Anda di halaman 1dari 3

Analitik

Urinalisis
1. Darah
Prinsip : Mendeteksi hemoglobin dengan pemakaian substrat peroksidase serta aseptor oksigen.
Eritrosit yang utuh dipecah menjadi hemoglobin, myoglobin, chromogen teroksidasi
oleh hydroperoksida yang terdapat pada hemoglobin dan mengubah warna dari kuning
menjadi biru.
2. BJ Urine
Prinsip : a. Dengan dipstick :Bromthymol blue dengan methyl vinyl ether maleic acid
sodium salt akan memberikan warna pada urin dengan bj >/ 0,5
b. Alat urinometer: Berat jenis urin diperiksa dengan alat yang telah ditera dengan
faktor koreksi yang berhubungan dengan berat jenis air dan suhu pada saat
pemeriksaan.
Berat jenis (yang berbanding lurus dengan osmolalitas urin yang mengukur konsentrasi zat
terlarut) mengukur kepadatan air seni serta dipakai untuk menilai kemampuan ginjal untuk
memekatkan dan mengencerkan urin.

Hematologi

1. Hematokrit (HCT)
Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sel darah merah dalam
100 ml darah yang dinyatakan dalam persent (%). Nilai normal hematokrit untuk pria berkisar
40,7% - 50,3% sedangkan untuk wanita berkisar 36,1% - 44,3%.
Prinsip kerja : Bila darah di centrifuge akan terjadi pemadatan dari sel - sel darah merah ,
ketebalan atau tinngi kolom sel darah di ukur dan di nyakan sebagai persentase
terhadap seluruh darah

2. Leukosit (White Blood Cell / WBC)


Leukosit merupakan komponen darah yang berperanan dalam memerangi infeksi yang
disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun proses metabolik toksin, dll.
Prinsip : Darah kapiler, darah EDTA/heparin keudian dibuat sediaan apus dan diwarnai agar
morfologinya dapat dibedakan kemudian dihitung prosentase masing2 jenis sel darah
putih
Nilai normal leukosit berkisar 4.000 - 10.000 sel/ul darah.
3. Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)
Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat
lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam melawan
patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis
leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit.
Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk
mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan
jumlah leukosit total dan hasilnya dinyatakan dalam sel/μl.
Prinsip : Untuk melakukan hitung jenis leukosit, pertama membuat sediaan apus darah yang
diwarnai dengan pewarna Giemsa, Wright atau May Grunwald. Amati di bawah
mikroskop dan hitung jenis-jenis leukosit hingga didapatkan 100 sel. Tiap jenis sel
darah putih dinyatakan dalam persen (%). Jumlah absolut dihitung dengan
mengalikan persentase jumlah dengan hitung leukosit, hasilnya dinyatakan dalam
sel/μL.
Nilai normal : Eosinofil 1-3%, Netrofil 55-70%, Limfosit 20-40%, Monosit 2-8%

4. RBC (Red Blood Cell Count) masih masuk normal tapi ada pada batas atas
Prinsip : Manual darah antikoagulan diencerkan dan dimasukkan dlm kamar hitung, dihitung
dengan mikroskop.

Analitik hematologi dapat menggunakan alat dengan metode Impedance count (flowcytometry)
Salah satu prinsip hematologi analayzer adalah impendace flowcytrometry yaitu dengan mengukur
impendasi listrik dari sel. Metode ini disebut dengan flowcytometry yang mempunyai definisi sebagai
pengukuran silmultan dengan beberapa karakteristik fisik dari sebuah sel 
tunggal yang tersuspensi yang dialirkan melalui suatu celah yang sering disebut aperture. Sedangkan
impendensi didefinisikan dengan kuantitas kompleks yang dinotasikan dengan z ̃ , dalam koordinat
kartesius.

z ̃=R+jX

Resistansi (R) adalah bagian nyata dari impendansi dan reaktansi (X) adalah bagian imajiner.
Secara dimensi impendensi sama dengan resistansi dan satuanya adalah ohm.
Pada gambar diatas sebuah sel dianggap sebagai sebuah rangakaian listrik dari sebuah resistor
dan kapasitor. Ketika arus listrik dilewatkan maka pada sel tersebut akan terjadi tahanan listrik yang
sering dikenal dengan dengan impendansi.
Pada waktu sel darah melewati aperture yang memiliki elektroda beraliran liatrik konstan pada
kedua sisinya maka terjadi perubahan tahanan listrik diantara kedua elektroda tersebut. Oleh karena
itu mengakibatkan timbulnya pulsa listrik. Kemudian pulsa listrik yang timbul akan terukur persatuan
waktu (frekuensi pulsa) dan akan dideteksi sebagai jumlah sel yang melalui celah tersebut.

Sedangkan besarnya perubahan tegangan listrik (amplitudo) yang ditimbulkan, akan dideteksi sebagai
ukuran volume dari masing-masing sel darah.

Anda mungkin juga menyukai