Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN


KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI DI RUANG SEKATUNG
RUMKITAL DR. MIDIYATO SURATANI TANJUNGPINANG

Disusun Oleh:
Sri Setiawati, S.Kep

Dosen Pembimbing
Ns, Liza Wati, S.Kep, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNGPINANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar
1. Pengertian.

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan


oleh infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan
yaitu pasien TB BTA (bakteri tahan asam)positif melalui percik renik
dahak yang dikeluarkannya. TB dengan BTA negative juga masih
memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan
tingkat penularan yang kecil (Kemenkes RI 2015).
Tuberculosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Kuman ini dapat menyerang semua bagian tubuh manusia, dan yang
paling sering terkena adalah organ paru (Abd. Wahid, 2013).
Klasifikasi
Menurut Depkes (2006), klasifikasi penyakit TB dan tipe pasien
digolongkan:
1. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
a) Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang
menyerang jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura
(selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
b) Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ
tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput
jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit,
usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu


pada TB Paru:
a) Tuberkulosis paru BTA positif.
 Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya
BTA positif.
  1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks
dada menunjukkan gambaran tuberkulosis.
 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan
kuman TB positif.
 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3
spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya
BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian
antibiotika non OAT.

b) Tuberkulosis paru BTA negative


Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
 Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
  Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
 Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
  Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi
pengobatan.

3. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit


a) TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan
tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan.
Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran
kerusakan paru yang luas (misalnya proses “far advanced”), dan
atau keadaan umum pasien buruk.
b) TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu:
 TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis
eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi,
dan kelenjar adrenal.
  TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis,
peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang,
TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin.

4. Klasifikasi berdasarkan Tipe Pasien


Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya.
Ada beberapa tipe pasien yaitu:
a) Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
b) Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif
(apusan atau kultur).
c) Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau
lebih dengan BTA positif.
d) Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan.
e) Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register
TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
f) Kasus lain :
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas.
Dalam kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan
hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan
ulangan.
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan
a. Anatomi sistem pernafasan
1) Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis).
Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat
kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar
sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang
masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut
pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang
masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai
banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang
masuk.

2) Faring (Tenggorokan)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan
percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings)
pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada
bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat
laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis).
Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara
bergetar dan terdengar sebagai suara. Makan sambil berbicara
dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan
karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka.
Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa
menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga
mengakibatkan gangguan kesehatan.
3) Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak
sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding
tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan,
dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi
menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.
4) Cabang-cabang Tenggorokan (Bronki)
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu
bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus
sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak
teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang
rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus
bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.

5) Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung (gelembung hawa = alveoli). Gelembung-
gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika
dibentangkan luas permukaannya lebih kurang 90 m2 pada lapisan
inilah terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan C02
dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini
kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan).
Pembagian paru-paru; paru-paru dibagi 2 (dua) :
a) Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru), Lobus
Pulmo dekstra superior, Lobus media, dan lobus inferior. Tiap
lobus tersusun oleh lobulus.
b) Paru-paru kiri, terdiri dari; Pulmo sinester lobus superior dan
lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan-belahan
yang lebih kecil bernama segment.

Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu; 5 (lima) buah


segment pada lobus superior, dan 5 (lima) buah segment pada
inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu;5 (lima)
buah segmen pada lobus superior; 2 (dua) buah segmen pada lobus
medialis, dan 3 (tiga) buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap
segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang
bernama lobulus.

Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan


ikal yang berisi pembuluh-pembuluh darah getah bening dan
saraf-saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di
dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang-cabang banyak sekali,
cabang-cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus
alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2 – 0,3
mm.
Kapasitas paru-paru. Merupakan kesanggupan paru-paru dalam
menampung udara didalamnya. Kapasitas paru-paru dapat
dibedakan sebagai berikut :
a) Kapasitas total. Yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paru-
paru pada inspirasi sedalam-dalamnya. Dalam hal ini angka
yang kita dapat tergantung pada beberapa hal: Kondisi paru-
paru, umur, sikap dan bentuk seseorang,
b) Kapasitas vital. Yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan
setelah ekspirasi maksima.l Dalam keadaan yang normal
kedua paru-paru dapat menampung udara sebanyak ± 5 liter
c) Waktu ekspirasi. Di dalam paru-paru masih tertinggal 3 liter
udara. Pada waktu kita bernapas biasa udara yang masuk ke
dalam paru-paru 2.600 cm3 (2 1/2 liter)
d) Jumlah pernapasan. Dalam keadaan yang normal: Orang
dewasa: 16 – 18 x/menit, Anak-anak kira-kira : 24 x/menit,
Bayi kira-kira : 30 x/menit, Dalam keadaan tertentu keadaan
tersebut akan berubah, misalnya akibat dari suatu penyakit,
pernafasan bisa bertambah cepat dan sebaliknya.
Beberapa hal yang berhubungan dengan pernapasan; bentuk
menghembuskan napas dengan tiba-tiba yang kekuatannya luar
biasa, akibat dari salah satu rangsangan baik yang berasal dari luar
bahan-bahan kimia yang merangsang selaput lendir di jalan
pernapasan. Bersin. Pengeluaran napas dengan tiba-tiba dari
terangsangnya selaput lendir hidung, dalam hal ini udara keluar
dari hidung dan mulut.

b. Fisiologi pernafasan
Pernafasan adalah proses inspirasi udara kedalam paru-paru
dan ekspirasi udara dari paruparu kelingkungan luar tubuh. Inspirasi
terjadi bila muskulus diafragma telah dapat rangsangan dari nervus
pernikus lalu mengkerut datar. Saat ekspirasi otot akan kendor lagi dan
dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali maka udara
didorong keluar. Jadi proses respirasi terjadi karena adanya perbedaan
tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.
Fungsi paru – paru adalah sebagai tempat pertukaran gas
oksigen dan karbon dioksida. Pada pernapasan melalui paru-paru atau
pernapasan eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada
waktu bernapas; oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke
alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler
pulmonaris. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh
hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa
di dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru –
paru pada tekanan oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini
hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen. Di dalam paru-paru, karbon
dioksida, salah satu hasil buangan metabolisme, menembus membran
alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa
bronkial dan trakea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner
atau pernapasan eksterna :
1) Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara
dalam alveoli dengan udara luar. Arus darah melalui paru – paru.
Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam
jumlah tepat dapat mencapai semua bagian tubuh.
2) Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler.
CO2 lebih mudah berdifusi daripada oksigen.
3) Pefusi, yaitu pernapasan jaringan atau pernapasan interna. Darah
yang telah menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen
(oksihemoglobin) megintari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai
kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan
memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen
berlangsung, dan darah menerima, sebagai gantinya, yaitu karbon
dioksida.
Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang
meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada
waktu gerak badan, lebih banyak darah datang di paru – paru
membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2; jumlah CO2
itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri
bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak unutk
memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan
ventilasi ini mngeluarkan CO2 dan memungut lebih banyak O2.
Perubahan – perubahan berikut terjadi pada komposisi udara dalam
alveoli, yang disebabkan pernapasan eksterna dan pernapasan interna
atau pernapasan jarigan.
Udara (atmosfer) yang di hirup:
- Nitrogen 79 %
- Oksigen 20% %
- Karbon dioksida 0-0,4%
Udara yang masuk alveoli mempunyai suhu dan kelembapan atmosfer
Udara yang diembuskan:
- Nitrogen 79%
- Oksigen 16%
- Karbon dioksida 4-0,4%

3. Patofisiologi (Web of Causation / Pathway) dari Penyakit

Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan,


saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi
tuberculosis terjadi melalui udara (airborne), yaitu melalui inhalasi
droplet yang mengandung kuman-kuman basil turbekel yang berasal
dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat
masuk utama jenis bovin, yang penyebarannya melalui susu yang
terkontaminasi.
Ketika seorang pasien tuberculosis paru batuk, bersin atau
berbicara maka secara tak sengaja keluarlah droplet nuclei dan jatuh ke
tanah, lantai atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau
suhu udara yang panas, droplet nuclei terbang keudara. Droplet nuclei
kecil sekali dapat tetap beredar di udara selama beberapa jam. Droplet
nuclei yang sedikit mengandung satu hingga tiga basili yang
menghindari system pertahanan jalan nafas untuk masuk paru tertanam
pada alveolus atau bronkiolus, biasanya pada lobus atas.
Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon
imunitas perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan
limfosit (biasanya sel T) adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas
seperti ini biasanya local, melibatkan makrofag yang diaktifkan di
tempat infeksi oleh limfosit dab limfokinnya. Respon ini disebut
sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat).
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relative
padat dan seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa.
Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi
disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan
respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk
jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan focus Gohon
dan gabungan terserangnya kelenjar getah beningregional dan lesi
primer dinamakan kompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi pada
daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam
bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan
dari dinding kavitas akan masuk kedalam percabangan trakeobronkhial.
Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru,
atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan
meninggalkan jaringan parut bila peradangan mereda lumen bronkus
dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat
perbatasan rongga bronkus. Nahan perkejuan dapat mengental sehingga
tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas
penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul
yang tidak terlepas keaadaan ini dapat menimbulkan gejala dan waktu
lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi
tempat peradangan aktif.
Penyakit ini dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh
darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai
aliran darah dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi pada bagian
organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran
limfohematogen, yang biasanya menyebabkan tuberculosis millier. Ini
terjadi apabila focus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga
banyak organisme masuk kedalam system vascular dan tersebar ke
orgn-organ tubuh.
Orang yang mengalami penyakit kronik terus menyebarkan M.
tuberculosis ke lingkungan, kemungkinan menginfeksi orang lain
(Pricilla LeMone, 2015). Reaksi infeksi/inflamasi yang terjadi pada
penderita tuberculosis paru akan membentuk kavitas dan merusak
parenkim paru lalu menimbulkan edema trakeal/faringeal, peningkatan
produksi sekret, pecahnya pembuluh darah jalan napas dan
mengakibatkan batuk produktif, batuk darah, sesak napas, penurunan
kemampuan batuk efektif dan terjadi masalah keperawatan yaitu
ketidakefektifan bersihan jalan napas (Muttaqin, 2008).
4. Gangguan / Masalah Kebutuhan Dasar Manusia
Dari judul di atas maka masalah kebutuhan dasar manusia yang
terganggu : Konsep pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
a. Pengertian kebutuhan oksigenasi
Merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolism sel tubuh mempertahankan kelangsungan
hidup dan aktivitas berbagai sel organ dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan dari pengaturan pernafasan adalah suplai kebutuhan O2
terpenuhi untuk kebutuhan tubuh sehari-hari, misalnya saat melakukan
latihan fisik, infeksi atau masa kehamilan. Pernafasan ini dikendalikan
oleh :
1) Pengaturan saraf, mempertahankan irama dan kedalaman
pernafasan serta keseimbangan antara inspirasi dan ekspirasi yang
meliputi sistem saraf pusat, pengontrolan frekuensi, kedalaman,
dan irama pernafasan.
2) Pengaturan kimiawi, mempertahankan frekuensi dan kedalaman
pernafasan yang tepat berdasarkan perubahan konsentrasi
karbondioksida, oksigen dan ion hydrogen dalam darah.
b. Faktor yang mempengaruhi oksigenasi
1) Fisiologis
Kondisi fisiologis seseorang akan sangat mempengaruhi kebutuhan
oksigen seperti pada orang yang mengalami anemia akan
menurunkan darah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh,
peningkatan kebutuhan metabolisme pada ibu hamil, demam serta
seseorang yang mengalami infeksi. Adanya perubahan yang
mempengaruhi gerakan dinding dada dan sistem saraf pusat klien
dapat mencegah penurunan diagrafma dan menurunkan diameter
antero-posterior thoraks pada saat inspirasi, menurunkan volume
yang di inspirasi.

a) Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia


b) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada
obstruksi saluran nafas bagian atas.
c) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan
transport O2 terganggu.
d) Meningkatnya metabolism seperti adanya infeksi, demam, ibu
hami, luka, dan lain-lain.
2) Perkembangan
Proses perkembangan seseorang akan mempengaruhi kebutuhan
oksigenasi karena organ yang ada dalam tubuh terus berkembang
sesuai dengan tahap perkembangannya, dapat dilihat pada usia
bayi lebih berisiko terkena penyakit membrane hialin disebabkan
oleh belum maturnya surfaktan sehingga semakin dewasa
seseorang maka organ yang ada dalam tubuh semakin matang
seiring dengan perkembangan seusianya.
a) Bayi prematur : yang disebabkan kurangnya pembentukan
surfaktan.
b) Bayi dan toddler : adanya risiko infeksi saluran pernafasan
akut.
c) Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, dan stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan
paru-paru.
d) Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arterosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi
paru menurun.
3) Perilaku
Perilaku atau gaya hidup akan mempengaruhi kebutuhan
oksigenasi baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain :
a) Kebutuhan nutrisi karena pada seseorang yang obesitas berat
akan mengalami penurunan ekpansi paru dan gizi yang kurang
akan mengalami kelemahan otot pernafasan.
b) Latihan fisik, akan meningkatkan aktivitas metaabolisme tubuh
dan kebutuhan oksigen.
c) Merokok, dapat memperburuk penyakit arteri coroner dan
pembuluh darah coroner, yang akan meningkatkan tekanan
darah dan menurunkan aliran darah ke pembuluh darah perifer.
d) Pengggunaan obat-obatan dan alkohol yang berlebihan
sehingga memiliki asupan nutrisi yang kurang baik dalam hal
ini makanan yang kaya akan zat besi sehingga menyebabkan
penurunan produksi hemoglobin.
e) Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat.
4) Lingkungan
Lingkungan akan mempengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti
cuaca yang dingin atau panas (temperatur lingkungan), ketinggian
tanah orang yang berada di pegunungan (ketinggian tempat dari
permukaan laut). Kondisi yang lama tersebut membuat seseorang
mampu untuk beradaptasi dengan lingkungannya.

c. Jenis pernafasan
1) Pernafasan internal, adalah proses dimana terjadi pertukaran gas
antar sel jaringan dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan
proses metabolism tubuh.
2) Pernafasan eksternal, adalah proses dimana masuknya oksigen dan
keluarnya dari tubuh.
d. Tipe kekurangan oksigen dalam tubuh
Status oksigenasi tubuh dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) dan oksimetri.

1) Hipoksemia
Hipoksemia merupakan keadaan dimana terjadi penurunan
konsentrasi oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2
arteri (SaO2) dibawah normal (normal PaO2 85-100 mmHg, SaO2
95%). Pada keadaan hipoksemia, tubuh akan melakukan
kompensasi dengan cara meningkatkan pernafasan, meningkatkan
stroke volume, vasodilatasi pembuluh darah, dan peningkatan nadi.
Tanda dan geajala hipoksemia di antaranya sesak napas, frekuensi
napas 35 x/menit, nadi cepat, dangkal, serta sianosis.
2) Hipoksia
Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak
adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi
oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen
pada tingkat seluler. Hipoksia dapat terjadi setelah 4-6 menit
ventilasi berhenti spontan.
Penyebab lain hipoksia adalah :
a) Menurunnya hemoglobin
b) Berkurangnya konsentrasi oksigen, misalnya jika kita berada
pada puncak gunung.
c) Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen, seperti pada
keracunan sianida.
d) Menurunnya difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah seperti
pada pneumonia.
e) Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok.
f) Kerusakan atau gangguan ventilasi.
Tanda-tanda hipoksia di antaranya kelelahan, kecemasan,
menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan
cepat dan dalam, sianosis, sesak nafas, serta clubbing finger.

3) Gagal napas
Merupakan keadaan di mana terjadi kegagalan tubuh memenuhi
kebutuhan oksigen karena pasien kehilangan kemampuan ventilasi
secara adekuat sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas karbon
dioksida dan oksigen. Gagal napas ditandai oleh adanya
peningkatan CO2 dan penurunan O2 dalam darah secara
signifikan. Gagal nafas dapat disebabkan oleh gangguan sistem
saraf pusat yang mengontrol sistem pernapasan, kelemahan
neuromuscular, keracunan obat, gangguan metabolisme,
kelemahan otot pernapasan, dan obstruksi jalan napas.
4) Perubahan pola napas
Pada keadaan normal, frekuensi pernapasan pada orang dewasa
sekitar 18-22 x/menit, dengan irama teratur, serta inspirasi lebih
panjang dari ekspirasi. Perubahan pola napas dapat berupa :
a) Dispnea, yaitu kesulitan bernapas, misalnya pada pasien
dengan asma.
b) Apnea, yaitu tidak bernapas, berhenti bernapas.
c) Takipnea, yaitu pernapasan lebih cepat dari normal dengan
frekunsi lebih dari 24x/menit
d) Bradipnea, yaitu pernafasan lebih lambat (kurang) dari normal
dengan frekunsi kurang dari 16x/menit.
e) Kussmaul, yaitu pernapasan dengan panjang ekspirasi dan
inspirasi sama, sehingga pernapasan menjadi lambat dan
dalam, misalnya pada penyakit diabetes melitus dan uremia
f) Cheyne-stokes, merupakan pernapasan cepat dan dalam
kemudian berangsur-angsur dangkal dan diikuti periode apnea
yang berulang secara teratur. Misalnya pada keracunan obat
bius, penyakit jantung dan penyakit ginjal.
g) Biot, adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa apnea
dengan periode yang tidak teratur, misalnya pada meningitis.
e. Perubahan fungsi pernafasan
Perubahan dalam fungsi pernafasan disebabkan penyakit dan kondisi-
kondisi yang mempengaruhi ventilasi dan transportasi oksigen. Ketiga
perubahan fungsi pernafasan antara lain :
1) Hiperventilasi
Adalah suatu kondisi ventilasi yang berlebih, yang dibutuhkan
untuk mengeliminasi karbondioksida normal di vena, yang
diproduksi melalui metabolisme selular. Hiperventilasi ini dapat
disebabkan oleh ansietas, infeksi, obat-obatan, ketidak seimbangan
asam basa.
Tanda dan gejala hiperventilasi antara lain :
a) Takikardia
b) Nafas pendek
c) Nyeri dada
d) Pusing
e) Sakit kepala ringan
f) Disorientasi
g) Parastesia
h) Tinnitus
i) Penglihatan yang kabur
2) Hipoventilasi
Adalah suatu proses dimana ventilasi alveolar tidak adekuat
memenuhi kebutuhan oksigen tubuh atau mengeliminasi
karbondioksida secara adekuat. Pada penyakit-penyakit tertentu
dapat menyebabkan hipoventilasi yaitu, atelektasis, penyakit paru.
Tanda dan gejala dari hipoventilasi antara lain :
a) Pusing
b) Nyeri kepala
c) Letargi
d) Disorientasi
e) Penurunan kemampuan melakukan intruksi
f) Disaritmia jantung
g) Ketidakseimbangan elektrolit
h) Konvulsi
i) Koma
j) Henti jantung
3) Hipoksia
Adalah oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat
jaringan. Hipoksia ini disebabkan oleh, penurunan kadar Hb dan
penurunan kapasitas darah yang membawa oksigen, penurunan
konsentrasi yang di inspirasi, ketidakmampuan jaringan
mengambil oksigen.
Tanda dan gejala dari hipoksia antara lain :
a) Gelisah
b) Rasa takut, ansietas
c) Disorientasi
d) Penurunan kemampuan berkonsentrasi
e) Penurunan tingkat kesadaran
f) Peningkatan keletihan
g) Pusing
h) Perubahan perilaku
i) Peningkatan frekuensi nadi
j) Peningkatan frekuensi dan kedalaman pernafasan
k) Peningkatan tekanan darah
l) Pucat
m) Sianosis
n) Clubbing
o) Dispnea

5. Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan pada pasien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi
antara lain:
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,
verifikasi, komunikasi data tentang klien. Fase pengkajian
keperawatan mencakup pengumpulan data dari sumber primer (klien),
sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang.
1) Riwayat kesehatan
a) Masalah pernapasan yang pernah dialami
- Pernah mengalami perubahan pola nafas
- Pernah mengalami batuk dengan sputum
- Pernah mengalami nyeri dada
- Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-
gejala diatas.
b) Riwayat penyakit pernapasan
- Apakah pernah mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TB,
dan lain-lain.
- Bagaimana frekunsi setiap kejadian?
c) Riwayat kardiovaskuler
- Pernah mengalami penyakit jantung atau peredaran darah.
d) Gaya hidup
- Merokok, keluarga perokok, atau lingkungan kerja dengan
perokok.
2) Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
Lakukan pemeriksaan dengan melihat keadaan umum klien dan
nilai tanda-tanda abnormal seperti adanya tanda sianosis, pucat,
kelelahan, sesak nafas, batuk, penilaian produksi sputum, dan
lainnya. Penilaian bentuk dada secara inspeksi untuk melihat
seberapa jauh kelainan yang terjadi pada klien. Bentuk dada
normal pada orang dewasa adalah diameter anteroposterior
dalam proporsi terhadap diameter lateral adalah 1:2. Jenis-
jenis kelainan pada bentuk dada meliputi barrel chest, funnel
chest, pigeon chest, kifoskoliosis. Observasi kesimetrisan
pergerakan dada, gangguan pergerakan dada atau tidak
adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit paru atau
pleura.
b) Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan
dada dan mengetahui abnormalitas pada dinding thoraks seperti
adanya nyeri tekan, massa, bengkak, mengidentifikasi keadaan
kulit, dan mengetahui vocal/ tactil premitus (vibrasi) pada
dinding dada.
c) Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan apakah jaringan
dibawahnya terisi oleh udara, cairan, bahan padat atau tidak.
Pemeriksa juga menggunakan perkusi untuk memperkirakan
ukuran dan letak struktur tertentu di dalam thoraks (contoh
diafragma, jantung, hepar dan lain-lain). Suara perkusi paru
normal adalah resonan atau sonor.
d) Auskultasi
Pengkajian auskultasi berguna untuk mendengarkan suara
nafas normal dan suara tambahan (abnormal). Suara nafas
normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan nafas
dari laring ke alveoli dan bersifat bersih. Jenis suara nafas
normal yaitu bronkhial, bronkovesikular, dan vesikular
sedangkan jenis suara tambahan yaitu wheezing, mengi,
ronchi, pleural friction rub, dan krekels.

pemeriksaan fisik yang akan ditemukan pada pasien dengan gangguan


pemenuhan kebutuhan oksigenasi, yaitu :

No Pemeriksaan Fisik Hasil pemeriksaan yang ditemukan


1. Mata - Konjungtiva pucat/anemis
- Konjungtiva sianosis (hipoksemia)
- Konjungtiva terdapat pethecial
(karena emboli lemak atau
endocarditis)
2. Kulit - Sianosis perifer (vasokontriksi dan
menurunnya aliran darah perifer)
- Sianosis secara umum (hipoksemia)
- Edema
- Edema periorbital
- Penurunan turgor (dehidrasi)
3. Jari dan kuku - Sianosis
- Clubbing finger
4. Mulut dan bibir - Membran mukosa sianosis
- Bernafas dengan mengerutkan bibir
5. Hidung - Pernafasan dengan cuping hidung
6. Vena leher - Adanya distensi/bendungan
7. Dada - Retraksi otot bantu pernafasan
(karena peningkatan aktivitas
pernapasan, dyspnea, atau obstruksi
jalan pernapasan).
- Pergerakan tidak simetris antara dada
kiri dan dada kanan
- Suara nafas normal (vesikuler,
brokovesikuler, bronchial)
- Suara nafas tidak normal (crakles,
ronchi, wheezing)
- Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan,
dullness)
- Taktil fremitus, thrills (getaran pada
dada karena udara/suara melewati
saluran/rongga pernapasan).
8. Pola pernafasan - Pernafasan normal (eupnea)
- Pernafasan cepat (takipnea)
- Pernafasan lambat (bradipnea)

b. Pemeriksaan penunjang
1) Tes untuk menentukan keadekuatan system konduksi jantung
a) EKG
b) Exercise stress test
2) Tes untuk menentukan kontraksi miokardium aliran darah
a) Echocardiography
b) Katerisasi jantung
c) Angiografi
3) Tes untuk mengukur ventilasi dan oksigenasi
a) Tes fungsi paru dengan spirometri
b) Tes astrup
c) Oksimetri
d) Pemeriksaan darah lengkap
4) Melihat struktur system pernafasan
a) Foto thoraks (X-ray)
b) Bronkoskopi
c) CT Scan paru
5) Menentukan sel abnormal / infeksi sistem pernafasan
a) Kultur apus tenggorokan
b) Sitologi
c) Spesimen sputum (BTA)

c. Tindakan keperawatan untuk pemenuhan kebutuhan oksigen


1) Pemberian oksigen
Bertujuan untuk mencegah atau mengatasi hipoksia, pemberian
oksigen ini dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu : nasal kanul,
kanula dan masker.
2) Latihan nafas dalam
Adalah suatu tindakan keperawatan dengan cara bernafas untuk
memperbaiki ventilasi alveoli atau memelihara pertukaran gas
sehingga kepatenan jalan nafas tetap terjaga. Dilakukan dengan
cara mengatur posisi pasien sesuai kondisi, mengajarkan pada
klien untuk menarik nafas lewat hidung dengan mulut tertutup
kemudian pasien disuruh menahan nafasnya kurang lebih 1-1,5
detik, kemudian dilepaskan lewat mulut dengan cara ditiupkan
secara perlahan-lahan.
3) Latihan batuk efektif
Adalah suatu tindakan keperawatan dengan cara melatih pasien
yang tidak mampu batuk untuk mengeluarkan secret atau benda
asing yang berada dalam laring, trakea maupun pada bronkus.
Dilakukan dengan cara mengatur posisi pasien untuk duduk
dipinggir tempat tidur, menganjurkan pasien untuk menarik nafas
secara perlahan-lahan dan dalam dengan menggunakan pernafasan
diafragma. Nafas ditahan kurang lebih dua menit kemudian
dibatukkan dengan cara mulut terbuka, jika didapatkan sekret
ditampung pada tempat pembuangan secret, tarik nafas dengan
pelan dan biarkan pasien istirahat.
4) Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan suatu tindakan yaitu, vibrasi, perkusi
dan postural drainase, tindakan tersebut sangat penting untuk
membersihkan dan meningkatkan kelancaran jalan nafas pada
pasien dengan gangguan jalan nafas.
a) Perkusi dan vibrasi
Merupakan suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan pada
punggung pasien yang menyerupai mangkok dengan kekuatan
penuh yang dilakukan secara bergantian dengan tujuan
melepaskan secret pada dinding bronkus sehingga pernafasan
menjadi lancar. Sedangkan perkusi merupakan suatu tindakan
keperawatan dengan cara memberikan getaran yang kuat
dengan menggunakan kedua tangan yang diletakkan pada dada
pasien secara mendatar, tindakan ini bertujuan untuk
meningkatkan turbulensi udara yang dihembuskan sehingga
sputum yang ada dalam bronkus terlepas.
b) Postural drainase
Adalah suatu tindakan keperawatan pengeluaran secret dari
berbagai segmen paru dengan memanfaatkan gaya gravitasi
bumi dan dalam pengeluaran secret tersebut dibutuhkan posisi
yang berbeda pada setiap segmen.
5) Penghisapan lendir
Adalah suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien
yang tidak bisa mengeluarkan sekretnya secara mandiri dengan
tujuan untuk membersihkan jalan nafas dengan pemenuhan
kebutuhan oksigen pasien.
6. Diagnosa Keperawatan Analisa Data
Diagnosa keperawatan pada gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi
yaitu:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d bronkokontriksi, peningkatan
produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurang tenaga dan
infeksi bronkopulmonal.
b. Pola napas tidak efektif b/d napas pendek, mukus, bronkokontriksi dan
iritan jalan napas.
c. Gangguan pertukaran gas b/d ketidak seimbangan antara suplai dengan
kebutuhan oksigen.
d. Intoleran aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dengan
kebutuhan oksigen.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d dyspnea,
kelemahan, efek samping obat, produksi sputum dan anoreksia, mual
muntah.
f. Kurang perawatan diri b/d keletihan sekunder akibat peningkatan
upaya pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI TINDAKAN RASIONAL TINDAKAN
(HASIL YANG
KEPERAWATAN
DIHARAPKAN &
KRITERIA EVALUASI)
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif Setelah dilakukan 1. Kaji fungsi respirasi antara lain 1. Adanya perubahan fungsi
berhubungan dengan peningkatan suara ,jumlah, irama, dan kedalaman respirasi dan penggunaan
tindakan keperawatan
produksi sputum napas serta pengunaan otot napas otot tambahan
maka diharapkan : tambahan menandakan kondisi
- Saluran pernapasan 2. Catat kemampuan untuk penyakit yang masih
mengeluarkan secret/batuk secara dalam kondisi
pasien menjadi bersih
efektif penanganan penuh
- Pasien dapat 3. Atur posisi semi fowler atau fowler 2. Ketidakmampuan
mengeluarkan sekret 4. Ajarkan teknik batuk efektif dan mengeluarkan secret
tarik napas dalam menimbulkan
- Suara napas dan 5. Bersihkan secret dari dalam mulut penumpukan berlebihan
keadaan kulit menjadi dan trakea, suction jika pada saluran napas.
memungkinkan 3. Posisi semifowler /fowler
normal
6. Berikan minum kurang lebih 2.500 memberikan kesempatan
ml/hari, anjurkan minum dalam paru-paru berkembang
keadaan hangat secara maksimal akibat
diafragma turun kebawah
4. Batuk efektif
mempermudah
ekspektorasi mucus.’
5. Pasien dalam kondisi
sesak cendrung untuk
bernapas melalui mulut
yang jika tidak
ditindaklanjuti akan
mengakibatkan stomatitis
6. Air digunakan untuk
menggantikan
2. Pola napas tidak efektif b/d napas Setelah dilakukan 1. Berikan oksigen sesuai program 1. Mempertahan kan oksigen
pendek, mukus, bronkokontriksi tindakan keperawatan 2. Monitor jumlah pernapasan, arteri
dan iritan jalan napas. diharapkan pola nafas penggunaan otot bantu pernapasan, 2. Mengetahui status
pasien teratur dengan batuk, bunyi paru, tanda vital, pernapasan
kriteria hasil : warna kulit, AGD 3. Meningkatkan pernapasan
- Pasien dapat 3. Laksanakan program pengobatan 4. Meningkatkan
mendemonstrasikan 4. Posisi pasien fowler pengembangan paru
pola pernapasan yang 5. Bantu dalam terapi inhalasi 5. Membantu mengeluarkan
efektif 6. Alat-alat emergensi disiapkan secret
- Data objektif dalam kondisi baik 6. Kemungkinan terjadi
menunjukkan pola 7. Pendidikan kesehatan, kesulitan bernapas yang
pernafasan yang efektif 8. Perubahan gaya hidup akut
Pasien merasa lebih 9. Menghindari alergen 7. Perlu adaptasi baru dengan
nyaman dalam bernapas - Teknik bernapas kondisi sekarang
- Teknik relaksasi
3. Menurunnya perfusi jaringan Setelah dilakukan 1. Monitor denyut jantung dan irama 1. Mengetahui kelainan
tubuh tindakan keperawatan 2. Monitor tanda vital, bunyi jantung, jantung
Definisi : kondisi di mana tidak dengan kriteria hasil :
CVP, edema, tingkat kesadaran 2. Data dasar untuk
adekuatnya pasokan oksigen - Menurunnya
akibat menurunnya nutrisi dan insufisensi jantung 3. Kolaborasi dengan dokter dalam mengetahui perkembangan
oksigen pada tingkat seluler - Suara pernapasan pemeriksaan AGD, elektrolit, darah pasien
dalam keadaan normal
lengkap 3. Mengetahui keadaan umum
4. Jelaskan semua prosedur yang akan pasien
dilakukan 4. Mengurangi kecemasan dan
5. Berikan oksigen sesuai kebutuhan lebih kooperatif
6. Ukur intake dan output cairan 5. Meningkatkan perfusi
7. Lakukan perawatan kulit, seperti 6. Mengetahui kelebihan atau
pemberian losion kekurangan
8. Hindari terjadinya valsava manuver 7. Menghindari gangguan
seperti mengedan, menahan napas, integritas kulit
dan batuk 8. Mempertahankan pasokan
9. Batasi pengunjung oksigen
10. Berikan pendidikan kesehatan 9. Mengurangi stres dan
- Proses terapi energi bicara
- Perubahan gaya hidup 10. Meningkatkan
- Teknik relaksasi pengetahuan dan mencegah

- Program latihan terjadinya kambuh dan


- Diet komplikasi
- Efek obat
7. Implementasi
Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan. Tahap ini
muncul jika perencanaan yang dibuat di aplikasikan pada klien.
Implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan yang
merupakan tindakan keperawatan khusus yang digunakan untuk
melaksanakan intervensi. Tindakan yang dilakukan mungkin sama,
mungkin juga berbeda dengan urutan yang telah dibuat pada perencanaan.
Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas
dimana aplikasi yang akan dilakukan pada klien akan berbeda, disesuaikan
dengan kondisi klien saat itu dan kebutuhan yang paling dirasakan oleh
klien (Debora, 2017)

8. Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi sesuai dengan batas waktu ditetapkan dan
situasi kondisi klien maka diharapkan klien :
a. Bersihan jalan nafas klien dapat efektif dengan kriteria hasil :
1) Saluran nafas klien menjadi bersih
2) Klien dapat mengeluarkan secret
3) Suara nafas dan keadaan kulit menjadi normal
b. Pola nafas klien dapat efektif dengan kriteria hasil :
1) Irama pernafasan dan jumlah pernafasan normal
2) Pasien tidak mengeluh sesak
3) Klien tidak terlihat menggunakan otot tambahan
4) Klien tidak terlihat cemas
c. Perfusi jaringan tubuh normal dengan kriteria hasil :
1) Menurunnya insufisiensi jantung klien
2) Suara pernafasan normal
d. Pertukaran gas klien dapat adekuat dengan kriteria hasil :
1) Klien tidak mengeluh sesak nafas
2) Klien tidak mengalami penurunan kesadaran
3) Nilai AGD dalam batas normal
4) Tidak terdapat perubahan tanda-tanda vital
5) Klien tidak mengalami sianosis.
DAFTAR PUSTAKA.

Hidayat & Uliyah (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 2. Surabaya :
Salemba Medika

Rahmaniar, Dwi Sarah.2017.Asuhan Keperawatan pada Tn.J dan Ny. D dengan


Tuberculosis Paru di ruang paru RSUP Dr. M. Djamil Padang. Padang : Politeknik
Kesehatan Kemenkes Padang. Retrived from https://pustaka.poltekkespdg.ac.id

Budiono & Pertami, Sumirah Budi.2015. Kosep Dasar Keperawatan. Jakarta : Bumi
Medika

Kasiati & Dwi, (2016). Kebutuhan Dasar Manusia 1. Jakarta: kementrian Kesehatan
Republik Indonesia

Purwanto, (2016). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia

Herdman & zkamitsuru (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2018-2020. Jakarta : EGC.
Intervensi keperawatan

Anda mungkin juga menyukai