Terikat Dan Mengikat
Terikat Dan Mengikat
Sejak pertengahan maret semua berubah ketika sang wabah Corona hadir di bumi ini, yang begitu cepat
menyebar ke berbagai negara bahkan sampai pelosok pedesaan.
Koran, radio, TV, Media social tak berhenti membahas virus corona, dengan angka di Indonesia sendiri
terus bertambah. Dengan jaga jarak adalah salah satu solusinya, kini semua di kendalikan oleh teknologi
dan kini, tangan ini, mata ini setiap harinya terikat. Ini kisahku yang mengikatkan diriku sendiri oleh
teknologi, Kiniku harus siap dengan semua perubahan ini dan kehidupan baruku kini di mulai….
Dimas : eh anak bujang baru selesai mandi… buruan sebentar lagi ada kelas online ! ganti baju…
Saka : siap kak dimas,okeh saatnya aku Henshin dalam waktu 1 detik
Dimas dan saka akhirnya mengikuti kelas online sambil mencatat mata pelajaran.
Setibanya perut mereka lapar ( suara perut berbunyi ), dan mereka saling tatapan mata dan
mengangukan kepala
Secara reflek saka buka aplikasi pemesanan gofood dan memesan makanan
Saka : ia bener, bayarnya pake nontunai ya…maklum covid. ( sambil mainin alis ) Sound : lucu
Saka : siap kak, kita buktikan walau kita anak rantau harus tetep membagakan orang tua di kampung dan
kita harus memanfaatkan kuota kita untuk hal yang lebih penting
Dimas : bapak???
Dimas dan saka : alhamdulillah baik pak, sekolah kami lancar kok pak,
aku dan adikku merantau ke Jakarta untuk bersekolah di sekolah favorit kami semua berkat bapak yang
terus berdoa dan meyankin kami akan cita2 kami selama ini.
Kami berdua tidak bisa pulang ke kampung karena kami takut kalo kami yang membawa virus ke
kampung halaman.
Dengan social media kami masih bisa tetap menanyakan kabar bapak di sana, dan kami harus siap
dengan perubahan ini dengan teknologi, kami harus kuat,kami harus tegar.
Lekas pulihlah bumiku, kami rindu saling mengikat persaudaraan tanpa jarak.
Aamiin…