Anda di halaman 1dari 11

BAB III

KEDUDUKAN, KEWENANGAN DAN TINDAKAN HUKUM


PEMERINTAH

Tujuan Pembelajaran Umum


Mahasiswa diharapkan dapat memahami kedudukan dan kewenangan pemerintah, serta
memahami tindakan pemerintahan

Tujuan Pembelajaran Khusus


Mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan pengertian kedudukan hukum pemerintah
2. Menjelaskan pengertian kewenangan pemerintah
3. Menjelaskan pengertian tindakan pemerintahan
4. Menjelaskan jenis tindakan pemerintahan dan memberikan contoh dari masing-masing
tindakan pemerintahan
5. Menjelaskan dan memberikan contoh hubungan antara kedudukan hukum dan
kewenangan pemerintah serta tindakan pemerintahan

III.1. Kedudukan Hukum Pemerintah (Rechtspotitie)


Ulpianus membagi hukum kedalam hukum publik dan hukum privat. Pembagian oleh
Ulpianus tersebut membawa pengaruh yang cukup besar ke dalam sejarah pemikiran hukum,
termasuk dalam memahami keberadaan pemerintah dalam melakukan pergaulan hukum
(rechtsverheer).
Dalam kenyataan sehari-hari, pemerintah dalam melaksanakan aktivitas dalam bidang
hukum publik juga sering terlibat dalam bidang keperdataan.Dalam pergaulan hukum
pemerintah sering tampil dengan twee petten (2 kepala) yaitu, sebagai wakil dari jabatan
(ambt) yang tunduk pada hukum publik dan wakil dari badan hukum (rechtspersoon) yang
tunduk pada hukum privat.
Dalam perspektif hukum publik, negara adalah organisasi jabatan. Oleh karena itu
Logemann mengatakan, bahwa dalam bentuk kenyataan sosialnya, negara adalah organisasi
yang berkenaan dengan berbagai fungsi. Fungsi adalah lingkungan kerja yang terperinci
dalam hubungannya secara keseluruhan. Fungsi-fungsi itu dinamakan jabatan, dan oleh
karena itu Negara adalah organisasi jabatan.
Jabatan adalah suatu lembaga dengan lingkup pekerjaan sendiri yang dibentuk untuk
waktu lama dan kepadanya diberikan tugas dan wewenang. Bagir Manan mengatakan bahwa
jabatan adalah lingkungan pekerjaan tetap yang berisi fungsi-fungsi tertentu yang secara
keseluruhan mencerminkan tujuan dan tata kerja suatu organisasi.
Negara berisi berbagai jabatan atau lingkungan kerja tetap dengan berbagai fungsi untuk
mencapai tujuan negara. Dengan kata lain jabatan adalah suatu lingkungan pekerjaan tetap
yang diadakan dan dilakukan guna kepentingan negara. Oleh karena itu Jabatan bersifat tetap,
sementara pemegang jabatan (ambtsdrager) dapat berganti-ganti.
Berdasarkan ajaran hukum keperdataan dikenal istilah subyek hukum, yaitu
pendukung hak dan kewajiban yang terdiri dari manusia (natuurlijk persoon) dan badan
hukum (rechts persoon).
Badan Hukum terdiri dari 2 (dua) yaitu:
1) Badan Hukum privat;
2) Badan Hukum publik.
Menurut Chidir Ali ada 3 (tiga) kriteria untuk menentukan status badan hukum publik,
yaitu :
a) Dilihat dipendirianya (didirikan dengan suatu konstruksi hukum publik oleh penguasa
dengan undang-undang atau peraturan lain);
b) Lingkungan kerjanya, yaitu melaksanakan perbuatan-perbuatan publik;
c) Badan hukum itu diberi wewenang publik seperti membuat keputusan, ketetapan atau
peraturan yang mengikat umum.
Termasuk dalam kategori badan hukum publik yaitu provinsi, kabupaten dan kota.
Badan hukum publik dimaksud di atas tersebut melakukan perbuatan-perbuatan publik seperti
:
1. Membuat peraturan (regeling);
2. Mengeluarkan kebijakan (beleid), keputusan (besluit), dan ketetapan (beschiking);
3. Kedudukannya adalah sebagai jabatan atau organisasi jabatan (ambtenorganisatie) yang
tunduk dan diatur hukum publik dan diserahi kewenangan publik (publikbevoegdheid),
bukan sebagai badan hukum (rechtspersoon) yang tunduk dan mengikatkan diri pada
hukum privat dan yang dilekati dengan kecakapan (bekwaam) hukum.

III.1.1. Kedudukan Pemerintah Dalam Hukum Publik


Dalam perspektif hukum publik, negara adalah organisasi jabatan. Diantara jabatan-
jabatan kenegaraan ini ada jabatan pemerintahan. Dalam konteks hukum administrasi yang
menempatkan jabatan pemerintahan sebagai obyek kajian utama mengenal karakteristik
jabatan pemerintahan merupakan sesuatu yang tidak terelakan.
P. Nicolai dan kawan-kawan menyebutkan beberapa ciri atau karakteristik yang terdapat
pada jabatan atau organ pemerintahan, yaitu :
a. Organ pemerintahan menjalankan wewenang atas nama dan tanggung jawab sendiri;
b. Pelaksanaan wewenang dalam rangka menjaga dan mempertahankan norma hukum
administrasi, organ pemerintahan dapat bertindak sebagai pihak tergugat dalam proses
peradilan;
c. Di samping sebagai tergugat, organ pemerintahan juga dapat tampil menjadi pihak yang
tidak puas;
d. Pada prinsipnya organ pemerintahan tidak memiliki harta kekayaan sendiri.
Meskipun jabatan pemerintahan ini dilekati dengan hak dan kewajiban atau diberi
wewenang untuk melakukan tindakan hukum, jabatan tidak dapat bertindak sendiri. Jabatan
hanyalah fiksi, yang perbuatan hukumnya melalui perwakilan yaitu pejabat. Pejabat bertindak
untuk dan atas nama jabatan. Menurut E. Utrecht, karena diwakili pejabat, jabatan itu
berjalan. Pihak yang menjalankan hak dan kewajiban yang didukung oleh jabatan ialah
pejabat. Jabatan bertindak dengan perantaraan pejabatnya. Jabatan wali kota berjalan karena
diwakili oleh wali kota. P. Nicolai dan kawan-kawan (Ridwan HR:79) menyebutkan, bahwa
kewenangan yang diberikan kepada organ pemerintahan harus dijalankan oleh manusia.
Tenaga dan pikiran organ pemerintahan adalah tenaga dan pikiran mereka yang ditunjuk
untuk menjalankan fungsi organ tersebut, yaitu para pejabat.
Berdasarkan ketentuan hukum, pejabat hanya menjalankan tugas dan wewenang, karena
pejabat tidak memiliki wewenang. Pihak yang memiliki dan dilekati wewenang adalah
jabatan. Seperti dikatakan oleh Logemann, bahwa berdasarkan hukum tata negara, jabatanlah
yang dibebani dengan kewajiban, yang berwenang untuk melakukan perbuatan hukum. Hak
dan kewajiban berjalan terus, tidak perduli dengan pergantian pejabat.
Antara jabatan dengan pejabat memiliki hubungan yang erat, namun di antara keduanya
sebenarnya memiliki kedudukan hukum yang berbeda atau terpisah dan diatur dengan hukum
yang berbeda. Jabatan diatur oleh Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi, sedangkan
pejabat diatur dan tunduk pada hukum kepegawaian.
Di samping itu tampak bahwa pejabat menampilkan dirinya dalam dua kepribadian,
yaitu selaku pribadi dan selaku personifikasi dari organ, yang berarti selain diatur dan tunduk
pada hukum kepegawaian juga tunduk pada hukum keperdataan, khususnya dalam
kapasitasnya selaku individu atau pribadi (privepersoon/privatperson). Dalam hukum
administrasi, tindakan hukum jabatan pemerintahan dijalankan oleh pejabat pemerintah.
Dengan demikian, kedudukan hukum pemerintah berdasarkan hukum publik adalah sebagai
wakil dari jabatan pemerintahan.

III.1.2. Kedudukan Pemerintah dalam Hukum Privat


Negara, provinsi, kabupaten, dan lain-lain dalam perspektif hukum perdata disebut
sebagai badan hukum publik. Badan hukum (rechtspersoon) adalah kumpulan orang, yaitu
semua yang di dalam kehidupan masyarakat (dengan beberapa perkecualian) sesuai dengan
ketentuan undang-undang dapat bertindak sebagaimana manusia, yang memiliki hak-hak dan
kewenangan-kewenangan, seperti kumpulan orang (dalam suatu badan hukum), perseroan
terbatas, perhimpunan (sukarela), dan sebagainya.
Dalam kepustakaan hukum dikenal ada beberapa unsur dari badan hukum, yaitu:
a. perkumpulan orang (organisasi yang teratur);
b. dapat melakukan perbuatan hukum dalam hubungan-hubungan hukum;
c. adanya harta kekayaan yang terpisah;
d. mempunyai kepentingan sendiri;
e. mempunyai pengurus;
f. mempunyai tujuan tertentu;
g. mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban;
h. dapat digugat atau menggugat di depan pengadilan.
Bila berdasarkan hukum publik negara, provinsi, dan kabupaten/kota adalah organisasi
jabatan atau kumpulan dari organ-organ kenegaraan dan pemerintahan, maka berdasarkan
hukum perdata negara, provinsi, dan kabupaten/kota adalah kumpulan dari badan-badan
hukum yang tindakan hukumnya dijalankan oleh pemerintah.
Menurut J.B.M.ten Berge mengatakan, bahwa pemerintah sebagaimana manusia dan
badan hukum privat terlibat dalam lalu lintas pergaulan hukum. Pemerintah menjual dan
membeli, menyewa dan menyewakan, menggadai dan menggadaikan, membuat perjanjian,
dan mempunyai hak milik.
Ketika pemerintah bertindak dalam lapangan keperdataan dan tunduk pada peraturan
hukum perdata, pemerintah bertindak sebagai wakil dari badan hukum, bukan wakil dari
jabatan. Oleh karena itu, kedudukan pemerintah dalam pergaulan hukum keperdataan tidak
berbeda dengan seseorang atau badan hukum privat, tidak memiliki kedudukan yang
istimewa, dan dapat menjadi pihak dalam sengketa keperdataan dengan kedudukan yang sama
dengan seseorang atau badan hukum perdata (equality before the law) dalam peradilan umum.
Untuk mengetahui kapan pemerintah bertindak sebagai wakil dari jabatan dan kapan
mewakili badan hukum, dapat diperhatikan penjelasan berikut ini:
 Organ dan badan hukum dapat dibedakan dengan tegas. Dalam berbagai hal keduanya
tidak sama.
 Pada wilayah kabupaten terdapat organ-organ seperti DPRD, pemerintah harian, dan
bupati/wali kota. Badan hukumnya adalah badan umum kabupaten. Artinya kita tidak
dapat membuat perjanjian dengan DPRD, Pemerintahan harian, dan Bupati/Walikota,
tetapi hanya dengan Kabupaten.
 Pembuatan keputusan yang bersifat privat bagi Kabupaten dilakukan oleh Dewan, atau
berdasarkan delegasi, oleh pemerintahan harian.Dalam berbagai hal, bupati/wali kota
bertindak sebagai wakil (dari kabupaten).
 Perbedaan antara organ dengan badan hukum ini sangat penting dalam proses hukum.
Dalam hal upaya administratif atau peradilan administrasi, gugatan ditujukan terhadap
organ yang membuat keputusan tersebut. Organ inilah yang menjadi pihak dalam proses
hukum.
 Sementara dalam hal keperdataan, badan hukumlah yang menjadi pihak, misalnya pada
kabupaten, bupati tampil bertindak (untuk badan hukum) yaitu kabupaten.
Berdasarkan penjelasan di atas tampak bahwa tindakan hukum pemerintah di bidang
keperdataan adalah sebagai wakil dari badan hukum (rechtspersoon), yang tunduk dan diatur
dengan hukum perdata. Dengan demikian, kedudukan pemerintah dalam hukum privat adalah
sebagai wakil dari badan hukum keperdataan.

III.2. Kewenangan Pemerintah


Salah satu cara untuk meredakan kebingungan banyak orang dalam membedakan dua
macam fungsi pemerintah yaitu sebagai wakil dari jabatan dan badan hukum, adalah melalui
pemahaman secara mendalam tentang konsep kewenangan pemerintahan
(bestuursbevoegdheid).
Asas legalitas merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan sebagai dasar dalam
setiap penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan di setiap negara hukum terutama bagi
negara-negara hukum dalam sistem kontinental.
Asas legalitas menentukan bahwa semua ketentuan yang mengikat warga negara harus
didasarkan pada undang-undang. Asas legalitas ini merupakan prinsip negara hukum yang
sering dirumuskan secara khas dalam ungkapan het beginsel van wetmatigheid van bestuur.
Asas legalitas berkaitan erat dengan gagasan demokrasi dan gagasan negara hukum.
Gagasan demokrasi menuntut setiap bentuk undang-undang dan berbagai keputusan
mendapatkan persetujuan dari wakil rakyat dan sebanyak mungkin memerhatikan kepentingan
rakyat.
Gagasan negara hukum menuntut agar penyelenggaraan urusan kenegaraan dan
pemerintahan harus didasarkan pada undang-undang dan memberikan jaminan terhadap hak-
hak dasar rakyat. Asas legalitas menjadi dasar legitimasi tindakan pemerintahan dan jaminan
perlindungan dari hak-hak rakyat.
Penyelenggaraan pemerintahan yang didasarkan pada asas legalitas, yang berarti
didasarkan undang-undang (hukum tertulis), dalam praktiknya tidak memadai apalagi di
tengah masyarakat yang memiliki tingkat dinamika yang tinggi. Hal ini karena hukum tertulis
senantiasa mengandung kelemahan-kelemahan.
Bagir Manan menyebutkan adanya kesulitan yang dihadapi oleh hukum tertulis, yaitu:
1) hukum sebagai bagian dari kehidupan masyarakat mencakup semua aspek kehidupan
yang sangat luas dan kompleks sehingga tidak mungkin seluruhnya dijelmakan dalam
peraturan perundang-undangan;
2) peraturan perundang-undangan sebagi hukum tertulis sifatnya statis, tidak dapat dengan
cepat mengikuti gerak pertumbuhan, perkembangan dan perubahan masyarakat yang
harus diembannya.
Adanya kelemahan dalam hukum tertulis ini berarti pula adanya kelemahan dalam
penerapan asas legalitas. Oleh karena itu, dalam penyelenggarakan kenegaraan dan
pemerintahan dalam suatu negara hukum, diperlukaan persyaratan lain agar kehidupan
kenegaraan, pemerintahan dan kemasyarakatan berjalan dengan baik dan bertumpu pada
keadilan.
Berikut adalah persyaratan-persyaratan lain yang harus dipenuhi dalam
penyelenggaraan pemerintahan:
1. Efektivitas, artinya kegiatannya harus mengenai sasaran yang telah ditetapkan.
2. Legimitas, artinya kegiatan administrasi negara jangan sampai menimbulkan heboh oleh
karena tidak dapat diterima oleh masyarakat setempat atau lingkungan yang
bersangkutan.
3. Yuridikitas, yaitu syarat yang menyatakan bahwa perbuatan para pejabat administrasi
negara tidak boleh melanggar hukum dalam arti luas.
4. Legalitas, yaitu syarat yang menyatakan bahwa perbuatan atau keputusan administrasi
negara tidak boleh dilakukan tanpa dasar undang-undang (tertulis) dalam arti luas; bila
sesuatu dijalankan dengan dalih keadaan darurat. Kedaruratan itu wajib dibuktikan
kemudian. Apabila kemudian tidak terbukti, maka perbuatan tersebut dapat digugat di
pengadilan.
5. Moralitas, yaitu salah satu syarat yang paling diperhatikan oleh masyarakat. Moral dan
etik umum maupun kedinasan wajib dijunjung tinggi. Perbuatan tidak senonoh, sikap
kasar, kurang ajar, tidak sopan, kata-kata yang tidak pantas dan sebagainya, wajib
dihindarkan.
6. Efisiensi wajib dikejar seoptimal mungkin. Kehematan biaya dan produktivitas wajib
diusahakan setinggi-tingginya.
7. Teknik dan teknologi yang setinggi-tingginya wajib dipakai untuk mengembangkan atau
mempertahankan mutu prestasi yang sebaik-baiknya.
Oleh karena itu, setiap penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan harus memiliki
legitimasi, yaitu kewenangan yang diberikan oleh undang-undang. Dengan demikian,
substansi asas legalitas adalah wewenang, yakni kemampuan untuk melakukan tindakan-
tindakan hukum tertentu.
Wewenang sendiri merupakan pengertian yang berasal dari hukum organisasi
pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan
dengan perolehan dan penggunaan wewenang pemerintahan oleh subjek hukum publik di
dalam hubungan hukum publik.
Kewenangan memiliki kedudukan penting dalam kajian hukum tata negara dan hukum
adminitrasi. Begitu pentingnya kedudukan kewenangan ini sehingga banyak yang
menyebutnya sebagi konsep inti dalam hukum tata negara dan hukum administrasi.
Wewenang pemerintahan secara tersirat berasal dari peraturan perundang-undangan,
artinya sumber wewenang bagi pemerintah adalah peraturan perundang-undangan. Secara
teoritis, kewenangan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan tersebut diperoleh
melalui tiga cara yaitu, atribusi, delegasi dan mandat.
Kewenangan atribusi berlaku bilamana terjadi pemberian wewenang pemerintahan yang
baru oleh suatu ketentuan dalam peraturan perundang-undangan. Sehingga di sini dilahirkan
atau diciptakan suatu wewenang baru. Sementara itu, legislatur yang kompeten untuk
memberikan atribusi wewenang pemerintahan dibedakan antara:
a. yang berkedudukan sebagai original legislator; di Indonesia di bagi pada tingkat
pusat adalah MPR sebagai pembentuk konstitusi dan DPR bersama-sama
pemerintah sebagai yang melahirkan suatu undang-undang, dan di tingkat daerah
adalah DPRD dan pemda yang melahirkan Peraturan Daerah;
b. yang bertindak sebagai delegated legislator; seperti Presiden yang berdasarkan pada
suatu ketentuan undang-undang mengeluarkan peraturan pemerintah di mana
diciptakan wewenang-wewenang pemerintahan kepada badan atau jabatan tata
usaha negara tertentu.
Pada delegasi terjadilah pelimpahan suatu wewenang yang telah ada oleh badan atau
jabatan tata usaha negara yang telah memperoleh wewenang pemerintahan secara atributif
kepada badan atau jabatan tata usaha negara lainnya. Jadi suatu delegasi selalu didahului oleh
adanya suatu atribusi wewenang.
Dalam hal pelimpahan wewenag pemerintahan melalui delegasi ini terdapat syarat-
syarat sebagi berikut:
1) Delegasi harus definitif dan pemberi delegasi (delegans) tidak dapat lagi menggunakan
sendiri wewenang yang telah dilimpahkan itu.
2) Delegasi harus berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, artinya delegasi
hanya dimungkinkan kalau ada ketentuan untuk itu dalam peraturan perundang-
undangan.
3) Delegasi tidak kepada bawahan, artinya dalam hubungan hirarki kepegawaian tidak
diperkenankan adanya delegasi.
4) Kewajiban memberikan keterangan (penjelasan), artinya delegans berwenang untuk
meminta penjelasan tentang pelaksanaan wewenang tersebut.
5) Peraturan kebijakan (beleidsregel), artinya delegans memberikan instruksi (petunjuk)
tentang penggunaan wewenang tersebut.
Dalam kajian Hukum Administrasi Negara, mengetahui sumber dan cara memperoleh
wewenang organ pemerintahan ini penting, karena berkenaan dengan pertanggungjawaban
hukum dalam penggunaan wewenang tersebut. Hal ini seiring dengan salah satu prinsip dalam
negara hukum yaitu, tidak ada kewenangan tanpa pertanggungjawaban (geen bevoegdheid
zonder responsibility). Di dalam setiap pemberian kewenangan kepada pejabat pemerintahan
tertentu tersirat pertanggungjawaban dari pejabat yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa wewenang yang diperoleh secara atribusi itu
bersifat asli yang berasal dari peraturan perundang-undangan. Dengan kata lain, organ
pemerintahan memperoleh kewenangan secara langsung dari redaksi pasal tertentu dalam
suatu peraturan perundang-undangan. Dalam hal atribusi, penerima wewenang dapat
menciptakan wewenang baru atau memperluas wewenang yang sudah ada dengan tanggung
jawab intern dan ekstern pelaksanaan wewenang yang diatribusikan sepenuhnya berada pada
penerima wewenang (atributaris). Pada delegasi tidak ada penciptaan wewenang, namun
hanya ada pelimpahan wewenang dari pejabat yang satu kepada pejabat lainnya. Tanggung
jawab yuridis tidak lagi berada pada pemberi delegasi (delegans), tetapi beralih pada
penerima delegasi (delegataris). Sementara itu, pada mandat, penerima mandat (mandataris)
hanya bertindak untuk dan atas nama pemberi mandat (mandans), tanggung jawab akhir
keputusan yang diambil mandataris tetap berada pada mandans. Hal ini karena pada dasarnya,
penerima mandat ini bukan pihak lain dari pemberi mandat.

III.3. Tindakan Hukum Pemerintahan


Pemerintah atau administrasi negara merupakan subyek hukum, penyandang hak dan
kewajiban. Sebagai subyek hukum, pemerintah melakukan berbagai tindakan baik tindakan
nyata maupun tindakan hukum.
Tindakan nyata adalah tindakan-tindakan yang tidak ada relevansinya dengan hukum,
oleh karenanya tidak menimbulkan akibat-akibat hukum.
Tindakan hukum adalah tindakan-tindakan yang berdasarkan sifatnya dapat
menimbulkan akibat hukum tertentu atau tindakan yang dimaksudkan untuk menciptakan hak
dan kewajiban.
Tindakan hukum semula berasal dari ajaran hukum perdata, yang kemudian digunakan
dalam hukum administrasi negara sehingga dikenal istilah tindakan hukum admisnistrasi.
Tindakan hukum administrasi merupakan suatu pernyataan kehendak yang muncul dari organ
administrasi dalam keadaan khusus, dimaksudkan untuk menimbulkan akibat hukum dalam
bidang hukum administrasi.
Bentuk akibat hukum dalam bidang hukum administrasi dapat berupa hal-hal sebagai
berikut :
a. Jika menimbulkan beberapa perubahan hak, kewajiban atau kewenangan yang ada;
b. Bila menimbulkan perubahan kedudukan hukum bagi seseorang atau obyek yang ada;
c. Bila terdapat hak-hak, kewajiban, kewenangan, ataupun status tertentu yang ditetapkan.
Bila dikatakan bahwa tindakan hukum pemerintahan merupakan pernyataan kehendak
sepihak dari organ pemerintahan dan membawa akibat pada hubungan hukum atau keadaan
hukum yang ada, kehendak organ tersebut tidak boleh mengandung cacat seperti kekhilafan
(dwaling), penipuan (bedrog), paksaan (dwang), dan lain-lain yang menyebabkan akibat-
akibat hukum yang tidak sah. Di samping itu, karena setiap tindakan hukum harus didasarkan
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka dengan sendirinya tindakan tersebut
tidak boleh menyimpang atau bertentangan dengan peraturan yang bersangkutan, yang dapat
menyebabkan akibat-akibat hukum yang muncul itu batal (nietig) atau dapat dibatalkan
(nietigbaar).
Walaupun tindakan hukum administrasi berasal dari tindakan hukum perdata, namun
ketika digunakan dalam hukum administrasi negara, sifat tindakan hukum ini mengalami
perbedaan. Perbedaan tersebut terutama dalam hal sifat mengikatnya. Tindakan hukum
administrasi dapat mengikat warga negara tanpa memerlukan persetujuan dari warga negara
yang bersangkutan, sementara dalam tindakan hukum perdata diperlukan persesuaian
kehendak antara kedua pihak atas dasar kebebasan kehendak atau diperlukan persetujuan dari
pihak yang dikenai tindakan hukum tersebut. Hal ini karena hubungan hukum perdata itu
bersifat sejajar, sementara hubungan hukum publik itu bersifat sub ordinatif, di satu pihak
pemerintah dilekati dengan kekuasaan publik, di pihak lain warga negara tidak dilekati
dengan kekuasaan yang sama.

III.3.1. Unsur-unsur Tindakan Hukum Pemerintahan


Menurut Muchsan unsur-unsur tindakan hukum pemerintahan adalah sebagai berikut:
1) perbuatan tersebut dilakukan oleh aparat pemerintah dalam kedudukannya sebagai
penguasa maupun sebagai alat perlengkapan pemerintahan dengan prakarsa dan tanggung
jawab sendiri;
2) perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan;
3) perbuatan tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan akibat hukum di
bidang hukum administrasi;
4) perbuatan yang bersangkutan dilakukan dalam rangka pemeliharaan kepentingan negara
dan rakyat.
Oleh karena negara hukum mengedepankan asas legalitas, maka unsur tindakan hukum
pemerintahan harus ditmabhakan pula dengan satu unsur lain, yaitu perbuatan hukum
administrasi harus didasarkan pada peraturan perundang-perundangan yang berlaku atau pada
prinsipnya tindakan hukum administrasi hanya dapat dilakukan dalam hal dan dengan cara
yang telah diatur dan diperkenankan oleh peraturan perundang-undangan.

III.4. Rangkuman
1. Dalam pergaulan hukum pemerintah sering tampil dengan twee petten (2 kepala) yaitu,
sebagai wakil dari jabatan (ambt) yang tunduk pada hukum publik dan wakil dari badan
hukum (rechtspersoon) yang tunduk pada hukum privat.
2. Dalam perspektif hukum publik, negara adalah organisasi jabatan. Diantara jabatan-
jabatan kenegaraan ini ada jabatan pemerintahan.
3. Ketika pemerintah bertindak dalam lapangan keperdataan dan tunduk pada peraturan
hukum perdata, pemerintah bertindak sebagai wakil dan badan hukum, bukan wakil dari
jabatan. Oleh karena itu, kedudukan pemerintah dalam pergaulan hukum keperdataan
tidak berbeda dengan seseorang atau badan hukum privat, tidak memiliki kedudukan
yang istimewa, dan dapat menjadi pihak dalam sengketa keperdataan dengan kedudukan
yang sama dengan seseorang atau badan hukum perdata (equality before the law) dalam
peradilan umum.
4. Wewenang merupakan pengertian yang berasal dari hukum organisasi pemerintahan,
yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan dengan
perolehan dan penggunaan wewenang pemerintahan oleh subjek hukum publik di dalam
hubungan hukum publik.
5. Wewenang pemerintahan secara tersirat berasal dari peraturan perundang-undangan,
artinya sumber wewenang bagi pemerintah adalah peraturan perundang-undangan. Secara
teoritis, kewenangan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan tersebut
diperoleh melalui tiga cara yaitu, atribusi, delegasi dan mandat.
6. Tindakan hukum semula berasal dari ajaran hukum perdata, yang kemudian digunakan
dalam hukum administrasi negara sehingga dikenal istilah tindakan hukum admisnistrasi.
Tindakan hukum administrasi merupakan suatu pernyataan kehendak yang muncul dari
organ administrasi dalam keadaan khusus, dimaksudkan untuk menimbulkan akibat
hukum dalam bidang hukum administrasi.

III.5. Latihan Soal/Tugas


Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1. Apa yang dimaksud dengan kedudukan pemerintah?
2. Apa perbedaan kedudukan pemerintah dalam bidang hukum publik dan kedudukan
hukum pemerintah dalam bidang hukum perdata? Berikan contohnya!
3. Jelaskan macam-macam kewenangan pemerintah serta berikan masing-masing contoh
yang dapat secara jelas membedakan setiap macam kewenangan pemerintah tersebut!
4. Apa yang dimaksud dengan tindakan pemerintahan, serta apa kaitan antara kedudukan,
kewenangan dan tindakan pemerintahan?

Anda mungkin juga menyukai