Anda di halaman 1dari 17

PENATALAKSANAAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

DI SUSUN OLEH :

DEVY EKAPUTRI

P07125118034

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI

POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2018/2019


INTERVENSI KEPERAWATAN RANAP PADA PELAYANAN KESEHATAN GIGI
DAN MULUT

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan gigi maka perlu dibuat perencanaan


intervensi keperawatan gigi dan aktivitas keperawatan gigi. Tujuan perencanaan adalah untuk
mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah gigi klien/pasien. Penentuan
tindakan/perawatan dalam rencana perawatan yang akan dilakukan pada klien/pasien sangat
tergantung dari diagnosa keperawatan gigi dan tujuan perencanaan.

contoh

no Diagnosa keperawatan gigi Tujuan Perencanaan


1 Ganggun penampilan diri sehubungan Tidak ada gangguan 1. Ajarkan
dengan bau mulut yang ditandai penampilan pada pasien pasien
dengan prioritas I OHI-S -107,5 yang ditandai dengan: tentang
karena kebiasaan menggosok gigi dan - Peningkatan pemeliharaan
pola makan yang salah pengetahuan kesehatan
tentang kesgilut gigi dan
- Menyikat gigi mulut
dengan benar 2. Ajarkan cara
menyikat
gigi yang
baik dan
benar
2 Resiko untuk terjadinya penyakit Terhindarnya pasien dari 1. Lakukan
jaringan penyangga dan jaringan keras resiko penyakit jaringan pembersihan
gigi yang ditandai dengan kebersihan penyangga dan jaringan karang gigi
mulut yang termasuk dalam kriteria keras gigi yang ditandai 2. Lakukan oral
sedang (angka OHI-S 2,49) dengan ; prophylaxis
- Tercapainya 3. Lakukan
penurunan OHIS pengolesan
yang ditandai flour
dengan
berkurangnya
calculus dan
debris di dalam
mulut
- Terlindungnya
gigi geligi dari
resiko terjadinya
karies

Rencana perawatan dikelompokan berdasarkan jenis tindakan dalam asuhan keperawatan


gigi dan mulut, yaitu promotif, preventif, dan kuratif yang merupakan kompetensi seorang
perawat gigi. Tidakan promotif terdiri dari penyuluhan dan bimbingan cra menyikat gigi yang
baik dan benar.

Tindakan preventif terdiri dari pembersihan karang gigi, oral prophylaxis, pengolesan
larutan flour, dan fissure sealant.

Tindakan kuratif sesuai kompetnsi dasar keperawatan gigi yaitu meliputi penambalan gigi
satu bidangdan 2 bidang, serta pencabutan gigi non invasif. Apabila ditemukan kasus yang
memerlukan perawatan diluar kompetensi perawat gigi maka pasien harus dirujuk ke dokter gigi.

ETIKA PELAYANAN KESEHATAN


Pengetian pelayanan kesehatan menurut Lavey dan Loomba adalah setiap upaya
baik yang diselenggarakan sendiri maupun bersama‐sama dalam suatu organisasi untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan, mencegah penyakit, mengobati penyakit dan
memulihkan kesehatan yang ditujukan terhadap perseorangan, kelompok dan
masyarakat9 . Pelayanan kesehatan dapat juga dikatakan sebagai upaya pelayanan
kesehatan yang melembaga berdasarkan fungsi sosial di bidang pelayanan kesehatan bagi
individu dan keluarga. Fungsi sosial disini berarti lebih mengutamakan pada unsur
kemanusiaan dan tidak mengambil keuntungan secara komersial.10 Ada dua kelompok
yang berperan dalam pelayanan kesehatan medis atau pelayanan kedokteran yaitu Health
Receivers dan Health Providers11 . Health Receivers adalah penerima pelayanan
kesehatan yaitu orang yang sakit atau mereka yang ingin memelihara/meningkatkan
kesehatannya, sedangkan Health Providers adalah pemberi pelayanan kesehatan yang
meliputi para tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, apoteker, laboran, dan lain‐lain.
Kedua kelompok tersebut tentunya memerlukan kepastian dan perlindungan hukum
didalam menjalankan fungsinya sebagai subyek hukum. Dalam pelayanan kesehatan ada
dua aspek kesehatan yang memberikan kontribusi besar dan saling berkaitan yaitu aspek
upaya kesehatan dan aspek sumber daya kesehatan. Kedua aspek ini merupakan bagian
dari indikator kinerja SKN pada distribusi status kesehatan dan ketanggapan SKN. Jika
aspek‐aspek tersebut tidak dalam keadaan yang optimal, maka dapat dipastikan kinerja
pelayanan kesehatan tidak akan dapat memuaskan. Aspek sumber daya kesehatan terdiri
dari sarana kesehatan (antara lain: rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, tempat
praktek mandiri) dan tenaga kesehatan (antara lain: dokter, perawat, bidan, apoteker).
Sedangkan upaya kesehatan, salah satunya adalah pemeliharaan kesehatan individu dan
masyarakat. Seluruh kegiatan pelaksanaan upaya kesehatan yang dilakukan oleh sumber
daya kesehatan selalu diatur oleh kaidah‐kaidah, yaitu kaidah‐kaidah medik, hukum dan
non hukum (moral dan etik)12. Selanjutnya pembahasan mengenai aspek‐aspek tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Aspek upaya kesehatan
2. Aspek sumber daya kesehatan : tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan

1. Ketentuan  Hukum Perawat Gigi


Pengertian tentang Tenaga Kesehatan tertuang didalam UU Kesehatan Nomor 36
Tahun 2009 Pasal 1 butir 6. Mengacu dari definisi tersebut di atas, seorang perawat
gigi dapat dikategorikan sebagai tenaga kesehatan. Seorang perawat gigi    memiliki
pengetahuan, kemampuan, ketrampilan dan kewenangan dalam melakukan upaya
kesehatan khususnya upaya pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut. Penegasan
mengenai tenaga kesehatan tertuang pula dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 1996 Pasal 2 yang menyatakan bahwa salah satu tenaga kesehatan adalah
tenaga keperawatan yang meliputi perawat dan bidan. Penegasan Perawat gigi
sebagai bagian dari rumpun keperawatan tertuang dalam Kepmenkes Nomor 1035
Tahun 1998. Dalam melaksanakan tugas pelayanannya, perawat gigi haruslah
mengikuti kaidah‐kaidah sebagai berikut :

a. Kaidah  Kualifikasi aidah kualifikasi memberikan persyaratan yang harus dipenuhi


orang untuk dapat melakukan perbuatan hukum tertentu. Dalam hal ini subyek hukum
tersebut harus sudah dewasa dan cakap untuk melakukan perbuatan hukum.
Kualifikasi perawat gigi sebagai tenaga kesehatan terlihat jelas di dalam Pasal 22 UU
Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996   
yang menegaskan bahwa seorang tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi
minimum yang selanjutnya diatur dalam peraturan menteri. Dalam hal ini, kualifikasi
seorang perawat gigi diatur dalam Kepmenkes Nomor 1392 Tahun 2001 tentang
Registrasi dan Ijin Kerja Perawat Gigi.

b. Kaidah Kewenangan Kaidah kewenangan dalam arti sempit memberikan kepada


orang yang memenuhi kualifikasi tertentu suatu kewenangan khusus untuk
melakukan perbuatan tertentu. Seorang perawat gigi mempunyai kewenangan
berhak26 dan kewenangan berbuat. Kedua kewenangan ini melekat menjadi satu
kesatuan dan saling mendukung. Kewenangan perawat gigi sebagai tenaga kesehatan
tertuang dalam UU Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 23 ayat 3 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Pasal 4. Kewenangan perawat gigi dalam
menjalankan tugas pelayanannya di Indonesia harus memiliki Surat Ijin Perawat Gigi
(SIPG) dan Surat Ijin Kerja (SIK) seperti yang tertuang dalam Pasal 1 Kepmenkes
Nomor 1392/Menkes/SK/XII/2001 tentang Registrasi dan Ijin Kerja Perawat Gigi
Peraturan terbaru mengenai kewenangan tenaga kesehatan tertuang dalam Permenkes
Nomor 161/Menkes/Per/I/2010 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan. Dalam
Permenkes ini    ada perubahan dalam sistem registrasi tenaga kesehatan, khususnya
perawat gigi, setelah terbentuknya Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) dan
Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi (MTKP). Surat Ijin Perawat Gigi berubah bentuk
menjadi Surat Tanda Registrasi (STR) yang diterbitkan dan dicabut oleh MTKI. Surat
Ijin Perawat Gigi berubah bentuk menjadi Surat Tanda Registrasi (STR) yang
diterbitkan dan dicabut oleh MTKI. Dalam Kaidah peraturan perizinan  yang mutlak
harus dimiliki oleh perawat gigi ini melekat asas kepastian hukum yang berarti setiap
tindakan administrasi perawat gigi ini berdasarkan hukum yang berlaku. Hal ini
merupakan perlindungan hukum yang preventif bagi perawat gigi.

c. Kaidah  Standar Profesi Standar Profesi merupakan batasan‐batasan ataupun


pedoman yang harus diikuti oleh tenaga kesehatan dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan kepada klien/pasien secara profesional. Standar profesi perawat gigi
mengikat perawat gigi dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
Didalamnya terkandung standar kompetensi dan unjuk kerja perawat gigi dalam
melakukan tugas pelayanannya serta kode etik yang merupakan landasan dalam
bekerja secara profesional. Asas perlindungan hukum melekat dalam kaidah standar
profesi bagi perawat gigi dalam melaksanakan tugas pelayanannya secara profesional.
Bekerja sesuai dengan standar profesi merupakan suatu syarat yang mutlak untuk
mendapatkan perlindungan hukum. Standar profesi merupakan suatu kaidah yang
mutlak dilaksanakan oleh perawat gigi karena didalamnya terkandung cara untuk
melakukan kebenaran yang merupakan suatu nilai dari    asas keadilan. Disamping
itu, standar profesi memberikan kepastian hukum bagi perawat gigi dalam melakukan
perbuatan hukumnya dengan benar dan tentunya kemanfaatan bagi perawat gigi
berupa imbalan perlindungan hukum. Berdasarkan kaidah‐kaidah ketentuan perawat
gigi tersebut di atas, tercermin adanya asas keadilan, kepastian hukum dan
kemanfaatan.
2. Ketentuan Hukum Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut
Bentuk pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan oleh perawat gigi
adalah dalam bentuk pelayanan asuhan. Asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang terencana, ditunjukkan kepada kelompok
tertentu yang dapat diikuti dalam kurun waktu tertentu dan diselenggarakan secara
berkesinambungan untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal. Kaidah‐
kaidah yang terkandung di dalam pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
meliputi :

a. Kaidah Prosedural   Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan
oleh perawat gigi harus memenuhi standar prosedur operasional. langkah‐langkah
yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu. Komalawati
menyebut standar prosedur operasional sebagai prosedur yang diuraikan oleh pemberi
pelayanan kesehatan dari setiap spesialisasi yang dalam aplikasinya disesuaikan
dengan fasilitas dan sumber daya yang ada27. Standar prosedur operasional yang
perlu dilakukan oleh perawat gigi :
1) Standar Administrasi dan Tata Laksana
2) Standar Pengumpulan Data Kesehatan Gigi
3) Standar Promotif, Preventif dan Kuratif
4) Standar Hygiene Kesehatan gigi
5) Standar Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Psien Umum Rawat Inap
6) Standar Peralatan dan bahan asuhan Kesehatan gigi dan mulut

b. Kaidah  kehati‐hatian dan  ketelitian   Unsur kehati‐hatian dan ketelitian ini,


menurut Prof. Mr.S.B. Van der Mijn, merupakan salah satu unsur dari tiga ukuran
suatu standar medik. Disamping itu, hal ini merupakan kewajiban tenaga kesehatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien/masyarakat. Dalam unsur
kehati‐hatian dan ketelitian ini melekat asas bertindak cermat yang berarti perawat
gigi harus cermat dalam melakukan tindakan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut kepada pasien. Bertindak hati‐hati dan teliti merupakan suatu langkah dalam
melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara benar. Kebenaran merupakan salah
satu nilai yang terkandung dalam asas keadilan.

c. Kaidah  Pertanggungjawaban  Hukum dan Etik Tanggungjawab hukum yang


timbul berkaitan dengan pelaksanaan profesinya dapat berupa tanggungjawab   
terhadap ketentuan‐ketentuan hukum perdata, pidana dan administrasi negara.
Sedangkan    tanggungjawab etik merupakan tanggungjawab terhadap ketentuan
profesionalnya yaitu kode etik perawat gigi seperti termuat dalam lampiran
Kepmenkes Nomor 378/MENKES/SK/III/2007 tentang standar profesi perawat gigi.
Pertanggungjawaban hukum dan pertanggungjawaban etik merupakan sesuatu yang
melekat dalam pelaksanaan suatu perbuatan hukum oleh subyek hukum. Praktik
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu perbuatan hukum yang
menuntut adanya pertanggungjawaban dalam pelaksanaannya. Tanggungjawab
hukum dan tanggung jawab etik merupakan suatu konsekuensi dalam melakukan
tindakan hukum dan menuntut adanya perbuatan hukum yang benar yang harus
dilakukan oleh subyek hukum. Mengejar kebenaran merupakan suatu nilai yang ada
dalam asas keadilan.   Berdasarkan kaidah‐kaidah pelayanan asuhan kesehatan gigi
dan mulut tersebut diatas, tercermin adanya asas keadilan, asas kepastian hukum dan
asas kemanfaatan. Kaidah prosedural, kaidah kehati‐hatian dan ketelitian serta kaidah
pertanggunjawaban hukum dan etik merupakan kaidah/peraturan yang menegakkan
dan mengejar kebenaran. Hal ini menunjukkan adanya asas keadilan di dalam
peraturan‐peraturan tersebut. Asas kepastian hukum jelas tercermin dalam kaidah
prosedur dan kaidah kehati‐hatian. Tersedianya bentuk pelaksanaan yang jelas
menuntut adanya taat asas yang harus dilakukan oleh subyek hukum dan dapat
diketahui umum. Asas kemanfaatan dari peraturan‐peraturan tersebut dapat dirasakan
berupa pemuasan kepentingan umum untuk mendapatkan pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut yang bermutu.  

3. Kewajiban Umum

Pasal 1
Setiap Perawat Gigi Indonesia harus senantiasa menjalankan profesinya secara
optimal.
Perawat gigi melakukan pekerjaannya sesuai dengan asuhan kesehatan gigi dan
mulut, etika umum, etika kesehatan gigi, hukum dan agama. Pengetahuan dan
ketrampilan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut perlu dipelihara dan
dipercayakan sesuai dengan kompetensi perawat gigi, etika umum dan etika
kesehatan gigi dan mulut dilakukan dalam kerangka anggota pelayanan terbaik pada
pasien.
Sebagai contoh perawat gigi memberikan perawatan kesehatan perlu memperhatikan
prinsip dan pengetahuan yang didapat mendapat hasil yang maksimal.

Pasal 2
Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib menjunjung tinggi norma-norma hidup yang
luhur.
Seorang perawat gigi dalam menjalankan profesinya harus membawa diri dalam sikap
yang terpuji. Baik dalam menanggapi pasien, masyarakat, teman sejawat juga
profesinya. Dalam menjalankan tugasnya, perawat gigi harus memindahkan norma-
norma luhur yang berlaku di daerah di mana ia menjalankan tugas sebagai perawat
gigi. Oleh karena itu Perawat gigi Indonesia berkewajiban untuk meminta tingkah
laku, tutur kata serta sikapnya agar selalu seimbang dengan martabat. Perawat gigi
sebagai salah satu tenaga kesehatan gigi. Masyarakat memperhatikan perawat gigi
yang berbicara adalah perawat gigi yang menjunjung tinggi norma kehidupan yang
baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam menjalankan profesinya. Karena
Masyarakat menghargai perawat tidak hanya berdasarkan kemampuan dalam

memberikan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat, tetapi
juga cara dan sikap atas dalam masyarakat.

Pasal 3
Dalam menjalankan profesi, setiap Perawat Gigi Indonesia tidak dapat
dikonfirmasi melakukan tindakan yang disetujui dengan Kode Etik.
Dalam hal ini sebagai seorang perawat profesional harus bekerja berdasarkan kode
etik yang telah disetujui dan disetujui. Jika ada yang membatalkan dilakukan dalam
proses perawatan maka akan diberikan sanksi yang telah diberikan dalam kode etik
profesi perawat gigi. Contoh: menyetujui seorang perawat gigi akan mengeluarkan
izin dan meminta hal itu terus disetujui maka akan dikeluarkan dari organisasi
profesi.

Pasal 4
Setiap Perawat Gigi Indonesia harus memberikan penilaian dan pendapat yang
dapat dipertanggung jawabkan.
Yang disampaikan dalam pasal 4 itu adalah setiap perawat gigi harus
mempertanggungjawabkan apa yang telah disampaikan kepada pasien. Misalnya
dalam melakukan tindakan scaling pada pasien, apa saja langkah-langkah yang akan
dilakukan dan disetujui oleh pasien , perbaikan besar perawatan akan berhasil dan
menghindari masalah seperti apa yang akan meningkatkan pasien melakukan
tindakan scaling.
Kemudian perawat gigi juga terlibat dalam hal mempertanggung jawabkan rekam
medis pasien dan harus sesuai dengan keadaan pasien yang sebenarnya terjadi pada
diri pasien itu sendiri, bahkan kompilasi terjadi kesalahan dalam melakukan
perawatan kesehatan terhadap diri pasien menyanyi perawat akan
mempertanggunjawabkan dengan baik mempertanggunggugatkan .

Pasal 5
Setiap perawat gigi Indonesia agar menjalin kerja sama yang baik dengan tenaga
kesehatan lainnya.
Perawat gigi harus dapat menjalin kerja sama dengan pelaksana tenaga kesehatan
seperti dokter gigi, dokter umum, bidan, perawat umum, ahli gizi serta penyuluh
kesehatan masyarakat agar terjalin hubungan yang baik, harmonis dan saling
mendukung. Hubungan kerjasama yang dapat mendukung terjalinnya kolaborasi
perawat dengan tenaga kesehatan yang lain dapat melakukan asuhan pelayanan
kesehatan dengan terapeutik.

Pasal 6
Setiap perawat gigi Indonesia wajib bertindak sebagai motivator dan pendidik
masyarakat.
Perawat bertindak sebagai motivator untuk memberikan motivasi / semangat dalam
hal kesehatan gigi dan mulut pasien. Hal ini diterapkan karena motivasi merupakan
bagian dari primer.

Pasal 7
Setiap perawat gigi Indonesia wajib meningkatkan kesehatan gigi dan mulut
masyarakat dalam bidang promotif, preventif, dan kuratif sederhana.
Perawat gigi Indonesia dalam rangka meningkatkan kesehatan gigi dan mulut yang
diperlukan untuk melakukan upaya yang baik, promotif, maupun tindakan kuratif
sederhana. Peran perawat gigi dalam upaya promotif dan preventif dilakukan untuk
mencegah timbulnya penyakit gigi dan mulut, perbaikan ini dilakukan sebagai
rencana kemenangan guna meningkatkan angka penyakit gigi dan mulut dalam
masyarakat, sedangkan peran perawat gigi dalam upaya kuratif mudah dibuat dengan
memberikan bantuan yang dapat dilakukan kuratif disaat penyakit gigi dan mulut
sudah menjangkiti seseorang, namun tindakan kuratif yang diberikan adalah
sederhana, tidak melebihi batas wewenang yang dibutuhkan oleh seorang perawat
gigi sesuai SOP.

A. Kewajiban Perawat Gigi Terhadap Masyarakat

Pasal 8
Dalam melaksanakan profesinya, setiap Perawat Gigi Indonesia wajib
memberikan pelayanan yang dapat dilakukan kepada individu masyarakat.
Perawat gigi juga termasuk tenaga kesehatan yang didik dan juga berfungsi untuk
masyarakat luas. Jadi harus menjadi perhatian bagi perawat gigi memberikan
pelayanan yang mungkin bagi individu masyarakat.
Selain itu perawat gigi juga wajib memperhatikan dan mendapat persetujuan apa yang
akan dilakukan terhadap pasien. Jika tidak, perawatan tidak mungkin bisa diteruskan.
Jika iya, harus laksanakan semaksimal mungkin. Dengan adanya prosedur seperti ini,
tidak perlu menunjukkan apakah pasien tidak tahu apa yang dilakukan perawat
terhadapnya, tetapi si perawat sudah menjelaskan tentang yang sesuai dengan
keadaan pasien, tetapi pasien yang menentukan akan melakukan tindakan atau tidak.

Pasal 9
Dalam hal ini ketidakmampuan dan melampaui kewenangan Perawat Gigi
Indonesia berkewajiban meminta persetujuan yang ditemukan bagi tenaga yang lebih
ahli.
Setuju, KARENA sebuah pabila Seorang PERAWAT gigi TIDAK DAPAT
menangani Sebuah KASUS , di KARENA kan Hal tersebut Bukan kompetensinya,
Maka besarbesaran Harus merujuknya Ke Tenaga Medis Yang LEBIH Ahli ATAU
berkompeten hearts bidangnya such as inviting participation Ke Dokter Gigi ATAU
Dokter Gigi spesialis .

Pasal 10
Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib merahasiakan segala sesuatu yang ia ketahui
tentang kliennya.
Setuju, hal tersebut merupakan hal yang sangat sensitif bagi pasien.
Ketidaknyamanan si pasien, aman diri, minder, atau lingkungan sosialisasinya akibat
rahasia medis yang tidak dijaga dapat meningkatkan semangat untuk memulihkan
karena pasien tersebut tidak nyaman dengan lingkungannya.
Namun, jika harus dirahasiakan kepada perwalian, nampak kurang setuju. Karena
keluarga adalah orang terdekat yang diharapkan pasien dapat membantu dalam proses
pemulihan, seperti memberikan semangat, mengupayakan pelayanan yang lebih baik,
dan sebagai wujud terima kasih kepada pasien.
Pasal 11
Setiap Perawat gigi indonesia wajib memberikan pertolongan darurat dalam batas
kemampuan, sebagai tugas perikemanusiaan, kecuali pada waktu itu ada orang lain
yang lebih mampu menyediakan pertolongan.
Pasal ini menjelaskan perlunya perawat gigi terhadap masyarakat. Dalam keadaan
darurat seorang Perawat Gigi wajib memberikan pertolongan kepada yang
membutuhkan dan apa pun yang dideritanya. Pertolongan yang diberikan tentu saja
dalam batas-batas keterampilan, keahlian dan pengetahuan yang dimilikinya. Selalu
sangat terbatas, namun tetap harus melakukan segala sesuatu dalam upaya
menyelamatkan seseorang. Pertolongan harus diberikan tidak ada orang lain yang
mampu memberikan.
Kami sependapat, karena kami juga memiliki tenaga yang harus disiapkan dan sigap
dalam melayani masyarakat dalam kondisi apapun dan kapanpun. Namun demikian,
perlu dipertimbangkan tentang mana kebutuhan yang kita miliki agar tidak terjadi
kesalah yang tidak diinginkan. Sebaiknya jangan coba-coba kasus di luar negeri kita
sebagai perawat gigi, lakukan pertolongan sederhana sesuai dengan kemampuan kita,
kemudian rujuk pada orang yang lebih mampu memasang kasus tersebut, misalnya
dokter gigi. Jangan sampai kita melakukan kesalahan yang dapat berakibat fatal dan
merugikan pasien, alih-alih mencoba menolong tapi yang terjadi malah
membahayakan pasien.

B. Kewajiban Perawat Gigi Terhadap Teman Sejawatnya.

Pasal 12
Setiap Perawat Gigi Indonesia harus menerima bantuan dari teman sendiri.
Sesama Perawat Gigi disetujui tidak lebih tinggi dari rekannya. Hal ini disebabkan
karena menciptakan proses kerja yang adil dan tidak menimbulkan pengaruh. Selain
itu, demi menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, membuat kinerja yang
dihasilkan pun optimal.
Dalam usaha menciptakan suasanan kerja yang diinginkan, berhasil tidak dilepaskan
dari andil organisasi profesi yang menaungi. Pengetahuan yang diberikan hendknya
dibagikan kepada sesama perawat gigi. Untuk memudahkan adanya berbagi
pengalaman antar sesama perawat gigi, alangkah baiknya jika setiap perawat gigi
menjadi anggota Persatuan Perawat Gigi Indonesia. Dapat juga aktif untuk
menghadiri pertemuan yang diselenggarakan oleh PPGI, sehingga merasa kerjasama
dan penerimaan dalam sebuah komunitas itu ada.
Forum antar perawat gigi juga dapat memfasilitasi dalam pencarian solusi atas
kesalahpahaman yang timbul antar sesama perawat gigi. Selain itu dapat digunakan
sebagai sarana curah pendapat tentang isu-isu teraktual dalam dunia kedokteran gigi.

C. Kewajiban Perawat Gigi Terhadap Diri Sendiri


Pasal 13
Setiap perawat gigi Indonesia wajib mempertahankan dan meningkatkan martabat
dirinya.
Meningkatkan martabat dirinya, maksudnya perawat gigi wajib bekerja dan
berusahanya selalu memperbaiki diri untuk meningkatkan citra perawat gigi di
masyarakat.

Pasal 14
Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib mengembangkan ilmu dan teknologi. Kami
setuju dengan pasal 14 belum ilmu yang terus berkembang seimbang dengan
kemajuan zaman. Oleh sebab itu, sebagai perawat gigi kita juga harus aktif mengikuti
perkembangan ini agar bisa memenuhi kebutuhan pasien dengan ilmu - ilmu baru
yang lebih memadai. Dapat kita lihat di realitanya dilapangan, asuhan keperawatan
yang dilakukan masih manual dan konvensional, belum disetujui dengan sistem /
perangkat tekhnolgi yang memadai. Contohnya dalam hal pendokumentasian asuhan
keperawatan masih manual, sehingga perawat memiliki potensi yang besar terhadap
proses pengerjaan kelalaian dalam praktik. Dengan adanya perkembangan teknologi,
maka sangat perlu bagi perawat untuk memiliki sistem pendokumentasian asuhan
keperawatan yang lebih baik.
Pasal 15
Setiap Perawat Gigi Indonesia harus dapat bekerja dengan baik. Dalam artikel 15
yang diminta setiap perawat gigi di Indonesia harus memeliharanya kesehatannya,
kita sebagai calon perawat gigi harusnya memberikan contoh yang baik kepada
masyarakat tentang bagaimana meningkatkan kesehatan, meningkatkan kesehatan
gigi dan mulut. Seperti memeriksakan gigi minimal 6 bulan sekali, menggosok gigi
minimal 2 kali sehari. Dan menjaga kebersihan serta lingkungan sekitarnya, dan
memperhatikan syarat-syarat antara lain dengan imunisasi, mencuci tangan, memakai
topeng dan sarung tangan.
Tapi dalam realitanya di Indonesia masih sering ditemui perawat gigi yang tidak
memperhatikan persyaratan kesehatan.
INTERVENSI KEPERAWATAN RANAP PADA PELAYANAN KESEHATAN GIGI
DAN MULUT

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan gigi maka perlu dibuat perencanaan


intervensi keperawatan gigi dan aktivitas keperawatan gigi. Tujuan perencanaan adalah untuk
mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah gigi klien/pasien. Penentuan
tindakan/perawatan dalam rencana perawatan yang akan dilakukan pada klien/pasien sangat
tergantung dari diagnosa keperawatan gigi dan tujuan perencanaan.

contoh

no Diagnosa keperawatan gigi Tujuan Perencanaan


1 Ganggun penampilan diri sehubungan Tidak ada gangguan 3. Ajarkan
dengan bau mulut yang ditandai penampilan pada pasien pasien
dengan prioritas I OHI-S -107,5 yang ditandai dengan: tentang
karena kebiasaan menggosok gigi dan - Peningkatan pemeliharaan
pola makan yang salah pengetahuan kesehatan
tentang kesgilut gigi dan
- Menyikat gigi mulut
dengan benar 4. Ajarkan cara
menyikat
gigi yang
baik dan
benar
2 Resiko untuk terjadinya penyakit Terhindarnya pasien dari 4. Lakukan
jaringan penyangga dan jaringan keras resiko penyakit jaringan pembersihan
gigi yang ditandai dengan kebersihan penyangga dan jaringan karang gigi
mulut yang termasuk dalam kriteria keras gigi yang ditandai 5. Lakukan oral
sedang (angka OHI-S 2,49) dengan ; prophylaxis
- Tercapainya 6. Lakukan
penurunan OHIS pengolesan
yang ditandai flour
dengan
berkurangnya
calculus dan
debris di dalam
mulut
- Terlindungnya
gigi geligi dari
resiko terjadinya
karies

Rencana perawatan dikelompokan berdasarkan jenis tindakan dalam asuhan keperawatan


gigi dan mulut, yaitu promotif, preventif, dan kuratif yang merupakan kompetensi seorang
perawat gigi. Tidakan promotif terdiri dari penyuluhan dan bimbingan cra menyikat gigi yang
baik dan benar.

Tindakan preventif terdiri dari pembersihan karang gigi, oral prophylaxis, pengolesan
larutan flour, dan fissure sealant.

Tindakan kuratif sesuai kompetnsi dasar keperawatan gigi yaitu meliputi penambalan gigi
satu bidangdan 2 bidang, serta pencabutan gigi non invasif. Apabila ditemukan kasus yang
memerlukan perawatan diluar kompetensi perawat gigi maka pasien harus dirujuk ke dokter gigi.

Anda mungkin juga menyukai