adapun bank syariah dan lembaga keuangan
syariah lainnya
Kami menolak pendapat bahwa yang boleh dikembangkan oleh masyarakat Muslim
hanyalah Baitul Maal sebagaimana yang dikembangkan nabi dan para khalifah
pemerintahan Islam, karena dasar pemikiran terbentuknya Bank Islam bersumber dari
ini sangat dikenal masyarakat luas. Dalam pandangan Islam sendiri, system bunga
pada bank itu tidak boleh dilakukan alias diharamkan. Mengapa? Karena dari
Bunga yang ada di bank konvensional begitu besarnya kadang membuat orang
berfikir dua kali untuk membuka tabungan atau rekening di bank konvensional
tersebut. Setiap bulan pasti berkurang uang yang ada di rekening bank
konvensional dengan persentase bunga yang cukup. Maka dari itu, di point nomor
dua ini yaitu bunga begitu besar sangat cocok untuk kekurangan bank
konvensional.
14. Identifikasilah 3 kelebihan yang dimiliki oleh bank syariah yang diperkirakan
Kelebihan yang dimiliki oleh bank syariah yang diperkirakan dapat mengatasi kelemahan
bank konvensionaladalah:
a. Akad
Semua transaksi yang dilakukan di bank syariah harus berdasarkan akad yang
dibenarkan oleh Syariah Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist dan telah
Untuk bank konvensional, surat penjanjian dibuat berdasarkan hukum positif yang
berasal dari keuntungan bank meminjamkan dana kepada nasabah lain dengan
15. Penjelasan dan evaluasi tahapan perkembangan bank syariah yang direncanakan
oleh BI dalam cetak biru pengembangan bank syariah. Berikan saran anda
Tahapan perkembangan bank syariah yang direncanakan oleh BI dalam cetak biru
Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia”. Cetak biru (blue print) ini dibuat untuk
memberikan arahan yang ingin dicapai serta tahapan-tahapan untuk mewujudkan sasaran
sampai tahun 2011 yang ingin digariskan dalam cetak biru tersebut:
3. Tiga contoh transaksi yang haram zatnya yang sangat mungkin biasa dilakukan
di bank konvesional, yaitu;
a. Transaksi yang mengandung barang atau jasa yang diharamkan
b. Transaksi yang tidak sah akadnya
c. Transaksi yang mengandung sistem dan prosedur memperoleh keuntungan yang
diharamkan, seperti:
Tadlis (ketidaktahuan satu pihak)
Gharar (ketidaktahuan kedua pihak)
Ikhtikar (rekayasa pasar dalam pasokan)
Ba’i Najsy (rekayasa pasar dalam permintaan)
Maysir (judi), dan
Riba (tambahan yang disayaratkan)
4. Perbedaan antara tadlis dan gharar, yaitu;
Tadlis merupakan transaksi yang mengandung suatu hal pokok yang tidak
diketahui oleh salah satu pihak (unknown to one party), sedangkan
Gharar merupakan transaksi yang mengandung suatu hal pokok yang tidak
diketahui oleh kedua belah pihak yang bertransaksi jual beli.
7. Yang dimaksud dengan riba adalah adalah tambahan yang disyaratkan dalam
transaksi bisnis tanpa adanya padanan (iwad) yang dibenarkan syariah atas
penambahan tersebut. Riba adalah bentuk transaksi yang dilarang dalam Islam dan
bersinggungan langsung dengan praktik perbankan konvensional.
Tiga contoh bisnis yang ada di dalam masyarakat yang beroperasi dengan konsep
riba. Yaitu;
Bank Konvensional
Praktek lintah darat (rentenir), dan
Jual beli emas pada pedagang eceran yang dinilai harga beli yang jauh lebih
rendah.
9. Maysir adalah sebuah permainan dimana satu pihak akan memperoleh keuntungan
sementara pihak lainnya akan menderita kerugian (Ibnu Qudama:Al Mughni, 13/408).
Tiga contoh praktik maysir yang mungkin masih ada di masyarakat, yaitu;
Melakukan taruhan terhadap suatu pertandingan dimana akan ada salah satu
pihak yang dirugikan.
Praktek sms berhadiah dimana hadiah tersebut diperoleh ketika menang
undian.
Permainan yang mengharuskan bagi para pemainnya menyetor dana tertentu
untuk dapat memperoleh hadiah tapi dengan cara permainan tersebut diacak.
13. Yang dimaksud dengan ta’alluq adalah Ta’alluq adalah dua akad yang saling
berkaitan, dimana berlakunya akad 1 bergantung pada akad 2.
Contoh:
Penjualan dengan cara ‘inah, yaitu seseorang menjual barang seharga tertentu secara
cicilan kepada seorang lain dengan syarat. Orang lain tersebut kembali menjual
barang tersebut secara tunai.
14. Transaksi short selling masuk ke dalam kategori Bai’ Najasy. Dimana short
selling merupakan praktek perjanjian penyerahan syarat berharga yang dilakukan
sebelum tanggal yang ditentukan agar dapat diperoleh dengan harga yang jauh lebih
murah sebelum tanggal penyerahan.
15. Hubungan antara ekonomi gelembung yang terjadi pada system ekonomi
kapitalis dengan berbagai transaksi yang dilarang syariah, tetapi diperbolehkan
kapitalis, yaitu;
Ekonomi gelembung merupakan spekulasi harga terhadap asset-asset barang mewah
dengan nilai fundamental yang lebih rendah namun harga jual yang lebih tinggi. Hal
ini sangat dilarang oleh syariah karena termasuk dalam tadlis dan riba, dimana tadlis
itu sendiri menspekulasi harga dan tidak diketahui oleh salah satu pihak. Kemudian
termasuk riba yang dilarang oleh syariah karena praktek ekonomi gelembung
mengupayakan keuntungan yang begitu besar jauh melebihi nilai instrinsiknya.
BAB 4
SISTEM OPERASIONAL BANK SYARIAH
Bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian bank umum pada pasal
1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 dengan menghilangkan kalimat “…dan
atau berdasarkan prinsip syariah …”•, sehingga definisi bank konvensional menjadi
“bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran”. Bank konvensional
mempunyai beberapa fungsi atau tugas pokok yang dilakukan, fungsi dan tugas pokok
tersebut adalah :
1. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan
ekonomi
2. Menciptakan uang (uang giral)
3. Menghimpun dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat
4. Menawarkan jasa-jasa perbankan
5) Aplikasi fungsi manajer investasi pada bank syariah dapat dilihat pada segi
penghimpunan dana oleh bank syariah, khususnya dana mudharabah. Dengan
fungsi ini, bank syariah bertindak sebagai manajer investasi dari pemilik dana
(shahibul maal) dalam hal dana tersebut harus dapat disalurkan pada penyaluran yang
produktif, sehingga dana yang dihimpun dapat menghasilkan keuntungan yang akan
dibagihasilkan antara bank syariah dan pemilik dana.
Imbalan bank syariah kepada deposan sangat bergantung pada pendapatan yang
diperoleh oleh bank sebagai mudharib dalam mengelola dana mudharabah Makin
besar pendapatan bank yang dapat dibagihasilkan, makin besar pula imbalan yang
akan diberikan kepada pemilik dana yang memercayakan uangnya dikelola oleh bank
syariah. Dalam hal bagi hasil kepada nasabah, bank syariah menggunakan konsep
nisbah bagi hasil atas persentase pendapatan yang diperoleh. Hal ini menyebabkan
besar atau kecilnya imbalan bagi pemilik dana tidak semata ditentukan oleh makin
besarnya porsi bagi hasil oleh nasabah, melainkan juga oleh kualitas penyaluran dana
oleh bank.
6) Aplikasi fungsi investor pada bank syariah adalah sebagai investor, penanaman
dana yang dilakukan oleh bank syariah harus dilakukan pada sektor-sektor yang
produktif dengan risiko yang minim dan tidak melanggar ketentuan syariah. Selain
itu, dalam menginvestasikan dana bank syariah harus menggunakan alat investasi
yang sesuai dengan syariah. Investasi yang sesuai dengan syariah meliputi akad jual
beli (murabahah, salam dan istishna’), akad investasi (mudharabah dan musyarakah),
akad sewa-menyewa (ijarah dan ijarah muntahiya bittamlik), dan akad lainnya yang
dibolehkan oleh syariah.
7) Aplikasi fungsi manajer investasi pada bank syariah dapat dilihat pada segi
penghimpunan dana oleh bank syariah, khususnya dana mudharabah. Dengan
fungsi ini, bank syariah bertindak sebagai manajer investasi dari pemilik dana
(shahibul maal) dalam hal dana tersebut harus dapat disalurkan pada penyaluran yang
produktif, sehingga dana yang dihimpun dapat menghasilkan keuntungan yang akan
dibagihasilkan antara bank syariah dan pemilik dana.
Imbalan bank syariah kepada deposan sangat bergantung pada pendapatan yang
diperoleh oleh bank sebagai mudharib dalam mengelola dana mudharabah Makin
besar pendapatan bank yang dapat dibagihasilkan, makin besar pula imbalan yang
akan diberikan kepada pemilik dana yang memercayakan uangnya dikelola oleh bank
syariah. Dalam hal bagi hasil kepada nasabah, bank syariah menggunakan konsep
nisbah bagi hasil atas persentase pendapatan yang diperoleh. Hal ini menyebabkan
besar atau kecilnya imbalan bagi pemilik dana tidak semata ditentukan oleh makin
besarnya porsi bagi hasil oleh nasabah, melainkan juga oleh kualitas penyaluran dana
oleh bank.
8) Ada dua prinsip yang dapat digunakan dalam penghimpunan dana oleh bank
syariah, yaitu prinsip wadiah dan prinsip mudharabah. Perbedaan kedua
prinsip tersebut dalam aktivits penghimpunan adalah :
Wadiah berarti titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan
hukum yang harus dijaga dan dikembalikan oleh yang penerima titipan, kapan pun si
penitip menghendaki. Wadiah dibagi atas dua, yaitu wadiah yad-dhamanah dan
wadiah yad-amanah. Islam tidak membatasi secara khusus objek yang bisa dititipi,
sehingga hal yang dititipi tidak saja barang melainkan juga bisa uang. Penerima
titipan dalam transaksi wadiah dapat meminta imbalan (ujrah) kepada penitip atas
jasanya dalam menjaga barang atau uang titipan.
Sedangkan Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis kerja sama usaha dimana
pihak pertama menyediakan dana dan pihak kedua bertanggung jawab atas
pengelolaan usaha. Pihak yang menyediakan dana biasa disebut dengan istilah
shahibul maal, sedang pihak yang mengelola usaha biasa disebut dengan istilah
mudharib. Keuntungan hasil usaha dibagikan sesuai dengan nisbah bagi hasil yang
disepakati bersama sejak awal. Akan tetapi, jika terjadi kerugian, shahibul maal akan
kehilangan sebagian imbalan dari hasil kerjanya selama proyek berlangsung.
Akad yang cocok untuk digunakan dalam kegiatan penghimpunan dana pada bank
syariah adalah akad wadiah yad-dhamanah dan biasa disingkat dengan wadiah. Akad
ini dapat diterapkan pada kegiatan penghimpunan dana berupa giro dan tabungan.
Giro wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, kartu ATM, sarana
perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. Adapun tabungan
wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang penarikannya dapat
dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati dengan menggunakan kuitansi,
kartu ATM, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.
11) Tiga alasan kenapa mudharabah muqayyadah tidak cocok untuk diterapkan
pada penghimpunan dana tabungan dan deposito
Alasannya dapat disimpulkan dari prinsip mudharabah muqayyadah sendiri :
a) kedudukan bank hanya sebagai agen saja,
b) karena pemilik dana adalah nasabah pemilik dana mudharabah muqayyadah,
sedang pengelola dana adalah nasabah pembiayaan mudharabah muqayyadah.
c) Pembagian hasil usaha dilakukan antara nasabah pemilik dana mudharabah
muqayyadah dengan nasabah pembiayaan mudharabah muqayyadah. Bank
sebagai agen dalam hal ini menerima fee saja.
Giro merupakan simpanan uang kepada bank yang bisa ditarik secara tunai pada
setiap jam kerja bank. Cara penarikan simpanan uang ini dengan menggunakan bilyet
giro, cek, surat perintah penarikan dan lain sebagainya.
16) Ketentuan DSN Nomor 2 Tahun 2000 yang terkait dengan tabungan
mudharabah adalah sebagai berikut :
1. Dalam transaksi ini, nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana
dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam
usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya,
termasuk melakukan mudharabah dengan pihak lain.
3. Modal harus dinyatakan jumlahnya dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan
dalam akad pembukaan rekening
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan yang bersangkutan.
Persamaan:
Sama-sama merupakan Simpanan yang di dasarkan dengan syariat islam.
18) Tiga skema yang digunakan dalam penyaluran dana bank syariah yaitu :
- Skema Jual beli
- Skema Investasi
- Skema Sewa
19) Perbedaan antara jual beli dalam bentuk murabahah dengan jual beli dalam
bentuk salam dan istishna adalah :
Jual beli dengan skema murabahah adalah jual beli dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pada
pembiayaan dengan skema murabahah, bank adalah penjual, sedang nasabah
yang memerlukan barang adalah pembeli.
Jual beli dengan skema salam adalah jual beli yang pelunasannya dilakukan
terlebih dahulu oleh pembeli sebelum barang pesanan diterima.
Jual beli dengan skema istishna’ adalah jual beli yang didasarkan atas
penugasan oleh pembeli kepada penjual yang juga produsen untuk
menyediakan barang atau suatu produk sesuai dengan spesifikasi yang
disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga yang disepakati.
20) Kelebihan dan kekurangan jual beli dalam bentuk salam dan istishna’ jika
dibandingkan jual beli dalam bentuk murabahah
Salam dan Istishna merupakan macam jual beli yang dibedakan berdasarkan cara
pembayaran dan waktu penyerahan barang. Jual beli secara Salam, mekanisme
kebalikan dari jual beli secara muajjal atau dalam bisnis umum dikenal
dengan advance payment 100% (pelunasan di muka). Jadi pelunasan dilakukan saat
transaksi, namun barang baru diserahkan kemudian.
Istishna sebenarnya sama dengan Salam, namun sistem pembayaran tidak secara lump
sum, tetapi secara bertahap hingga barang yang dibeli diserahkan.
Murabahah, berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual-beli yang si
penjual menyebutkan dengan jelas kepada si calon pembeli, berapa harga pokok
barang dan berapa keuntungan yang diambilnya. Jadi esensi Murabahah pada
keterbukaan informasi keuntungan yang ingin diraih. Bukan pada pembelian barang
dengan pembayaran secara cicilan.
21) Perbedaan antara jual beli istishna dengan jual beli istishna parallel :
Al-Istishna’ adalah akad jual beli pesanan antara pihak produsen / pengrajin /
penerima pesanan( shani’) dengan pemesan ( mustashni’) untuk membuat suatu
produk barang dengan spesifikasi tertentu (mashnu’) dimana bahan baku dan biaya
produksi menjadi tanggung jawab pihak produsen sedangkan system pembayaran bisa
dilakukan di muka, tengah atau akhir.
Istishna’ Paralel Dalam sebuah kontrak bai’ al-istishna’, bisa saja pembeli
mengizinkan pembuat menggunakan subkontraktor untuk melaksanakan kontrak
tersebut. Dengan demikian, pembuat dapat membuat kontrak istishna’ kedua untuk
memenuhi kewajibannya pada kontrak pertama. Kontrak baru ini dikenal sebagai
istishna’ paralel.
22) Perbedaan antara jual beli salam dengan jual beli salam parallel :
Secara terminologi, jual beli salam ialah menjual suatu barang yang penyerahannya
ditunda, atau menjual suatu barang yang ciri-cirinya disebutkan dengan jelas dengan
pembayaran modal terlebih dahulu, sedangkan barangnya diserahkan dikemudian
hari. Jual beli salam ialah menjual sesuatu yang tidak dilihat zatnya, hanya ditentukan
dengan sifat, barang itu ada di dalam tanggungan si penjual. Misalnya si penjual
berkata, “ Saya jual kepadamu satu meja tulis dari jati, ukurannya 140x100 cm,
tingginya 75 cm, sepuluh laci, dengan harga Rp. 100.000,- “. Pembeli pun berkata, “
Saya beli meja dengan sifat tersebut dengan harga Rp. 100.000,-”. Dia membayar
uangnya sewaktu akad itu juga, tetapi mejanya belum ada. Jadi, salam ini merupakan
jual beli utang dari pihak penjual dan kontan dari pihak pembeli karena uangnya telah
dibayarkan sewaktu akad.
Salam paralel berarti melaksanakan dua transaksi bai’ as-salam antara bank dan
nasabah, dan antara bank dan pemasok (suplier) atau pihak ketiga lainnya secara
simultan. Dewan pengawas syariah Rajhi Banking dan Investment Corporation telah
menetapkan fatwa yang membolehkan praktik salam paralel dengan syarat
pelaksanaan transaksi salam kedua tidak bergantung pada pelaksanaan akad salam
yang pertama. Beberapa ulama kontemporer memberikan catatan atas transaksi salam
paralel, terutama jika perdagangan dan transaksi semacam itu dilakukan secara terus-
menerus. Hal demikian diduga akan menjurus kepada riba.
23) Perbedaan prinsip investasi dengan skema mudharabah dan investasi dengan
skema musyarakat :
Mudharabah (Trustee Profit Sharing)
Adalah suatu pernyataan yang mengandung pengertian bahwa seseorang memberi
modal niaga kepada orang lain agar modal itu diniagakan dengan perjanjian
keuntungannya dibagi antara dua belah pihak sesuai perjanjian, sedang kerugian
ditanggung oleh pemilik modal.
Kontrak mudharabah dalam pelaksanaannya pada Bank Syariah nasabah bertindak
sebagai mudharib yang mendapat pembiayaan usaha atas modal kontrak mudharabah.
Mudharib menerima dukungan dana dari bank, yang dengan dana tersebut mudharib
dapat mulai menjalankan usaha dengan membelanjakan dalam bentuk barang
dagangan untuk dijual kepada pembeli, dengan tujuan agar memperoleh keuntungan
(profit).
Musyarakah
Adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk satu usaha tertentu di mana
masing-masing pihak memberikan konstribusi dana (expertise) dengan kesepakatan
bahwa keuntungan dari resiko akan di tanggung bersama sesuai dengan kesepakatan .
Maka bisa di simpulkan bahwa Musyarakah adalah perjanjian kerja sama antara dua
pihak atau lebih untuk melakukan suatu usaha tertentu. Masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana. Keuntungan atau kerugian akan ditanggung bersama
sesuai dengan proporsi yang telah disepakati sejak awal.
24) Perbedaan antara prinsip sewa dengan skema ijarah dan prinsip sewa dengan
skema ijarah muntahiya bittamlik:
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional, ijarah adalah akad pemindahan hak guna
(manfaat) atas suatu barangatau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran
sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang tiu sendiri.
Skema Pembiayaan
Ijarah Keterangan:
1. Nasabah mengajukan pembiayaan ijarah ke bank syariah
2. Bank syariah membeli/menyewa barang yang diinginkan oleh nasabah sebagai objek
ijarah, dari supplier/penjual/pemilik.
3. Setelah dicapai kesepakatan antara nasabah dengan bank mengenai barang objek
ijarah, tariff ijarah, periode ijarah, dan biaya pemeliharaannya, maka akad
pembiayaanijarah ditandatangani. Nasabah wajib menyerahkan jaminan yang
dimiliki.
4. Bank menyerahkan barang objek ijarah kepada nasabah sesuai akad yang disepakati.
Setelah periode ijarah berakhir, nasabah mengembalikan objek ijarah tersebut
kepada bank.
5. Bila bank membeli objek ijarah tersebut (al-bai’ wal ijarah), setelah periode ijarah
berakhir objek ijarah tersebut disimpan oleh bank sebagai asset yang dapat
disewakan kembali.
6. Bila bank menyewa objek ijarah tersebut (al-ijarah wal ijarah, atau ijarah paralel),
setelah periode ijarah berakhir objek ijarah tersebut dikembalikan oleh bank kepada
supplier/penjual/pemilik.
Al-bai’ wal ijarah muntahia bittamlik (IMBT) merupakan rangkaian dua buah akad al-
bai’dan akad ijarah muntahia bittamlik (IMBT). Al-bai’ merupakan akad jual-beli,
sedangkan IMBT merupakan kombinasi antara sewa-menyewa (ijarah) dan jual beli
atau hibah diakhir masa sewa. Dalam ijarah mintahia bittamlik, pemindahan hak milik
barang terjadi dengan salah satu dari dua cara berikut ini:
1. Pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang disewakan tersebut
pada akhir masa sewa.
2. Pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan barang yang disewakan
tersebut pada akhir masa sewa.
Pilihan untuk menjual barang diakhir masa sewa (alternatif 1) biasanya diambil bila
kemampuan financial penyewa untuk membayar sewa relatif kecil. Karena sewa
yang dibayarkan relatif kecil, akumulasi nilai sewayangsudah dibayarkan sampai
akhir periode sewa belum mencukupi harga beli untuk menutupi kekurangan
tersebut, bila pihak penyewa ingin memiliki barang tersebut, ia harus membeli
barang itu diakhir periode.
25) Skema ijarah dan skema ijarah muntahiya bittamlik cocok digunakan dalam
kondisi :
Pengertian Ijarah :
Akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa,
tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu.
Pengertian IMBT (Ijarah Muntahiyah bit Tamlik) :
Ijarah yang berakhir dengan kepemilikan.
Contoh Ijarah :
seorang nasabah yang sedang melakukan proyek pembangunan jalan raya,
membutuhkan alat-alat berat sebagai penunjang operasinya, lalu memohon kepada
Bank syariah untuk menyewa alat2 berat itu. Maka nasabah akan membayar sewa
alat2 berat tersebut kepada Bank syariah
Contoh IMBT :
Seorang nasabah yang sedang melakukan proyek pembangunan jalan raya,
membutuhkan alat-alat berat sebagai penunjang operasinya, lalu memohon kepada
Bank syariah untuk menyewa alat2 berat itu.Akan tetapi, jika ternyata alat-alat
tersebut akan terus dibutuhkan dan dia kemudian memutuskan untuk membelinya, dia
bisa melakukannya dengan ijarah muntahia bit-tamlik, yaitu menyewa peralatan
tersebut dan pada akhir masa sewa, nasabah membelinya.
BAB 5
KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN
LAPORAN KEUANGAN SYARIAH
Syariah merupakan ketentuan hukum islam yang mengatur aktifitas umat manusia yang
berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan interaksi vertikal dengan
tuhan maupun interaksi horizontal dengan sesama makhluk. Prinsip syariah yang berlaku
umum dalam kegiatan muamalah mengikat secara hukum bagi semua pelaku dan
pemangku kepentingan entitas yang melakukan transaksi syariah.
3. Asas ukhuwah, ‘adalah, mashlahah, tawazun, dan syumuliyah beserta kaitannya
dengan akuntansi
Ukhuwah berarti Persaudaraan antar sesama. Akuntansi syariah
berasaskan ukhuwah memiliki makna bahwa akuntansi syariah menjunjung tinggi
nilai kebersamaan dalam memperoleh manfaat ekonomi (sharing
economics) sehingga seseorang tidak boleh memperoleh keuntungan di atas kerugian
orang lain. Ukhuwahdalam akuntansi syariah berdasarkan pada prinsip ta’aruf (saling
mengenal), tafahum(saling memahami), ta’awun (saling menolong), takaful (saling
menjamin), dan tahaluf(saling bersinergi).
4. Transaksi syariah dapat berupa komersial dan non komersial. Kedua bentuk
transaksi tersebut adalah :
Transaksi syariah dapat berupa aktivitas bisnis yang bersifat komersial maupun
aktivitas sosial yang bersifat nonkomersial. Transaksi syariah komersial dilakukan
antara lain berupa: investasi untuk mendapatkan bagi hasil; jual beli barang untuk
mendapatkan laba; dan atau pemberian layanan jasa untuk mendapatkan imbalan.
6. Pemberi dana qardh dan informasi yang diperlukannya dari laporan keuangan
adalah
Pemberi dana qardh adalah orang atau lembaga yang memberikan pinjaman tanpa
imbalan apapun karena meminjamkan uang untuk memperoleh imbalan adalah riba.
Pemberi dana qardh tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka
untuk memutuskan apakah dana qardh dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
7. Pemilik dana syirkah temporer dan informasi yang diperlukannya dari laporan
keuangan adalah
Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka
waktu tertentu dari individu dan pihak lainnya di mana entitas syariah mempunyai hak
untuk mengelola dan menginvestasikan dana tersebut dengan pembagian hasil
investasi berdasarkan kesepakatan.
Pemilik dana syirkah temporer yang berkepentingan akan informasi keuangan yang
memungkinkan mereka untuk mengambil keputusan investasi dengan tingkat
keuntungan yang bersaing dan aman.
8. Pemilik dana titipan dan informasi yang diperlukannya dari laporan keuangan
adalah
Pemilik dana titipan adalah nasabah penabung, mereka harus memastikan apakah
dana yang dititipkan dapat diambil setiap saat. Hal ini terkait dengan ketersediaan
dana/kas pada entitas syariah yang ditunjukan dengan rasio likuiditas.
Pemilik dana titipan tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka
untuk memutuskan apakah dana titipan dapat diambil setiap saat.
9. Informasi yang diperlukan oleh pembayaran dari penerima zakat, infak,
sedekah, dan wakaf adalah
Pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah dan wakaf, serta mereka yang
berkepentingan akan informasi mengenai sumber dan penyaluran dana tersebut.
11. Tujuan utama dan tujuan lain laporan keuangan syariah adalah
Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang
posisi keuangan, kinerja dan arus kas entitas syariah yang bermanfaat bagi sebagian
besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan
ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas
penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka
mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai
entitas syariah yang meliputi:
(a) aset;
(b) kewajiban;
(c) dana syirkah temporer;
(d) ekuitas;
(e) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;
(f) arus kas;
(g) dana zakat; dan
(h) dana kebajikan.
15. Manfaat ekonomi masa depan dalam suatu aset mengalir dalam entitas syariah
adalah
Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi dari aset tersebut
untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, arus kas dan setara
kas kepada entitas syariah. Potensi tersebut dapat berbentuk sesuatu yang produktif dan
merupakan bagian dari aktivitas operasional entitas syariah. Mungkin pula berbentuk
sesuatu yang dapat diubah menjadi kas atau setara kas atau berbentuk kemampuan untuk
mengurangi pengeluaran kas, seperti penurunan biaya akibat penggunaan proses produksi
alternatif.
Entitas syariah biasanya menggunakan aset untuk memproduksi barang atau jasa yang
dapat memuaskan kebutuhan dan keperluan pelanggan; berhubung barang atau jasa ini
dapat memuaskan kebutuhan dan keperluan ini, pelanggan bersedia membayar sehingga
memberikan sumbangan kepada arus kas entitas syariah. Kas sendiri memberikan jasa
kepada entitas syariah karena kekuasaannya terhadap sumber daya yang lain
16. Penyelesaian kewajiban suatu entitas syariah dapat dilakukan di masa depan
dengan cara :
Penyelesaian kewajiban masa kini biasanya melibatkan entitas syariah untuk
mengorbankan sumber daya yang memiliki manfaat masa depan demi untuk memenuhi
tuntutan pihak lain. Penyelesaian kewajiban yang ada sekarang dapat dilakukan dengan
berbagai cara, misalnya, dengan:
(a) pembayaran kas;
(b) penyerahan aset lain;
(c) pemberian jasa;
(d) penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain; atau
(e) konversi kewajiban menjadi ekuitas.
19. Kenapa dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai kewajiban
maupun ekuitas
Dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai kewajiban. Hal ini karena
entitas syariah tidak berkewajiban, ketika mengalami kerugian, untuk mengembalikan
jumlah dana awal dari pemilik dana kecuali akibat kelalaian atau wanprestasi entitas
syariah.
Disisi lain dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai ekuitas karena
mempunyai waktu jatuh tempo dan pemilik dana tidak mempunyai hak kepemilikan
yang sama dengan pemegang saham seperti hak voting dan hak atas realisasi
keuntungan yang berasal dari aset lancar dan aset non investasi (current and other non
investment accounts).
20. Penghasilan, beban dan hak pihak ketiga atas bagi hasil adalah
Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban
yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal. Penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenues) maupun keuntungan
(gain).
Beban (expenses) dalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam
modal, termasuk di dalamnya beban untuk pelaksanaan aktivitas syariah maupun
kerugian yang timbul.
Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syariah temporer adalah bagian hasil pemilik dana
atas keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama entitas syariah dalam suatu
periode laporan keuangan. Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak bisa dikelompokkan
sebagai beban (ketika untung) atau pendapatan (ketika rugi). Namun, hak pihak ketiga
atas bagi hasil merupakan alokasi keuntungan dan kerugian kepada pemilik dana atas
investasi yang dilakukan bersama dengan entitas syariah.
21. Aset diakui dalam laporan posisi keuangan kalau besar kemungkinan bahwa
manfaat ekonominya di masa depan diperoleh entitas syariah dan aset tersebut
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Suatu aset tidak dapat
diakui dalam laporan posisi keuangan jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat
ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir kedalam entitas syariah setelah periode
akuntansi berjalan. Sebagai alternatif transaksi semacam ini diakui sebagai beban.
22. Kewajiban diakui dalam laporan posisi keuangan kalau besar kemungkinan
bahwa pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan
dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) masa kini dan jumlah yang
harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.
23. Pengakuan dana syirkah temporer dalam laporan posisi keuangan jika entitas
syariah memiliki kewajiban untuk mengembalikan dana yang diterima melalui
pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi dan jumlah yan
harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Jumlah DST dapat berubah-rubah
sesuai dengan hasil invetasi.
24. Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi komprehensif kalau kenaikan
manfaat ekonomi di masa depan yan berkaitan dengan peningkatan aset atau
penurunan liabilitas telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti
pengakuan penghasilan terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan aset atau
penurunan liabilitas.
25. Beban diakui dalam laporan laba rugi komprehensif kalau penurunan manfaat
ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan
liabilitas telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan beban
terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan atau penurunan aset.
BAB 6
TEORI DAN PRAKTIK KONTEMPORER
2. Giro Wadi’ah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad wadi’ah, yakni titipan
murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki. Sarana
penyimpanan dana dengan pengelolaan berdasarkan prinsip al-Wadi’ah Yad
Dhomanah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan
media cek atau bilyet giro. Dengan prinsip tersebut titipan akan dimanfaatkan dan
diinvestasikan Bank secara produktif dalam bentuk pembiayaan kepada berbagai jenis
usaha dari usaha kecil dan menengah sampai pada tingkat korporat secara profesional
tanpa melupakan prinsip syariah. Bank menjamin keamanan dana secara utuh dan
ketersediaan dana setiap saat guna membantu kelancaran transaksi.
4. Akad yang biasa digunakan untuk giro di bank syariah di Indonesia, serta
kelebihan dan kekurangannya
Tabungan yang paling umum adalah simpanan biasa atau berupa titipan. Tabungan ini
menggunakan akad WADIAH atau lebih khususnya adalah WADIAH YAD
DHAMANAH. Mengapa wadiah?
1. tabungan biasa ini adalah bukan berupa investasi berjangka yang waktunya
ditentukan tetapi tabungan biasa umumnya bersifat simpanan berupa titipan,
nasabah diijinkan untuk menyimpan dan mengambil uang kapan saja baik
melalui ATM atau langsung datang ke kantor. Untuk itu, akad WADIAH lah
yang paling sesuai dalam produk tabungan biasa.
2. prinsip WADIAH untuk tabungan biasa, memang sudah sesuai dengan yang di
fatwakan oleh MUI / Dewan Syariah Nasional. Dalam produk tabungan yang
menggunakan prinsip WADIAH, pihak bank tidak diwajibkan memberikan
imbalan apapun kepada nasabah yang menyimpan uang di bank, tetapi
umumnya bank memberikan bonus sesuai kebijakan.
Untuk produk tabungan yang menggunakan prinsip WADIAH sebagai landasan,
maka nasabah mengijinkan dananya untuk dipergunakan oleh bank untuk kegiatan
usaha syariah, akan tetapi setiap saat bank wajib mengembalikan dana tersebut kepada
nasabah bila nasabah mengambilnya baik melalui cek atau ATM.
Produk - produk penghimpunan dana (funding) pada bank syariah yang menggunakan
prinsip WADIAH umumnya :
1. Tabungan biasa (bukan tabungan berjangka)
2. Giro
Kelebihan untuk wadiah yaitu nasabah tidak dikenai biaya administrasi bulanan.
Saldo nasabah juga tidak dipersyaratkan harus ada saldo minimum. Nasabah bebas
menabung berapa saja dan menyisakan saldo berapa saja.
Kekurangan untuk wadiah adalah manfaat tabungan ini. Uang yang dititipkan tidak
akan bertambah. Tidak mungin kan kita menitipkan barang terus uang bertambah.
Pilihan wadiah ini kurang bagus untuk menyimpan uang dalam jangka waktu yang
lama, mengingat tiap hari nilai uang akan semakin berkurang.
5. Akad yang biasa digunakan untuk tabungan di Indonesia, serta kelebihan dan
kekurangannya
Tabungan wadiah dan tabungan Mudharabah.
Kelebihan tabungan Wadiah ini dibanding Mudhaarabah adalah, nasabah tidak
dikenai biaya administrasi bulanan. Saldo nasabah juga tidak dipersyaratkan harus ada
saldo minimum. Nasabah bebas menabung berapa saja dan menyisakan saldo berapa
saja.
Kekurangan tabungan wadiah ini dibanding mudharabah adalah manfaat tabungan ini.
Uang yang dititipkan tidak akan bertambah. Tidak mungin kan kita menitipkan barang
terus uang bertambah. Pilihan wadiah ini kurang bagus untuk menyimpan uang dalam
jangka waktu yang lama, mengingat tiap hari nilai uang akan semakin berkurang. Jadi
ini sangat kurang tepat untuk pilihan berinvestasi dibanding tabungan mudharabah.
SOAL KASUS !
KASUS 1.
05 Jan 20xa Bank Murni Syariah (BMS) cabang Bogor menerima setoran tunai
pembukaan giro wadiah atas nama Gina sebesar Rp. 55.000.000
20 Jan 20xa Gina menerima transfer dari BMS cabang Solo sebesar Rp. 5.000.000
Gina menerima bilyet giro dari Fajar nasabah Bank Peduli Syariah
23 Jan 20xa (BPS) yang pernah membeli sesuatu dari Gina seharga Rp.
15.000.000 . Bilyet giro tersebut dicairkan oleh Gina ke BPS untuk
dimasukan ke rekening giro Gina di Bank Murni Syariah cabang
Bogor
31 Jan 20xa Gina menerima bonus giro wadiah dari BMS sebesar Rp 35.000
31 Jan 20xa
Dipotong giro Gina untuk administrasi sebesar Rp. 10.000 dan untuk
pajak sebesar Rp. 7.000
KASUS 2.
Kas 20.000.000
01 Sep 20XB
Deposito Mudharabah-Donal 20.000.000
25 Sep 20xB Berdasarkan perhitungan distribusi pendapatan bebean bagi hasil yang
akan dibayar untuk kelompok deposito mudharabah adalah sebesar
Rp. 35.000.000
01 Okt 20xB
1. Mudharabah berasal dari kata adhdharby fil ardhi yaitu berpegian untuk urusan
dagang. Disebut juga qiradh yang berasal dari kata al-qardhu yang berarti potongan,
karena pemilik memotong hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian
keuntungan.
Secara teknis mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara pemilik dana dan
pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah bagi
hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan
ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh misconduct, negligence, dan
violatian oleh pengelola dana.
Akad mudharabah merupakan suatu transaksi pendanaan atau investasi yang
berdarsarkan kepercayaan, yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada pengelola
dana. Mudharabah dalam istilah bahasa inggris disebut trust financing, pemilik dana
yang merupakan investor disebut beneficial ownership, atau sleeping partner, dan
pengelola dana disebut managing trustee atau laboor partner.
Kepercayaan ini penting dalam akad mudharabah karena pemilik dana tidak boleh
ikut campur dalam manajemen perusahaan atau proyek yang dibiayai dengan pemilik
dana tersebut, kecuali sebatas memberikan saran dan melakukan pengawasan pada
pengelolaan dana.
Dalam mudharabah, pemilik dana tidak boleh mensyaratkan sejumlah tertentu untuk
bagiannya karena dapat dipersamakan dengan riba yaitu meminta kelebihan atau
imbalan tanpa ada faktor penyeimbang (iwad) yang diperbolehkan syariah.
2. Perbedaan ketiga jenis mudharabah ini pada persetujuan yang diserahkan pemilik
modal terhadap dana yang diinvestasikannya, pada mudharabah muthlaqah pemilik
dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya,
sedangkan pada mudharabah muqayyadah pemilik dana memberikan batasan kepada
pengelola antara lain mengenai dana, lokasi, cara dan/atau objek investasi atau sektor
usaha.
3. Mudharabah muthlaqah dapat diterapkan pada kondisi nasabah membebaskan
mudharib mengusahakan dananya, sehingga mudharib dapat dengan leluasa
mengelola dana tanpa ada batasan walaupun pastinya dana yang dikelola harus
dibidang yang halal dan sesuai dengan kaidah-kaidah syariah.
Mudharabah muqqayadah dapat diterapkan dalam kondisi nasabah menetapkan
batasan-batasan kepada mudharib, batasan-batasan yang dimaksudkan yaitu mengenai
dana, lokasi, cara dan/atau objek investasi.
Mudharabah musytarakah dapat diterapkan dalam kondisi nasabah hanya menitipkan
dananya kepada bank untuk disimpan secara aman.