Hal: 87 - 105
Abstract
This study aimed to exam the effect of participatory budgeting on managerial performance
in wich organizational culture and leadership styles as moderating variabel. This research used
moderating regression analysis (MRA) to test the proposed. The survey was conducted on 144
personnel involved in the budgeting process from local government. The results of this study
demonstrated that participatory budgeting interaction with organizational culture and leadership
style is positively related to managerial performance. then interaction effect of participatory
budgeting and organizational culture has negative impact on managerial performance. Meanwhile
interactive effect of participatory budheting and leadership style has positive impact on managerial
performance.
Abstrak
Kata Kunci: Penganggaran Partisipatif, Budaya Organisasi, Gaya Kepemimpinan dan Kinerja
Manajerial.
membandingkan hasil kinerja yang telah diang- Keberhasilan dalam mengelola suatu
garkan secara periodik, sehingga mencapai organisasi tidak lepas dari faktor budaya
tujuan organisasi secara efektif dan efisien organisasi. Budaya merupakan norma-norma
(Mardiasmo, 2002). dan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku ang-
Salah satu bentuk penyusunan ang- gota organisasi. Setiap anggota akan berperi-
garan adalah penganggaran partisipatif, dimana laku sesuai dengan budaya yang berlaku agar
anggaran partisipatif adalah suatu proses diterima di lingkungan tersebut. Dalam organi-
penyusunan anggaran yang melibatkan para sasi produktivitas individu maupun kelompok
manajer menengah dan bawah dalam suatu sangat mempengaruhi kinerja organisasi, maka
organisasi. Keterlibatan para manejer me- pihak-pihak yang terlibat dalam organisasi
nengah dan bawah dalam proses penyusunan harus cermat dalam mengamati sumberdaya
anggaran akan memotivasi mereka untuk men- yang ada. Banyak hal yang mempengaruhi
capai tujuan anggaran. Dalam konteks peme- kinerja organisasi, sehingga pimpinan harus
rintahan maka keterlibatan dapat dilihat dari mampu menjaga faktor-faktor yang ber-
proses penyusunan program dan kegiatan yang pengaruh terhadap kinerja dapat dipenuhi
disusulkan oleh masing-masing unit organisasi secara maksimal.
di lingkungan pemerintah. Terkait dengan fungsi budaya dalam
Beberapa penelitian membuktikan hubungannya dengan kinerja individu dalam
bahwa partisipasi penyusunan anggaran mem- organisasi, Robbins and Judge (2008) men-
punyai efek positif terhadap kinerja manajerial, jelaskan bahwa para teoritisi organisasi dewasa
yaitu: Kenis (1979); Merchant (1981); Frucot ini telah mengakui dan menyadari pentingnya
and Shearon (1991); Yusfaningrum dan Ghozali peran budaya dalam kehidupan organisasi.
(2005), Etemadia et al. (2009), Yahya et al. Flamholtz et al. (2004) meneliti tentang
(2008), Damayanti (2007), Sinuraya (2009) dan pengaruh perbedaan elemen-elemen budaya
Tangkau (2009). Penelitian lainnya menunjuk- terhadap kinerja keuangan, dengan mengguna-
kan hasil tidak signifikan yaitu penelitian kan 702 responden pada perusahaan industri di
Chong and Chong (2002), Brownell and Hirst, U.S. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa
(1986) dimana Mereka menemukan hasil yang beberapa dimensi budaya perusahaan (customer
tidak signifikan antara partisipasi penyusunan focus, corporate citizenship, performance stan-
anggaran dengan kinerja manajerial, hal ini darts, dan identification with the company)
terjadi karena hubungan partisipasi penyusunan mempunyai pengaruh langsung terhadap kinerja
anggaran dengan kinerja manajerial tergantung keuangan perusahaan.
pada faktor-faktor situasional atau lebih dikenal Selain budaya, kepemimpinan juga
dengan istilah variabel kontigensi (Contigency turut mempengaruhi kinerja organisasi, karena
Variabel). kepemimpinan memiliki hubungan sebab aki-
Anthony and Govindarajan (2005) bat dengan kinerja organisasi (Sosik, 1997).
menyatakan bahwa untuk mengatasi tidak kon- Semakin tinggi keefektifan pemimpin, kepuas-
sistennya hasil-hasil riset tersebut diperlukan an bawahan dengan pemimpinnya, dan
pendekatan kontijensi (contigency approach). kemampuan pemimpin memotivasi bawahan-
Pendekatan kontijensi memberikan gagasan nya akan meningkatkan kinerja organisasi yang
bahwa hubungan antara partisipasi dan kinerja dipimpinnya.
manajerial dipengaruhi oleh berbagai faktor Salah satu aspek kepemimpinan yang
kondisional. Pendekatan ini memberikan dianggap penting adalah gaya kepemimpinan.
gagasan bahwa sifat hubungan yang ada dalam Gaya kepemimpinan berkaitan dengan cara
partisipasi anggaran dan kinerja mungkin ber- yang digunakan oleh pimpinan untuk mengatur,
beda dari satu situasi dengan situasi yang lain. mempengaruhi karyawannya dalam pencapaian
Pendekatan kontijensi memungkinkan variabel- tujuan organisasi (Samid, 1996). Hasil peneli-
variabel lain yang dapat bertindak sebagai fak- tiannya menemukan bahwa gaya kepemim-
tor moderating atau intervening yang mem- pinan partisipatif pimpinan operasi ber-
pengaruhi hubungan antara partisipasi anggaran pengaruh terhadap persepsi bawahan dalam
dan kinerja manajerial (Brownell, 1982a, upaya manajemen melaksanakan tugas dan
Murray, 1990). selanjutnya berpengaruh positif terhadap
peningkatan profitabilitas perusahaan.
Pengaruh Penganggaran Partisipatif … (Rusman Soleman) 89
Fokus penelitian ini pada aspek budaya anggaran adalah keikutsertaan para manajer
organisasi dan gaya kepemimpinan sebagai dalam proses penyusunan anggaran termasuk
suatu variabel yang mempengaruhi hubungan dalam pengambilan keputusan. Manfaat yang
partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja diperoleh dari partisipasi anggaran adalah
manajerial. Dengan adanya partisipasi peng- membuat para pelaksana anggaran lebih me-
anggaran kemungkinan akan meningkatkan mahami masalah-masalah yang mungkin tim-
kinerja. Untuk dapat meningkatkan kinerja bul pada saat pelaksanaan anggaran, sehingga
maka budaya dan gaya kepemimpinan merupa- partisipasi anggaran diharapkan menimbulkan
kan faktor yang dapat memperkuat atau mem- efisiensi.
perlemah hubungan antara penganggaran par- Menurut Siegel and Marconi (1989)
tisipatif dengan kinerja manajerial. Hal ini penerapan penganggaran partisipatif memberi
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan manfaat yaitu: (1) Partisipasi menjadi ego-
oleh Brownell (1982a) yang menguji pengaruh involved tidak hanya task-involved dalam kerja
gaya kepemimpinan dalam konteks sistem mereka; (2) Partisipasi akan meningkatkan rasa
penganggaran menemukan bahwa interaksi kebersamaan dalam kelompok dan akibatnya
antara structure dan consideration memiliki akan meningkatkan kerjasama anggota kelom-
efek yang signifikan terhadap kinerja. Fertakis pok dalam penetapan sasaran; (3) Partisipasi
(1976) menemukan adanya hubungan yang akan mengurangi rasa tertekan akibat adanya
positif antara gaya kepemimpinan dengan anggaran; dan (4) Partisipasi dapat mengurangi
partisipasi anggaran. rasa ketidaksamaan dalam mengalokasikan
Tujuan dalam penelitian ini adalah sumberdaya diantara bagian-bagian organisasi.
untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
penganggaran partisipatif terhadap kinerja Proses Penyusunan Anggaran Pemerintah
manajerial yang dimoderasi oleh variabel Daerah
budaya organisasi dan gaya kepemimpinan.
Ada tiga pendekatan yang lazim digunakan
dalam menyusun anggaran. Pendekatan
KAJIAN PUSTAKA
tersebut adalah (1) pendekatan dari atas ke
Partisipasi Anggaran
bawah (top down approach), (2) pendekatan
Pengertian partisipasi anggaran oleh Kenis dan bawah ke atas (bottom up approach) dan
(1979), yaitu: “refer to the extent to wich (3) pendekatan partisipatif (participative
manager participate in preparing the budget approach). Pemilihan pendekatan menyusun
and influence the budget goal of their anggaran sangat bergantung pada kondisi dan
responsibility centers. Maksud dari pendapat keinginan terhadap hasil yang ingin dicapai
ini adalah sejauh mana manajer berpastisipasi oleh organisasi (Mardiasmo, 2002).
dalam penyusunan anggaran dan mempenga- Lebih lanjut dijelaskan oleh Mar-
ruhi sasaran anggaran yang berada pada pusat diasmo (2002) bahwa penyusunan anggaran
tanggungjawab mereka. Dengan kata lain, dengan menggunakan pendekatan top down,
partisipasi anggaran diartikan sebagai besar dimulai dari manajemen puncak yang mene-
kecilnya keterlibatan manajer bawahan dalam tapkan kebijakan pokok organisasi dengan
mempengaruhi proses penyusunan anggaran. memberikan pedoman bagi manajer yang
Menurut Mulyadi (2001) bahwa Par- menyusun anggaran dalam membuat dan
tisipasi (participation) adalah suatu proses mengajukan rancangan anggaran pusat-pusat
pengambilan keputusan bersama oleh dua pihak pertanggungjawaban. Pelaksanaan pendekatan
atau lebih yang mempunyai dampak langsung top down selalu ditentukan dari manajemen
kepada pembuat keputusan tersebut di masa puncak, dan manajer, pusat-pusat pertang-
depan. Sementara itu, Brownell (1982b) gungjawaban hanya melaksanakan apa yang
menyatakan partisipasi anggaran adalah suatu ditetapkan oleh manajemen puncak.
proses dimana individu terlibat di dalamnya Penyusunan anggaran menggunakan
dan mempunyai pengaruh pada penyusunan pendekatan bottom up dimulai dari para
anggaran yang kinerjanya akan dievaluasi dan manajer yang menyusun usulan anggaran,
kemungkinan akan dihargai atas dasar pen- kemudian diteruskan ke atas sampai pada
capaian target anggaran mereka. Partisipasi manajemen puncak. Proses penilaian dan
90 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 16 No. 1, Januari 2012 87-105
atau pendiri organisasi memiliki kaitan erat perceive, think, and feel in relation to
dengan nilai-nilai yang selanjutnya menjadi those problems’.
dasar dalam pengembangan organisasi ke
depan khususnya dalam mewujudkan tujuan- Definisi tersebut di atas menjelaskan
tujuan organisasi yang ditetapkan. bahwa budaya organisasi (organization culture)
Menurut Hoffstede (1994), budaya me- sesungguhnya tumbuh karena diciptakan dan
rupakan keseluruhan pola pemikiran, perasaan dikembangkan oleh individu-individu yang
dan tindakan dari suatu kelompok sosial, yang bekerja dalam suatu organisasi dan diterima
membedakan dengan kelompok sosial yang sebagai nilai-nilai yang harus dipertahankan
lain. Budaya dapat diklasifikan ke dalam ber- serta diturunkan kepada kepada setiap anggota
bagai tingkatan antara lain: nasional, daerah, baru. Kemudian nilai-nilai tersebut digunakan
gender, generasi, kelas sosial, organisasi per- sebagai pedoman bagi setiap anggota organisasi
usahaan. Pada tingkat organisasional, budaya untuk bertindak dan sebagai ciri khas yang
merupakan seperangkat asumsi-asumsi, membedakan sebuah organisasi dengan organi-
keyakinan-keyakinan, nilai-nilai dan presepsi sasi lainnya.
yang dimiliki para anggota kelompok dalam Dengan kondisi budaya organisasi
suatu organisasi yang membentuk dan mem- seperti itu maka akan menumbuhkan identitas
pengaruhi sikap dan perilaku kelompok yang dalam diri setiap anggotanya, dan keterikatan
bersangkutan (Hofstede, 1994). terhadap organisasi tersebut, karena kesamaan
Budaya organsiasi oleh McShean and nilai yang tertanam akan memudahkan setiap
Glinow (2008) didefinisikan sebagai “The basic anggota organisasi untuk memahami dan
pattern shared assumption, value, and biliefs menghayati setiap peristiwa dan kegiatan yang
governing the way employees with an dilakukan oleh organisasi. Pemahaman menge-
organization think about and act on problems nai budaya organisasi, selain memudahkan
and apportunities”. Sedangkan menurut pemecahan masalah internal seperti imbalan,
Robbins and Judge (2008) dapat di artikan etos kerja, atau pengembangan karier, juga
kedalam beberapa pengertian yaitu: (1) sebagai akan membantu organisasi dalam menghadapi
nilai-nilai dominan yang didukung oleh masalah-masalah yang berkaitan dengan
organisasi (2) sebagai falsafah yang menuntun penyesuaian terhadap lingkungan eksternal
kebijaksanaan organiasasi terhadap karyawan sehingga organisasi dapat bertahan dalam
(3) bagaimana cara pekerjaan dilakukan di segala kondisi.
tempat tersebut, (4) sebagai asumsi dan Selanjutnya Schermerhorn et al. (2005)
kepercayaan dasar yang terdapat di antara menyatakan bahwa “Organizational or
anggota organisasi, (5) suatu peninjauan yang corporate culture is the system of shared
lebih mendalam dari sederet definisi yang action, value and beliefs that develops within
memperlihatkan tema sentral dengan merujuk organization and guides the behavior of its
pada sistem yang diterima secara bersama, (6) members.” Pendapat ini menjelaskan bahwa
penciptaan pemahaman diantara anggota budaya organisasi adalah seperangkat asumsi
organisasi bagaimana sebenarnya organisasi itu atau tingkat keyakinan, nilai-nilai dan norma
dan bagaimana anggotanya berperilaku. yang dikembangkan dalam organisasi yang
Lebih lanjut menurut Luthans (2008) dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-
yang mengutip definisi budaya organisasi yang anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi
dikemukakan oleh Schein, (1985) mengatakan internal dan integrasi internal serta mem-
bahwa budaya organisasi sebagai: bedakan suatu organisasi dengan organisasi
“A pattern of basic assumption- yang lain.
invented, discovered, or developed by a Menurut Sule dan Saefullah (2005)
given group as it learn to cope with its menyimpulkan budaya organisasi pada
problems of external adoption and dasarnya “apa yang dirasakan, diayakini, dan
internal integration-that has worked dijalani” oleh sebuah organisasi. Sedangkan
well enough to be considered valuable menurut penelitian Hofstede et al. (1990) dari
an, therefore, to be taught to new IRIC (Institute for Research on Inter-Cultural
members as the correct way to Cooperation) membuktikan bahwa penelitian
budaya organisasi selain dapat didekati dengan
92 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 16 No. 1, Januari 2012 87-105
model kualitatif, tetapi bisa juga diteliti dengan dilakukan secara efektif, serta proses untuk
model kuantitatif. Para peneiti IRIC tersebut memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk
dalam penelitiannya menghasilkan enam mencapai tujuan bersama. Bryman (1992)
dimensi organisasional yang bersifat indepen- menggambarkan kepemimpinan sebagai suatu
den, yang bisa membedakan satu organisasi proses pengaruh sosial seorang pemimpin
dengan organisasi lainnya. Keenam dimensi mengarahkan anggotanya atau suatu kelompok
tersebut adalah: (1) Budaya berorientasi proses ke arah suatu tujuan (goal).
versus budaya berorientasi hasil (process- Bennis and Nanus (1985), berpendapat
oriented versus results-oriented cultures). bahwa Kepemimpinan (leadership) adalah
Orientasi proses berkaitan dengan rutinitas sesuatu tentang kepemilikan visi (about having
birokrasi dan teknik sedangkan yang orientasi a vision). Dengan demikian menunjukkan
hasil berkaitan dengan pandangan yang fokus bahwa kepemimpinan adalah bagaimana peng-
pada outcome; (2) Budaya yang berorientasi olahan strategi atau berfikir secara strategis,
pekerjaan versus budaya berorientasi karyawan yang berarti suatu kepemilikan pandangan akan
(job-oriented versus employer-oriented dibawa kemana suatu organisasi yang dipim-
cultures). Orientasi pekerjaan menempatkan pinnya. Dalam perbedaan ini, tanggung jawab
kinerja karyawan sebagai pusat perhatian pemimpin adalah untuk memikirkan bagaimana
sedangkan orientasi karyawan berkaitan dengan mencari kunci kesuksesan organisasi yang di
kesejahteraan karyawan secara umum, bukan pimpinnya tidak hanya untuk sekarang, tetapi
hanya kinerja pekerjaan semata; (3) Budaya juga untuk masa yang akan datang. Sedangkan
profesional versus budaya parochial. Budaya manajer, lebih menekankan pada implementasi
profesional yaitu perusahaan melakukan identi- strategi dan rencana-rencananya.
fikasi terhadap karyawannya berdasarkan latar Kepemimpinan merupakan konsep
belakang kompetensi karyawan terhadap yang lebih sempit daripada konsep manajemen.
pekerjaannya sedangkan yang parochial, iden- Manajer dalam suatu organisasi formal ber-
tifikasi berdasarkan hubungan antara karyawan tanggungjawab dan dapat dipercaya untuk
dengan perusahaan bukan hanya karena kom- melaksanakan fungsi-fungsi perencanaan,
petensi kerja semata namun juga mempertim- pengorganisasian, dan pengendalian, namun
bangkan latar belakang keluarga dan sosial, demikian dalam kenyataannya, meskipun ma-
sama pentingnya dengan kompetensi terhadap najer yang formal merupakan pemimpin, tetapi
pekerjaan; (4) Budaya sistem terbuka versus belum tentu menjadi pemimpin yang tepat
sistem tertutup (open sistem versus closed menurut bawahannya karena menurut kriteria
sistem cultures). Dimensi ini mengacu pada bawahan pemimpin tersebut dianggap tidak
gaya komunikasi internal dan eksternal dan memenuhi syarat (Rivai dan Mulyadi, 2003).
berkaitan dengan tingkat kemudahan bagi Menurut Ross (1991), Kepemimpinan
orang luar dan pendatang baru untuk diakui bukan berarti bahwa hanya mampu mem-
keberadaannya di dalam organisasi tersebut; (5) peroleh sesuatu dari apa yang dilakukan orang
Kelima, kontrol ketat versus kontrol longgar lain, tetapi juga membantu mereka untuk
(tighly versus loosely controlled cultures). memenuhi keinginan dan tujuan mereka. Se-
Dimensi ini berkaitan dengan tingkat formalitas orang pemimpin harus dapat melihat dan men-
aturan dan ketepatan waktu di dalam organi- cari alternatif jalan keluar terbaik terhadap
sasi. Dimensi keenam adalah budaya pragmatis suatu masalah, memberi wawasan atau pan-
versus budaya normatif (pragmatic versus dangan positif mengenai masa depan dan
normative cultures). Dimensi ini mengukur memotivasi karyawan secara efektif untuk
tingkat fleksibiltas organisasi terhadap ling- mencapai tujuan. Selanjutnya Ros memberikan
kungan terutama berkaitan dengan konsumen. beberapa kategori tentang kepemimpinan yang
potensial sebagai berikut: a) mampu mengatasi
Kepemimpinan tantangan pekerjaan sehari-hari, b) mampu
menyampaikan visi organisasi kepada karya-
Definisi kepemimpinan menurut Yulk (2009)
wan yang bekerja, c) memiliki kemampuan
adalah suatu proses untuk mempengaruhi orang
interpersonal sesuai dengan yang diperlukan
lain untuk memahami dan setuju dengan apa
oleh organisasi. Sedangkan untuk menjadi
yang perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu
pemimpin yang efektif menurut Koslowky
Pengaruh Penganggaran Partisipatif … (Rusman Soleman) 93
(1990) adalah sebagai berikut: “Listen actively, untuk mengerti keinginan bawahan dan ber-
attitude are positive and optimistic, keep fungsi sebagai penasehat dan pelatih.
promises and commitment, energy level is high,
recognize self doubt and vulnarable, sensitivity Kinerja Manajerial
to others value and potensial”.
Dalam akuntansi manajemen, suatu kinerja
Agar dapat menjadi pemimpin yang
manajer dikelompokkan berdasarkan fungsi
efektif, menurut Rivai dan Mulyadi (2003)
bagian atau tempat manajer tersebut menjalan-
seorang pemimpin haruslah mempunyai skill
kan tugas atau tindakan. Anthony and Govin-
atau kecakapan yang meliputi: (1) Tehnical skill,
darajan (2005), misalnya memisahkan sesuai
yaitu pengetahuan tentang metode, proses,
dengan fungsi dalam organisasi, dalam pusat-
prosedur dan teknik untuk melakukan aktivitas
pusat pertanggungjawaban. Pusat pertang-
individu; (2) Interpersonal skill, yaitu penge-
gungjawaban tersebut adalah pusat investasi,
tahuan tentang perilaku manusia dan proses
pusat laba, pusat biaya dan pusat pendapatan.
interpersonal, kemampuan memahami perasaan,
Dari masing-masing pusat pertanggungjawaban
sikap dan motif orang lain dan kemampuan
tersebut tolok ukurnya dibedakan.
mewujudkan hubungan yang koperatif; (3)
Pengukuran dengan cara lain adalah
Conseptual skill, yaitu kemampuan menganalisa,
dengan melihat bidang kegiatan dalam men-
daya fikir yang logis, kemampuan melihat
jalankan fungsi-fungsi manajerial (Mahoney, et
konsep atau inti kerumitan masalah, kemampuan
al., 1963). Mereka mendefinisikan kinerja
memecahkan masalah dan mengatasi perubahan
manajer berdasarkan fungsi manajemen yang
di masa yang akan datang.
terdiri dari perencanaan, investigasi, koor-
Menurut Ivancevich et al. (2005)
dinasi, evaluasi, supervisi, staffing, negosiasi,
mengidentifikasi bahwa ada lima faktor atau
representing dan overall performance. Adapun
karakteristik yang dapat digunakan untuk
penjelasan masing-masing fungsi sebagai beri-
melihat gaya kepemimpinan. Kelima dimensi
kut: (1) Perencanaan: menentukan tujuan,
tersebut adalah: (1) Imbalan yang kontigen,
kebijakan dan tindakan/pelaksanaan, penjad-
Pemimpin menginformasikan pada pengikut
walan kerja, pengaggaran, merancang prosedur
apa yang harus mereka lakukan agar menerima
dan pemograman; (2) Investigasi: mengumpul-
imbalan yang mereka inginkan; (2) Manajemen
kan dan menyampaikan informasi untuk
dengan pengecualian. Pemimpin membiarkan
catatan, laporan, mengukur hasil, menentukan
para pengikut mengerjakan tugasnya dan tidak
persediaan, analisis pekerjaan; (3) Pengkoor-
melakukan intervensi kecuali jika tujuan yang
dinasian: tukar menukar informasi dengan
ditetapkan tidak bisa dicapai dengan waktu dan
orang lain di bagian organisasi yang lain untuk
biaya yang wajar; (3) Kharisma yang didefi-
mengaitkan dan menyesuaikan program serta
nisikan sebagai kemampuan pemimpin untuk
anggaran, memeberitahu bagian lain, atau
membangkitkan kebanggan, kepercayaan dan
hubungan dengan manajer lain; (4) Evaluasi:
rasa hormat terhadap bawahannya dan mampu
menilai dan mengukur proposal, kinerja yang
mengkomunikasikan secara efektif pengertian
diamati atau dilaporkan: penilaian pegawai,
misi dan visi organisasi yang di pimpinnya; (4)
penilaian catatan hasil, penilaian laporan ke-
Stimulasi Intelektual, merupakan perilaku
uangan, pemeriksaan produk; (5) Pengawasan:
pemimpin yang mendorong bawahannya untuk
mengarahkan, memimpin dan mengembangkan
selalu berinovasi dan kreatif terhadap
bawahan, membimbing, melatih, dan menjelas-
pemecahan masalah-masalah yang dihadapai,
kan peraturan kerja pada bawahan, memberikan
menawarkan ide-ide baru guna merangsang
tugas pekerjaan dan menangani keluhan; (6)
bawahannya untuk memikirkan kembali cara-
Pemilihan staf: mempertahankan angkatan
cara yang lama dalam menyelesaikan pekerjaan
kerja, merekrut, mewawancarai dan memilih
dan mempengaruhi para bawahannya untuk
pegawai baru, menempatkan, mempromosikan
memandang masalah-msalah tersebut dari
dan memutasikan pegawai; (7) Negosiasi:
prespektif yang baru; dan (5) Perhatian
pembelian, penjualan atau melakukan kontrak
Individual, merupakan perilaku pemimpin yang
untuk barang dan jasa, menghubungi pemasok,
selalu peduli terhadap pengembangan kemam-
tawar menawar dengan wakil penjual, tawar
puan atau karir bawahannya, memperlakukan
menawar secara berkelompok; (8) Perwakilan:
bawahan sebagai seorang individu, berusaha
94 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 16 No. 1, Januari 2012 87-105
Ini berarti bahwa kultur memainkan peran H3a: Penganggaran partisipatif berpengaruh
penting dalam membentuk karakter bagi sebuah positif terhadap kinerja pada budaya
organisasi dan menjadi ciri pembeda antara satu organisasi yang berorientasi orang.
organisasi dengan organisai yang lain hal ini H3b Penganggaran partisipatif berpengaruh
dikarenakan bahwa budaya organisasi menjadi negatif terhadap kinerja pada budaya
suatu proses perubahan yang akan membawa organisasi yang berorientasi pekerjaan.
organisasi pada pencapaian tujuan strategis.
Hofstede et al. (1990) membagi kultur Pengaruh penganggaran partisipatif dengan
organisasional ke dalam enam dimensi praktis: gaya kepemimpinan terhadap kinerja
(1) Process-Oriented vs. Results-Oriented, (2) manajerial
Employee-Oriented vs. Job-Oriented, (3)
Gaya kepemimpinan (leadership styles)
Parochial vs Professional, (4) Open system vs.
merupakan cara pemimpin untuk mempenga-
Closed System, (5) Loose Control vs. Tight
ruhi orang lain/bawahannya sedemikian rupa
Control, (6) Normative vs. Pragmatic. Dari
sehingga orang tersebut mau melakukan
keenam dimensi practik kultur organisasional
kehendak pemimpin untuk mencapai tujuan
tersebut, menurut Hofstede et al. (1990) yang
organisasi meskipun secara pribadi hal tersebut
mempunyai kaitan erat dengan praktik-praktik
tidak disenangi (Siagian, 2003). Hasil studi
pembuatan keputusan partisipatif adalah
Likert dan Araki (1989) menemukan bahwa;
dimensi praktik yang kedua, yaitu orientasi
manajer yang berorientasi pada produk
pada orang (employee oriented) dan orientasi
menetapkan standar kerja yang kaku, merinci
pada pekerjaan (job oriented).
pekerjaan sampai pada hal yang terkecil,
Schein (1985) mendefinisikan budaya
menentukan metode kerja yang harus diikuti
sebagai asumsi dasar dan keyakinan yang di
serta mengawasi karyawan dengan ketat.
anut oleh anggota organisasi. Sedangkan hasil
Sedangkan manajer yang berorientasi pada
penelitian dari Subramaniam and Ashkanasy
karyawan mendorong partisipasi karyawan
(2001) menyimpulkan bahwa budaya organi-
dalam menentukan sasaran dan keputusan lain
sasi mempunyai pengaruh yang signifikan
yang menyangkut dengan pekerjaan serta
dalam memoderasi hubungan partisipasi ang-
membantu memastikan prestasi kerja yang
garan dan kinerja manajer. Damayanti (2007)
tinggi dengan membangkitkan kepercayaan dan
menegaskan bahwa budaya organisasi memo-
penghargaan. Hasil penelitian mereka juga
derasi hubungan antara partisipasi anggaran
menemukan bahwa kelompok kerja yang pro-
dan kinerja manajerial, demikian juga dengan
duktif cenderung mempunyai pemimpin yang
Yiing and Ahmad (2009) menyimpulkan bahwa
berorientasi pada karyawan ketimbang ber-
perilaku kepemimpinan dan komitmen organi-
orientasi pada produksi. Selain itu mereka juga
sasi di moderasi oleh budaya organisasi.
menemukan bahwa pemimpin yang paling
Hal ini diperkuat oleh hasil penelitan
efektif mempunyai hubungan saling men-
oleh Alam and Mia (2006) yang menemukan
dukung dengan karyawan mereka, cenderung
bahwa budaya mempengaruhi sikap para
tergantung pada pembuatan keputusan kelom-
manajer untuk berpartisipasi dalam penyusunan
pok daripada individu. Xenikou and Simosi
anggaran, dengan semakin tinggi tingkat
(2006) dalam penelitiannya menemukan bahwa
partisipasi mereka dalam penyusunan anggaran
gaya kepemimpinan transformasional dan
maka semakin tinggi kinerja mereka. Dari hasil
orientasi humanistik memiliki dampak positif
penelitian terhadap para pegawai pemerintah
secara tidak langsung terhadap kinerja melalui
daerah (LGAs) di Malaysia, Taylor et al.
orientasi prestasi.
(2008) juga menemukan hal yang sama bahwa
Patiar and Mia (2009) juga menemukan
budaya mempunyai pengaruh terhadap efek
bahwa gaya kepemimpinan transformasional
akuntabilitas, partisipasi anggaran dan kinerja
secara positif berpengaruh terhadap kinerja non
manajerial.
keuangan dan pada pada akhirnya berpengaruh
Dari berbagai uraian di atas dapat
terhadap kinerja keuangan departemen. Dari
disimpulkan bahwa budaya organisasi mem-
uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
punyai pengaruh positif terhadap kinerja
gaya kepemimpinan adalah cara yang diguna-
manajerial.
kan oleh seseorang untuk mempengaruhi,
96 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 16 No. 1, Januari 2012 87-105
Kerangka Pemikiran
Penyusunan Anggaran
Partisipatif (X1) Kinerja Manajerial (Y)
Keterlibatan pada saat: (+) Perencanaan
Penyusunan Anggaran Investigasi
Revisi Anggaran Koordinasi
Kontribusi (+) Evaluasi
Pendapat bawahan Supervisi
X 1) (+) Staf
Negosiasi
Representasi
Gaya Kepemimpinan (X3)
[(X1*X2)]: Interaksi antara partisipasi dengan budaya organisasi dan gaya kepemimpinan
budaya organiasasi yang diukur berdasar- masuk sebagai variabel moderating, pengaruh-
kan nilai absolut perbedaan antara X1 nya meningkat menjadi 50,5%. Hasil ini
dengan X2 menunjukkan bahwa dengan masuknya budaya
[(X1*X3)]: Interaksi antara partisipasi dengan organisasi dan gaya kepemimpinan sebagai
gaya kepemimpinan yang diukur berdasar- variabel moderating mampu meningkatkan
kan nilai absolut perbedaan antara X1 pengaruh penganggaran partisipatif terhadap
dengan X3. kinerja manajerial sebesar 17,5%. Dengan
melihat hasil ini maka dapat disimpulkan
HASIL ANALISIS bahwa budaya organisasi dan gaya kepemim-
pinan mampu memperkuat hubungan pengang-
Dari hasil pengolahan data menggunakan
garan partisipatif terhadap kinerja manajerial
software SPSS diperoleh rangkuman hasil
pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kabu-
regresi pengaruh penganggaran partisipatif
paten dan Kota di Propinsi Maluku Utara.
terhadap kinerja manajerial tanpa dan dengan
Koefisien regresi variabel interaksi
variabel moderating (budaya organisasi dan
penganggaran partisipatif dengan budaya
gaya kepemimpinan) pada Satuan Kerja
organisasi positif terhadap kinerja manajerial
Perangkat Daerah di Kabupaten dan Kota di
mengisyaratkan bahwa interaksi penganggaran
Propinsi Maluku Utara disajikan pada tabel 1.
partisipatif dengan budaya organisasi berpe-
Berdasarkan hasil pengolahan data
ngaruh positif terhadap kinerja manajerial, arti-
yang diperoleh seperti dirangkum pada tabel 1,
nya apabila partisipasi penganggarannya tinggi
maka dapat dibentuk dua persamaan regresi
dan didukung dengan budaya organisasi yang
dengan model taksiran sebagai berikut:
baik akan menghasilkan kinerja manajerial
Y = 2,280 + 0,372X1 (tanpa moderating) yang tinggi. Demikian juga koefisien regresi
Ỹ= 2,556 + 0,179X1 – 0,079X2 + 0,121X3 + variabel interaksi penganggaran partisipatif
0,151│X1–X2│+0,294│X1 – X3│(dengan dengan gaya kepemimpinan positif terhadap
moderating) kinerja manajerial, mengisyaratkan bahwa
interaksi penganggaran partisipatif dengan gaya
Dari kedua persamaan regresi diketahui bahwa kepemimpinan berpengaruh positif terhadap
tanpa budaya organisasi dan gaya kepemim- kinerja manajerial, artinya apabila partisipasi
pinan sebagai variabel moderating, pengang- penganggarannya tinggi dan didukung dengan
garan partisipatif hanya memberikan pengaruh gaya kepemimpinan yang baik akan meng-
sebesar 33,0% terhadap kinerja manajerial hasilkan kinerja manajerial yang tinggi.
dengan arah yang positif. Kemudian setelah
orang-orang birokrasi cenderung lebih manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
memikirkan anggaran dan kepangkatan dari di Kabupaten dan Kota di Propinsi Maluku
pada memikirkan cara-cara memperbaiki hasil. Utara.
Ini berarti bahwa budaya birokrasi tidak Hasil penelitian ini mendukung hasil
memikirkan upaya untuk bekerja lebih efektif penelitian Xenikou and Samosi (2006), Patiar
untuk mencapai hasil, pemberian imbalan and Mia (2009) bahwa gaya kepemimpinan
kepada mereka pun lebih dikarenakan sebagai memoderasi hubungan antara penganggaran
nafkah ketimbang merupakan hasil dari kerja partisipatif dan kinerja manajerial.
yang mereka capai, dengan demikian maka Secara teoritis dapat dijelaskan, bahwa
pola perilaku pegawai untuk maju cenderung gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh
rendah serta mereka tidak menghargai hasil yang sangat besar bagi karyawan dalam
dari pekerjaan mereka. memotivasi mereka untuk mencapai tujuan
Selain itu tidak berhasilnya penelitian organisasi. Yulk (2009) mengatakan bahwa
ini mengkonfirmasikan hasil penelitian Furcot kepemimpinan berkaitan dengan proses yang
and Shearon (1991), dan Supomo dan Indrian- disengaja dari seseorang untuk menekankan
toro (1998) kemungkinan disebabkan peng- pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain
ukuran variabel budaya organisasional yang untuk membimbing membuat struktur dan
digunakan pada penelitian ini diadopsi dari memfasilitasi aktivitas dan hubungan di dalam
pengukuran yang dikembangakan dalam kelompok atau organisasi.
budaya yang berbeda dengan aslinya, sehingga Gaya kepemimpinan yang dianggap
kemungkinan adanya kelemahan dalam mener- efektif adalah gaya kepemimpinan transfor-
jemahkan instrumen menyebabkan terjadinya matif, McShane and Glinow (2008) menjelas-
perubahan dalam arti yang sebenarnya ingin kan bahwa gaya kepemimpinan transfor-
dicapai, sehingga responden salah dalam masional adalah gaya kepemimpinan yang
mempersepsikan maksud yang sebenarnya. lebih cenderung merubah tim atau organisasi
dengan menciptakan, mengkomunikasikan, dan
Pengaruh Penganggaran partisipatif memperlihatkan model sebuah visi organisasi
Terhadap Kinerja manajerial Dengan Gaya atau unit kerja dan mendorong pekerja untuk
kepemimpinan Sebagai Moderasi melaksanakan visi tersebut.
Seorang pemimpin transformasional
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
dapat mengubah staus quo dalam organisasinya
penganggaran partisipatif terhadap kinerja
dengan berperilaku sesuai di setiap tahapan
manajerial dengan gaya kepemimpinan sebagai
proses transformasi. Apabila cara lama dinilai
pemoderasi maka dilakukan uji interaksi. Hasil
sudah tidak sesuai maka pemimpin akan
uji interaksi menggambarkan bahwa terdapat
menyusun visi baru mengenai masa depan
pengaruh antara pengaggaran partisipatif ter-
dengan fokus strategik dan motivasional. Visi
hadap kinerja manajerial dengan gaya ke-
tersebut menyatakan secara jelas tujuan
pemimpinan. Hasil ini dapat dilihat dari nilai
organisasi dan sekaligus berfungsi sebagai
thitung untuk nilai thitung untuk interaksi variabel
sumber inspirasi dan komitmen. Jadi, secara
penganggaran partisipatif dengan gaya ke-
umum kepemimpinan transformasional akan
pemimpinan sebesar 2,878, sementara dari
menjanjikan perubahan kearah yang lebih baik
tabel untuk tingkat signifikansi ( ) 0.05 derajat
bagi organisasinya.
bebas 66 pada pengujian satu sisi diperoleh
Menurut Yulk (2009), kepemimpinan
nilai ttabel sebesar 1,668.
transformasional dianggap efektif dalam situasi
Karena nilai thitung interaksi variabel
dan budaya apa pun. Teori ini tidak menyebut-
penganggaran partisipatif dengan gaya
kan suatu kondisi dimana kepemimpinan trans-
kepemimpinan (2,878) lebih besr dari ttabel
formasional autentik tidak relevan atau tidak
(1,668), maka pada tingkat kekeliruan 5%
efektif. Untuk mendukung posisi ini, hubungan
diputuskan untuk menolak Ho dan menerima
positif antara kepemimpinan transformasional
Ha, sehingga dengan tingkat kepercayaan 95%
dengan efektivitas telah ditiru oleh banyak
dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan
pemimpin yang berada pada tingakatan otoritas
signifikan dalam mempengaruhi hubungan
yang berbeda, dalam jenis organisasi yang ber-
penganggaran partisipatif terhadap kinerja
beda dan dalam beberapa negara yang berbeda.
Pengaruh Penganggaran Partisipatif … (Rusman Soleman) 101
Temuan empiris yang dilakukan oleh antara partisipasi penyusunan anggaran dengan
Patiar and Mia (2009) juga menemukan bahwa kinerja manajerial (H3) tidak berhasil diterima
gaya kepemimpinan transfomasional secara karena pengaruhnya negatif dan tidak signi-
positif berpengaruh terhadap kinerja non keu- fikan yang berarti bahwa budaya organisasi di
angan dan pada pada akhirnya berpengaruh pemerintah Kabupaten dan kota di Propinsi
terhadap kinerja keuangan departemen. Dari Maluku Utara tidak mempengaruhi efektivitas
uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran terhadap
gaya kepemimpinan adalah cara yang diguna- kinerja manajerial. Hal ini dikarenakan organi-
kan oleh seseorang untuk mempengaruhi, sasi pemerintah adalah sebuah bentuk organi-
mengarahkan, mendorong dan mengendalikan sasi yang sifatnya monopoli sehingga mereka
bawahannya dalam rangka pencapaian tujuan tidak memiliki konsekuensi apapun atas hasil
oraganisasi. Dengan demikian maka gaya pekerjaan mereka, dan mereka lebih men-
kepemimpinan mendorong inovasi bawahan gkhawatirkan anggaran dan kepangkatan serta
untuk membantu pencapaian kinerja secara status birokrasi daripada memikirkan cara-cara
berkesinambungan. untuk memperbaiki hasil kerja. Pemberian
Temuan empiris juga menunjukkan imbalan kepada pegawai lebih sebagai pem-
bahwa gaya kepemimpinan sangat besar penga- berian nafkah dari pada imbalan atas hasil kerja
ruhnya dalam memoderasi pengaruh peng- yang mereka capai sehingga mereka mem-
anggaran partisipatif terhadap kinerja mana- punyai harapan yang rendah dan tidak meng-
jerial pada aparatur pemerintah Kabupaten hargai hasil dari pekerjaan mereka. Untuk
Kota di Propinsi Maluku Utara. pengaruh gaya kepemimpinan sebagai variabel
moderating terhadap hubungan antara peng-
PENUTUP anggaran partisipatif dengan kinerja manajerial
Kesimpulan, Implikasi dan Keterbatasan (H4) berhasil diterima karena positif dan sigifi-
kan yang berarti bahwa gaya kepimpinan di
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pemerintah Kabupaten dan kota di Propinsi
pengaruh penganggaran partisipatif dengan
Maluku Utara mempengaruhi efektivitas par-
budaya organisasi dan gaya kepemimpinan
tisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja
sebagai variabel moderating terhadap kinerja
manajerial.
manajerial (H1) serta pembahasannya yang
Penelitian ini belum mengungkapkan
telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disim-
keseluruhan variabel yang diperkirakan turut
pulkan bahwa Pengaruh penganggaran Par-
serta mempengaruhi kinerja manajerial. Hal ini
tisipatif terhadap Kinerja pada Satuan Kerja
dapat di lihat dari hasil penelitian ini bahwa
Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Kota di
masih terdapat variabel lain yang tidak diteliti
Propinsi Maluku Utara berada pada Kategori
yang mempunyai pengaruh terhadap kinerja
tinggi, sementara Budaya Organisasi di ling-
manajerial. Oleh karena itu peneliti berharap
kungan SKPD berada pada kategori lemah dan
kedepan penelitian-penelitian tentang pengaruh
Gaya Kepemimpinan di SKPD berada pada
penganggaran partisipatif terhadap kinerja
Kategori Tinggi. Penganggaran partisipatif
manajerial masih diteliti dengan memasukkan
dengan budaya organisasi dan gaya kepemim-
variabel-variabel lain yang tidak peneliti
pinan sebagai variabel moderating mempunyai
masukkan dalam penelitian ini sehingga dapat
pengaruh positif terhadap kinerja manajerial
memberikan kontribusi kepada pihak-pihak
Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
yang berkepentingan dengan penelitian ini.
Kabupaten Kota di Propinsi Maluku Utara. Hal
ini dapat di lihat dari besarnya pengaruh peng-
DAFTAR PUSTAKA
anggaran partisipatif dengan budaya organisasi
dan gaya kepemimpinan sebagai variabel Alam, B. and L. Mia. 2006. Need for
moderating terhadap kinerja manajerial sebesar Achievment, Style of Budgeting and
50,5%, sementara sisanya 49,5% dijelaskan Performance in a Non Government
oleh faktor-faktor lain yang tidak diamati oleh Organization (NGO): Evidence From
peneliti seperti, motivasi, komitmen dan lain-lain. Oriental Culture. International Journal
Untuk pengaruh kultur organisasional 0f Bussines Research. 6 (3). 33-43.
sebagai variabel moderating terhadap hubungan
102 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 16 No. 1, Januari 2012 87-105
Anthony and Govindarajan. 2005. Management Bryman, A. 1992. Charisma and Leadership In
Control Systm, New York: Mc. Graw Organization. London: Sage Publi-
Hill. Terjemahan Penerbit: Salemba cation/Newbury Pak, C.A.
Empat.
Chong, KV. and MK. Chong. 2002. The of
Argyris, 1952. The Impact of Budgets on Peo- Feadback on The Relationship Be-
ple, New York: Controllership Foun- tween Budgetary Particpation and Per-
dation. Inc. formance. Pacific Accounting Review.
14 (2). 33-55.
Avolio, BJ., JM. Howell, and JJ. Sosik. 1999.
A Funny Thing Happened on The Way Damayanti, T. 2007. Pengaruh Komitmen
To The Bottom Line: Humor As Mode- Anggaran Dan Kultur Organisasional
rator Of Leadership Style Effects, The Terhadap Hubungan Partisipasi Peng-
Accademy of Management Journal. 42 anggaran Dan Kinerja Manajerial Pada
(2). 219-227. Kondisi Stretch Targets. Jurnal Akun-
tansi & Auditing Indonesia. 1 (1). 81–
Banerje, P. and RV. Krishnan. 2000. Ethical
101.
Preferences of Transformational
Leadrs: an Emperical Investigation. Dharma, T. 2002. Pengaruh Struktur dan Kultur
Leadership & Organizational Develop- Organisasional Terhadap Keefektifan
ment Journal. 21 (8). 405-413. Anggaran Partisipatif Dalam Pening-
katan Kinerja Manajerial. Jurnal Eko-
Bass, BM. 1985. Leadership and Performance
nomi & Bisnis. 2 (7). 59-68.
Beyond Expectations. New York: Free
Press. Dunk, AS. 1993. The effect of Budget
Emhpasis and Information Assymetry
Bass, BM., BJ. Avolio, DI. Jung, and Y.
on Relationship Between Budgetary
Berson. 2003. Prediciting unit perfor-
Participation and Slack. The Account-
mance by assessing transformational
ing Review. 66 (2). 400-410.
and transactional leadership. Journal of
Aplied Psycology. 88 (2). 18-207. Etemadi, H., ZD. Dialami, MS. Bazaz and
Bennis, WG. and B. Nanus. 1895. Leaders: The R. Parameswaran. 2009. Culture,
Strategies For Taking Charge. New Management Accounting And Mana-
York: Harper and Brow. gerial Performance: Focus Iran,
Advances In Accounting, Incorporating
Brownell and McInnes. 1986. Budgetary Par- Advancesin International Accounting,
ticipation, Motivation, and Manageria pp 216-225.
Performance, Journal of Accounting
Research. 24 (4). 241-249. Fertakis, JP. 1976. Budget-Induced Pressure
and Its Relationship to Supervisory
Brownell, P. 1982a. The Role of Accounting Behavior In Selected Organization.
Data In Performance Evaluation, Unpublished Doctoral Dissertation,
Budgetary Participation, And Organi- Universitas of Washington.
zational Effectiveness. Journal of
Accounting Research, 20. 12-27. Flamholtz, EG., R. Kannan-Narasimhan, and
ML, Bullen. 2004. Human Resource
Brownell. 1982b. Participation in Budgeting Today: Contributions, controversies
Locus Of Control and Organizaton and conclutions. Journal of Human
Effectiviness. The Accounting Review. Resource Ccosting & Accounting. 8
56 (4). 884-860. (2). 23-37.
Brownell, P. and MK. Hirst. 1986. Relliance Frucot, V. and WT. Shearon. 1991. Budgetary
and Accounting Information, Budget Participation, Locus of Control, and
Participation, and Task Uncertainty: Mexian Managerial Performance and
Test of o three Way Interaction. Jour- Job satisfaction, The Accounting
nal of Accounting Research, Autumn. Review. 66 (1). 80-89.
241-249.
Pengaruh Penganggaran Partisipatif … (Rusman Soleman) 103
Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis MultiVariate Mahoney, TA., TH. Jerdee. and SJ. Carroll.
Dengan Program SPSS. Badan Pener- 1963. Development of Managerial
bit Universitas Diponegoro. Performance: A Research Approach,
Cincinnati OH: South-Western
Hoffstede, G. 1994. Culture and Organization.
Publishing Company.
London: Harper Collin Bussines.
Mahsun, M., F. Sulistyowati, HA.
Hofstede, GB. Neuijen, DD. Ohayv, and G.
Purwanugrah. 2011. Akuntansi Sektor
Sanders. 1990. Measuring Organi-
Publik. Edisi 3. Penerbit: BFE UGM
zational Cultutres: A Qualitative and
Jogjakarta.
Quantitative Study Acros Twenty
Cases, Administrative Science Quar- Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik
terly. 35 (2). 286-316. Yogyakarta: BPFE.
Hopwood and Tomkins. 1974. Issues in Public McShane, LS. and VAS, Glinow. 2008.
Sector Accounting. New Jersey: M.E. Organizational Behavior Fourt Edi-
Sharpe. tion. New York. Mc Graw Hill Irwin,
Campanies, Inc.
Hoque Z. and P. Brosnan. 2007. Aligning
Industrial Relations Risk, Budgetary Merchant, KA. 1981. The Design of Corporate
Participation, and Budgeting Measures Budgeting Systems: Influences on
of Performance: Impact on Managerial Managerial Behavior and Peformance,
Performance. The Accounting Review. 56 (4). 813-
http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm 829.
http://www.depdagri.go.id/.
Milani, K. 1975. The Relationship of Partici-
Indriantoro, N. 1993. The effect of Participative aption in Budget-Setting to Industrial
Budgeting on Job Peformance and Job Supervisor Performance and Attitudes:
satisfation with Locus of Control and A Field Study, The Accounting Review.
Cultural Dimensions as Moderating 50 (2). 274-284.
Variables. Desertasi, University of
Mulyadi. 2001. Balance Scorecard: Alat
Kentucky, USA.
Manajemen Kontemporer Untuk
Ivancevich, JM., R. Konopaske and M. Pelipatgandaan Kinerja Keuangan
Matteson. 2005. Perilaku Dan Mana- Perusahaan. Penerbit: Salemba Empat
jemen Organisasi. Edisi ketujuh Ter- Jakarta.
jemahan. Penerbit: Erlangga.
Murray, D. 1990. The Performance Effects of
Kenis, I. 1979. The Effect Of Goal Character- Participative Budgeting: An Integra-
istic on Managerial Attitudes Perform- tion of Intervening and Moderating
ance. The Accounting Review. 54 (4). Variables. Behavioral Research in
707-721. Accounting. 2 (2). 104-123.
Koslowky, M. 1990. Staff/Line Distinctions in Nouri, H. and RJ. Parker. 1998. The Relation-
job and organizatiional commitment. ship Between Budget Participation and
Journal Of Occupational Psyichology. Job Perormance: The Roles of Budget
75 (2). 167-175. Adequacy and Organizational Com-
mitment. Accounting Organizational
Likert, JG., and CT. Araki. 1986. Managing
and Society. 23 (5/6). 467-483.
without a boss: System 5. Leadership
& Organization Development Osborne, D. and P. Plastrik. 1998. Banishing
Journal. 7 (3). 17-20. Bureaucracy: The Five Strategies for
Reinventing Government. New York.
Luthans, F. 2008. Organizational Behavior, 11 Addison-Wesley.
Th
edition. New York. Mc. Graw
Hill/Irwin. Patiar, AK. and L. Mia. 2009. Transfomational
Leadership Style, Market Competition
and Departemental Performance: Evi-
104 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 16 No. 1, Januari 2012 87-105