Disusun Oleh:
Sri Setiawati, S.Kep
Dosen Pembimbing
Ns, Liza Wati, S.Kep, M.Kep
A. Konsep Dasar
1. Pengertian.
2) Faring (Tenggorokan)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan
percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings)
pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada
bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat
laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis).
Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara
bergetar dan terdengar sebagai suara. Makan sambil berbicara
dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan
karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka.
Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa
menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga
mengakibatkan gangguan kesehatan.
3) Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak
sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding
tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan,
dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi
menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.
4) Cabang-cabang Tenggorokan (Bronki)
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu
bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus
sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak
teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang
rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus
bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.
5) Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung (gelembung hawa = alveoli). Gelembung-
gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika
dibentangkan luas permukaannya lebih kurang 90 m2 pada lapisan
inilah terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan C02
dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini
kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan).
Pembagian paru-paru; paru-paru dibagi 2 (dua) :
a) Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru), Lobus
Pulmo dekstra superior, Lobus media, dan lobus inferior. Tiap
lobus tersusun oleh lobulus.
b) Paru-paru kiri, terdiri dari; Pulmo sinester lobus superior dan
lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan-belahan
yang lebih kecil bernama segment.
b. Fisiologi pernafasan
Pernafasan adalah proses inspirasi udara kedalam paru-paru
dan ekspirasi udara dari paruparu kelingkungan luar tubuh. Inspirasi
terjadi bila muskulus diafragma telah dapat rangsangan dari nervus
pernikus lalu mengkerut datar. Saat ekspirasi otot akan kendor lagi dan
dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali maka udara
didorong keluar. Jadi proses respirasi terjadi karena adanya perbedaan
tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.
Fungsi paru – paru adalah sebagai tempat pertukaran gas
oksigen dan karbon dioksida. Pada pernapasan melalui paru-paru atau
pernapasan eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada
waktu bernapas; oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke
alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler
pulmonaris. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh
hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa
di dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru –
paru pada tekanan oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini
hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen. Di dalam paru-paru, karbon
dioksida, salah satu hasil buangan metabolisme, menembus membran
alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa
bronkial dan trakea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner
atau pernapasan eksterna :
1) Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara
dalam alveoli dengan udara luar. Arus darah melalui paru – paru.
Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam
jumlah tepat dapat mencapai semua bagian tubuh.
2) Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler.
CO2 lebih mudah berdifusi daripada oksigen.
3) Pefusi, yaitu pernapasan jaringan atau pernapasan interna. Darah
yang telah menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen
(oksihemoglobin) megintari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai
kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan
memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen
berlangsung, dan darah menerima, sebagai gantinya, yaitu karbon
dioksida.
Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang
meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada
waktu gerak badan, lebih banyak darah datang di paru – paru
membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2; jumlah CO2
itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri
bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak unutk
memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan
ventilasi ini mngeluarkan CO2 dan memungut lebih banyak O2.
Perubahan – perubahan berikut terjadi pada komposisi udara dalam
alveoli, yang disebabkan pernapasan eksterna dan pernapasan interna
atau pernapasan jarigan.
Udara (atmosfer) yang di hirup:
- Nitrogen 79 %
- Oksigen 20% %
- Karbon dioksida 0-0,4%
Udara yang masuk alveoli mempunyai suhu dan kelembapan atmosfer
Udara yang diembuskan:
- Nitrogen 79%
- Oksigen 16%
- Karbon dioksida 4-0,4%
c. Jenis pernafasan
1) Pernafasan internal, adalah proses dimana terjadi pertukaran gas
antar sel jaringan dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan
proses metabolism tubuh.
2) Pernafasan eksternal, adalah proses dimana masuknya oksigen dan
keluarnya dari tubuh.
d. Tipe kekurangan oksigen dalam tubuh
Status oksigenasi tubuh dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) dan oksimetri.
1) Hipoksemia
Hipoksemia merupakan keadaan dimana terjadi penurunan
konsentrasi oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2
arteri (SaO2) dibawah normal (normal PaO2 85-100 mmHg, SaO2
95%). Pada keadaan hipoksemia, tubuh akan melakukan
kompensasi dengan cara meningkatkan pernafasan, meningkatkan
stroke volume, vasodilatasi pembuluh darah, dan peningkatan nadi.
Tanda dan geajala hipoksemia di antaranya sesak napas, frekuensi
napas 35 x/menit, nadi cepat, dangkal, serta sianosis.
2) Hipoksia
Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak
adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi
oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen
pada tingkat seluler. Hipoksia dapat terjadi setelah 4-6 menit
ventilasi berhenti spontan.
Penyebab lain hipoksia adalah :
a) Menurunnya hemoglobin
b) Berkurangnya konsentrasi oksigen, misalnya jika kita berada
pada puncak gunung.
c) Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen, seperti pada
keracunan sianida.
d) Menurunnya difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah seperti
pada pneumonia.
e) Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok.
f) Kerusakan atau gangguan ventilasi.
Tanda-tanda hipoksia di antaranya kelelahan, kecemasan,
menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan
cepat dan dalam, sianosis, sesak nafas, serta clubbing finger.
3) Gagal napas
Merupakan keadaan di mana terjadi kegagalan tubuh memenuhi
kebutuhan oksigen karena pasien kehilangan kemampuan ventilasi
secara adekuat sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas karbon
dioksida dan oksigen. Gagal napas ditandai oleh adanya
peningkatan CO2 dan penurunan O2 dalam darah secara
signifikan. Gagal nafas dapat disebabkan oleh gangguan sistem
saraf pusat yang mengontrol sistem pernapasan, kelemahan
neuromuscular, keracunan obat, gangguan metabolisme,
kelemahan otot pernapasan, dan obstruksi jalan napas.
4) Perubahan pola napas
Pada keadaan normal, frekuensi pernapasan pada orang dewasa
sekitar 18-22 x/menit, dengan irama teratur, serta inspirasi lebih
panjang dari ekspirasi. Perubahan pola napas dapat berupa :
a) Dispnea, yaitu kesulitan bernapas, misalnya pada pasien
dengan asma.
b) Apnea, yaitu tidak bernapas, berhenti bernapas.
c) Takipnea, yaitu pernapasan lebih cepat dari normal dengan
frekunsi lebih dari 24x/menit
d) Bradipnea, yaitu pernafasan lebih lambat (kurang) dari normal
dengan frekunsi kurang dari 16x/menit.
e) Kussmaul, yaitu pernapasan dengan panjang ekspirasi dan
inspirasi sama, sehingga pernapasan menjadi lambat dan
dalam, misalnya pada penyakit diabetes melitus dan uremia
f) Cheyne-stokes, merupakan pernapasan cepat dan dalam
kemudian berangsur-angsur dangkal dan diikuti periode apnea
yang berulang secara teratur. Misalnya pada keracunan obat
bius, penyakit jantung dan penyakit ginjal.
g) Biot, adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa apnea
dengan periode yang tidak teratur, misalnya pada meningitis.
e. Perubahan fungsi pernafasan
Perubahan dalam fungsi pernafasan disebabkan penyakit dan kondisi-
kondisi yang mempengaruhi ventilasi dan transportasi oksigen. Ketiga
perubahan fungsi pernafasan antara lain :
1) Hiperventilasi
Adalah suatu kondisi ventilasi yang berlebih, yang dibutuhkan
untuk mengeliminasi karbondioksida normal di vena, yang
diproduksi melalui metabolisme selular. Hiperventilasi ini dapat
disebabkan oleh ansietas, infeksi, obat-obatan, ketidak seimbangan
asam basa.
Tanda dan gejala hiperventilasi antara lain :
a) Takikardia
b) Nafas pendek
c) Nyeri dada
d) Pusing
e) Sakit kepala ringan
f) Disorientasi
g) Parastesia
h) Tinnitus
i) Penglihatan yang kabur
2) Hipoventilasi
Adalah suatu proses dimana ventilasi alveolar tidak adekuat
memenuhi kebutuhan oksigen tubuh atau mengeliminasi
karbondioksida secara adekuat. Pada penyakit-penyakit tertentu
dapat menyebabkan hipoventilasi yaitu, atelektasis, penyakit paru.
Tanda dan gejala dari hipoventilasi antara lain :
a) Pusing
b) Nyeri kepala
c) Letargi
d) Disorientasi
e) Penurunan kemampuan melakukan intruksi
f) Disaritmia jantung
g) Ketidakseimbangan elektrolit
h) Konvulsi
i) Koma
j) Henti jantung
3) Hipoksia
Adalah oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat
jaringan. Hipoksia ini disebabkan oleh, penurunan kadar Hb dan
penurunan kapasitas darah yang membawa oksigen, penurunan
konsentrasi yang di inspirasi, ketidakmampuan jaringan
mengambil oksigen.
Tanda dan gejala dari hipoksia antara lain :
a) Gelisah
b) Rasa takut, ansietas
c) Disorientasi
d) Penurunan kemampuan berkonsentrasi
e) Penurunan tingkat kesadaran
f) Peningkatan keletihan
g) Pusing
h) Perubahan perilaku
i) Peningkatan frekuensi nadi
j) Peningkatan frekuensi dan kedalaman pernafasan
k) Peningkatan tekanan darah
l) Pucat
m) Sianosis
n) Clubbing
o) Dispnea
5. Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan pada pasien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi
antara lain:
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,
verifikasi, komunikasi data tentang klien. Fase pengkajian
keperawatan mencakup pengumpulan data dari sumber primer (klien),
sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang.
1) Riwayat kesehatan
a) Masalah pernapasan yang pernah dialami
- Pernah mengalami perubahan pola nafas
- Pernah mengalami batuk dengan sputum
- Pernah mengalami nyeri dada
- Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-
gejala diatas.
b) Riwayat penyakit pernapasan
- Apakah pernah mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TB,
dan lain-lain.
- Bagaimana frekunsi setiap kejadian?
c) Riwayat kardiovaskuler
- Pernah mengalami penyakit jantung atau peredaran darah.
d) Gaya hidup
- Merokok, keluarga perokok, atau lingkungan kerja dengan
perokok.
2) Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
Lakukan pemeriksaan dengan melihat keadaan umum klien dan
nilai tanda-tanda abnormal seperti adanya tanda sianosis, pucat,
kelelahan, sesak nafas, batuk, penilaian produksi sputum, dan
lainnya. Penilaian bentuk dada secara inspeksi untuk melihat
seberapa jauh kelainan yang terjadi pada klien. Bentuk dada
normal pada orang dewasa adalah diameter anteroposterior
dalam proporsi terhadap diameter lateral adalah 1:2. Jenis-
jenis kelainan pada bentuk dada meliputi barrel chest, funnel
chest, pigeon chest, kifoskoliosis. Observasi kesimetrisan
pergerakan dada, gangguan pergerakan dada atau tidak
adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit paru atau
pleura.
b) Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan
dada dan mengetahui abnormalitas pada dinding thoraks seperti
adanya nyeri tekan, massa, bengkak, mengidentifikasi keadaan
kulit, dan mengetahui vocal/ tactil premitus (vibrasi) pada
dinding dada.
c) Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan apakah jaringan
dibawahnya terisi oleh udara, cairan, bahan padat atau tidak.
Pemeriksa juga menggunakan perkusi untuk memperkirakan
ukuran dan letak struktur tertentu di dalam thoraks (contoh
diafragma, jantung, hepar dan lain-lain). Suara perkusi paru
normal adalah resonan atau sonor.
d) Auskultasi
Pengkajian auskultasi berguna untuk mendengarkan suara
nafas normal dan suara tambahan (abnormal). Suara nafas
normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan nafas
dari laring ke alveoli dan bersifat bersih. Jenis suara nafas
normal yaitu bronkhial, bronkovesikular, dan vesikular
sedangkan jenis suara tambahan yaitu wheezing, mengi,
ronchi, pleural friction rub, dan krekels.
b. Pemeriksaan penunjang
1) Tes untuk menentukan keadekuatan system konduksi jantung
a) EKG
b) Exercise stress test
2) Tes untuk menentukan kontraksi miokardium aliran darah
a) Echocardiography
b) Katerisasi jantung
c) Angiografi
3) Tes untuk mengukur ventilasi dan oksigenasi
a) Tes fungsi paru dengan spirometri
b) Tes astrup
c) Oksimetri
d) Pemeriksaan darah lengkap
4) Melihat struktur system pernafasan
a) Foto thoraks (X-ray)
b) Bronkoskopi
c) CT Scan paru
5) Menentukan sel abnormal / infeksi sistem pernafasan
a) Kultur apus tenggorokan
b) Sitologi
c) Spesimen sputum (BTA)
8. Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi sesuai dengan batas waktu ditetapkan dan
situasi kondisi klien maka diharapkan klien :
a. Bersihan jalan nafas klien dapat efektif dengan kriteria hasil :
1) Saluran nafas klien menjadi bersih
2) Klien dapat mengeluarkan secret
3) Suara nafas dan keadaan kulit menjadi normal
b. Pola nafas klien dapat efektif dengan kriteria hasil :
1) Irama pernafasan dan jumlah pernafasan normal
2) Pasien tidak mengeluh sesak
3) Klien tidak terlihat menggunakan otot tambahan
4) Klien tidak terlihat cemas
c. Perfusi jaringan tubuh normal dengan kriteria hasil :
1) Menurunnya insufisiensi jantung klien
2) Suara pernafasan normal
d. Pertukaran gas klien dapat adekuat dengan kriteria hasil :
1) Klien tidak mengeluh sesak nafas
2) Klien tidak mengalami penurunan kesadaran
3) Nilai AGD dalam batas normal
4) Tidak terdapat perubahan tanda-tanda vital
5) Klien tidak mengalami sianosis.
DAFTAR PUSTAKA.
Hidayat & Uliyah (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 2. Surabaya :
Salemba Medika
Budiono & Pertami, Sumirah Budi.2015. Kosep Dasar Keperawatan. Jakarta : Bumi
Medika
Kasiati & Dwi, (2016). Kebutuhan Dasar Manusia 1. Jakarta: kementrian Kesehatan
Republik Indonesia