I. DASAR TEORI
Bahan pengawet pada makanan dan minuman berfungsi menekan pertumbuhan mikro
organisme yang merugikan, menghindarkan oksidasi makanan sekaligus menjaga nutrisi
makanan. Ada beberapa bahan pengawet yang memang diperbolehkan untuk makanan dan
minuman yang diperkenankan badan dunia. Hal ini ditetapkan dalam Kepmenkes
(Keputusan Menteri Kesehatan). Tentunya Menteri Kesehatan membuat suatu keputusan
bukan begitu saja. Sebab, di dunia ada komite yang terdiri atas pakar dari WHO, FAO dan
perwakilan dari 185 negara yang menetapkan bahan-bahan tambahan apa yang boleh
ditambahkan dalam makanan dan minuman dalam jumlah yang telah ditentukan. Termasuk
pemanis, pengawet, pengempal, dan sebagainya.
Pengawet yang biasanya digunakan pada minuman ringan, yaitu natrium benzoat dan
Sodium Dioksida. Sulfur dioksida merupakan bahan pengawet yang diizinkan namun
kurang aman dikonsumsi. Akan tetapi, penggunaan sulfur dioksida dalam bahan minuman
dapat menghambat pertumbuhan bakteri, jamur, dan kapang, sehingga minuman tersebut
menjadi lebih awet. Bahan pengawet ini sering ditambahkan pada sari buah, buah kering,
kacang kering, sirup dan acar. Meski bermanfaat, penambahan bahan pengawet tersebut
berisiko menyebabkan perlukaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi genetik,
kanker dan alergi.
Iodimetri adalah reaksi kesetimbangan dari yodium dan iodide. Reaksi ini biasa
disebut dengan reaksi dengan cara langsung yakni zat pereduksi dititrasi langsung oleh
yodium dan merupakan penentuan atau penetapan kuantitatif yang dasar penentuannya
adalah jumlah I2 yang bereaksi dengan sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel
1
dengan ion iodide. Metode titrasi iodometri langsung (kadang-kadang dinamakan iodimetri)
mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak
langsung (kadang-kadang dinamakan iodometri), adalah berkenaan dengan titrasi dari iod
yang dibebaskan dalam reaksi kimia (Underwood, 1986).
II. TUJUAN
Menentukan kadar SO2 pada sampel minuman KEMASANdengan menggunakan metode
titrasi Yodimetri.
2
6. Indikator Amilum 1%
7. Aquadest
V. CARA KERJA
A. Standarisasi Larutan Yodium 0,0100 N dengan Baku Primer Larutan Arsen
Trioksida
1. Dipipet 10,0 ml larutan Arsen Trioksida kemudian masukkan ke dalam labu
erlenmeyer volume 250 ml. (Be Carefull, Use Filler pipet only)
2. Ditambahkan 15 ml aquadest dan 1 ml indikator amilum.
3. Dititrasi dengan larutan Yodium 0,0100 N sampai larutan berubah warna menjadi
biru.
4. Hitung normalitas larutan Yodium tersebut.
B. Penetapan Kadar SO2 pada Minuman Ringan
1. Ditimbang 50,0000 gram sampel
2. Masukkan ke dalam labu ukur 100,0 ml kemudian homogenkan.
3. Dipipet 25,0 ml larutan sampel dan 10 ml NaOH 1,0000 N ke dalam labu
erlenmeyer A dan B (labu erlenmeyer 250,0 ml).
4. Kemudian inkubasi selama 10 menit.
5. Pada labu erlenmeyer A dimasukkan 15 ml H2SO4 6,0000 dan 1 ml indicator
amilum 1%.
6. Pada labu erlenmeyer B dimasukkan 5 ml H2SO4 6,0000, 1 ml H2O2 3%, dan
indicator amilum 1%.
7. Masing-masing dititrasi dengan larutan Yodium 0,0100 N sampai larutan
menunjukkan perubahan warna end point.
8. Hitung kadar SO2 pada sampel tersebut.
4
F. Data titrasi penetapan kadar MOUNTEA A
5
G. Data titrasi penetapan kadar MOUNTEA B
VIII. PERHITUNGAN
A. Normalitas Baku Sekunder
Diketahui: N1 = 0,0100 N
V1 = 10,0 ml
Vtrata-rata = 10,90 ml
Ditanya: N2 = ….?
N 1 ×V 1
Jawab: N2 =
Vt 1
0,0100× 10,0
N2 =
10,90
N2 = 0,0092 N
6
Data1+ Data 2
SO2 rata-rata =
2
0,59+1,18
=
2
= 0,88 ppm
ALE-ALE
Dik: N2 rata-rata = 0,0092 N
BE =8
Vsampel = 25,0 ml
W = 50,0179 gram
Dit: SO2 = ….?
( A−B ) × N 2× BE O 2× 100× 1000
Jawab: 1. SO2 (ppm) =
W ( gr ) ×Vs
( 0,40−0,30 ) × 0,0092× 8 ×100 ×1000
=
50,0179× 25,0
= 0,59 ppm
( A−B ) × N 2× BE O 2× 100× 1000
2. SO2 (ppm) =
W ( gr ) ×Vs
( 0,40−0,20 ) × 0,0092× 8 ×100 ×1000
=
50,0179× 25,0
= 1,18 ppm
Data1+ Data 2
SO2 rata-rata =
2
0,59+1,18
=
2
= 0,88 ppm
MOUNTEA
Dik: N2 rata-rata = 0,0092 N
BE =8
Vsampel = 25,0 ml
W = 50,0319 gram
Dit: SO2 = ….?
( A−B ) × N 2× BE O 2× 100× 1000
Jawab: 1. SO2 (ppm) =
W ( gr ) ×Vs
7
( 0,50−0,40 ) × 0,0092× 8 ×100 ×1000
=
50,0139× 25,0
= 0,59 ppm
( A−B ) × N 2× BE O 2× 100× 1000
2. SO2 (ppm) =
W ( gr ) ×Vs
( 0,50−0,20 ) × 0,0092× 8 ×100 ×1000
=
50,0139× 25,0
= 1,76 ppm
8
Data1+ Data 2
SO2 rata-rata =
2
0,59+1,76
=
2
= 1,17 ppm
Persyaratan: Kadar SO2 pada minuman KEMASANyaitu maksimal 5 ppm
X. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar sulfur dioksida yang sering
digunakan sebagai bahan pengawet dalam makanan dan minuman ringan. Sulfur dapat
menyebabkan efek alergi terhadap tubuh sehingga kadar sulfur dioksida harus ditentukan
kadarnya baik dalam makanan maupun minuman sehingga tidak berbahaya bagi tubuh.
Warna larutan 0,0100 N yodium adalah cukup kuat sehingga yodium dapat bekerja
sebagai indikatornya sendiri. Yodium juga memberi warna ungu atau merah lembayung
yang kuat kepada pelarut-pelarut sebagai karbon tetraklorida atau kloroform dan kadang-
kadang hal ini digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi. Akan tetapi lebih umum
digunakan suatu larutan (dispersi koloidal) kanji, karena warna biru tua dari kompleks
kanji-yodium dipakai untuk suatu uji sangat peka terhadap yodium. Kepekaan lebih besar
9
dalam larutan yang sedikit asam daripada larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion
iodida (Underwood, 1986).
A (Reduktor) + I2 A (Teroksidasi) + 2I
Indikator adalah senyawa organik yang bila dioksidasi dengan atau direduksi akan
mengalami perubahan warna. Perbedaan warna dari bentuk tereduksi dengan bentuk
teroksidasi harus tajam, sehingga penggunaannya dapat sesedikit mungkin untuk
mengurangi kesalahan titrasi. Indikator yang digunakan dalam titrasi redoks adalah
indikator Amilum.
Pada penetapan kadar, dilakukan titrasi untuk sampel dan blanko (Erlenmeyer A dan
B) yang ditambahkan dengan asam sulfat encer untuk membuat suasana larutan menjadi
asam karena reaksi akan berlangsung optimal pada suasana asam. Adapun pada Erlenmeyer
B ditambahkan lagi dengan Hidrogen Peroksida 3% yang berfungsi untuk mengoksidasi
sulfur dioksida yang terdapat dalam sampel.
Kadar sulfur dioksida yang ada dalam sampel minuman setara dengan selisih antara
volume titrasi pada erlenmeyer A yang tidak dioksidasi dengan Erlenmeyer B yang
mengalami oksidasi.
Warna Larutan Titrat Sebelum titrasi Warna Larutan Titrat Setelah Titrasi
10
B.2 Warna larutan pada saat titrasi untuk penetapan kadar Teh Rio (Sebelum dan setelah
titrasi)
B.3 Warna larutan pada saat titrasi untuk penetapan kadar Ale-Ale
Warna Larutan Titrat Sebelum titrasi Warna Larutan Titrat Setelah Titrasi
11
Mengetahui,
Praktikan, Guru Pembimbing,
12