Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MANAJEMEN SDM

“PENSIUN DI PERUSAHAAN SWASTA


KONTRAKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA PT.
TAMBANG RAYA USAHA TAMA”

Dosen : Prof. Dr. Sukisno S. Riadi

Oleh :
Mawardi Sukardi (NIM: 1901028003)

MAGISTER MANAJEMEN PASCA SARJANA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA 2020
BAB I

LANDASAN TEORI DAN KONSEP

1. Landasan Teori dan Konsep


1.1. Definisi Supply Chain Management

Manajemen Rantai Pasokan atau disebut Supply Chain Management merupakan


pengelolaan rantai siklus yang lengkap mulai bahan mentah dari para supplier, ke
kegiatan operasional di perusahaan, berlanjut ke distribusi sampai kepada konsumen.
Istilah supply chain management pertama kali dikemukakan oleh Oliver dan Weber
pada tahun 1982. Supply chain adalah jaringan fisiknya, yakni perusahaan–
perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun
mengirimkannya ke pemakai akhir, supply chain management adalah metode, alat,
atau pendekatan pengelolaannya. Definisi Supply Chain Management juga diberikan
oleh James A. dan Mona J. Fitzsimmons, yang menyatakan bahwa supply chain
management adalah sebuah sistem pendekatan total untuk mengantarkan produk ke
konsumen akhir dengan menggunakan teknologi informasi untuk mengkoordinasikan
semua elemen supply chain dari mulai pemasok ke pengecer, lalu mencapai tingkat
berikutnya yang merupakan keunggulan kompetitif yang tidak tersedia di sistem
logistik tradisional. Sedangkan definisi Supply Chain Management menurut Chase,
Aquilano, Jacobs adalah sistem untuk menerapkan pendekatan secara total untuk
mengelola seluruh aliran informasi, bahan, dan jasa dari bahan baku melalui pabrik
dan gudang ke konsumen akhir. Oleh Robert J. Vokurka, Gail M. Zank dan Carl M.
Lund III supply chain management didefinisikan sebagai, “all the activities involved
in delivering a product from raw material through the customer including sourcing
raw material and parts, manufacturing and assembly, warehousing and inventory
tracking, order entry and order management, distribution across all channels,
delivery to the customer, and the information system necessary to monitor all of the
activities” . Stevenson mendefinisikan supply chain management sebagai suatu
koordinasi strategis dari rantai pasokan dengan tujuan untuk mengintegrasikan
manajemen penawaran dan permintaan. Russell dan Taylor mendefinisikan bahwa
supply chain management adalah mengelola arus informasi, produk dan pelayanan di
seluruh jaringan baik itu pelanggan, perusahaan hingga pemasok.

Manajemen Operasi 1
Dengan demikian, berdasarkan berbagai definisi supply chain management
sebagaimana telah disampaikan, dapat ditarik hal umum bahwa supply chain
management adalah semua kegiatan yang terkait dengan aliran material, informasi dan
uang di sepanjang supply chain. Proses supply chain management adalah proses saat
produk masih berbahan mentah, produk setengah jadi dan produk jadi diperoleh,
diubah dan dijual melalui berbagai fasilitas yang terhubung oleh rantai sepanjang arus
produk dan material. Bila digambarkan dalam bentuk bagan akan nampak sebagaio
berikut:

Gb 1. Process of Supply Chain Management

Bagaimana Proses Supply Chain Management (SCM)?


Dalam prosesnya, konsep SCM melibatkan banyak pihak terkait dan saling
menguntungkan, di antaranya;
a) Customer
Pada sebagian perusahaan,customer merupakan mata rantai pertama yang
memberi order. Customer memutuskan untuk membeli produk yang
ditawarkan oleh perusahaan yang bersangkutan dengan menghubungi
departemen sales perusahaan tersebut. Informasi penting yang terdapat dalam
pesanan tersebut diantaranya seperti tanggal pengiriman produk dan jumlah
yang diinginkan untuk produk yang dipesan.

b) Planning

Manajemen Operasi 2
Setelah custumer membuat pesanan yang diinginkan, Planning department
akan mempersiapkan perencanaan produksi untuk memproduksi produk yang
dibutuhkan oleh customer. Pada tahap ini, departemen planning juga
menyadari akan adanya kebutuhan terhadap bahan baku dan bahan – bahan
pendukungnya.
c) Purchasing
Setelah menerima perencanaan produksi, dalam hal ini adalah kebutuhan
terhadap bahan mentah dan bahan-bahan pendukungnya, Departemen
pembelian atau Purchasing Departemen Akan melakukan pemasukan bahan
mentah dan bahan pendukungnya serta menetapkan tanggal penerimaan dan
jumlah yang dibutuhkan.

d) Inventory
Bahan mentah dan bahan pendukung yang telah diterima oleh pabrik akan
diperiksa kualitas dan ketepatan jumlahnya kemudian disimpan didalam
Gudang untuk kebutuhan produksi.

e) Production
Bagian produksi akan menggunakan bahan mentah dan bahan pendukung
yang dipasok oleh supplier tersebut untuk melakukan proses produksi hingga
menghasilkan barang jadi yang dibutuhkan oleh customer. Barang jadi yang
telah diproduksi ini kemudian dimasukan ke gudang dan siap untuk dikirim
ke customer sesuai dengan jadwal yang di tentukan.

f) Transportation
Departemen pengiriman atau Shipping akan mengatur waktu keberangkatan
barang jadi ( Finished Products ) yang di Gudang tersebut dengan jadwal
yang diinginkan oleh customer.

1.2. Komponen Supply Chain Management


Komponen dari supply chain management menurut Turban (2004) terdiri dari tiga
komponen utama yaitu:

a) Upstream Supply Chain

Manajemen Operasi 3
Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan
manufacturing dengan para penyalurnya (yang mana dapat manufacturers,
assemblers, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada para penyalur
mereka (para penyalur second-tier). Hubungan para penyalur dapat diperluas
kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih tambang,
pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktivitas yang utama
adalah pengadaan.

b) Internal Supply Chain


Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses inhouse yang digunakan
dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran
organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan ke dalam organisasi. Di dalam
internal supply chain, perhatian yang utama adalah manajemen produksi,
pabrikasi dan pengendalian persediaan.

c) Downstream supply chain


Downstream (hilir) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan
pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply chain,
perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan transportasi dan after-sale
service.

1.3. Strategi Rantai Pasokan


Terdapat lima strategi yang dapat dipilih perusahaan untuk melakukan pembelian
kepada supplier yaitu adalah sebagai berikut:

a) Banyak Pemasok (Many Supplier)


Strategi ini memainkan antara pemasok yang satu dengan pemasok yang
lainnya dan membebankan pemasok untuk memenuhi permintaan pembeli.
Para pemasok saling bersaing secara agresif. Meskipun banyak pendekatan
negosiasi yang digunakan dalam strategi ini, tetapi hubungan jangka panjang
bukan menjadi tujuan. Dalam pendekatan ini, tanggung jawab dibebankan
pada pemasok untuk mempertahankan teknologi, keahlian, kemampuan
ramalan, biaya, kualitas dan pengiriman.

Manajemen Operasi 4
b) Sedikit Pemasok (Few Supplier)
Dalam strategi ini, perusahaan mengadakan hubungan jangka panjang dengan
para pemasok yang komit. Karena dengan cara ini, pemasok cenderung lebih
memahami sasaran-sasaran luas dari perusahaan dan konsumen akhir.
Penggunaan hanya beberapa pemasok dapat menciptakan nilai
denganmemungkinkan pemasok mempunyai skala ekonomis dan kurva
belajar yang menghasilkan biaya transaksi dan biaya produksi yang lebih
rendah. Dengan sedikit pemasok maka biaya mengganti partner besar,
sehingga pemasok dan pembeli menghadapi resiko akan menjadi tawanan
yang lainnya. Kinerja pemasok yang buruk merupakan salah satu resiko yang
dihadapi pembeli sehingga pembeli harus memperhatikan rahasia-rahasia
dagang pemasok yang berbisnis di luar bisnis bersama.

c) Vertical Integration
Artinya pengembangan kemampuan memproduksi barang atau jasa yang
sebelumnya dibeli, atau dengan benar-benar membeli pemasok atau
distributor. Integrasi vertical dapat berupa:
 Integrasi ke belakang (Backward Integration) berarti penguasaan
kepada sumber daya, misalnya Perusahaan Mobil mengakuisisi Pabrik
Baja.
 Integrasi kedepan (Forward Integration) berarti penguasaan kepada
konsumennya, misalnya Perusahaan Mobil mengakuisisi Dealer yang
semula sebagai distributornya.

d) Kairetsu Network.
Kebanyakan perusahaan manufaktur mengambil jalan tengah antara membeli
dari sedikit pemasok dan integrasi vertical dengan cara misalnya mendukung
secara financial pemasok melalui kepemilikan atau pinjaman. Pemasok
kemudian menjadi bagian dari koalisi perusahaan yang lebih dikenal dengan
kairetsu. Keanggotaannya dalam hubungan jangka panjang oleh sebab itu
diharapkan dapat berfungsi sebagai mitra, menularkan keahlian tehnis dan
kualitas produksi yang stabil kepada perusahaan manufaktur. Para anggota
kairetsu dapat beroperasi sebagai subkontraktor rantai dari pemasok yang
lebih kecil.

Manajemen Operasi 5
e) Perusahaan Maya (Virtual Company)
Perusahan Maya mengandalkan berbagai hubungan pemasok untuk
memberikan pelayanan pada saat diperlukan. Perusahaan maya mempunyai
batasan organisasi yang tidak tetap dan bergerak sehingga memungkinkan
terciptanya perusahaan yang unik agar dapat memenuhi permintaan pasar
yang cenderung berubah. Hubungan yang terbentuk dapat memberikan
pelayanan jasa diantaranya meliputi pembayaran gaji, pengangkatan
karyawan, disain produk atau distribusinya. Hubungan bisa bersifat jangka
pendek maupun jangka panjang, mitra sejati atau kolaborasi, pemasok atau
subkontraktor. Apapun bentuk hubungannya diharapkan akan menghasilkan
kinerja kelas dunia yang ramping. Keuntungan yang bisa diperoleh
diantaranya adalah: keahlian manajemen yang terspesialisasi, investasi modal
yang renadh, fleksibilitas dan kecepatan. Hasil yang diharapkan adalah
efisiensi.

1.4. Tujuan Strategis Supply Chain Management


Rantai pasokan bagaikan darah dari setiap organisasi bisnis karena menghubungkan
pemasok, produsen, dan pelanggan akhir di jaringan yang sangat penting untuk
penciptaan dan pengiriman barang dan jasa. Dalam mengelola rantai pasokan
memerlukan suatu proses yaitu, proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian
operasi rantai pasokan. Tujuan manajemen rantai pasokan adalah dengan
menyelaraskan permintaan dan penawaran seefektif dan seefisien mungkin. Masalah-
masalah utama dalam rantai pasokan terkait dengan (Stevenson, 2009):
a) Menentukan tingkat outsourcing yang tepat
b) Mengelola pembelian / pengadaan suatu barang
c) Mengelola pemasok
d) Mengelola hubungan terhadap pelanggan
e) Mengidentifikasi masalah dan merespon masalah dengan cepat
f) Mengelola risiko

Sedangkan menurut I Nyoman Pujawan, supply chain memiliki tujuan strategis yang
perlu dicapai untuk membuat supply chain menang atau setidaknya bertahan dalam

Manajemen Operasi 6
persaingan. Untuk bisa memenangkan persaingan pasar maka supply chain harus bisa
menyediakan produk yang,

 Murah
 Berkualitas
 Tepat waktu
 Bervariasi

Menurut Hitt, Ireland dan Hoskisson (2001), semua tindakan yang diambil oleh
perusahaan ini dimaksudkan untuk membantu perusahaan mencapai daya saing
strategisnya dan menghasilkan laba di atas rata-rata. Daya saing strategis dicapai
ketika sebuah perusahaan berhasil memformulasikan dan menerapkan strategi
penciptaan nilai. Ketika perusahaan mengimplementasikan suatu strategi yang tidak
dapat ditiru oleh perusahaan lain atau terlalu mahal untuk menirunya, perusahaan ini
memiliki keunggulan persaingan bertahan atau dapat bertahan (sustained atau
sustainable competitive advantage, selanjutnya disebut sebagai keunggulan
persaingan). Setelah perusahaan mendapatkan daya saing strategis dan sukses
mengeksploitasi keunggulan persaingannya, suatu perusahaan mampu mencapai
tujuan utamanya: mendapatkan laba diatas rata-rata, yaitu kelebihan penghasilan
yang diharapkan oleh seorang investor dari investasi.

1.5. Kendala-kendala Supply Chain Management


Berikut ini merupakan hambatan-hambatan yang akan dialami dalam implementasi
Supply Chain Management:
a) Incerasing Variety of Products. Sekarang konsumen seakan dimanjakan oleh
produsen, hal ini kita lihat semakin beragamnya jenis produk yang ada di
pasaran. Hal ini juga kita lihat strategi perusahan yang selalu berfokus pada
pelanggan (customer oriented). Jika dahulu produsen melakukan strategi
dengan melakukan pembagian segmen pada pelanggan, maka sekarang
konsumen lebih dimanjakan lagi dengan pelemparan produk menurut
keinginan setiap individu bukan menurut keinginan segment tertentu.
Banyaknya jenis produk dan jumlah dari yang tidak menentu dari masing-

Manajemen Operasi 7
masing produk membuat produsen semakin kewalahan dalam memuaskan
keinginan dari konsumen.
b) Decreasing Product Life Cycles. Menurunnya daur hidup sebuah produk
membuat perusahan semakin kerepotan dalam mengatur strategi pasokan
barang, karena untuk mengatur pasokan barang tertentu maka perusahaan
membutuhkan waktu yang tertentu juga. Daur hidup produk diartikan sebagai
umur produk tersebut dipasaran.
c) Increasingly Demand Customer. Supply chain management berusaha
mengatur (manage) peningkatan permintaan secara cepat, karena sekarang
customer semakin menuntut pemenuhan permintaan yang secara cepat
walaupun permintaan itu sangat mendadak dan bukan produk yang standart
(customize).
d) Fragmentation of Supply Chain Ownership. Hal ini menggambarkan supply
chain itu melibatkan banyak pihak yang mempunyai masing-masing
kepentingan, sehingga hal ini mebuat Supply chain mangement semakin
rumit dan kompleks.
e) Globalization. Globalisasi membuat supply chain semakin rumit dan
kompleks karena pihak-pihak yang terlibat dalam supply chain tersebut
mencakup pihak-pihak di berbagai negara yang mungkin mempunyai lokasi
diberbagai pelosok dunia.
f) Bullwhip Effect
Bullwhip effect merupakan istilah yang digunakan dalam dunia inventory
yang mendifinisikan bagaimana pergerakan demand dalam supply chain.
Bullwhip yaitu cambuk, alat untuk mengendalikan sapi atau banteng.
Konsepnya adalah adalah suatu keadaan yang terjadi dalam supply chain,
dimana permintaan dari customer mengalami perubahan, baik semakin
banyak atau semakin sedikit, perubahan ini menyebabkan distorsi permintaan
dari setiap stage supply chain. Distorsi tersebut menimbulkan efek bagi
keseluruhan stage supply chain yaitu permintaan yang tidak akurat. Menurut
Baihaqi,
Bullwhip effect adalah adalah suatu fenomena dimana satu lonjakan kecil di
level konsumen akan mengakibatkan lonjakan yang sangat tajam di level
yang jauh dari konsumen. Efek dari kondisi ini adalah semakin tidak
akuratnya data permintaan.

Manajemen Operasi 8
Gb 2. Supply Chain Challenge

BAB II

REVIEW JURNAL

1. Sumber Jurnal Pertama : https://service.elsevier.com/


Judul Jurnal : Boundary conditions for traceability in food supply
chains using blockchain technology
Penulis Jurnal : Kay Behnkea, Janssen(Marijn)
Jumlah Halaman : 10 Halaman
Tanggal/Tahun Terbit : 25 May 2019

Penelusuran bahan makanan dalam rantai pasokan makanan telah menjadi hal yang
penting di dunia di mana pasar merupakan pasar global yang heterogen dan kompleks
dan di mana konsumen mengharapkan tingkat kualitas yang tinggi. Rantai suplai
makanan terdiri dari banyak organisasi yang memiliki keperluan dan kepentingan
yang berbeda dan sering enggan untuk berbagi informasi posisi dimana dan status
pengiriman pasokan. Sehingga diperlukan adanya sistem informasi transparan yang
dapat memberikan informasi dan mudah di access para pihak yang berkepentingan
tersebut untuk memastiakan bahwasanya pasokan dikirim sesuai dengan standar level
yang sesuai dengan yang di sepakati para pihak tersebut.

Manajemen Operasi 9
Gb 3. Conceptual framework of a food traceability system
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tecknologi Blockchain dapat digunakan
dalam rantai pasokan untuk melacak status dan posisi barang pasokan dan dapat
digunakan untuk informasi yang bersifat transparan dan real time. Blockchain adalah
teknologi yang cocok karena hal ini dapat mengakibatkan pembagian lebih banyak
dari yang. Apa jenis data yang dibagikan dan yang dapat diakses dalamnya termasuk
pertanyaan-pertanyaannya harus di sepakati di awal oleh para pihak dengan smart
contract. Kompleksitasnya terletak pada penyelarasan antara antarmuka dan standar
yang digunakan oleh berbagai pihak dalam rantai pasokan. Hasil dari penelitian
menyarankan bahwa pertama kali supply chain perlu diorganisir sebelum Blockchain
dapat digunakan.

2. Sumber Jurnal Kedua : https://service.elsevier.com/


Judul Jurnal : Application of blockchain to improve supply chain
traceability
Penulis Jurnal : Song, Ju Myung ; Sung, Jongwook ; Park, Taeho
Jumlah Halaman : 04 Halaman
Tanggal/Tahun Terbit : Nov 2019

Blockchain telah muncul sebagai teknologi yang menjanjikan untuk sistem


keterlacakan dalam industri. Ini juga dapat diterapkan pada banyak fungsi sistem
Supply Chain Management (SCM), seperti logistik, jaminan kualitas, manajemen

Manajemen Operasi 10
persediaan, dan fungsi sistem Supply Chain Management (SCM), seperti logistik,
jaminan kualitas, manajemen persediaan, dan peramalan. Salah satu fungsi terpenting
SCM adalah untuk meningkatkan transparansi, ketertelusuran, dan auditabilitas aliran
material di seluruh rantai pasokan mulai dari pemasok, fasilitas manufaktur, gudang /
pusat distribusi, hingga pelanggan. Penelitian ini terutama berfokus pada dampak
blockchain pada keterlacakan rantai pasokan melalui aplikasi industri saat ini, dan
arahnya di masa depan.
Dan kesimpulannya adalah Blockchain telah terbukti menjadi sistem penelusuran
rantai pasokan yang baik, dan mau tidak mau akan memperluas pengadopsiannya
untuk meningkatkan transparansi, keterlacakan, dan kemampuan audit aliran material
di sepanjang pihak dalam SCM. Kecepatan pengadopsian Block Chain Technology
berbeda-beda untuk setiap segmen vertikal industri, terutama berdasarkan seberapa
pentingnya untuk melacak aliran material dalam Supply Chain Management.

BAB III

PEMBAHASAN

Blockchains di dunia keuangan disebut juga Digital Continuity dengan sistem yang sama
dengan yang digunakan pada mata uang cryptocurrency (bitcoin). Dikembangkan pada tahun
2008, adalah mata uang kripto Bitcoin (Swanson, 2014). Teknologi Blockchain didefinisikan
sebagai “Sistem inti yang menopang bitcoin, komputer dari entitas yang dimiliki secara
terpisah mengikuti protokol kriptografi untuk terus memvalidasi pembaruan ke buku besar
(Casey & Wong, 2017, hal.2). Setiap transaksi dalam jaringan direkam secara digital buku
besar dan banyak transaksi bersama-sama membentuk blok (Swan, 2015).

Atau secara umum Blockchain adalah database terdistribusi yang menyimpan catatan data
digital atau "pertukaran" yang tidak bisa di rusak. Sementara orang dapat mengakses, melihat,
atau menambahkan data, mereka tidak dapat mengubah atau menghapusnya. Informasi asli
tetap tersimpan, meninggalkan jejak informasi permanen dan publik, atau rantai transaksi

Blockchain hanyalah sebuah sistem buku besar digital. Ini dapat digunakan untuk melacak
setiap transaksi, sehingga memungkinkan untuk berbagi dokumen dan informasi pribadi serta
mata uang digital. Karena buku besar didistribusikan sepenuhnya di seluruh jaringan, sangat
sulit untuk rusak. Untuk membuat perubahan dalam buku besar, Anda harus mencatat
perubahan pada setiap node di seluruh jaringan secara bersamaan. Jika tidak, jaringan akan
mengenali satu catatan yang tidak cocok dengan yang lainnya dan menandai transaksi sebagai
rusak. Apa yang membuat sistem ini revolusioner adalah hak kepemilikannya sepenuhnya

Manajemen Operasi 11
didistribusikan. Informasi dalam buku besar blockchain tidak dibagikan ke jaringan dari satu
titik akses tunggal, tetapi di-host secara lokal pada setiap perangkat, membuat sistem lebih
sulit untuk diubah.

Implementasi teknologi Blockchain pada Supply Chain Management

Bagaimana Blockchain memberikan solusi untuk rantai pasokan? Jika teknologi Blockchain
memungkinkan kita untuk melacak semua jenis transaksi dengan lebih aman dan transparan,
dampak potensial yang dapat terjadi pada rantai pasokan sangat besar. Solusi berikut di
bawah ini sangat penting untuk bagaimana Blockchain dapat meningkatkan kinerja pada
rantai pasokan:

a) Meningkatkan transparansi. Setiap kali suatu produk berpindah tangan, transaksi


tersebut dapat didokumentasikan, menciptakan sejarah permanen suatu
produk, dari manufaktur hingga penjualan. Sejarah suatu produk
langsung dari asalnya hingga ke tempat ia berada saat ini dapat
ditelusuri melalui blockchain. Produsen juga dapat mengurangi
penarikan dengan berbagi log dengan produsen peralatan asli
dan regulator.
b) Meningkatkan efisiensi. Konsep beberapa pihak yang berkolaborasi pada satu
platform bersama dapat secara dramatis mengurangi penundaan
waktu, menambah biaya, dan kesalahan manusia yang
mengganggu transaksi hari ini. Penghapusan perantara dalam
rantai pasokan mengurangi risiko penipuan dan duplikasi produk
dan juga menghemat uang. Pembayaran dapat diproses oleh
pelanggan dan pemasok dalam rantai pasokan dengan menggunakan cryptocurrency

Manajemen Operasi 12
daripada mengandalkan Electronic Data Interchange (EDI). Selain itu, efisiensi akan
ditingkatkan dan risiko kehilangan produk akan berkurang dengan pencatatan yang
akurat.
c) Meningkatkan keamanan transaksi. Buku besar bersama dengan aturan yang
dikodifikasikan berpotensi menghilangkan audit yang diperlukan oleh sistem dan
proses internal. Teknologi Blockchain juga mengandung
mekanisme untuk memastikan bahwa, ketika data ditambahkan ke
Blockchain, pihak-pihak di Blockchain mengevaluasi dan
menyetujui data yang ditambahkan, memberikan jaminan yang
lebih baik kepada semua pihak secara keseluruhan.
d) International Payments. Rantai pasokan internasional yang dapat memanfaatkan
teknologi blockchain untuk mentransfer dana di mana saja di dunia
tanpa menggunakan bank tradisional. Begitulah cara produsen
kendaraan Australia Tomcar membayar pemasoknya - melalui
Bitcoin.
e) M e m u d a h k
. Dalam industri makanan, yang memiliki catatan kuat untuk
melacak setiap produk ke sumbernya tidak dapat dinegosiasikan.
Jadi, Walmart menggunakan blockchain untuk melacak sumber
daging babi dari Cina dan catatan blockchain dari mana setiap
bagian daging berasal, diproses dan disimpan serta tanggal penjualannya. Unilever,
Nestle, Tyson dan Dole juga menggunakan blockchain untuk tujuan yang sama.
f) Green Credentials. Perusahaan yang ingin meyakinkan pelanggan bahwa mereka
memiliki nilai yang sama dalam pengelolaan lingkungan dan manufaktur
berkelanjutan, gunakan blockchain. Inilah yang diharapkan dari
proyek Provenance, dengan catatan transparansi blockchain.
Rantai pasokan buram merusak lingkungan dan
membahayakan kesejahteraan manusia, hewan, dan
masyarakat. Provenance adalah platform yang memberdayakan merek untuk
mengambil langkah-langkah menuju transparansi yang lebih besar dengan menelusuri
asal-usul dan sejarah produk menggunakan blockchain.
g) Etika Bisnis yang lebih baik. Raksasa berlian De Beers menggunakan teknologi
Blockchain untuk melacak batu dari tempat mereka ditambang,
sampai pada titik ketika mereka dijual kepada konsumen. Ini

Manajemen Operasi 13
memastikan perusahaan menghindari "konflik" atau "berlian darah" dan meyakinkan
pelanggan mereka bahwa mereka berada membeli real deal.

BAB IV

KESIMPULAN

Setiap peserta dari jaringan Blockchain dapat melihat kemajuan progress supply
barang di seluruh ekosistem Supply Chain Management. Model desentralisasi, peer-to-peer
memungkinkan keterlibatan peserta dalam kolaborasi transparan terbuka satu sama lain,
tanpa ada kesempatan untuk menipu atau menipu. Tidak ada yang dapat menghapus atau
mengubah transaksi tanpa persetujuan dari pemain lain di rantai. Blockchain memungkinkan
penelusuran aset yang terperinci, kemajuan mereka, kondisi di mana mereka tinggal,
bagaimana aset itu diproduksi / kapan dan di mana, dan pihak yang bertanggung jawab
memilikinya, secara real time. Teknologi Blockchain dapat membantu menjaga data berharga
pribadi dan melindungi operasi rantai pasokan. Kontrak pintar yang dibangun di atas
blockchain ditulis sebagai kode di blockchain, memastikan kepercayaan di antara para pihak.
Individu yang terlibat bersifat anonim, tetapi kontraknya adalah buku besar publik. Mereka
kurang rentan terhadap peretasan dan modifikasi yang tidak sah. Pengoperasian yang cepat
dan aman dalam hitungan menit menghemat biaya dan mengurangi biaya. Platform

Manajemen Operasi 14
desentralisasi membuat semua operasi cepat, aman, dan transparan tanpa keterlibatan pihak
ketiga. Solusi blockchain akan mengurangi keterlambatan transportasi dan pembayaran.
Karena riwayat transaksi yang tidak dapat diubah, barang-barang produsen akan memiliki
sumber. Pada jaringan blockchain, tidak ada sentralisasi; setiap transaksi dilakukan di seluruh
jaringan antara semua peserta. Transaksi diperbaiki dan disimpan pada buku besar bersama
yang terdesentralisasi, di mana visibilitas dan transparansi mereka tidak akan memungkinkan
penipu mengubah informasi dan menghapus data.

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Song, Ju Myung; Sung, Jongwook; Park, Taeho (2019).” Applications of Blockchain to Improve
Supply Chain Traceability”.

Kay Behnkea, Janssen (Marijn) (2019). “Boundary conditions for traceability in food supply
chains using blockchain technology”.

Verhoeven, Peter; Sinn, Florian; Herden, Tino (2018). “Examples from Blockchain
Implementations in Logistics and Supply Chain Management: Exploring the Mindful
Use of a New Technology”.

Kawaguchi, Natsuki (2019). “Application of Blockchain to Supply Chain: Flexible


Blockchain Technology”.

Matthlas Heutger (2018). Food balance sheets. DHL Customer Solutions & Innovation.
“Blockchain in logistics”.

Manajemen Operasi 15
Pal, Om; Alam, Bashir; Thakur, Vinay; Singh, Surendra (2019). “Key management for
blockchain technology”.

Sam Mire. https://www.disruptordaily.com/blockchain-use-cases-supply-chain-management/

© 2018 Applicature, Inc. San Francisco, 94105 CA Blockchain, Ethereum Smart Contracts
Developers. https://applicature.com/blog/enterprise-blockchain/blockchain

Manajemen Operasi 16

Anda mungkin juga menyukai