Anda di halaman 1dari 93

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PADA NY.

J DENGAN GANGGUAN
KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT JIWA ISLAM
KLENDER JAKARTA TIMUR TANGGAL 6 S/D 8 JUNI 2016

Disusun Oleh :

DIDIK SETIAWAN

2013750010

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2016
LEMBAR PERSETUJUAN

Makalah ilmiah dengan judul “Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Pasien Ny. J
Dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Islam
Klender Jakarta Timur“ ini telah disetujui untuk diujikan pada ujian sidang
dihadapan tim penguji.

Jakarta, 20 Juni 2016

Pembimbing Makalah
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah ilmiah dengan judul “Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Pasien Ny. J
Dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Islam
Klender Jakarta Timur” ini telah diujikan dan dinyatakan “lulus” dalam ujian sidang
dihadapan tim penguji pada tanggal Juli 2016.

Penguji I

Penguji II
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. Wb

Alahamdulillah puji syukur penulisan panjatkan kehadirat Allah SWT. Dan


segala nikmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan
judul “Pemenuhan Kebuthan Dasar Pada Pasien Ny. J Denga Gangguan Konsep Diri
: Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Klender tahun 2016” yang merupakan
bagian persyaratan yang harus dipenuhi dalam menempuh ujian akhir Diploma III
Keperawtan di Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Pada saat penyelesaian karya tulis ilmiah ini, penulis bayak mengucapkan
terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan
dorongan kepada penulis.

Ucapan terima kasih tak terhingga penulis berikan kepada:

1. Ibu Ns. Idriani, M. Kep, sp, Mat, selaku Ka.Prodi Akademi D III Keperawtan
Rumah Sakit Islam Jakarta Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiya Jakarta
2. Ibu Ns. Titin S. Sp Kep An, selaku ketua bidang pendidikan Akademi D III
Keperawatan Rumah Sakit Islam Jakarta Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiya Jakarta
3. Ibu Ns. Nurhayati, selaku wali angkatan 31Akademi D III Keperawatan
Rumah Sakit Islam Jakarta Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiya Jakarta
4. Ibu Ns. Ninik Yunitri, M. Kep, selaku penguji 1 dan dosen pembimbing
penyusunan karya tulis ilmiah yang telah memberikan saran dan masukan
kepeda penulis dalam meneyelesaikan karya tulis ini.
5. Ibu Ns, Isnaini, S. Kep MKM, selaku penguji II yang telah memeberikan
saran kepada penulis dalam meneyelesaiakan karya tulis ilmiah.
6. Kepada seluruh staff Pendidikan Program D III Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
7. Kepada kedua Orang Tua serta keluarga besar Prihaswari yang sangat aku
sayangi yang selalu memberikan dukungan secara moral, materi, kasih
sayang, semangat dan doa restu yang tak terhingga sertaterselesaikan karya
tulis ilmiah ini.

Jakarta, 20 Juni 2016


Penulis

DIDIK SETIAWAN
2013750010
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum ............................................................................. 8
2. Tujuan Khusus……………………………………………….....8
C. Ruang Lingkup ................................................................................... 9
D. Metode Penulisan……………………………………………………..9
E. Sistematika Penulisan…………………………………………………9

BAB II : TINJAUAN TEORI


KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA.....................................11
A. Pengertian......................................................................................... 12
B. Psikodinamika .................................................................................. 14
1. Etiologi……………………...………………………………… 14
2. Cara mengatasi………………………………………………….15
3. komplikasi……..………………………………………………..15
C. rentang respon .................................................................................. 16
D. Pengkajian Keperawatan .................................................................. 17
E. Diagnosa Keperawatan..................................................................... 21
F. Perencanaan Keperawatan ............................................................... 22
G. Pelaksanaan Keperawatan ................................................................ 33
H. Evaluasi Keperawatan .................................................................... 36
BAB III : TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian ........................................................................................ 37
B. Diagnosa Keperawatan..................................................................... 44
C. Perencanaan dan Intervensi .............................................................. 45
D. Pelaksanaan Keperawatan ............................................................... 49
E. Evaluasi Keperawatan...................................................................... 53

BAB IV : PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan .............................................................. …56
B. Diagnosa Keperawatan................................................................... ..58
C. Perencanaan Keperawatan ............................................................... 60
D. Pelaksanaan Keperawatan ................................................................ 61
E. Evaluasi Keperawatan ...................................................................... 62

BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 64
B. Saran................................................................................................. 66

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................68

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang
lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan (WHO, 2005).
Kesehatan jiwa adalah keadaan sejahtera dari fisik, mental dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No
23 Tahnu 1992). Kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik, intelektual, emosional, secara optimal dari seseorang dan
perkembagan ini berjalan secara selaras dengan orang lain (UU NO:3 tahun
1996). Dari tiga definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk dikatakan
sehat, seseorang harus berada pada suatu kondisi fisik, mental, dan sosial yang
bebas dari gangguan, seperti penyakit atau perasaan tertekan yang memungkan
seseorang tersebut untuk hidup produktif dan mengendalikan stres yang terjadi
sehari-hari serta berhubungan sosial secara nyaman dan berkualitas. Salah satu
sehat jiwa dengan konsep diri yang positif.

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang
diketahui individu tentang dimana dirinya mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain, termasuk persepsi individu akan sifat dan
kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkunganya, nilai-nilai yang
berkaitan dengan agama dan objek, tujuan serta keinginan, cara individu
memandang dirinya secara utuh fisik, emosional, sosial dan spiritual (Bech,
Wiliam dan Rawlin, 2006). Konsep diri adalah ide, pikiran, perasaan,
kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan
orang lain, konsep diri berkembang secara bertahap mulai dari bayi dapat
mengenali dan membedakan orang lain (Suliswati, 2009). Salah satu gangguan
jiwa adalah Schizofrenia.
Schizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa yang di tandai dengan penurunan
atau ketidakmampuan komunikasi, gangguan realita (halusinasi) afek yang
tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu berpikir abstrak) dan mengurangi
aktivitas sehari-hari (keliat, 2006). Schizofrenia merupakan sekelompok reaksi
psikotik yang mempengaruhi berbagai area individu termasuk fungsi berfikir dan
berkomunikasi menerima dan mengekspresikan realistic, merasakan dan
menunjukan emosi dan berprilaku yang dapat diterima secara rasional (stuart dan
laraira, 2005). Berdasarkan definisi diatas dapat di simpulkan bahwa
schizophrenia adalah terganggunya fungsi kognitif, fungsi perasaan dan fungsi
prilaku kehidupan sehari-hari.

Tanda dan gejala pada pasien schizophrenia ada 2 yaitu gejala positif dan negatif.
Gejala positif (gejala nyata) menurut (videback, 2008)
1. Halusinasi: persepsi sensori yang salah satu pengalaman persepsi yang tidak
terjadi dalam realita
2. Ekopraksia: peniruan gerakan orang lain yang diamati klien
3. Fligh of ideas: aliran verbalisasi yang terus-menerus saat individu melompat
dari satu topic ke topic lain dengan cepat.
4. Perseverasi: terus-menerus membicarakan satu topic atau gagasan;
pengulangan kalimat, kata atau frasa secara verbal, dan menolak untuk
mengubah topic tersebut‟
5. Asosiasi longgar: pikiran atau gagasan yang terpecah-pecah atau buruk.
6. Gagasan rujukan: kesan yang salah bahwa peristiwa eksternal memiliki
makna khusus bagi individu
7. Ambivalensi: mempertahankan keyakinan atau prasaan yang tampak
kontradiktif tentang individu, peristiwa atau situasi yang sama

Gejala negatif (gejala samar) menurut videbeck 2008


1. Apatis: perasaan tidak peduli terhadap individu, aktivitas, peristiwa
2. Aloga: kecenderungan berbicara sangat sedikit atau menyampaikan sedikit
substansi makna
3. Afek datar: tidak adanya ekspresi wajah yang akan menunjukkan emosi atau
mood
4. Afek tumpul: rentang keadaan perasaan emosional atau mood yang terbatas
5. Anhedonia: merasa tidak senang atau tidak gembira dalam menjalani hidup,
aktivitas atau hubungan
6. Ketatonia: imobilisatas karena faktor psikologis, kadang kala ditandai oleh
priode gitasi atau gembira; klien tampak tidak bergerak, seolah-olah dalam
keadaan setengah sadar.

Individu akan merasa gagal, putus asa dan akhirnya mempunyai pikiran negatif
terhadap dirinya dan akhirnya akan merendahkan martabatnya sendiri. Individu
akan merasa tidak mempunyai kemampuan apa-apa dan merasa rendah diri yang
di kenal dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

Harga diri rendah adalah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan
kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung (schult
dan videbeck, 2009). Harga diri rendah adalah evaluasi diri atau perasaan tentang
diri atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang
lama (NANDA, 2005). Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang
percapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal
diri. Percapaian ideal diri atau cita-cita, harapan langsung menghasilkan perasaan
bahagia (Budi anna keliat, 2009). Harga diri rendah adalah individu cenderung
untuk menilai dirinya negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain (depkes RI,
2000)

Komponen-komponen konsep diri (Stuart, 2009) sbb:


1. Citra tubuh
Kumpulan sikap individu yang disadarai dan tidak disadari terhadap
tubuhnya. Termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan sekarang tentang
ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi.
2. Ideal tubuh
Persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya berprilaku berdasarkan
standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu
3. Harga diri
Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri
sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan
kegagalan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga
4. Peran
Peran yang ditetapkan adalah peran yang dijalani dan seseorang tidak
mempunyai pilihan. Peran di ambil adalah peran yang terpilih atau dipilih
oleh individu
5. Identitas diri
Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung
sepanjang kehidupan, tetapi merupakan tugas utama pada masa remaja.

Konsep diri di definisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan,


yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi
hubungan dengan orang lain (Karyani, 2006). Konsep diri terdiri atas komponen-
komponen berikut ini: citra tubuh, ideal tubuh, identitas diri, peran, harga diri
rendah. Konsep diri tidak berbentuk waktu lahir, tetapi di pelajari sebagai hasil
pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan
dengan realistisnya.

Klien yang mengalami Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah tidak di atasi
akan berisiko melakukan prilaku kekerasan baik pada diri sendiri atau orang lain
sehingga pentingnya peran perawat. Peran perawat dalam menanggulangan klien
dengan gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitative.

Adapun promotif adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang gangguan


jiwa harga diri rendah pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat mulai
dari pengertian, penyebab. Sedangkan Preventif adalah sebuah usaha yang
dilakukan oleh tim perawat dalam mencegah terjadinya Gangguan Konsep Diri:
Harga Diri Rendah. Kuratif adalah peran perawat memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien gangguan jiwa dengan Gangguan Konsep Diri:
Harga Riri Rendah secara mandiri serta memberikan strategi pelaksana
komunikasi terapeutik dengan pasien Harga Diri Rendah mengenali aspek positif
yang dimiliki. Rehabilitatif adalah usaha mengembalikan bekas penderita dalam
keadalam masyarakat, sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat
yang berguna untuk dirinya dan masyarakat terutama dengan gangguan jiwa
dengan pasien Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah.

Pravelensi gangguan kesehatan jiwa di Indonesia adalah 18,5%. Hal ini berarti
dari 1.000 penduduk terdapat sedikitnya 185 penduduk dengan gangguan
kesehatan jiwa atau tiap rumah tangga terdapat seseorang anggota keluarga yang
menderita gangguan kesehatan jiwa. Jika hasil studi dapat dijadikan angka
gangguan kesehatan jiwa atau gangguan emosional yang semula sekitar antara
20-60 per 1.000 penduduk, seperti yang tercantum pada system Kesehatan
Nasional (Achir Yani S. Hamid).

Khususnya untuk anak dan remaja, masalah kesehatan jiwa perlu menjadi fokus
tiap upaya meningkatkan sumber daya manusia, mengingat anak dan remaja
merupakan generasi yang perlu disiapkan sebagai kekuatan bangsa Indonesia.
Jika di tinjau dari dari propersi penduduk, 40% dari total popuasi terdiri atas
anak dan remaja berusia 0-16 tahun, 13% dari jumlah populasi ini adalah anak
berusia dibawah 5 tahun (balita). Ternyata 7-14% dari penduduk anak dan
remaja mengalami gagguan kesehatan jiwa, termasuk anak dengan tunagrahita,
gangguan perilaku, kesulitan belajar, dan hiperaktif. Sebanyak 13,5% anak balita
merupakan kelompok usia berisiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan.
Sementara itu 11,7% anak prasekolah berisiko tinggi mengalami gangguan
perilaku.
Berdasarkan data epidemiologi di laporkan 34-39% dari pengunjung puskesmas
di kecamatan tambora berusia 5-15 tahun menunjukkan gangguan mental
emosional. Pravalensi gangguan jiwa pada anak dan remaja cenderung akan
meningkat sejalan dengan permasalahan kehidupan dan kemasyarakatan yang
semakin kompleks. Oleh karna itu memerlukan pelayanan kesehatan jiwa yang
memadai sehingga memungkinkan anak dan remaja untuk mendapatkan
kesempatan tumbuh kembang semaksimal mungkin (Hamid, 2008)

Keperawatan sebagai bagian integral dari kesehatan di Indonesia turut


menentukan dalam menanggulangi masalah kesehatan jiwa anak dan remaja.
Perawat merupakan kelompok mayoritas tenaga kesehatan dan mempuyai
kesempatan 24 jam dalam memberikan pelayanan atau asuhan keperwatan, baik
secara langsung maupun tidak langsung kepeda anak dan remaja dalam tiap
tatanan pelayanan pada masyarakat. Kontribusi keperawatan jiwa akan maksimal
jika perawatan menggunakan metode penyelesaian masalah yang disebut dengan
proses keperawatan dalam asuhan keperwatan yang diberikan kepada anak dan
remaja dan keluarga (Hamid, 2008)

Data statistic di Rumah Sakit Islam Klender Jakartata Timur


No Masalah 2013 2014 2015 2016
1 Gangguan persepsi 284 jiwa 418 jiwa 510 jiwa 151 jiwa
sensori: halusinasi
2 Prilaku kekerasan 272 jiwa 286 jiwa 245 jiwa 82 jiwa

3 Isolasi sosial: menarik diri 19 jiwa 39 jiwa 21 jiwa 7 jiwa

4 Gangguaan konsep diri: 7 jiwa 13 jiwa 6 jiwa 5 jiwa


harga diri rendah

Table 1.1
Berdasarkan hasil analisa data diatas bahwa angka klien Gangguan Konsep Diri:
Harga Diri Rendah berada pada urutan keempat, jika klien dengan harga diri
rendah tidak di tangani akan bengakibatkan individu tersebut mengisolasi diri
dari orang lain, tidak mau berinteraksi dengan orang lain. Kondisi yang terus-
menerus dapat mengakibatkan gangguan sensori persepsi: halusinasi, jika
gangguan sensori persepsi halusinasi tidak di tangani akan mengakibatkan
perilaku kekerasan.

Akibat lanjut dari masalah harga diri rendah yaitu perilaku kekerasan yang
nantinya akan mengakibatkan bisa menceriderai diri sendiri dan orang lain,
sehingga pentingnya peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
yang komprehensif dengan pendekatan manusia seutuhnya meliputi biologis,
psiokologis, social, budaya dan spiritual, yang sangat dibutuhkan oleh pasien dan
keluarga sehingga sangat diharapka sekali dapat membangun kembali
kepercayaan dirinya dalam membina hubungan dengan orang lain serta
lingkungan sekitarnya secara bertahap. Oleh karena itu penulis sangat tertarik
sekali untuk menyusun sebuah Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Pada Pasien Ny. J Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri
Rendah di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur” selama 3 hari dari
tanggal 06 s/d 08 juni 2016.

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan ini untuk memperoleh pengalaman
secara nyata di lapangan praktek dalam memberikan Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Pada Pasien Ny. J Dengan Gangguan Konsep Diri:
Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Islam Klenser Jakarta Timur
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan hubungan binatras (saling percaya) pada
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Pasien Ny. J Dengan Gangguan
Konsep Diri: Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender
b. Mampu melakukan pengkajian pada Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Pada Pasien Ny. J Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri
Rendah di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender
c. Mampu melakukan merumuskan diagnosa keperawatan pada
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Paien Ny. J Dengan Gangguan
Konsep Diri: Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender
d. Mampu membuat perencanaan keperawtan pada Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Pada Pasien Ny. J Dengan Gangguan Konsep Diri:
Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender
e. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Pada Pasien Ny. J Dengan Gangguan Konsep Diri:
Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender
f. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Pada Pasien Ny. J Dengan Gangguan Konsep Diri:
Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender
g. Mampu mengidentifikasi kesenjangan atau perbedaan yang terdapat
antara teori dan kasus
h. Mampu mengidentifikasi factor pendukung, penghambat dan bisa
mencari solusi masalahnya

B. Ruang Lingkup
Dalam menyusun laporan kasus penulis harus membatasi pada asuhan
keperawatan disesuaikan pada pasien dengan masalah Gangguan Konsep
Diri: Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender yang dilakukan
selama 3 hari (06 s/d 08 juni 2016).

C. Metode Penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini di susun berupa laporan kasus yang menggunakan
metode deskriptif, dimana penulis menggambarkan Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Pada Pasien Ny. J Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
di Rumah Sakit Jiwa Islam Klenser dalam bentuk narasi, sedangkan tehnik
pengumpulan data penulis menggunakan tehnik wawancara, observasi
dimana penulis terlihat langsung selama 3 hari dalam memberikan asuhan
keperwatan. Penulis melakukan wawancara dengan klien, perawat ruangan
dan tim kesehatan.

D. Sistematika Penulisan
Karya tulis ilmiah ini ditulis dalam 5 bab yang ditulis secara sistematika tiap-
tiap bab terdiri dari beberapa sub bab;

Bab I : Pendahuluan
o Berisi latar belakang, tujuan penulisan, proses pengumpulan data dan
sistematika penulisan

Bab II : Konsep Dasar


o Berisi definisi, etiologi, proses terjadinya masalah, rentang respon,
kompolikasi dan asuhan keperawatan

Bab III : Tinjauan Kasus


o Berisi pengkajian diagnose, prencanaa, implementasi, dan evaluasi

Bab IV : Pembahasan
o Berisi perbandingan masalah konsep dan kasus

Bab V : Penutup
o Berisi kesimpulan dan saran

Daftar Pustaka

Daftar Lampiran Hidup

Lapira
BAB II
LANDASAN TEORITIS

KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia
dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang tentunya
bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar
manusia menurut Abraham Maslow dalam Teori Hirarki kebutuhan manyatakan
bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisologis,
keamanan, cinta harga diri dan aktualisasi (Potter dan Perry, 1997). Menurut
Abraham Maslow dalam teori hirarki kebutuhan dasar manusia. Manusia memiliki
kebutuhan dasar yaitu : Kebutuhan fisiologis merupakan merupakan kebutuhan
paling dasar, seperti kebutuhan oksigen, cairan, nutrisi, keseimbangan suhu tubuh,
eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur serta kebutuhan seksualitas. Kebutuhan
aman dibagi 2 yaitu perlindungan fisik dan pisikologis yaitu perlindungan fisik
meliputi perlindungan atas ancaman terhadap tubuh atau hidup (ancaman berpa
penyakit, kecelakaan, bahaya dari lingkungan). Perlingdungan psikologis yaitu
perlindunaga atas ancaman dari pengalaman yang baru dan asing (misalnya
kewatiran yang dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali karena merasa
teramcam oleh keharusan berinteraksi dengan orang lain yang tidak dikenal).
Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan dimiliki antara lain memberi dan
menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,
diterima oleh kelompok sosial. Kebutuhan akan harga diri ataupun perasaan dihargai
oleh orang lain, kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk mendapatkan
kekuatan, meraih prestasi, rasa percaya diri, kemerdekaan diri dan pengakuan dari
orang lain. Kebuthan aktualisasi diri merupakan kebutuhan tertinggi dalam hirarki
maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain atau lingkungan serta
mencapai potensi diri sepenuhnya. Salah satu kebutuhan dasar manusia yaitu akan
harga diri (Potter dan perry, 1997).
A. Definisi
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang
diketahui individu tentang dimana dirinya mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain, termasuk persepsi individu akan sifat dan
kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkunganya, nilai-nilai yang
berkaitan dengan agama dan objek, tujuan serta keinginan, cara individu
memandang dirinya secara utuh fisik, emosional, social dan spiritual (Bech,
Wiliam dan Rawlin, 2006). Konsep diri adalah ide, pikiran, perasaan,
kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan
orang lain. Kobsep diri berkembang secara bertahap mulai dari bayi dapat
mengenali dan membedakan orang lain (Suliswati, 2009). Harga diri rendah
adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dan
dipertahankan dalam waktu yang lama (NANDA, 2005). Harga diri rendah
adalah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang
diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung (schult dan videbeck,
2009). Harga diri rendah adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama
(NANDA, 2005). Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang percapaian
diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Percapaian ideal diri atau cita-cita, harapan langsung menghasilkan perasaan
bahagia (Budi anna keliat, 2009). Harga diri rendah adalah individu cenderung
untuk menilai dirinya negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain (depkes RI,
2000)

Komponen-komponen konsep diri (Stuart, 2009) sbb


1. Citra tubuh
Konsep tubuh seseorang merupakan pusat konsep diri Citra tubuh adalah
jumlah dari sikap sadar seseorang terhadap tubuh sendiri Hal ini termasuk
persepsi sekarang dan pesepsi masa lalu serta perasaan tentang ukuran,
fumgsi, bentuk/penampilan dan potensi. Kumpulan sikap individu yang
disadarai dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi serta
perasaan masa lalu dan sekarang tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan
potensi.Citra tubuh dimodifikasi secara berkesinambungan dengan persepsi
dan pengalaman baru
2. Ideal tubuh
Ideal tubuh adalah persepsi sesorang tentang bagaimana berprilaku
berdasarkan standar pribadi tertentu. Persepsi individu tentang bagaimana ia
seharusnya berprilaku berdasarkan standar, aspirasi , tujuan, atau nilai
personal tertentu
3. Harga diri
Harga diri adalah penilaian harga diri pribadi seseorang berdasarkan
beberapa baik prilakunya cocok dengan ideal diri. Penilaian individu tentang
nilai personal yang diproleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku
dirinya dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal
dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan,
kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan
berharga
4. Peran
Peran adalah sekumpulan pola prilaku yang di harapkan secara sosial
berhubungan dengan fungsi seseorang dalam kelompok sosial yang berbeda.
Sedangkan pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan social
berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok social. Peran yang
ditetapkan adalah peran yang dijalani dan seseorang tidak mempunyai
pilihan. Peran di ambil adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu
5. Identitas diri
Identitas adalah kesadaran diri yang didasarkan pada observasi dan penilaian
diri. Hal ini terkait dengan satu prestasi, aktivitas, karakteristik atau peran.
Identitas berbeda dari konsep diri yaitu perasaan berbeda dari orang lain.
Prinsip pengorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab terhadap
kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu. Prinsip
tersebut sama artinya dengan otonomi dan mencakup persepsi seksualitas
seseorang. Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus
berlangsung sepanjang kehidupan, tetapi merupakan tugas utama pada masa
remaja.

Sedangkan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap


kemampuan yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.
Gangguan harga diri rendah dapat terjadi secara : situasional yaitu terjadi trauma
yang muncul secara tiba-tiba misalnya pasien yang mengalami kecelakaan.
Pasien yang dirawat dirumah sakit dapat terjadi harga diri rendah karena privasi
yang kurang diperhatikan pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat
yang tidak sopan. Struktur bentuk dan fungsi tubuh yang tidak dicapai karena
sakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.

B. Psikodinamika
1. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Berbagai factor penunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang. Faktor ini dapat dibagi sebagai berikut :
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor yang mempengaruhi peforma peran adalah stereotip peran
gender, tuntunan peran kerja dan harapan peran budaya.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan struktur social.

b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh, adanya perubahan dalam penampilan atau bentuk tubuh.,
mengalami kegagalan serta menurunnya produktifitas.
Gangguan konsep diri adalah harga diri redah dapat terjadi secara
situasional maupun kronik.

Situasional : Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis yang terjadi secara
situasional bila disebabkan oleh trauma secara tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, perasaan malu karena terjadi sesuatu
hal yaitu perkosaan dipenjara secara tiba-tiba, ptus hubungan kerja. Selain itu,
dirawat dirumah sakit juga bisa menyebabkan harga diri rendah karena fisik serta
perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga.

Kronik : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Kronis adalah perasaan
negatif terhadap diri telah berlangsung lama yaitu sebelum sakit dirawat. Klien
ini mempunyai cara berfikir yang negatif, keadaan sakit. Dirawat akan
menambah persepsi negatif terhadap dirinya.

Baik dari faktor predisposisi dan presipitasi bila telah mempengaruhi seseorang
dalam proses berfikir, dan bersikap maka telah di anggap mempengaruhi koping
individu sehingga menjadi perubahan tidak efektif (mekanisme koping individu
tidak efektif) bila kondisi klien dibiarkan tidak ada intervensi lebih lanjut maka
akan menyebabkan kondisi klien tidak memilik kemauan untuk bergaul atau
tidak memilik teman dengan orang lain (isolasi sosial). Klien yang mengalami
isolasi social dapat membuat dunia dan pikirannya sendiri (risiko halusinasi).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak bahagia, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepamjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri sendiri (Budi Anna Keliat, 2011)

Proses terjadinya masalah (malhi, 2008). Berdasarkan hasil riset (malhi, 2008),
bahwa harga diri rendah di akibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang
rendah mengakibatkan upaya yang rendah. Selanjutnya, hal ini menyebabkan
penampilan seseorang yang tidakoptimal. Dalam tinjauan teori penyebab
terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil yang sering disalahkan, yang
tidak diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja
keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima, tidak
diberi support dan perhaian. Menjelang masa awal sering gagal sekolah,
pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung
mengucilkan dan mnuntut lebih dari kemampuannya.

Cara mengatasi harga diri rendah (Purba, 2008)


1. Memberi kesempatan berhasil
2. Menanamkan gagasan
3. Mendorong aspirasi
4. Membantu membentuk koping/solusi

Komplikasi
Harga diri rendah dapat berisiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri
merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins 1993)

C. Rentang Respon
Menurut (keliat 1999) sbb:

Adaptif
Maladpat
if

Aktualisasi Depersonalisasi/
Konsep Kekacauan
diri Gangguan
diri identitas tidak personal
Harga diri
diri
Keteranagan:
Respon individu terhadap konsep dirinya sepanjang rentang respon konsep diri
yaitu adaptif dan maladaptif (stuart dan sundeen. 1998) sebagai berikut:
1. Respon adatif adalah respon yang dihadapi klien baik klien menghadapi
suatu masalah dapat menyelesaikan masalahh dengan baik:
a. Aktualisasi diri adalah ketetapan seseorang didalam menempatkan
dirinya sesuai dengan kemampuan yang ada didalam dirinya.
b. Konsep diri (positif) adalah pengalaman positif yang mengarah
kekompetensi yang dirasakan dan diterima orang lain.
2. Respon mal-adatif (Gangguan konsep diri) adalah respon individu dalam
menghadapi masalah dimana individu tidak mampu memecahkan masalah
tersebut.
a. Gngguan harga diri adalah individu cenderung untuk menilai dirinya
negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain
b. Kekacauan identitas adalah Identitas diri kacau dan tidak jelas sehingga
tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan
c. Depersonalisasi adalah tidak mengenal dirinya sendiri

D. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada gangguan konsep diri : harga diri rendah (menurut keliat 1999).
Pengkajian merupakan tahap awal dalam memberikan asuhan keperawatan
(askep) , pengkajian ini di dahului dengan mengumpulkan data dari klien dan
keluarga. Pengkajian keperawatan meliputi faktor predisposisi, faktor presitipasi,
perilaku klien dan mekanis koping klien.
1. Faktor predisposisi
a. Citra tubuh
 Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fisiologi)
 Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat penyakit
 Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh
 Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi
b. Harga diri
 Penolakan
 Kurang penghargaan
 Pola asuh over-protektif, otoritr, tidak konsisten, terlalu dituruti,
terlalu dituntut
 Persaingan antar saudara
 Kesalahan atau kegagalan berulang
c. Peran
 Sterotipik peran seks
 Tuntutan peranan kerja
 Harapan peran kulturan
d. Identitas
 Sosial
 Ketidak-percayaan orang tua
 Tekanan dan “Peer Group” perubahan struktur

2. Faktor presitipasi
a. Trauma
Maslah sepesifik dengan konsep diri adalah situasi yang membuat
individu sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma emosi seperti
penganiyaan seksual dan psikologis pada masa anak-anak atau merasa
terancam (menyaksikan kejadiaan yang mengancam kehiduapan)
b. Ketegangan peran
Rasa frustasi saat individu merasa tidak mampu melakukan peran yang
bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa sesuai dalam melakukan
perannya. Ketegangan peran ini sering dijumpai saat terjadi konflik
peran, keraguan peran dan terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi
saat individu menghadapi dua harapan yang bertentangan dan tidak dapat
dipenuhi keraguan peran terjadi bila individu tidak mengetahui harapan
peran yang spesifik atau bingung tentang peran yang sesuai
3. Prilaku
a. Citra tubuh
 Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh
 Menolak bercermin
 Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh
 Menolak usaha rehabilitasi
 Upaya pengobatan mandiri yang tidak tepat
 Mnyangkal cacat tubuh
b. Harga diri rendah
 Mengkritik diri atau orang lain
 Produktifitas menurun
 Gangguan berhubungan
 Ketegangan peran
 Pesimis menhadapi hidup
 Keluhan fisik
 Menolak kemampuan diri
 Pandangan hidup bertegangan
 Menarik diri secara sosial
 Khawatir
 Merasa diri paling penting
 Merasa tidak mampu
 Merasa bersalah
 Mudah tersinggung atau marah
 Perasaan negative terhadap tubuh
c. Kekacauan identitas
 Tidak ada kode moral
 Kepribadian yang bertentangan
 Hubungan interpersonal yang eksplotatif
 Perasaan hampa
 Perasaan mengambang tentang diri
 Kehancuran gender
 Tingkat asietas tinggi
 Tidak mampu empati pada orang lain
 Maslah estimas

4. Mekanisme koping
Cara seseorang untuk menyelesaikan masalah mekanisme tersebut berkaitan
denga dua jenis masalah hubungan yang spesifik. Berikut mekanisme koping
yang sering digunakan pada klien dengan gangguan harga diri rendah (
Ernawati, 2009)
1. Pertahanan jangka pendek
a. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas
diri (contoh: seperti konser music, bekerja keras, menonton TV secara
obsesif)
b. Aktivitas yang sementara memberikan identitas pengganti sementara
(contoh: seperti ikut serta dalam klup social, agama, politik,
kelompok, dan geng)
c. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan oerasaan
diri yang menentu (contoh: seperti olahraga yang kompetitif, prestasi
akademik, dan kontes untuk mendapatka popularitas)
d. Akivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat
identitas diluar dari hidup yang tidak bermakna saat ini (contoh:
seperti penyalahgunaan obat terlarang)

2. Pertahanan jangka panjang


a. Penutupan identitas
Adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang yang terdekat
tanpa memeperhatikan keinginanm aspirasi, dan petensi diri individu
b. Idenitas negative
Asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan masyarakat yang
dapat di terima oleh masyarakat
E. Pohon Masalah
Risiko perilaku kekerasan

Harga diri Rendah

Gangguan idel diri

F. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada gangguan konsep diri: Harga diri rendah sbb:
1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
2. Risiko perilaku kekerasan
3. Gangguan ideal diri
G. Prencanaan
Perencanaan merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tiap tujuan khusus, dalam hal ini perencanaan di susun
berdasarkan diagnosa yang telah dibuat dan perencanaan yang telah dibuat sebisa mungkin dilakukan oleh penulis dan perawat
ruangan. (Ade Herman Surya Direrja, S.Kep., Ners, 2011)

No Diagnosa Prencanaa Kperawatan


Dx Keperawatan Tujuan Kriteria hasil/evaluasi Intervensi
1 Gangguan TUM:
konsep diri: o Klien memiliki
Harga diri konsep diri yang
rendah positif

TUK: Setelah dilakukan 3x interaksi klien 1. Bina hubungan saling percaya dengan
I. Klien dapat menunjukan: mengguanakan peinsip komunikasi
membina o Wajah bersahabat teraupetik:
hubungan saling o Menunjukan rasa senang o Mengucapkan salam
percaya dengan o Ada kontak mata o Sapa klien dengan ramah baik verbal
perawat o Mau berjabat tangan maupun non verbal
o Mau menyebutkan nama o Perkenalkan diri dengan sopan
o Mau menjawab salam o Taykan nama lengkap dan nama
o Klien mau duduk berdampingan panggilan yang disukai klien
dengan perawat o Jelaskan tujuan pertemuan klien
o Mau mngutarakan masalah yang o Jujur dan menepati janji
dihadapi o Tunjukan sikap empati dan menerima
klien apa adanya
o Beri perhatian dan perhatikan
kebutuhan klien
II. Klien dapat Setelah 3x interaksi klien 2. Diskusikan dengan klien tentang
mengidentifikasi menyebutkan o Aspek positif ang dimiliki klien,
aspek positif dan o Aspek positif dan keluarga dan lingkungan
kemampuan kemampuan yang dimiliki o Kemampuan yang dimilik klien
yang dimiliki klien Bersama klien buat daftar
o Aspek positif keluarga tentang:
o Aspek positif lingkungan o Aspek positif klien, kleuarga,
klien lingkungan
o Kemampuan yang dimiliki klien
Beri pujian yang
realistik,
hindarkan memberi
penilaian neegatif
III. Klien dapat Setelah 3x interaksi klien 3. Diskusikan dengan klien kemampuan
menilai meyebutkan kemampuan yang yang dapat dilaksanakan
kemampuan dapat dilakukan
yang dimiliki Diskusikan kemampuan
untuk Yang dapat dialnjutkan
dilaksanakan Klien
IV. Klien dapat Setelah 3x interaksi klien membuat 4. Recanakan bersama klien aktivitas
merencanakan rencana kegiatan harian yang dapat dilakukan klien setiap hari
kegiatan sesuai sesuai kemampuan klien
dengan o Kegiatan mandiri
kemampuan o Kegiatan dengan bantuan
yang dimiliki
Tingkatkan kegiatan
sesuai kondisi klien

Beri contoh cara


pelaksanaan kegiatan
yang klien lakukan
V. Klien dapat Setelah 3x interaksi klien 5. Anjukan klien untuk melaksanakan
melakukan melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan yang telah direncanakan
kegiatan sesuai yang dibuat
rencana yang Pantau kegiatan yang
dibuat dilakukan klien

Beri pujian atas usaha


yang dilakukan klien

Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan
setelah pulang
VI. Klien dapat Setelah 3x interaksi klien 6. Beri pendidikan kesehatan pada
memamfaatkan memamfaatkan sistem pendukung keluarga tentang cara merawat klien
sistem yang ada di keluarga dengn harga diri rendah
pendukung yang
ada Bantu keluarga
memberikan dukungan
selam klien dirawat

Bantu keluarga dalam


menyiapkan lingkungan
yang dirumah
2 Gangguan TUM: Klien dapat Setelah 3x interaksi klien 1 bina hubungan saling percaya dengan
persepsi mengontrol halusinasi menunjukan tanda-tanda percaya menggunakan prinsif komunikasi
sensori : yang di alaminya kepada perawat terapeutik:
Halusinasi o Ekspresi wajah bersahabat a. sapa klien dengan ramah baik verbal
TUK 1: o Menunjukkan rasa senang maupun non verba
Klien dapat membina o Ada kontak mata b. perkenalkan nama, nama panggilan dan
hubungan saling o Mau berjabat tangan tujuan perawat berkenal
percaya o Mau meneybutkan nama c. tanyakan nama lengkap dan mama
o Mau menjawab salam panggilan yang di sukai klien
o Mau duduk berdampingan d. buat kontrak yang jelas
dengan perawat e. tunjukan sikap jujur dan menepati
o Bersedia mengungkapkan janji setiap kali interaksi
masalah yang dihadapi f. tunjukan sikap empati dan menerima
apa adanya
g. beri perhatian kepada klien dan
perhatikan kebutuhan dasar klien
h. tanyakan perasaan klien dan masalah
yang di hadapi klien
i. dengar kan dengan penuh perhatian
ekspresi perasaan klien

TUK 2: Setelah 3x interaksi klien 1. adakah kontak sering dan singkat


Klien dapat mengenal menyebutka : secara bertahap
halusinasinya o Isi
o Waktu 2. observasi tingkah laku klien terkait
o Frekuensi dengan halusinasinya
o Situasi dan kondisi yang (dengar/lihat/penghidu/raba/kecap),
menimbulkan halusinasi jika menemukan klien yang sedang
halusinasi:
Setelah 3x interaksi klien a. Tanyakan apakah klien mengalami
menyatakan perasaan dan sesuatu (halusinasi
responnya saat mengalami dengar/lihat/raba/penghidu/kecap)
halusinasi b. Jika klien menjawab ya, tanyakan
o Marah apa yang sedang dialaminya
o Takut
o Sedih c. Katakana bahwa perawat percaya
o Senang klien mengalami hal tersebut,
o Cemas namun perawat sendiri tidak
o Jengkel mengalaminya (dengan nada
bersahabat tanpa menuduh atau
menghakimi)
d. Katakana bahwa ada klien lain
yang mengalami hal yang sama
e. Katakana bahwa perawat akan
membantu klien

3. jika klien tidak sedang


berhalusinasi klarifikasi tentang
adanya pengalaman halusinasi,
diskusikan dengan klien:
a. Isi, waktu dan frekuensi terjadinya
halusinasi (pagi, siang, sore,
malam atau sering dan kadan-
kadang)
b. Situasi dan kondisi yang
menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasi

4. Diskusikan dengan klien apa yang


disarankan jika terjadi halusinasi
dan beri kesempatan untuk
mengungkapkan perasaannya

5. Diskusikan dengan klien apa yang


dilakukan untuk mengatasi
perasaan tersebut

6. Diskusikan tentang dampak yang


akan dialaminya bila klien
menikmati halusinasinya.
TUK 3: Setelah 3x interaksi klien 1. identifikasi bersama klien cara atau
menyebutkan yang biasa dilakukan tindakan yang dilakukan jika terjadi
Klien dapat
untuk mengendalikan halusinasinya halusinasi (tidur, marah, menyembunyikan
mengontrol
diri)
halusinasinya
Setelah 3x interaksi klien
2. diskusikan cara yang digunakan klien,
menyebutkan cara baru mengontrol
halusinasi a jika cara yang digunakan adaptif
beri pujian
Setelah 3x interaksi klien dapat b jika cara yang digunakan
memilih dan memperagakan cara maladaptive diskusikan kerugian
mengatasi halusinasi cara tersebut

Setelah 3x interaksi klien 3. diskusikan cara baru untuk


melaksanakan cara yang telah memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
dipilih untuk mengendalikan
a katakana pada diri sendiri bahwa ini
halusinasinya
tidak nyata (“saya tidak mau
mendengar/lihat/penghidu/raba/kec
Setelah 3x interaksi pertemuan
ap pada saat halusinasi itu terjadi)
klien mengikuti terapi aktivitas
b menemui orang lain
kelompok (perawat/teman/anggota keluarga)
untuk menceritakan tentang
halusinasiinya
c membuat dan melaksanakan jadwal
kegiatan sehari-hari yang telah
disusun
d meminta keluarga/teman/perawat
menyapa jika sedang halusinasi

4. pantau klien untuk memilih cara yang


sudah dianjurkan dan latih untuk
mencobanya

5. Beri kesempatan untuk melakukan cara


yang dipilih dan dilatih

6. Pantau pelaksanaan yang telah dipilih


dan dilatih, jika berhasil beri pujian

7. Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas


kelompok, orientasi realita, stimulasi
persepsi

TUK 4: Setelah 3x pertemuan keluarga, 1. Buat kontrak dengan keluarga untuk


Klien dapat dukungan keluarga menyatakan setuju untuk pertemuan (waktu, tempat dan topik)
dari keluarga dalam mengikuti pertemuan dengan 2. Diskusikan dengan keluarga (pada saat
mengontrol halusinya perawat pertemuan keluarga/kunjungan
rumah)
Setelah 3x interaksi keluarga
menyebutkan pengertian, tanda dan a pengertian halusinasi
gejala, proses terjadinya halusinasi b tanda gejala halusinasi
dan tindakan untuk mengendalikan c proses terjadinya halusinasi
halusinasi d cara yang dapat dilakukan klien dan
keluarga untuk memutus halusinasi
e obat-obatan halusinasi
f cara merawat anggota keluarga
yang halusinasi dirumah (beri
kegiatan, jangan biarkan sendiri,
makan bersama, memantau obat-
obatan dan cara pemberian untuk
mengatasi halusinasi)
g beri informasi waktu kontrol
kerumah sakit dan bagaiman
mencari bantuan jika halusinasi
tidak dapat diatasi di rumah
TUK 5: Setelah 3x interaksi klien 1. diskusikan dengan klien tentang manfaat
Klien dapat menyebutkan dan kerugian tidsak minum obat,
memanfaatkan obat a manfaat minum obat nama, warna, dosis, cara, efek terapi
dengan baik b kerugian tidak minum dan efek samping penggunaan obat.
obat 2. Pantau klien saat penggunaan obat
c nama, warna, dosis, 3. Beri pujian jika klien menggunakan
efekterapi dan efek obat dengan benar
samping obat 4Diskusikan akibat berhenti minum obat
tanpa konsultasi dengan dokter
setelah 3x interaksi klien
mendemonstrasikan penggunaan 5., anjurkan klien untuk konsultasi kepada
obat dengan benar dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang
tidak di inginkan.
setelah 3x interaksi klien
menyebutkan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi.

Table 1.2
H. Pelaksanaan
Konsep pelaksanaan keperawatan dalam memberikan asuhan keperawtan pada
pasien dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah dengan masalah
komunikasi terapeutik. Adapun komunikasi melalui tahapan sbb:
1. Tahapan komunikasi terapeutik adalah
a. Pra-interaksi
Pra-inetraksi mulai sebelum kontak pertama dengan klien, klien dapat
mengeksplorasi perasaan, patasi dan ketakutannya, sehingga kesadaran
dan kesiapanperawat untuk melakukan hubungan dengan kliendapat
dipertanggung jawabkan. Perawat yang sudah berpengalaman dapat
menganalisa diri sendiri serta nilai tambah pengalamannya berguna agar
lebih efektif dengan memberikan asuha keperawatan. Ia seharusnya
mempunyai konsep diri yang stabil dan harga diri yang adekuat,
mempunyai hubungan yang konstruktif dengan orang lain dan berpegang
kenyataan dalam menolong klien. Dan pemakain diri secara terapeutik
berarti memaksimalkan pemakain kekuatan dan meminimalkan pengaruh
kelemahan diri dalam memberikan asuhan keperawtan pada klien. Tugas
tambahan pada fase ini adalah mendapatkan informasi tentang klien dan
menetukan kontak pertama (Stuart dan sundeen,1987).

b. Perkenalan atau orientasi


Fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien. Hal utama yang perlu
dikaji adalah alas an klien minta pertolongan yang akan mempengaruhi
terbinanya hubungan perawat-klien. Dalam memulai hubungan,t tugas
utama adalah membina hubungan rasa percaya, penerimaan dan
pengertian; komunikasi tang terbuka dan perumusan kontak klien,.
Elemen=elemn kontak perlu diuraikan dengan jelas pada kliensehingga
kerjasama perawat-klien dapat optimal. Diharapkan klienberperan serta
secara penuh dalam kontak, namun pada kondisi tertentu; misalnya klien
dengan gangguan realita maka kontak dilakukan sepihak dan perawat
perlu mengulang kontak jika kontak realitas meningkat. Perawat dank
lien mungkin mengalami perasaan tidak nyaman, bimbang, memulai
hubungan yang baru. Klien yang mempunyai pengalaman hubungan
interpersonal yang menyakitkan akan sukar menerima dan terbuka pada
orang lain (asing). Klienmemerlukan rasa aman untuk mengeksplasi
pikiran, perasaan, perbuatan klien, dan mengidentifikasi masalah serta
memutuskan tujuan bersam klien.

c. Fase kerja
Fase kerja, perawat dank lien mengeksplorasi stressor yang tepat dan
mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan
persepsi, pikiran, perasaan, dan perbuatan klien. Perawat membantu klien
mengatasi kesemasan; meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab
diri sendiri; dan mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif.
Perubahan perilaku maladatif menjadi adatif merupakan focus fase kerja
ini

d. Terminasi
Merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik.
Rasa percaya dan hubungan intin yang terapeutik sudah terbina dan
berada pada tingkat optimal. Keduanya, perawat dan klien akan
merasakan kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat perawat
mengakhiri tugas pada unit tertentu atau klien pulang. Adapun alas an
terminasi, tugas perawat pada fase ini adalah menghadapi realita
perpisahan yang tidak dapat di ingkari. Klien dan perawat bersama-sama
meninjau kembali proses perawat yang tidak dilalui dan dicapai tujuan.
Perasaan marah, sedih, penolakan perlu diekkplorasi dan diekspresikan.
Fase terminasi harus atasi dengan memakai konsep proses kehilangan.
Proses terminasi yang akan memberikan pengalaman positip dalam
membantu klien mengembangkan koping untuk perpisahan. Reaksi klien
dalam menghadapi perpisahan atau mengingkari mamfaat hubungan.
Klien dapat mngekpresikan perasaan marah dan bermusuhan dengan
tidak mengakhiri pertemuan atau bicara yang singkat. Terminasi yang
mendadak dan tanpa persiapan mungkin perpisahan dipersepsikan klien
sebagai penolakan, atau perilaku klien kembali pada perilaku sebelumnya
dengan harapan perawat tidak akan mengakhiri hubungan karena masih
memerlukan bantuan

2. TAK: Stimulasi persepsi


Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan salah satu tindakan
keperawatan untuk pasien gangguan jiwa. Terapi aktivitas kelompok (TAK)
stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai
stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan
dalam kelompok (Keliat, Budi Anna, 2004)
a. Tujuan
Tujuan umum
o Stimulasi persepsi adalah klien mempuyai kemampuan untuk
meyelesaikan masalah harga diri rendah/konsep diri
Tujuan khusus
1. Klien dapat mengidentifikasi hal positip pada dirinya
2. Klien dapat menilai hal positip dirinya yang dapat digunakan
3. Klien dapat memilih hal positip diri yang akan dilatih atau dilakukan
4. Klien dapat memperagakan hal positip diri yang telah dipilihnya
5. Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemampuan/hal positip diri
yang telah dilatih/dilakukan

b. Aktivitas atau indikasi


Aktivitas dibagi menjadi empat bagian, yaitu persepsi stimulasi nyata
sehari-hari, stimu;asi nyata da respon yang dialami dalam kehidupan serta
stimulasi nyata yang mengakibatkan harga diri rendah.

c. TAK stimulasi: Harga diri rendah


Dibagi menjadi dua sesi yaitu
Sesi 1 : Mengidentifikasi hal yang positip pada diri
Sesi 2 : Melatih hal yang positip pada diri yang telah dipilih

d. Evaluasi keperawatan
Evaluasi yaitu tahap akhir dari proses keperawatan, merupakan penilaian
terhadap sejumlah informasi yang diberikan untuk tujuan yang telah
ditetapkan (potterdan perry, 2005).

Evaluasi keperawatan sebagai berikut:


1. Evaluasi proses atau formatif dilakukan selesai melakukan tindakan
atau intervensi keperawatan
2. Evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon
klien pada tujuan umum dan tujuan khusus yang telah ditentukan

Evaluasi keperawatan pada masalah Konsep Diri: Harga Diri Rendah:


1. Klien mampu mengidentifikasi hal positip pada dirinya
2. Klien mampu memilih hal positip dirinya yang dapat digunakan
3. Klien mampu memilih hal positip diri yang akan dilatih atau
dilakukan
4. Klien mampu memperagakan hal positip diri yang telah dipilihnya
5. Klien mampu menjadwalkan penggunaan kemampuan atau hal positip
diri yang telah dilatih atau dilakukan
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan menyajikan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Ny. J dengan
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah yang di rawat di Rumah Sakit Jiwa Islam
Klender Jakarta timur. Yang dimulai pada tanggal 6 s/d 8 juni 2016 dengan melalui
pendekatan dan proses keperawatan yang diawali dengan pengkajian, analisa data,
diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi. Untuk
mendapatkan data yang sesuai dalam mendukung karya tulis ilmiah ini, penulis
melakukan metode wawancara dengan pasien, melalui pendekatan dan mencari fakta-
fakta dan data pendukung dari pasien (Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah)

A. Pengkajian
Terlampir
1. Data dasar
2. Resume kasus tanggal 6 juni s/d 8 juni 2016
Nama Klien Ny. J berusia 36 tahun, status belum menikah (masih gadis), pasien
beragama islam, suku berasal dari jakarta (betawi), pendidikan terakhir SMA,
Pasien tidak memiliki pekerjaan, beralamat bekasi timur.

Pasien pernah dirawat sebelumnya di Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi pasien
dirawat selama 1 minggu dan klien merasa tenang setelah itu lalu putus obat.
Dengan masalah konsep diri: harga diri rendah dan masuk Rumah sakit islam
jiwa klender pada tanggal 05 juni 2016. Pasien sudah dirawat yang kedua kalinya
dari Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi dan sekarang di rawat di Rumah Sakit
Jiwa Islam Klender. Pada saat ini klien selalu bilang pengen pulang, malu jadi
bahan ejekan, minder karena belum mempuyai suami, bayak diam, menyendiri,
pasien pernah mengalami kegagalan menikah.

Dengan alasan masuk :klien mengatakan dirumah sering jadi bahan ejekan sama
saudaranya, dan klien selalu dibilang kapan menikah dan mempuyai pekerjaan,
jadi gara-gara itu klien merasa malu dan minder sama orang lain maupun
keluarganya. Klien mengatakan sering sendiri dikamar tidak mau berinteraksi
dan jika sendiri dikamar klien merasa mempunyai suami dan anak, dan gara-gara
di buli sama saudaranya klien berantem sama saudaranya dan ibu klien tidak
mengiraukan klien.

Dalam anggota keluarga pasien ada yang mengalami gangguan jiwa (kakaknya).
Klien tampak selalu meyendiri, kontak mata kurang (tidak mau bertatap mata),
lebih bayak memalingkan pandangannya sama perawat saat di ajak ngobrol dan
klien selalu mengindar lebih memilih sendiri. Pemeriksaan fisik didapatkan hasil
: TD 110/80 mmHg, Nadi 90 x/menit, pernapasan 18 x/menit dan suhu 36,6 „C.

Pasien adalah anak ke 2 dari 3 bersaudara. Pasien tinggal dengan orang tua dan
kakaknya. Klien mengatakan selalu jadi bahan ejekan kakaknya, dan orang tua
tidak menghiraukannya, klien selalu merasa sendiri, selalu berdiam diri dirumah
jarang berinteraksi sama orang lain, dan klien tidak pernah ikut kegiatan
kemasyarakatan di daerah rumahnya.

Dalam berkomunikasi klien tanpak kontak mata berkurang, pasien merasa malu
dan minder karena belum menikah, klien selalu jadi bahan ejekan oleh kakaknya
dan klien mangatakan kadang terdiam, berantem sama kakaknya. Pada waktu
diam dan sendiri kadang merasa sudah menikah dan mempuyai anak, terseyum
sendiri, ketawa. Dalam hubungan sosial orang yang paling berarti dalam dirinya
adalah ibu karena klien tinggal satu rumah sama ibunya jika ada masalah selalu
diam tidak mau cerita sama ibunya, dan pasien tidak pernah ikut kegiatan
kelompok masyarakat, dirumah selalu mnyendiri tidak mau berinteraksi sama
lingkungan sekitar.

Pasien berada di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender dibawa oleh ibunya karena
pasien selalu bilang malu dan minder belum menikah, klien menjadi bahan
ejekan oleh kakaknya. Untuk kebutuhan dasar seperti makan, minum,
berpakaian, mandi, BAB/BAK klien dapat melakukan secara mandiri.

Terapi Medikal
Oral:
a. Risperidon tablet 3x1
b. Heximer tablet 3x1
c. Olandos tablet 1x1

3. Data focus

NO Data Subyektif Data Obyektif


1 Klien mengatakan malu dan minder Pada saat ini klien rawatan yang kedua dan
sama orang lain karena belum menikah rawatan yang pertama pada bulan awal mei di
dan bekerja Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi dengan
masalah Prilaku Kekerasan
2 Klien mengatakan selalu jadi bahan Klien tanpak sering menyendiri
ejakan saudaranya dan orang lain
3 Klien mengatakan malu berinteraksi Klien tanpak tidak bayak ngobrol
sama orang lain karena belum menikah
dan belum mempuyai pekerjaan
4 Klien mngatakan merasa mempuyai Klien tanpak menarik diri dari pasien yang lain
suami dan anak (sebenarnya belum dan perawat
menikah)
5 Klien belum menikah dan belum Kontak mata kurang
mempuyai pekerjaan
6 Tidak pernah mengikuti kegiatan Pada saat ini sudah tidak mengalami Perilaku
kemasyarakatan Kekerasan, terlihat saat diajak berinteraksi,
yang terlihat adalah Gangguan Konsep Diri
:Harga Diri Rendah
7 Sering kesal kepada kakaknya karna Klien tanpak selalu duduk sendir
sering jadi bahan ejekan oleh kakaknya
8 Klien pernah dirawat di Rumah Sakit Klien tanpak tidak mau di ajak ngobrol, selalu
Umum Daerah bekasi sebelumnya memalingkan pandangan, tatapan mata kurang,
9 Klieng merasa gagal karna belum Klien tanpak di ajak ngobrol selalu pergi tiba
menikah tiba dan masuk kamar
10 Klien merasa tenang dan lalu oabatnya Sumber informasi didapatkan dari kalien, status
tidak diminum lagi (putus obat) klien dan perawat
11 Pemerikasaan fisik
TD 110/80 mmHg
Nadi 90 kali/menit
RR 18 kali/menit
Suhu 36,6 „C
TB 160 cm
BB 48 kg
12 Klien tidak mengalami sakit dibagian tubuhnya

B. Analisa data
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah didapat , maka didapatkan data fokus pada
pasien dengan gangguan konsep diri:harga diri rendah adalah sebagai berikut

Nama inisial : Ny. J


Umur : 36 tahun
Ruangan : Rumah sakit jiwa islam klender

No Hari/ Jam Data fokus Masalah


Tanggal Keperawatan
1 Selasa 7 09:00 Subyektif: Gangguan konsep
juni 2016 o Pasien mengatakan “malu Karena belum diri: Harga diri
menikah” rendah
o Pasien mengatakan “malu, minder karna
selalu di jadi bahan ejekan sama
kakaknya”
o Pasien mangatakan “ sejak di RSJIK
merasa sedih”

Obyektif:
o Kontak mata kurang, selalu
memalingkan pandangan saat di ajak
ngobrol
o Bicara selalu menunduk kadang
neghadap lain
o Ekpresi wajah tanpak murung,
o Tanpak selalu sering meyendiri
2 Selasa 7 10:00 Subyektif: Isolasi sosial:
juni 2016 o Pasien menolak jika di ajak ngobrol menarik diri
o Pasien selalu menghindar saat di ajak
ngobrol

Obyektif:
o Komunikasi kurang
o Berdiam di kamar
o Tanpak menghindar saat di ajak ngobrol
o Tidak ada kontak mata
o Klien lebih sering memalingkan kepala
dan menunduk
3 Selasa 7 10:30 Subyektif: Ganggua persepsi
juni 2016 o Klien mengatakan sudah mempunyai sensori : halusinasi
suami dan ngobrol dan suaminya selalu
ada di sampingnya
o Klien mengatakan sering ngobrol sama
suaminya di kamar (belum menikah)

Obyektif:
o Klien tanpak ngobrol sama orang lain
saat berada dikamar (hayak klien sendiri
dikamar)
o Klien tanpak ketawa dan senyum sendiri
o Klien tanpak bicara sendiri
4 Selasa 7 11:00 Subyektif: Koping Keluarga
juni 2016 o Pasien mengatakan “selama tinggal tidak efektif
dirumah tidak dihiraukan sama
keluarganya”
o Pasien mengatakan “ selama di rawat di
rumah sakit islam jiwa klendr jarang di
jenguk sama keluarga”

Obyektif:
o Klien tanpak diam
o Klien tanpak sedih
o Klien suka lupa mengingtkan minum
obat sekarang putus obat
5 Selasa 7 12:00 Subyektif: Risiko prilaku
juni 2016 o Klien mengatakan “selalu di jadi bahan kekerasan
ejekan kakaknya dan jadinya sering
beramtem sama kakaknya”
o Klien mangatakan kesal sama kakaknya
o Klien merasa marah sama orang lain
terutama kakaknya

Obyektif:
o Klien tanpak kesal
o Klien tanpak tidak mau bercerita tentang
kakaknya
o Pandangan tajam
6 Selasa 7 12:00 Subyektif: Regimen therapy in
juni 2016 o Pasien mengatakan “pernah di rawat di efektif
RSUD Bekasi sebelumnya bulan mei
2016 selama seminggu”
o Pasien mengatakan merasa tenang
makanya tidak minum obat lagi, dan
tidak ada yg mengingatkan untuk
minum obat”

Obyektif:
o Klien pernah dirawat sebelumnya di
RSUD Bekasi selama seminggu dengan
masalah gangguan konsep diri : harga
diri rendah
o Klien setelah seminggu rawatan klien
merasa tenang dan tidak minum obat
(putus obat)
7 Selasa 7 12:00 Subyektif: Gangguan ideal diri
jubi 2016 o Klein mengatakan belum menikah dan
belum mempuyai kerja

Obyektif:
o Klien tampak malu menceritakan status
dan pekerjaannya

C. Pohon masalah
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah didapat , maka dapat disimpulkan pohon
masalah pasien dengan gangguan konsep diri:harga diri rendah adalah sebagai
berikut

Risiko perilaku kekerasan

Gangguan persepsi sensori: Halusinasi

Isolasi sosial: menarik diri

Regimen therapy Gangguan konsep diri:


in efektif Harga diri Rendah

Koping keluarga tidak efektif


Gangguan ideal diri
D. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
2. Isolasi sosial: menarik diri
3. Risiko prilaku kekerasan
4. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
5. Koping keluarga tidak efektif
6. Regimen therapy in efektif
7. Gangguan idel diri
E. Rencanaan keperawatan
Suatu proses berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah menurunnya dan mengurangi masalah-masalah
klien. Rencana keperawatan adalah sesuatu yang telah di pertimbangkan secara matang, dengan tahap yang sistematis dari proses
keperawatan meliputi pemecahan masalah (Kozier 1995)

No Diagnosa Prencanaa Kperawatan


Dx Keperawatan Tujuan Kriteria hasil/evaluasi Intervensi
1 Gangguan konsep TUM:
diri: Harga diri o Klien memiliki
rendah konsep diri yang
positif

TUK: 1 Setelah dilakukan 3x interaksi klien 7. Bina hubungan saling percaya dengan
Klien dapat membina menunjukan: mengguanakan peinsip komunikasi
hubungan saling percaya o Wajah bersahabat teraupetik:
dengan perawat o Menunjukan rasa senang o Mengucapkan salam
o Ada kontak mata o Sapa klien dengan ramah baik
o Mau berjabat tangan verbal maupun non verbal
o Mau menyebutkan nama o Perkenalkan diri dengan sopan
o Mau menjawab salam o Taykan nama lengkap dan nama
o Klien mau duduk berdampingan panggilan yang disukai klien
dengan perawat o Jelaskan tujuan pertemuan klien
o Mau mngutarakan masalah yang o Jujur dan menepati janji
dihadapi o Tunjukan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
o Beri perhatian dan perhatikan
kebutuhan klien
TUK: 2 Setelah 3x interaksi klien menyebutkan 8. Diskusikan dengan klien tentang
Klien dapat o Aspek positif dan kemampuan yang o Aspek positif ang dimiliki klien,
mengidentifikasi aspek dimiliki klien keluarga dan lingkungan
positif dan kemampuan o Aspek positif keluarga o Kemampuan yang dimilik klien
yang dimiliki o Aspek positif lingkungan klien
Bersama klien buat
daftar tentang:
o Aspek positif klien, kleuarga,
lingkungan
o Kemampuan yang dimiliki klien

Beri pujian yang


realistik, hindarkan
memberi penilaian
neegatif
TUK: 3 Setelah 3x interaksi klien meyebutkan 9. Diskusikan dengan klien kemampuan
Klien dapat menilai kemampuan yang dapat dilakukan yang dapat dilaksanakan
kemampuan yang dimiliki
untuk dilaksanakan Diskusikan kemampuan
yang dapat dialnjutkan
klien
TUK: 4 Setelah 3x interaksi klien membuat rencana 10. Recanakan bersama klien aktivitas yang
Klien dapat merencanakan kegiatan harian dapat dilakukan klien setiap hari sesuai
kegiatan sesuai dengan kemampuan klien
kemampuan yang dimiliki o Kegiatan mandiri
o Kegiatan dengan bantuan

Tingkatkan kegiatan
sesuai kondisi klien

Beri contoh cara


pelaksanaan kegiatan
yang klien lakukan
TUK: 5 Setelah 3x interaksi klien melakukan 11. Anjukan klien untuk melaksanakan
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal yang dibuat kegiatan yang telah direncanakan
kegiatan sesuai rencana
yang dibuat Pantau kegiatan yang
dilakukan klien

Beri pujian atas usaha


yang dilakukan klien

Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan
setelah pulang
TUK: 6 Setelah 3x interaksi klien memamfaatkan 12. Beri pendidikan kesehatan pada
Klien dapat sistem pendukung yang ada di keluarga keluarga tentang cara merawat klien
memamfaatkan sistem dengn harga diri rendah
pendukung yang ada
Bantu keluarga
memberikan dukungan
selam klien dirawat

Bantu keluarga dalam


menyiapkan lingkungan
yang dirumah
F. Pelaksanaan

Berdasarkan pelaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien (Ny .j) dengan masalah
gangguan konsep diri : Harga diri rendah dapat evaluasi sebagai berikut :

No Hari No. Implementasi Evaluasi Paraf


Tanggal Dx (S.O.A.P)
1 Senin 06 Dx. 1 1. Mengidentifikasi Subyektif: Didik
juni 2016 kemampuan dan o Pasien mengatakan “saat
Sp: 1 aspek positif yang dirumah, saya suka
dimiliki pasien menonton tv sendiri,
Poin 1- 2. Membantu pasien mencuci baju dan piring,
2 menilai kemampuan merapikan temp[at tidur
pasien yang masih sendiri”
dapat digunakan o Pasien mangatakan
“memiliki kemampuan
merapikan tempat tidur
dan mencuci baju dan
mencuci piring”

Obyektif:
o Pasien mampu
menyebutkan kemampuan
yang dimilikinya yaitu:
mencuci baju dan pirin,
merapikan tempat tidur
sendiri.
o Pasien mampu menilai
kemampuan yang masih
dapat digunakan seperti:
merapikan tempat tidur.
o Kontak mata kurang
o Pasien selalu
memalingkan kepala saat
di ajak ngobrol.
o Pasien berbicara pelan
dengan nada lembut.

Analisa:
o Pasien mampu
menyebutkan kemampuan
dan aspek positf yang
dimilikinya seperti :
mencuci baju, mencuci
piring, dan merapika
tempat tidur

Planning:
o Pasien diharapkan mampu
menyebutkan kemapuan
dan aspek positif yang
dimilikinya
o Pasien diharapkan dapat
menilai kemampuannya
yang masih dapat
digunakan
o Perawat dapat memberikan
motivasi kepada pasien
dalam menyebutkan
kemampuan dan aspek
positif yang dimilikinya.
2 Selasa 07 Dx: 1 3. Membantu pasien Subyektif: Didik
juni 2016 memmilih kegiatan o Pasien mengatakan “ saya
SP: 1 yang akan dilatih kalau di rumah sakit, saya
sesuai kemampuan hanya merapaikan tempat
Poin: pasien tidur sendiri dan menonton
3-4 4. Melatih pasien sesuai tv.
kemampuan yang o Pasien dapat memilih
dipilih kegiatan yang akan dilatih
bersama perawat, sesuai
dengan kemampuan
pasien.
o Pasien dapat melakukan
kegiatan yang dipilih yaitu
merapikan tempat tidur
sendiri

Obyektif:
o Pasien tanpak
mengungkapkan
kemampuan yang
dimiliknya.
o Pasien tanpak senang
setelah mempraktekkan
kegiatan yang dipilihnya
(merapikan tempat tidur)

Analisa:
o Pasien mau
mempraktekkan
kemampuan yang
dipilihnya
o Pasien mampu
memperaktekkan latihan
atau kegiatan yang
dipilihnya dengan baik.

Planning:
o Pasien diharapkan dapat
melakukan kegiatan yang
telah dipilihnya.
o Pasien diharapkan dapat
melakukan kegiatan yang
positip dengan baik.
3 Rabu 08 Dx: 1 5. Memberikan pujian Subyektif: Didik
juni 2016 yang wajar terhadap o Pasien mengatakan
SP: 1 keberhasilan pasien senang dapat melakukan
6. Menganjurkan pasien kegiatan sama perawat
Poin: memasukkan dalam merapikan tempat tidur.
5-6 jadwal kegiatan o Pasien mengatakan akan
harian memasukkan yang telah
dilakukan kedalam jadwal
kegiatan harian

Obyektif:
o Pasien dapat
mengungkapkan kengiatan
yang biasa dilakukan
dirumah sakit.
o Bersama perawat membuat
jadwal kegiatan harian
yang telah diungkapkan
serta bersama perawat
memasukkan kegitan yang
dipilih yaitu merapihkan
tempat tidur kedalam
jadwal kegiatan harian.

Analisa:
o Pasien mampu
memasukkan kegiatan
yang telah dilakukan
(merapihkan tempat tidur,
mencuci baju, mencuci
piring) didalam jadwal
kegiatan harian
Planning:
o Pasien diharapkan dapat
melakukan kegiatan yang
selanjutnya yaitu: mencuci
piring, mencuci baju dan
merapihkan tempat tidur
sendiri
o Perawat dapat memberikan
mitivasi ke pasien atas
kegiatan yang akan
dilakukan selanjutnya
o Perawat memotivasi
pasien dalam melati
kemampuan yang ke-2
(mencuci piring) yang
dimiliknya
o Perawat mengevaluasi
jadwal kegiatan yang
dilakukan pasien
G. Evaluasi
Setelah melakukan tindakan keperawatan kepda Ny. J maka penulis akan membuat
evaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tahapan-tahapan perkembangan
dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis, evaluasi ini disesuaikan
dengan tujuan umum dan tujuan khusus yang telah direncanakan.
Hari Jam No.Dx Catatan perkembangan Paraf
Tanggal Kep
Senin 6 juni 12:00 Dx.1 Subyektif: Didik
2016 o Pasien mengatakan “saat dirumah, saya suka
Sp.1 menonton tv sendiri, mencuci baju dan piring,
merapikan temp[at tidur sendiri”
Point o Pasien mangatakan “memiliki kemampuan
1-2 merapikan tempat tidur dan mencuci baju dan
mencuci piring”

Obyektif:
o Pasien mampu menyebutkan kemampuan yang
dimilikinya yaitu: mencuci baju dan pirin,
merapikan tempat tidur sendiri.
o Pasien mampu menilai kemampuan yang
masih dapat digunakan seperti: merapikan
tempat tidur.
o Kontak mata kurang
o Pasien selalu memalingkan kepala saat di ajak
ngobrol.
o Pasien berbicara pelan dengan nada lembut.

Analisa:
o Masalah SP 1 point 1-2 teratasi

Planning:
o Lanjutkan SP 1 point 3-4
Selasa 7 juni 12:00 Dx.1 Subyektif: Didik
2016 o Pasien mengatakan “ saya kalau di rumah sakit,
Sp.1 saya hanya merapaikan tempat tidur sendiri dan
menonton tv.
Point o Pasien dapat memilih kegiatan yang akan
3-4 dilatih bersama perawat, sesuai dengan
kemampuan pasien.
o Pasien dapat melakukan kegiatan yang dipilih
yaitu merapikan tempat tidur sendiri

Obyektif:
o Pasien tanpak mengungkapkan kemampuan
yang dimiliknya.
o Pasien tanpak senang setelah mempraktekkan
kegiatan yang dipilihnya (merapikan tempat
tidur)

Analisa:
o masalah. SP 1 point 3-4 telah teratasi

Planning:
o Lanjutkan SP 1 psien point 5-6
Rabu 8 juni 12:00 Dx.1 Subyektif: Didik
2016 o Pasien mengatakan senang dapat melakukan
Sp.1 kegiatan sama perawat merapikan tempat tidur.
o Pasien mengatakan akan memasukkan yang
Point telah dilakukan kedalam jadwal kegiatan harian
5-6
Obyektif:
o Pasien dapat mengungkapkan kengiatan yang
biasa dilakukan dirumah sakit.
o Bersama perawat membuat jadwal kegiatan
harian yang telah diungkapkan serta bersama
perawat memasukkan kegitan yang dipilih yaitu
merapihkan tempat tidur kedalam jadwal
kegiatan harian.

Analisa:
o Maslah SP 1 telah tertasi

Planning:
o Lanjutkan SP 2 pasien
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas berbagai kesenjangan yang terjadi antara teori
yang ada didalam landasan teoritis dengan tinjauan kasus, faktor-faktor penghambat
dan pendukung serta alternative pemecahan masalah yang ditemukan dalam melakukan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Pasien Ny. J dengan Gangguan Konsep Diri:
Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur selama tiga hari
dari tanggal 06 s/d 08 juni 2016, sesuai dengan konsep dasar dan tahap-tahap dalam
proses keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa keparawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 06 s/d 08 Juni 2016 dilakukan untuk
mengumpulkan data agar diketahui permasalahan yang ada pada klien, data
tersebut diperoleh melalui observasi, wawancara langsung terhadap klien, melihat
status dan informasi dari perawat ruangan berdasarkan kasus yang ada dilapangan,
penulis menemukan faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan konsep diri :
harga diri rendah adalah gangguan citra tubuh, idel tuhuh, harga diri, peran dan
identitas diri. Klien sering merasa malu dan minder sama orang lain

Pada tahap pengkajian ini, untuk mendapatkan data yang adekuat mengenai
masalah klien. Penulis melakukan pengkajian secara menyeluruh meliputi aspek
biologis, psikologis, sosial dan spiritual, dalam proses pengambilan data penulis
selalu mengadakan kontrak yang singkat (15-20 menit), dan dengan observasi,
wawancara langsung terhadap klien, dan informasi dari status klien dan informasi
dari perawat ruangan yang merawat klien. Pengkajian ini disesuaikan dengan
format pengkajian yang telah digunakan dalam mendapatkan data dari klien.

Adapun pengkajiaan pada pasien gangguan jiwa meliputi Pengkajian pada pasien
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Pasien Ny. J Dengan Gangguan Konsep Diri:
Harga Diri Rendah meliputi faktor predisposisi, faktor presitipasi, prilaku dan
mekanis koping. Dalam tinjauan teoritis faktor predisposisi pada pasien dengan
gangguan konsep diri” harga diri rendah meliputi faktor persepsi tentang citra
tubuh, harga diri, peran dan identitas. Sedangkan yang ada pada kasus. pasien
mengatakan setelah selesai SMA belum bekerja sampai saat ini dan masih
menganggur, klien merasa sering dibuli sama saudaranya, klien mendapatkan
persaingan dari saudara kandungnya. Sedangkan yang ada pada faktor presitipasi
dalam teori adalah adanya ketegangan peran. Sedangkan yang ada pada kasus
sering dibuli atau diolok sama saudaranya karena belum menikah dan belum
bekerja sampai sekarang umur 36 tahun

Prilaku pasien dengan masalah Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah pada
teori adalah citra tubuh, menolak bercermin, menolak untuk direhabilitasi,
menyangkal cacat tubuh. Sedangkan pada kasus, pasien merasa malu dan minder
karena dibuli sama saudara kandungnya. Mekanis koping yang ada pada teori
gangguan konsep diri: harga diri rendah adalah pertahanan jangka pendek yaitu
aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari masalah gangguan konsep diri
(contoh seperti menonton tv) aktivitas yang memberikan identitas pengganti
sementara (mengikuti kegiatan kelompok), aktivitas yang sementara menguatkan
atau meningkatkan perasaan diri yang tertentu (sepert: melakukan olahraga,
mengikuti kontes, untuk mendapatkan popularitas/ketenaran), aktivitas yang
merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas diluar jangka panjang,
yaitu penutupan identitas, identitas yang diinginkan oleh orang terdekat tanpa
memperhatikan keinginan). Mekanisme koping yang digunakan oleh Ny. J adalah
menonton televisi

Fakto pendukung : Yang penulis lihat dan rasakan pada pengkajian gangguan
konsep diri: harga diri rendah pada pasien adalah pada tahap pengkajian awal,
klien terlihat kooperatif, mau diajak cakap-cakap. Tapi klien tanpak menghindar,
tidak mau berinteraksi. Sedangkan Faktor penghambat : yang penulis temukan
dalam melakukan pengkajian yaitu waktu yang sangat terbatas, data-data klien
kurang lengkap dan penulis tidak bertemu dengan keluarga klien karena selama
praktek klien tidak pernah dijenguk oleh keluarganya. Sehingga penulis tidak
mendapatkan data-data yang akurat, hanya mendapat data dari klien sendiri, ststus
klien dan kardek klien diruangan. Untuk ini, penulis mencoba mencari solusi yaitu
membina hubungan teraupetik dengan baik sehingga dapat mendapatkan data dan
masalah dapat teratasi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan klinik yang dijelaskan tentang
respon individu, keluarga atau masyarakat terhadap masalah kesehatan yang baik
yang bersifat aktual maupun potensial.

Pada tinjaun teoritis penulis membuat diagnosa keperawatan teori yaitu


Ganggguan konsep diri: Harga diri rendah, gangguan ideal diri dan perilaku
kekerasa. Sedangkan yang ada pada kasus didapatkan diagnosa yaitu : gangguan
konsep diri : harga diri rendah, isolasi sosial : menarik diri, risiko perilaku
kekerasan, koping keluarga tidak efektif, regimen therapy in efektif, gangguan
persepsi sensori. Halusinasi, gangguan ideal diri
1. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
Diagnosa ini muncul karena klien merasa malu dan minder karena dibuli setiap
hari sama kakaknya dan malu belum menikah, belum mendapatkan pekerjaan
sampai saat ini. Klien merasa malu, minder, sedih selama berada di rumah
sakit jiwa islam klender ini.
2. Isolasi sosial: Menarik diri
Isolasi sosial muncul karena koping keluarga yang tidak efektif. Diagnosa ini
muncul karena kurangnya supoort keluarga di rumah. Informasi dari status
klien dan perawat di ruangan keluarganya jarang membawa klien untuk
berobat/kontrol dan selama dirumah kurang pengawasan dari keluarga dalam
mengontrol klien dalam minum obat sehingga mengakibatkan klien harus
dirawat yang ke dua kalinya di Rumah Sakit.
3. Risiko perilaku kekerasan
Diagnosa ini muncul karena koping keluarga tidak efektif. Informasi
didapatkan dari klien, klien mengatakan di rumah beramtem sama saudaranya
(kakak) karena selalu dibuli trus menerus.
4. Koping keluarga tidak efektif
Diagnosa ini muncul karena kurangnya supoort sistem dari keluarga.selama
dirumah klien mengatakan tidak dihiraukan sama orang tuanya dan kakaknya
selalu membuli terus menerus . selama di rumah sakit klien belum pernah di
jengukin sama keluarganya (orang tua). Informasi didapatkan dari perawat
diruangan, keluarga klien belum datang datang jengukin. Dan klien kurang
pengawasan dalam mengontrol klien minum dirumah
5. Regiment therapy in efektif
Diagnosa ini muncul karena kurang pengawasan keluarga dam mengontrol
klien dalam minum obat dirumah. Klien sebelumnya pernah dirawat di Rumah
Sakit Umum Daerah Bekasi selama seminggu. Dan klien merasa tenang dan
lebih baik jadinya keluarga tidak memberikan klien minum obat. Informasi ini
didapatkan dari status klien.
6. Gangguan persepsi halusinasi
Diagnosa ini muncul karena klien sering terlihat tertawa sendiri, terseyum
sendiri, dan sering berbicara sama orang yg tidak tampak wujud dikamrnya,
klien mengatakan sering berbicara sama suaminya dikamar selama 10 menit,
waktu sendirian (klien belum pernah menikah)
7. Gangguan ideal diri
Diagnosa ini muncul Klien merasa tidak mau berinteraksi sama orang karena
malu belum menikah dan belum mempunyai pekerjaan.

Faktor pendukung : yang penulis temukan adalah adanya data dasar, tanda
dan gejala yang penulis dapatkan pada analisa data. Sedangkan Faktor
penghambat : penulis menemukan hambatan dalam mengumpulkan data yang
menunjang data diagnosa, karena informasi yang didapatkan dari klien dan
status. Informasi dari keluarga pasien belum dapat di kaji karena keluarga
pasien jarang menjenguk pasien. Oleh karena itu data yang didapat kurang
lengkap.

C. PRENCANAAN
Perencanaan adalah rencana tindakan keperawatan yang merupakan serangkaian
tindakan yang dapat mencapai tiap tujuan khusus, dalam hal ini perencanaan di
susun berdasarkan diagnosa yang telah dibuat dan perencanaan-perencanaan yang
telahh dibuat sebisa mungkin dilakukan oleh penulis dan perawat ruangan.
Perencanaan keperawatan merupakan suatu proses berbagai intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah menurunkan dan mengurangi
masalah-masalah pada klien (Anna Keliat, 2009). Tahap perencanaan pada teori
dan kasus tidak banyak perbedaan, penulis menetapkan perioritas masalah yaitu
gangguan konsep diri : harga diri rendah karena pada saat melakukan pengkajian
didapatkan data klien tanpak klien mengatakan malu, minder karena selalu di buli
sama saudaranya selalu dibilang belum menikah-menikah terus menerus, klien
sukan menyendiri dan malu ngobrol sama orang lain dan sering jdi bahan ejekan
oleh kakaknya dirumah, klien merasa gagal karena belum menikah dan belum
bekerja . klien mempunyai persaingan dengan saudarannya (akak) karena klien
belum menikah maka dari itu kakaknya selalu bilang kapan menikah,, dan kapan
kerjanya. Oleh karena itu penulis memperioritskan masalah gangguan konsep diri :
harga diri rendah dengan sebagai masalah utama yang harus segera ditangani dan
langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan agar perkembangan klien dapat di
ketahui. Dipantau apa klien mengalami kemajuan atau tidak. Sedangkan tujuan,
ktriteria evaluasi, intervensi penulis sesuaikan berdasarkan tinjauan teori.

Faktor pendukung : Penulis dapatkan adalah mengacu pada standar asuhan


keperawatan yang ada dan berbagai sumber buku. Sedangkan Faktor
penghambat : penulis tidak menemukan hambatan dalam melakukan perencanaan
pada klien.

D. PELAKSAAN
Pelaksannaan keperawatan adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan, untuk membantu
klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan direncanakan. Pada
tinjauan teori tahap pelaksanaan keperawatan meliputi komunikasi teraupetik,
terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulus persepsi dan psikoparmaka. Komunikasi
teraupetik terdiri dari fase pra interaksi, fase orientasi, fase kerja dan fase
terminasi. Sedangkan Terapi aktivitas kelompok (TAK) yang digunakan pada klien
dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah adalah terapi aktivitas kelompok
(TAK) stimulus perseps. Pada tahap implementasi atau pelaksanaan iniadalah
asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien dengan gangguan konsep diri :
harga diri rendah sesuai dengan rencana tindakan yang telah dittetapakan
berdasarkan landasan teori untuk diagnosa gangguan konsep diri : harga diri
rendah ada 2 SP. Pada SP 1 pasien terdapat 6 point yaitu point 1 mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positip yang dimiliki klien, point 2 membantu klien menilai
kemampuan pasien yang masih dapat digunakan, point 3 membantu klien memilih
kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien, point 4 melatih
pasien sesuai kemampuan yaang dipilihnya, point 5 memberikan pujian yang wajar
terhadap keberhasilan pasien, point 6 menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiaatan harian. Dan pada SP 2 pasien terdapat 3 point , SP 2 point 1
mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, point 2 melatih kemampuan yang
kedua pasien, point 3 menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian. Serta berkelaborasi dengan dokter dalam pemberian obat psikofarmaka
meliputi Risperidon tablet 3x1 (digunakan untuk mengatasi gangguan mental atau
mood tertentu), Heximer tablet 3x1 (untuk mengurang gejala psikotik atau
gangguan jiwa dan ketidakmampuan individu menilai kenyataan yan terjadi),
Olandoz tablet 1x1 (mencegah kekambuhan pada pasien bipolar atau gangguan
mental yang menyerang psikis seseorang yang ditandai dengan perubahan suasana
hati/depresi). Dan SP 1 pasien telah telah dilaksanakan dengan baik, namun untuk
SP 2 pasien dan SP keluarga, TAK dan diagnosa lain belum dapat dilakukan.

Faktor pendukung : dalam tindakan keperawatan klien dengan gangguan konsep


diri : harga diri rendah, klien mau di ajak ngobrol maupun beberapa menit (15-20
menit) klien tanpak mau menyendiri terus tapi pasien tanpak kooperatik saat
tindakan SP. Sedangkan Faktor penghambat : dalam melakukan tindakan
keperawatan penulis mengalami kesulitan yaitu : pihak keluarga pasien tidak
pernah datang menjenguk pasien sehingga penulis tidak melakukan SP keluarga
serta keterba6tasan waktu dimana penulis hanya dapat melakukan asuhan
keperawatan selama 3 hari dari tanggal 06 juni 2016 sampai dengan 08 juni 2016.

E. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperwatan yang merupakan perbandingan
yang sistematis antra tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Adapun evaluasi yang dapat digunakan kepada pasien dalam memberikan asuhan
keperawatan kepeda klien dengan masalah gangguan konsep diri : harga diri
rendah. ada 2 SP. Pada SP 1 pasien terdapat 6 point yaitu point 1 mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positip yang dimiliki klien, point 2 membantu klien menilai
kemampuan pasien yang masih dapat digunakan, point 3 membantu klien memilih
kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien, point 4 melatih
pasien sesuai kemampuan yaang dipilihnya, point 5 memberikan pujian yang wajar
terhadap keberhasilan pasien, point 6 menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiaatan harian. Dan pada SP 2 pasien terdapat 3 point , SP 2 point 1
mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, point 2 melatih kemampuan yang
kedua pasien, point 3 menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian. Yang belum terlaksana SP 2 pasien, SP keluarga, TAK dan diagnosa lain
belum dapat dilakukan. Karena ketebatasan waktu dines sehingga tindakan SP 2.
SP keluarga tidak dapat dilakukan, disamping itu keluarga juga tidak pernah
menjenguk klien. Penulis akhirnya sulit untuk melakukan tindakan yang ada di SP
keluarga. Diagnosa perioritas (gangguan konsep diri : harga diri rendah) teratasi
sebagian dan SP 1 sudah di atasi semua kecuali SP 2, SP keluarga belum dilakukan
karena selama dines tidak pernah ketemu dan tidak pernah datang menjenguk
klien. Sedangkan diagnosa yang belum teratasi yaitu : Isolasi sosial : menarik diri.
Diagnosa yang tersebut belum teratasi karena keterbatasan waktu dines yang
membuat penulis tidak dapat melaksanakan rencana tindakan keperawatan pada
diagnosa isolasi sosial : menarik diri.

Faktor pendukung : klien mau dilakukan tindakan SP 1 dan klien merasa senang
diberikan aktivitas selama di rumah sakit jiwa islam klender. Sedangkan Faktor
penghambat : penulis menemukan bayak penghambat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada Ny. J dikarenakan waktu dines yang kurang diberikan pada
mahasiswa yang membuat penulis belum bisa memlakukan tindakan SP 2, SP
keluarga karena selama dines keluarga klien tidak pernah datang menjenguk klien
dan TAK belum bisa dilakukan karena kebatasan waktu dines.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah penulis memberikan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Pasien Ny. J
Dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah yang dilakukan selama dines
3 hari mulai dari tanggal 06 s/d 08 juni 2016 di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender
Jakarta Timur. Dan penyusunan karya tulis ini selama 2 minggu efektif dari
tanggal 06 juni 2016 sampai dengan 19 juni 2016,. Dengan cara bio, psiko, sosio
dan spiritual melalui pendekatan asuhan keperawatan yang terdiri dari :
pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dapat penulis
simpulkan sebagai berikut:

1. Pngkajian Keperawatan
Pada tahap pengkajian yang dilakukan pada kasus Ny.J yang perlu
diperhataikan adalah mengkaji faktor predisposisi, faktor presifitasi, perilaku
dan mekanisme koping yang dilakaukan oleh klien, dimana pada kasus
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah pada Ny. J faktor predisposisi
yang mempengaruhi terjadinya gangguan jiwa pada klien (Ny. J) adalah faktor
persepsi tentang citra tubuh, harga diri, identitas, dan peran. Adapun pada
faktor presipitasi yang memepengaruhi klien yaitu klien tidak mau minum obat
secara rutin.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien (Ny. J) adalah sebanyak 6
diagnosa keperawatan yang didapatkan berdasarkan analisa data dan pohon
masalah yang dibuat. Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan masalah yang ada
pada saat pengkajian, yaitu gangguan konsep diri : harga diri rendah, isolasi
sosisal : menarik diri, gangguan persepsi sensori, risiko perilaku kekerasan,
koping individu tidak efektif, dan regiment therapy in efektif,
3. Prencanaan Keperawatan
Pada tahap perencanaan yang telah dibuat oleh penulis sesuai masalah
keperawatan mengacu pada diagnosa perioritas pada klien (Ny. J) adalah
gangguan konsep diri : harga diri rendah. Didalam perencanaan ini bisa
terlaksanakan dengan baik maka diperlukan adanya kerja sama atau dukungan
dari klien (Ny. J), keluarga dan perawat ruanagan yang merawat klien.

4. Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap pelaksanaan penulis memeberikan asuhan keperawatan dengan
memeberikan tindakan Strategi Pelaksanaan SP 1 point 1 mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positi yang dimilik pasien, SP 1 point 2 membantu
klien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan, SP 1 point 3
membantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan
pasien , SP 1 point 4 melatih pasien sesuai dengan kemampuan yang dipilh,
SP 1 point 5 memeberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien, SP
1 point 6 menganjurkan pasien untuk memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian. dan TAK malalui tahap- tahap yaitu tahap praintraksi, perkenalan, atau
orientasi, fase kerja dan terminasi. Penulis memeberikan 1 SP selam 3 hari
serta berkelaborasi dengan dokter dalam pemberian obat psikofarmaka
meliputi Risperidon tablet 3x1 (digunakan untuk mengatasi gangguan mental
atau mood tertentu), Heximer tablet 3x1 (untuk mengurang gejala psikotik atau
gangguan jiwa dan ketidakmampuan individu menilai kenyataan yan terjadi),
Olandoz tablet 1x1 (mencegah kekambuhan pada pasien bipolar atau
gangguan mental yang menyerang psikis seseorang yang ditandai dengan
perubahan suasana hati/depresi) dan untuk TAK hanya dilakukan oleh perawat
ruangan. Penulis tidak dapat melakukan TAK karena waktu yang terbatas.

5. Evaluasi
Setelah memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada Ny. Jdengan gangguan
konsep diri : harga diri rendah selam 3 hari. Penulis dapat mengevaluasi pada
klien dengan masalah gangguan konsep diri : harga diri rendah, tingkat
kebehasilan yang penulis lakukan adalah mengalami perkembangan hal ini
dapat terlihat pada diagnosa pertama sesuai dengan tujuan khusus yang sudah
tercapai antara lain SP 1 point 1 mengidentifikasi kemampuan dan aspek positi
yang dimilik pasien, SP 1 point 2 membantu klien menilai kemampuan pasien
yang masih dapat digunakan, SP 1 point 3 membantu klien memilih kegiatan
yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien , SP 1 point 4 melatih
pasien sesuai dengan kemampuan yang dipilh, SP 1 point 5 memeberikan
pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien, SP 1 point 6 menganjurkan
pasien untuk memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. SP 2 point 1
mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, SP 2 point 2 melatih kemampuan
yang kedua, SP 2 point 3 menganjurkan pasien untuk memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian. Penulis tidak dapat melakukan SP 2, SP keluarga, TAK
dan diagnosa yang lain karena keterbatasan waktu serta dari pihak keluarga
yang tidak pernah menjeguk klien dirumah sakit jiwa lslam klender, sehingga
penulis sulit untuk malakukan SP keluarga dan tidak melakukan SP keluarga.

B. SARAN
Melalui karya tulis ilmiah ini penulis ingin memeberikan saran yang mudah-
mudahan dapat berguna untuk meningkatkan asuhan keperawatan jiwa di RSJIK
jakarta timur antra lain :

1. Kepada keluarga
Keluarga meruapakan sumber dukungan utama yang penting untuk
meningkatkan rasa percaya diri klien. Diharapkan dukungan, kesabaran, dan
perhatian lebih, kaerna hal tersebut merupakan pendorong motivasi dari klien
untuk lebih baik karena merasa mendapat perhatian dan keluarga yang menjadi
bagian teman terdekat.

2. Perawat
Perlu diciptakan rasa saling percaya antara perawat dan klien. Diharapkan
memberikan motivasi kepada klien untuk mau melakukan kegiatan diruangan
rehabilitasi, membuat jadwal TAK dan kegiatan harian untuk semua pasien
secara rutin. Diaharapkan selalu mengguanakan hubungan teraupetik kepada
klien agar terjalin hubungan saling percaya dan yang harmonis
3. Rumah sakit
Perlu perencanaan kedepan untuk memberikan berbagai kegiatan untuk pasien
yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender untuk membantu pemulihan
kesehatan melalui berbagai kegiatan yang ada di rumah sakit.

4. Istitusi Pendidikan
Diharapkan waktu yang diberikan kepada mahasiswa yang mengambil laporan
di RSJIK jakarta timur ditambah supaya dapat membuat karya tulis ilmiah
yang optimal sehingga sesuai dengan ang diharapkan oleh penulis.
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ernawati. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta:

CV. Trans Info Media

Herman, Ade Surya Durerja. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha

Medika

Kusumawati, Parida. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (BASIC

COURSE). Jakarta: EGC

Keliat, Budi Anna. 2014. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas kelompok Edisi 2.

Jakarta: EGC

Keliat 2010. Model Keperawtan Jiwa Harga Diri Rendah. Jakarta EGC

Kelait 2005. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta. EGC

Mahdi, Marzoeki. 2009.Pendekatan Strategi Pelaksanaan Jiwa Keperawatan. Bogor:

Tim

Stuart, 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Harga Diri Rendah. Jakarta. EGC

Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC

Videbeck, Shheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Yosep, Iyus. 2013. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama


LANPIRAN :

FORMAT PENGKAJIAN

A. Pengkajian

Tanggal Pengkajian : Senin 06 juni 2016

Ruangan rawat : RSIJK

Tanggal masuk : 05 juni 2016

Nomor Register : 01-13-72

Diagnosa medis : Skizofrenia Paranoid (SP)

Nama inisial klien : Ny. J

Umur : 36 tahun

Status Perkawinan : Belum menikah

Agama : Islam

Suku bangsa : Jakarta (betawi)

Pendidikan : SMA

Alamat : Bekasi

Sumber informasi : Pasien, perawat, dan status-kardeks

B. Alasan masuk
Klien merasa sering diejek dan dibuli sama saudaranya dan keluarganya tidak
mengiraukannya dirumah, klien merasa malu dan minder karena belum menikah
dan belum bekerja, klien sering menyendiri, selalu mengurung diri dirumah, tidak
mau berinteraksi sama orang lain, tidak pernah mengikuti kegiatan merasakat dan
klien bayak diam dirumah.
C. Faktor Predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu:
Klien pernah sakit jiwa sebelumnya, dan pernah dirawat sebelumnya di rumah
sakit umum daerah bekasi dengan sakit yang sama.
2. Pengoabatan sebelumnya
Pengobatan kurang berasil, tidak teratur minum obat, tidak ada pengawasan
dari pihak keluarga
3. Aniaya fisik
Klien tidak pernah mengalami aniya fisik, aniaya seksual, penolakan,
kekkerasan dalam keluarga, tindakan kriminal

Penjelasan :
Klien bernama Ny. J berjenis kelamin prempuan berumur 36 tahun, status
pernikahan belum menikah, beragama islam, suku betawi jakarta, pendidikan
SMA, alamat bekasi. Sumber informasi dari klien dan status klien. Klien
merasa sering diejek dan dibuli sama saudaranya dan keluarganya tidak
mengiraukannya dirumah, klien merasa malu dan minder karena belum
menikah dan belum bekerja, klien sering menyendiri, selalu mengurung diri
dirumah, tidak mau berinteraksi sama orang lain, tidak pernah mengikuti
kegiatan merasakat dan klien bayak diam dirumah. Klien pernah sakit jiwa
sebelumnya, dan pernah dirawat sebelumnya di rumah sakit umum daerah
bekasi dengan sakit yang sama. Dan pengobatan kurang berasil, tidak teratur
minum obat. Klien tidak pernah mengalami aniya fisik, aniaya seksual,
penolakan, kekkerasan dalam keluarga, tindakan kriminal

Maslah keperawatan : Regiment therapy in efektif

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa


Yang mengalami gangguan jiwa dikeluarga adalah saudaranya (kakak) dengan
msalah HDR dan PK pernah dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi
selama 2 minggu

Masalah keperawatan : Harga diri rendah


5. Pengalaman masa lalau yang tidak menyenangkan
Klien merasa selalu di buli sama saudaranya, makanya selalu meneyendiri,
selalu terdiam dirumah , tidak mau berinteraksi dengan orang lain

Masalah keperawatan : Isolasi sosial : menarik diri

D. Pemeriksaan fisik
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik tanggal 06 juni 2016, didapatkan data
Tandada vital : tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi 90 kali/menit, Suhu 36,6 „C,
Pernapasan 18 kali/menit, Tinggi badan 160 Cm, Berat badan 48 kg.

Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan

E. Pesikososial
1. Genogram

AYAH IBU

Keterangan:
: Prempuan
: Laki-laki
: Meninggal

: Garis pernikahan
: Satu rumah
: Klien
: Bercerai

Penjelasan :
Klien anak kedua dari tiga bersaudara, usia saat ini 36 tahun, kakaknya
berjenis kelamin prempuan dan sudah menikah, adeknya berjenis kelamin
laki-laki, sudah menikah dan kedua orang tuanya masih hidup. Didalam
lingkarang keluarga klien hayak klien yang belum menikah. Didalam
lingkungan rumah klien klien merasa malu, minder karena belum menikah
dan belum mempunyai pekerjaan

Maslah keperawatan : Gangguan konsep diri : Hrga diri rendah

2. Konsep diri
Klien mengatakan dirinya belum mempuayai pekerjaan, belum menikah. Klien
merasa malu dan minder karena selalu dibicarain sama saudaranya terus
menerus karena belum menikah dan belum bekerja

Masalah keperawatan : Gngguan konsep diri : Harga diri rendah

3. Hubungan sosial
Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah ibunya, klien
dirumah jarang keluar ruamah dan tidak pernah mengikuti kegiatan masyarakat
di lingkungan ruamahnya. Selalu diruama terdiam dikamar.

Maslah keperawatan : Isolasi sosial : menarik diri

F. SpirituaL
1. Penanmpilan
Klien tanpak memakai baju dan celana trening yang rapi, klien menggunakan
baju sesuai jenis kelaminnya

Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawtan

2. Pembicaraan
Klien berbicara dengan pelan dan halus, klien selalu menundukan kepala daan
memalingkan kepala saat berbicara sama perawat.

Masalah keperawatan : Gangguan konsep diri : harga diri rendah

3. Aktivitas motorik
Klien tampak lesu, klien terlihat berdiam diri

Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan

4. Alam perasaan
Klien mengatakan sedih, karena selalu di buli sama saudaranya dirumah dan
klien pengen cepat pulang berkumpul sama ibunya, dan klein marah sama
saudaranya karena selalu dibuli terus menerus.

Maslah keperawatan : Risiko perilaku kekerasan

5. Interaksi wawancara
Klien saat diajak ngobrol klien tampak kontak mata kurang,, selalu menghindar
dan pergi

Masalah keperawatn : Isolasi sosial : menarik diri

6. Persepsi
Klien mengatakan sudah mempunyai suami dan anak, dan selalu mengobrol
sama suaminya dikamar, saat sendiri , durasi 10 menit , sering mengonbrol di
kamar berdua sam suaminya (belum menikah)

Masalah keperawtan : gangguan persepsi sensori : halusinasi


pendenganran

7. Waham
Masalah keperawtan : Tidak ditemukan masalah keperawatan

8. Tingkat kesadaran
Klien tanpak bingung, gelisa, tertawa sendiri, terseyum sendiri

Masalah keperawtan : gangguan persepsi sensori : halusinasi

9. Memori
Masalah keperawtan : tidak ditemukan masalah keperawtan

10. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan

11. Kemampuan penilaian


Klien tampak kontak mata kurang

Masalah keperawatan : isolasi sosial : menarik diri

12. Daya titik diri


Klien mengingkari bahwa dia tidak merasa sakit apap apa

Maslah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan


STRATEGI KEPERAWATAN TINDAKAN
KEPERAWATAN

Pertemuan :1
Hari tanggal : Senin 06 juni 2016
Nama klien inisial : Ny. J
Ruangan : Rumah sakit islam jiwa klender

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
a. Data subyektif
Klien mengatakan tidak memiliki kelebihan apapun, selalu jadi bahan
ejekan sama kakaknya karena belum menikah dan bekerja
b. Data obyektif
Kontak mata kurang, selalu memalingkan pandangan saat di ajak ngobrol
Bicara selalu menunduk kadang neghadap lain
Ekpresi wajah tanpak murung,
Tanpak selalu sering meyendiri

2. Diagnosa keperawatan
Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

3. Tujuam khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. Klien dapat menilai kemampuanyang dapat digunakan

4. Tindakan keperawatan
SP-1: Harga diri rendah
a. Membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
pasien
c. Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan
d. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan pasien
e. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
f. Memberikan pujian yang wajar terhadap kebersilan pasien
g. Menganjurkan pasien memasukkan dlam jadwal kegiatan harian

B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam teraupetik
“Assalamualaikum, nama saya didik setiawan, saya mahasiswa D III
keperawatan UMJ, yang akan merawat ibu hari ini. “Nama ibu siapa”?
biasa dipanggil apa?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana keadaan ibu hari ini ? sepertinya ibu terlihat sehat dan lebih
segar” Bagaimana semalam tidurnya bu ? “ Apakah ibu hari ini ada keluhan
?“
c. Kontrak (topik.waktu, dan tempat)
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan kegiatan yang
pernah ibu lakuakan dan aspek positif yang pernah ibu lakauakn ? setelah
itu kita akan menilai kegiatan mana yang yang masih dapat ibu lakukan di
rumah sakit, setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih.
Dimana kita akan bercakap-cakap ? Bagaimana kalau didepan kamar tidur
ibu ? berapa lama maunya ibu ? bagaimana kalau 15 menit ?
d. Tujuan
Agar ibu mengetahui kemampuan ibu dan aspek positif ibu dan kegiatan ibu
dapat lakukan

2. Kerja
“Ibu apa saja kemampuan yang ibu miliki ? bagus. Apalagi bu ? bu saya buat
daftarnya ! apapula kegiatan rumah yang pernah ibu lakukan sebelumnya ?
bagaimana dengan merapikan tempat tidur ? menyapu ? mencuci piring ? wah,
bagus sekali ada 5 kemampuan dan kegiatan yang ibu memiliki “
“Ibu dari 5 kemampuan/kegiatan ini , yang mana yang masih dapat dikerjakan
di rumah sakit. Coba kita lihat, yang pertama bisakah , yang kedua .........
sampai 5 (misalnya ada 3 kemampuan yang masih bisa dilakukan) bagus sekali
ada 3 3kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”
“sekaang coba ibu pilih satu kegiatan yang masih bisa di kerjakan dirumah
sakit ini” “O, yang nomor satu, merapikan tempat tidur ? kalau begitu,
bagaimana kalu sekarang kita latih merapikan tempat tidur ibu ? mari kita lihat
tempat tidurnya ibu, coba lihat sudah rapihkah tempat tidurnya ?
“Nah, kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal
dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat sepereinya dan kasur kita balik.”
“Nah sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari atas, iya bagus bu !
sekarang sebelah bawah, tarik dan masukkan, lalau sebelah pinggir masukkan,
sekarang ambil bantal, rapihkan dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita
lipat selimut nah letakkan sebelah bawah/kaki, Bagus !
“Sekarang ibu sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan bauk sekali. Coba
ibu perhatikan bedanya dengan sebelum di rapihkan ? Bagus.”
“Coba ibu lakukan dan jangan lupa meberikan tanda dijadwal harian dengan
huruf M (melaukan), dan T (tidak melakukan).

3. Terminasi
a. Evaluasi (respon klien terhadap tindakan keperawatan)
1. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap mengenai aspek
positip dan latihan merapihkan tempat tidur ?”
2. Evaluasi obyektif
“Iya, ibu ternyata bayak memiliki kemampuan yang dapat dilakaukan
dirumah sakit ini. Salah satunya merapihkan tempat tidur dan mencuci
piring yang sudah ibu lakukan dengan baik sekali. Nah kemampuan ini
dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.”
b. Rencana tindak lanjut (yang perlu dilatih, klien sesuai hasil tindakan yang
dilakukan)
“Sekarang mari kita masukkan jadwal harian ibu. Ibu mau berapa kali
sehari merapihkan tempat tidur dan mencuci piring ? bagu, 2 kali yaitu
pagi-pagi pukul berapa ? lalu sehabis istiraat, pukul 5 sore, setelah ibu
sholat dan mandinya bu.”
c. Kontrak yang akan datangn (topik,waktu,dan tempat)
“Besok lagi kita latihan lagi kemampuan ibu. Ibu masih ingat kegiatan apa
lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan tempat tidur ?
Iya bagus, merapikan tempat tidur dan cuci piring. Kalau begitu kita akan
latihan merapikan tempat tidur dan mencuci piring besok pukul 09:00
setelah makan pagi , ibu mau di mana ? didapur apa di sebelah musollah ?
baiklah bu ! ibu mau sampai jam berapa bu ?” sampai jumpa besoknya bu
“wassalamualaikum wr.wb”
STRATEGI KEPERAWATAN TINDAKAN
KEPERAWATAN

Pertemuan :2
Hari tanggal : Selasa 07 juni 2016
Nama klien (inisial) : Ny. J
Ruangan : Rumah sakit islam jiwa klender

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
a. Data subyektif
Klien mengatakan tidak memiliki kelebihan apapun, selalu jadi bahan
ejekan sama kakaknya karena belum menikah dan bekerja
b. Data obyektif
Kontak mata kurang, selalu memalingkan pandangan saat di ajak ngobrol
Bicara selalu menunduk kadang neghadap lain
Ekpresi wajah tanpak murung,
Tanpak selalu sering meyendiri

2. Diagnosa keperawatan
Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

3. Tujuam khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. Klien dapat menilai kemampuanyang dapat digunakan

4. Tindakan keperawatan
SP-1: Harga diri rendah
a. Membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimilik pasien
c. Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan
d. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan pasien
e. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
f. Memberikan pujian yang wajar terhadap kebersilan pasien
g. Menganjurkan pasien memasukkan dlam jadwal kegiatan harian

B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam teraupetik
“Assalamualaikum, nama saya didik setiawan, saya mahasiswa D III
keperawatan UMJ, yang akan merawat ibu hari ini. “Nama ibu siapa”?
biasa dipanggil apa?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana keadaan ibu hari ini ? sepertinya ibu terlihat sehat dan lebih
segar” Bagaimana semalam tidurnya bu ? “ Apakah ibu hari ini ada keluhan
?“
c. Kontrak (topik.waktu, dan tempat)
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan kegiatan yang
pernah ibu lakuakan dan aspek positif yang pernah ibu lakauakn ? setelah
itu kita akan menilai kegiatan mana yang yang masih dapat ibu lakukan di
rumah sakit, setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih.
Dimana kita akan bercakap-cakap ? Bagaimana kalau didepan kamar tidur
ibu ? berapa lama maunya ibu ? bagaimana kalau 15 menit ?
d. Tujuan
Agar ibu mengetahui kemampuan ibu dan aspek positif ibu dan kegiatan ibu
dapat lakukan

2. Kerja
“Ibu apa saja kemampuan yang ibu miliki ? bagus. Apalagi bu ? bu saya buat
daftarnya ! apapula kegiatan rumah yang pernah ibu lakukan sebelumnya ?
bagaimana dengan merapikan tempat tidur ? menyapu ? mencuci piring ? wah,
bagus sekali ada 5 kemampuan dan kegiatan yang ibu memiliki “
“Ibu dari 5 kemampuan/kegiatan ini , yang mana yang masih dapat dikerjakan
di rumah sakit. Coba kita lihat, yang pertama bisakah , yang kedua .........
sampai 5 (misalnya ada 3 kemampuan yang masih bisa dilakukan) bagus sekali
ada 3 3kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”
“sekaang coba ibu pilih satu kegiatan yang masih bisa di kerjakan dirumah
sakit ini” “O, yang nomor satu, merapikan tempat tidur ? kalau begitu,
bagaimana kalu sekarang kita latih merapikan tempat tidur ibu ? mari kita lihat
tempat tidurnya ibu, coba lihat sudah rapihkah tempat tidurnya ?
“Nah, kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal
dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat sepereinya dan kasur kita balik.”
“Nah sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari atas, iya bagus bu !
sekarang sebelah bawah, tarik dan masukkan, lalau sebelah pinggir masukkan,
sekarang ambil bantal, rapihkan dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita
lipat selimut nah letakkan sebelah bawah/kaki, Bagus !
“Sekarang ibu sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan bauk sekali. Coba
ibu perhatikan bedanya dengan sebelum di rapihkan ? Bagus.”
“Coba ibu lakukan dan jangan lupa meberikan tanda dijadwal harian dengan
huruf M (melaukan), dan T (tidak melakukan).

3. Terminasi
a. Evaluasi (respon klien terhadap tindakan keperawatan)
1. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap mengenai aspek
positip dan latihan merapihkan tempat tidur ?”
2. Evaluasi obyektif
“Iya, ibu ternyata bayak memiliki kemampuan yang dapat dilakaukan
dirumah sakit ini. Salah satunya merapihkan tempat tidur yang sudah
ibu lakukan dengan baik sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan
juga di rumah setelah pulang.”
b. Rencana tindak lanjut (yang perlu dilatih, klien sesuai hasil tindakan yang
dilakukan)
“Sekarang mari kita masukkan jadwal harian ibu. Ibu mau berapa kali
sehari merapihkan tempat tidur ? bagu, 2 kali yaitu pagi-pagi pukul berapa ?
lalu sehabis istiraat, pukul 5 sore, setelah ibu sholat dan mandinya bu.”
c. Kontrak yang akan datangn (topik,waktu,dan tempat)
“Besok lagi kita latihan lagi kemampuan ibu yang ketiga. Ibu masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan
tempat tidur ? Iya bagus, merapikan tempat tidur. Kalau begitu kita akan
latihan merapikan tempat tidur besok pukul 09:00 setelah makan pagi , ibu
mau di mana ? didapur apa di sebelah musollah ? baiklah bu ! ibu mau
sampai jam berapa bu ?” sampai jumpa besoknya bu “wassalamualaikum
wr.wb”
STRATEGI KEPERAWATAN TINDAKAN
KEPERAWATAN

Pertemuan :3
Hari tanggal : Rabu 08 juni 2016
Nama klien (inisial) : Ny. J
Ruangan : Rumah sakit islam jiwa klender

C. Proses Keperawatan
5. Kondisi klien
c. Data subyektif
Klien mengatakan tidak memiliki kelebihan apapun, selalu jadi bahan
ejekan sama kakaknya karena belum menikah dan bekerja
d. Data obyektif
Kontak mata kurang, selalu memalingkan pandangan saat di ajak ngobrol
Bicara selalu menunduk kadang neghadap lain
Ekpresi wajah tanpak murung,
Tanpak selalu sering meyendiri

6. Diagnosa keperawatan
Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

7. Tujuam khusus
d. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
e. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
f. Klien dapat menilai kemampuanyang dapat digunakan

8. Tindakan keperawatan
SP-1: Harga diri rendah
h. Membina hubungan saling percaya dengan perawat
i. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimilik pasien
j. Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan
k. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan pasien
l. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
m. Memberikan pujian yang wajar terhadap kebersilan pasien
n. Menganjurkan pasien memasukkan dlam jadwal kegiatan harian

D. Strategi Komunikasi
4. Orientasi
e. Salam teraupetik
“Assalamualaikum, nama saya didik setiawan, saya mahasiswa D III
keperawatan UMJ, yang akan merawat ibu hari ini. “Nama ibu siapa”?
biasa dipanggil apa?”
f. Evaluasi/validasi
“Bagaimana keadaan ibu hari ini ? sepertinya ibu terlihat sehat dan lebih
segar” Bagaimana semalam tidurnya bu ? “ Apakah ibu hari ini ada keluhan
?“
g. Kontrak (topik.waktu, dan tempat)
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan kegiatan yang
pernah ibu lakuakan dan aspek positif yang pernah ibu lakauakn ? setelah
itu kita akan menilai kegiatan mana yang yang masih dapat ibu lakukan di
rumah sakit, setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih.
Dimana kita akan bercakap-cakap ? Bagaimana kalau didepan kamar tidur
ibu ? berapa lama maunya ibu ? bagaimana kalau 15 menit ?
h. Tujuan
Agar ibu mengetahui kemampuan ibu dan aspek positif ibu dan kegiatan ibu
dapat lakukan

5. Kerja
“Ibu apa saja kemampuan yang ibu miliki ? bagus. Apalagi bu ? bu saya buat
daftarnya ! apapula kegiatan rumah yang pernah ibu lakukan sebelumnya ?
bagaimana dengan merapikan tempat tidur ? menyapu ? mencuci piring ? wah,
bagus sekali ada 5 kemampuan dan kegiatan yang ibu memiliki “
“Ibu dari 5 kemampuan/kegiatan ini , yang mana yang masih dapat dikerjakan
di rumah sakit. Coba kita lihat, yang pertama bisakah , yang kedua .........
sampai 5 (misalnya ada 3 kemampuan yang masih bisa dilakukan) bagus sekali
ada 3 3kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”
“sekaang coba ibu pilih satu kegiatan yang masih bisa di kerjakan dirumah
sakit ini” “O, yang nomor satu, merapikan tempat tidur ? kalau begitu,
bagaimana kalu sekarang kita latih merapikan tempat tidur ibu ? mari kita lihat
tempat tidurnya ibu, coba lihat sudah rapihkah tempat tidurnya ?
“Nah, kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal
dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat sepereinya dan kasur kita balik.”
“Nah sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari atas, iya bagus bu !
sekarang sebelah bawah, tarik dan masukkan, lalau sebelah pinggir masukkan,
sekarang ambil bantal, rapihkan dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita
lipat selimut nah letakkan sebelah bawah/kaki, Bagus !
“Sekarang ibu sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan bauk sekali. Coba
ibu perhatikan bedanya dengan sebelum di rapihkan ? Bagus.”
“Coba ibu lakukan dan jangan lupa meberikan tanda dijadwal harian dengan
huruf M (melaukan), dan T (tidak melakukan).

6. Terminasi
d. Evaluasi (respon klien terhadap tindakan keperawatan)
3. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap mengenai aspek
positip dan latihan merapihkan tempat tidur ?”
4. Evaluasi obyektif
“Iya, ibu ternyata bayak memiliki kemampuan yang dapat dilakaukan
dirumah sakit ini. Salah satunya merapihkan tempat tidur yang sudah
ibu lakukan dengan baik sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan
juga di rumah setelah pulang.”
e. Rencana tindak lanjut (yang perlu dilatih, klien sesuai hasil tindakan yang
dilakukan)
“Sekarang mari kita masukkan jadwal harian ibu. Ibu mau berapa kalai
sehari merapihkan tempat tidur ? bagu, 2 kali yaitu pagi-pagi pukul berapa ?
lalu sehabis istiraat, pukul 5 sore, setelah ibu sholat dan mandinya bu.”
f. Kontrak yang akan datangn (topik,waktu,dan tempat)
“Besok lagi kita latihan lagi kemampuan ibu yang kedua. Ibu masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan
tempat tidur ? Iya bagus, cuci piring. Kalau begitu kita akan latihan
mencuci piring besok pukul 09:00 setelah makan pagi , ibu mau di mana ?
didapur apa di sebelah musollah ? baiklah bu ! ibu mau sampai jam berapa
bu ?” sampai jumpa besoknya bu “wassalamualaikum wr.wb”
Jadwal kegiatan harian Ny. J

NO Waktu Kegiatan Tanggal

06 juni 07 juni 08 juni


1 04.30-06.00 Bangun pagi+mandi+solat   
2 06.00-07.00 Sarapan - - -
3 07.00-09.00 Olahraga - - -
4 09.00-10.00 Kontrak waktu, becakap-cakap   
5 10.00-11.00 Nonton Tv   
6 11.00-11.30 Persiapan   
7 11.30-12.30 Makan siang + solat zuhur   
8 12.30-13.00 Makan sore + minum obat - 

9 13.00-15.00 Tidur siang   
10 15.00-16.00 Sholat asar
11 16.00-16.30 Menonton Tv
12 16.30-17.30 Persiapan sholat  
13 18.00-19.00 Solat magrib   
14 19.00-19.25 Solat isya   
15 19.25-20.00 Bercakap-cakap dengan pasien yang lain   
16 20.00-05.00 Tidur malam   
  

PROGRAM D III KEPERAWATAN RSIJ
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

LEMBAR KONSULTASI PENULISAN MAKALAH ILMIAH


Nama Mahasiswa : Didik Setiawan
NPM : 2013750010
Nama Pembimbing KTI :
Hari/Tanggal Isi (BAB) Catatan Pembimbing Paraf Pembimbing
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas
Nama : Didik Setiawan
NPM : 2013750010
Tempat Tanggal Lahir : Pringgasela 01 Januari 1994
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Suku : Sasak (Lombok)
Alamat Sekarang : Jalan Pangkalan Jati V RT/RW 003/005 Kel. Cipinang
Melayu Kec. Makasar Jakarta Timur

B. Pendidikan :
1. SDN 03 Pringgasela Lombok Timur NTB Tahun 2000-2006

2. SMPN 02 Aikmel Lombok Timur NTB Tahun 2006-2009

3. SMAN 01 Sukamulia Lombok Timur NTB Tahun 2009-2012

4. D III Keperawatan FIK-UMJ Tahun 2013-2016

Jakarta 20 juni 2016


Mengetahui

DIDIK SETIAWAN
NPM: 2013750010

Anda mungkin juga menyukai