Anda di halaman 1dari 5

NAMA : RINI NING TIYAS

KELAS : EKSTENSI
MATA KULIAH : KEPERAWATAN HIV / AIDS

- MENJELASKAN TENTANG TREND DAN ISSUE,PERILAKU


BERESIKO DAN MENULARKAN.
- POPULASI RESIKO :PEKERJA SEKS KOMERSIAL,KOMUNITAS
GAY,LESBIAN ,BISEKSUAL,PRAKTISI KESEHATAN DAN
NARAPIDANA
Trend dan Issue Hiv Aids perilaku beresiko dan menularkan.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) Merupakan virus yang merusak sistem kekebalan
tubuh manusia yang tidak dapat hidup di luar tubuh manusia. Kerusakan sistem kekebalan tubuh
ini akan menimbulkan kerentanan terhadap infeksi penyakit.
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala, infeksi dan kondisi
yang diakibatkan infeksi HIV pada tubuh. Muncul akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh
manusia sehingga infeksi dan penyakit mudah menyerang tubuh dan dapat menyebabkan
kematian.
HIV hanya bisa menular melalui darah, cairan kelamin laki-laki maupun perempuan, dan air susu
ibu. Penularan HIV melalui cairan-cairan itu pun hanya bisa terjadi bila ada pintu masuk ke
dalam tubuh seseorang.

Sedangkan perilaku berisiko yang kemungkinan bisa menyebabkan seseorang tertular HIV ada 3
yaitu:
1. Penggunaan jarum suntik secara bersama –sama
Menggunakan jarum suntik bersamaan dapat meningkatan risiko
seseorang tertular HIV. Hal ini karena saat berbagi jarum suntik, HIV yang berada di
darah ikut berpindah antar individu.HIV dapat hidup pada jarum suntik yang sudah
digunakan, selama kurang lebih 42 hari. Perilaku ini seringkali dilakukan oleh para
pengguna narkoba suntik.
2. Perilaku seksual yang tidak aman
HIV tergolong ke dalam penyakit infeksi menular seksual (IMS) dan penularan
paling banyak terjadi melalui hubungan seksual. Di negara berkembang termasuk
Indonesia, penularan heteroseksual (berhubungan seksual dengan lawan jenis) merupakan
cara penularan terbanyak, diikuti penularan homoseksual.
Risiko penularan semakin tinggi dengan perilaku seksual yang tidak aman, seperti
memiliki banyak pasangan seksual, berhubungan dengan pasangan yang terinfeksi HIV,
tidak menggunakan proteksi kondom. Selain itu, pasangan homoseksual memiliki risiko
lebih tinggi terutama bagi individu yang menerima penis (bottom partner) dimana risiko
terinfeksi HIV meningkat 13 kali lipat.

3. Ibu hamil kepada anaknya


Ibu hamil yang terdiagnosis positif HIV juga dapat menularkan infeksinya pada
bayi di dalam kandungan lewat plasenta. Tanpa pengobatan, seorang ibu hamil yang
positif HIV berisiko sekitar 25-30% untuk menularkan virus pada anaknya selama
kehamilan.
Penularan HIV dari ibu hamil pada anaknya juga dapat terjadi selama proses persalinan
normal, apabila bayi terpapar darah, cairan ketuban yang pecah, cairan vagina, atau
cairan tubuh ibu lainnya. Selain itu, penularan HIV dari ibu kepada bayinya juga dapat
berlangsung selama masa menyusui eksklusif karena HIV dapat ditularkan melalui ASI.
HIV dari ibu juga dapat ditularkan pada bayinya melalui makanan yang terlebih dulu
dikunyahkan oleh ibu meski risikonya sangatlah rendah.
Seorang ibu yang mengetahui ia terinfeksi HIV pada awal kehamilannya memiliki waktu
lebih untuk mulai merencanakan pengobatan demi melindungi kesehatan dirinya,
pasangannya, dan bayinya. Pengobatan HIV secara umum dilakukan Kombinasi obat ini
dapat mengendalikan atau bahkan menurunkan jumlah viral lewat terapi obat
antiretroviral (ART). load HIV pada darah ibu hamil. Seiring waktu, kerutinan menjalani
pengobatan HIV dapat meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan infeksi.Patuh
terhadap terapi ART juga memungkinkan ibu hamil mencegah penularan infeksi HIV
pada bayi dan pasangannya. Beberapa obat anti-HIV telah dilaporkan dapat tersalurkan
dari ibu hamil ke bayi dalam kandungan melalui plasenta (juga disebut ari-ari). Obat anti-
HIV dalam tubuh bayi membantu melindunginya dari infeksi HIV.
Penularan Hiv Aids dari ibu ke anak sebenarnya dapat dicegah. Salah satu solusinya,
dengan memberikan susu formula pada bayi sebagai alternatif yang aman. Sedangkan
untuk pencegahan lebih awal, pusat pengendalian dan pencegahan penyakit Amerika
Serikat menyarankan, agar semua wanita yang merencanakan kehamilan dapat
melakukan tes HIV-AIDS secara dini.

Mencegah penularan HIV dari ibu hamil ke anak dengan cara :


1. Rutin minum obat

2. Melindungi bayi anda selama persalinan


Jika sudah mulai rutin jalani pengobatan sejak jauh sebelum kehamilan, ada
kemungkinan bahwa viral load sudah tidak terdeteksi dalam darah. Hal ini artinya 
dapat merencanakan persalinan normal melalui vagina karena risiko penularan HIV
kepada bayi selama persalinan akan sangat kecil.
Namun jika dokter melihat masih berisiko menularkan virus pada bayi, Anda akan
disarankan untuk bersalin lewat operasi caesar. Prosedur ini memiliki risiko yang
lebih kecil terhadap penularan HIV pada bayi dibandingkan dengan persalinan
melalui vagina.

3. Melindungi bayi selama menyusui


ASI mengandung virus HIV.
Pada umumnya dokter akan menyarankan Anda untuk menyusui bayi dengan susu
formula. Namun jika Anda ingin menyusui ASI eksklusif, Anda harus selalu ingat
untuk terus rutin menggunakan pengobatan selama setidaknya 6 bulan.

Populasi resiko:Pekerja Seks komersial,komunitas gay ,lesbian ,biseksual ,praktisi


kesehatan dan Narapidana

1. Pekerja seks komersial


Salah satu mitos tentang HIV/AIDS yang dikumandangkan sejak awal epidemi
HIV di Indonesia adalah bahwa HIV/AIDS terkait dengan pekerja seks komersial (PSK)
dan lokalisasi pelacuran. Ada fakta yang digelapkan yaitu yang menularkan HIV ke PSK
justru dari luar dunia pelacuran yaitu laki-laki pengidap HIV/AIDS yang seks tanpa
kondom dengan PSK.
Dalam kehidupan sehari-hari laki-laki yang menularkan HIV ke PSK bisa sebagai
seorang suami sehingga laki-laki tersebut jadi mata rantai penularan HIV di masyarakat,
terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan
istri dan pasangan seks lain.
2. komunitas gay
Perilaku seksual kelompok homo cenderung rentan untuk terpapar virus
HIVAIDS
karena hubungan seks mereka biasanya dilakukan melalui dubur. Hubungan
seksual melalui dubur lebih beresiko terjadi luka kecil karena penetrasi
Gesekan yang terjadi di anus akan cepat melecetkan epitelnya, sebab tipis dan tidak
elastis
Luka pada anus tersebut sangat memudahkan untuk terjadinya penularan HIV-AIDS.
3.  Bisekseal
yang jauh lebih potensial menyebarkan HIV/AIDS adalah biseksual yaitu secara
seksual tertarik kepada lawan jenis dan sejenis. Kalau laki-laki mereka beristri, tapi juga
punya pasangan sejenis. Biseksual merupakan jembatan penyebaran IMS [infeksi
menular seksual yang lebih dikenal sebagai 'penyakit kelamin', yaitu kencing nanah
(GO), raja singa (sifilis), herpes genitalis, hepatitis B, klamidia, jengger ayam, virus
kanker serviks, dll.] dan HIV/AIDS dari komunitas-komunitas homoseksual ke
masyarakat, terutama kepada istri.

4. Lesbian
Beberapa penyakit menular seksual (PMS) dapat tertularkan melalui hubungan
seks sesama perempuan seperti human
papillomavirus (HPV), trikomoniasis, sifilis, human immunodeficiency
virus (HIV), vaginosis bakteri (BV), dan herpes simpleks (HSV). Penularan PMS antara
perempuan seks perempuan dipengaruhi oleh perilaku seksual yang dilakukan. Kontak
atau sentuhan terhadap sekresi serviks, mukosa vagina, atau darah menstruasi dengan
tangan atau mainan seks dapat menularkan PMS. Seks oral berisiko lebih tinggi dalam
menularkan herpes simpleks, bahkan pada wanita yang belum pernah berhubungan seks
dengan pria. Vaginosis bakteri lebih sering terjadi pada wanita lesbian dan pasangan
lesbian, namun belum dapat disimpulkan apakah penyakit tersebut ditularkan melalui
seks karena terdapat pula wanita yang tidak berhubungan seks yang menderitanya.
Wanita lesbian tidak ada dalam kelompok rentan penularan HIV tetapi penularan HIV
masih dapat terjadi melalui cairan vagina dan serviks.
5. Praktisi kesehatan
Tenaga medis dan Petugas Laboratorium yang terpapar cairan tubuh penderita
HIV `memiliki risiko sangat tinggi untuk tertular, terutama jika pekerjaannya melibatkan
penggunaan benda tajam. Umumnya penularan pada tenaga medis terjadi akibat tertusuk
benda tajam atau terpapar cairan tubuh penderita HIV pada kulit yang sedang luka.

6. Narapidana
berapa studi menunjukkan bahwa napi dapat terlibat dengan perilaku penggunaan
napza suntik, khususnya di kalangan napi yang dipenjara/ divonis untuk masalah terkait
penggunaan atau peredaran napza yang ilegal (dan tinggal di penjara khusus untuk kasus-kasus
narkotika yang disebut sebagai penjara narkotika). Karena kehidupan yang tertutup dan terbatas
di dalam lapas, disamping kurang tersedianya jarum suntik steril, napi dapat pula berperilaku
seksual yang tidak aman (unprotected) dengan sesama napi, dalam modus kontaks
heteroseksual dengan WPS atau kontaks seksual sejenis. Juga disebabkan ketertutupan dan
kesulitan akses dan komunikasi kepada lapas dan para napi di dalamnya, studi penularan HIV di
kalangan napi di lapas di Indonesia, khususnya terkait dengan penggunaan napza suntik di
dalam lapas masih sangat terbatas. Pada kasus narkoba Perilaku berisiko HIV/AIDS adalah
perilaku yang menyebabkan orang menularkan atau tertular penyakit HIV/AIDS. Bisa
melalui bergantiannya penggunaan jarum suntik.

Anda mungkin juga menyukai