Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nur Afifatun Nahdiani

Npm : 718621069

Kelas : VA

Resume self awereness dalam hubungan interpersonal

1. Kesadaran Diri

Self Awareness (kesadaran diri) adalah wawasan ke dalam atau wawasan mengenai
alasan-alasan dari tingkah laku sendiri, pemahaman diri sendiri. Self Awareness pada
umumnya dimaknai sebagai kondisi tahu atau sadar pada diri sendiri dalam pengertian yang
mempunyai obyek secara relatif tetapi membuka dan menerima penilaian dari kebenaran sifat
individu
Dalam memahami Self Awareness atau kesadaran intrapersonal dalam hubungan
interpersonal perawat dituntut mampu menjadi role model, berdasarkan panggilan
jiwa,exsporasi perasaan dan mengerti akan etika dan tanggung jawab sehingga dapat
menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualsasi diri.
2. Eksplorasi Perasaan

3. Kemampuan Menjadi Model

Perawat merupakan bagian dari tenaga kesehatan yang ada di lingkungan masyarakat.
Tidak hanya itu perawat bahkan dapat dijumpai sampai pelosok tanah air. Oleh karena itu
perawat hidup ditengah masyarakat haruslah menjadi panutan/contoh (Role Model) dalam
berkehidupan di masyarakat. Karena perawat merupakan publik figure yang ada di tengah
masyarakat Indonesia, maka semua perilaku atau kebiasaan perawat akan menjadi contoh di
masyarakat. Terlebih lagi kebiasaan dalam bidang kesehatan, misal perilaku hidup bersih dan
sehat, ini akan menjadi sorotan masyarakat.
Oleh karena perawat dituntut menjadi Role Model contoh di tengah masyarakat maka
perawat harus terlebih dahulu mengenali diri sendiri sebelum menjadi contoh untuk
masyarakat. Maka sebelum menjadi Role Model ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
oleh seorang perawat.
Perawat yang mempunyai masalah pribadi, seperti ketergantungan obat, hubungan
interpersonal yang terganggu, akan mempengaruhi hubungannya dengan klien (Stuart dan
Sundeen, 1987, h.102). Perawat mungkin menolak dan mengatakan ia dapat memisahkan
hubungan professional dengan kehidupan pribadi. Hal ini tidak mungkin pada asuhan
kesehatan jiwa karena perawat memakai dirinya secara terapeutik dalam menolong klien.
Perawat yang efektif adalah perawat yang dapat memenuhi dan memuaskan
kehidupan pribadi,serta tidak didominasi oleh konflik, distres atau pengingkaran dan
memperlihatkan perkembangan serta adaptasi yang sehat. Perawat diharapkan bertanggung
jawab atas perilakunya, sadar akan kelemahan dan kekurangannya.
Ciri perawat yang dapat menjadi role model :
1) Puas akan hidupnya
2) Tidak didominasi oleh stres
3) Mampu mengembangkan kemampua
4) Adaptif 
4. Panggilan Jiwa (Altruisme)
Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri
sendiri. Altruisme lebih menitikkan pada kesejahteraan orang lain. Tidak diartikan secara
altruistik diri juga tidak menampilkan kompensasi yang adekuat dan pengulangan atau
pengingkaran secara praktis atau pengorbanan diri. Akhirnya, altruisme juga dapat
diasumsikan sebagai bentuk perubahan sosial yang dibuat untuk manusia dalam bentuk
kebutuhan akan kesejahteraan. Salah satu tujuannya adalah semua profesional harus dapat
membantu orang lain dalam pemberian pelayanan dan mengembangkan kemampuan sosial.
Secara legitimasi diperlukan peran perawat dalam melakukan pekerjaannya untuk
mengadakan perubahan struktur yang besar dan proses perubahan sosial dalam meningkatkan
kesehatan individu dan kemampuan dirinya.
5. Etika dan Tanggung Jawab
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku
seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan oleh
seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggung jawab moral. Dari konsep
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang
menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang menyangkut
aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu:
a. Baik dan buruk
b. Kewajiban dan tanggung jawab.
 Tujuan etika profesi keperawatan adalah mampu:
1) Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktik keperawatan.
2) Membentuk strategi / cara dan menganalisis masalah moral yang terjadi dalam
praktik keperawatan.
3) Menghubungkan prinsip moral / pelajaran yang baik dan dapat dipertanggung
jawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan kepada Tuhan, sesuai
dengan kepercayaannya.
Tanggung jawab menunjukkan kewajiban. Ini mengarah kepada kewajiban yang harus
dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan secara professional. Manajer dan para staf harus
memahami dengan jelas tentang fungsi tugas yang menjadi tanggung jawab masing-masing
perawat serta hasil yang ingin dicapai dan bagaimana mengukur kualitas kinerja stafnya.
Perawat yang professional akan bertanggung jawab atas semua bentuk tindakan klinis
keperawatan atau kebidanan yang dilakukan dalam lingkup tugasnya.
Keyakinan diri pada seseorang dan masyarakat dapat memberikan berupa
kesadaranakan petunjuk untuk melakukan tindakan. Kode untuk perawat umumnya
menampilkan penguatan nilai hubungan perawat-klien dan tanggung jawab dan pemberian
pelayanan yang merupakan rujukan untuk semua perawat dalam memberikan penguatan
untuk kesejahteraan pasien dan tanggung jawab sosial. Pilihan etik bertanggung jawab dalam
menentukan pertanggung jawaban, risiko, komitmen dan keadilan. Hubungan perawat dengan
etik adalah kebutuhan akan tanggung jawab untuk merubah perilaku. Dimana harus diketahui
batasan dan kekuatan dan kemampuan yang dimiliki. Juga dilakukan oleh anggota tim
kesehatan, perawat yang setiap waktu siap untuk menggali pengetahuan dan kemampuan
dalam menolong orang lain; sumber-sumber yang digunakan guna dipertanggung jawabkan.
Empat phase hubungan perawat pasien yang berkatian dengan tanggung jawab dan tugas
perawat kesehatan terhadap pasien adalah :
1. Orientasi ( orientation ), pada phase ini seorang perawat harus mampu menangkap bahwa
pasien ingin mencari kesembuhan penyakitnya dan dia mempercayakan dirinya dirawat
oleh perawat dengan pengenalan.
2. Indetifikasi ( identification ),  interaksi perawat – pasien hendaknya berbasis pada
kepercayaan, penerimaan, pengertian, relasi yang saling membantu.
3. Eksploitasi ( exploitation ), interrrelasi perawat – pasien, akan menumbuhkan pengertian
pasien terhadap proses system asuhan, sehingga pasien mempunyai keterlibatan aktif yang
muncul dari dirinya karena ingin cepat sembuh dari sakitnya. Aspek lain pasien dapat
ditimbulkan pengertian, dan kesadaran self – care, sehingga peran perawat dan pasien
dalam proses keperawatan untuk mencapai penyembuhan terjadi dengan baik
( kolaborasi ). .
4. Resolusi ( resolution ). Harapan, kebutuhan pasien dapat diketahui melalui hubungan
kesetaraan perawat – pasien dengan menggunakan komunikasi efektif. Harapan,
kebutuhan pasien  merupakan data yang menjadi arah tindakan apa yang perlu dilakukan
terhadap pasiennya Phase yang keempat ini sering kali disebut dengan phase terminasi.

Anda mungkin juga menyukai