Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah Sakit merupakan suatu fasilitas pelayanan masyarakat

yang sangat kompleks yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

melalui pendekatan pemeliharaan kesehatan yang dilaksanakan secara

menyeluruh sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku tanpa

memandang agama, golongan dan kedudukan.

Pada zaman yang sudah modern dan globalisasi, rumah sakit juga

dituntut untuk mengikuti perkembangan yang telah ada, dalam hal ini

adanya kompetisi yang sangat ketat antar rumah sakit. Dalam melakukan

tugas dan fungsinya, rumah sakit harus mampu meningkatkan mutu

dan pelayanan di rumah sakit itu sendiri, sehingga citra rumah sakit

bergeser dari fungsi sosial menjadi fungsi ekonomis dan efisiensi. Hal

ini berdampak pada manajerial rumah sakit dalam mengembangkan

strategis dan salah satunya adalah peranan sistem informasi manajemen di

rumah sakit. Hal ini digunakan agar kegiatan yang dilaksanakan mencapai

pelayanan yang cepat, akurat, dan tepat sehingga informasi yang

dihasilkan lebih efektif dan efisien, maka perlunya manajemen yang

baik dan berkualitas (Silfani dan Achadi, 2014).


2

Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan salah satu

sumber daya organisasi untuk mendukung proses pengambilan keputusan

pada berbagai tingkat manajemen, data dapat diolah menjadi informasi

yang secara real time sesuai keperluan owner, direktur, manajer sebagai

pimpinan manajemen lini bawah, tengah dan atas. Agar informasi

sesuai dengan kebutuhan, cepat, akurat, maka perlunya perancangan

suatu SIM yang baik, sehingga dapat digunakan sebagai pendukung

pengambilan keputusan.

Rumah sakit pun memiliki SIM yang biasa disebut dengan SIMRS.

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) merupakan sistem

yang mendukung pengambilan keputusan bagi pihak manajemen

dalam menentukan strategi untuk mencapai tujuan penyelenggaraan

rumah sakit (Rahaju, dkk, 2013). SIMRS merupakan suatu usaha

untuk menyajikan informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai

kebutuhan guna menunjang proses fungsi-fungsi manajemen dan

pengambilan keputusan dalam memberikan pelayanan kesehatan di

Rumah Sakit. Misalnya, SIMRS dapat mengelola data pasien secara

lebih baik sehingga lebih mudah dicari dan ditemukan, dan kemudian

data pasien tersebut dapat digunakan untuk perencanaan pengadaan

obat, sehingga diharapkan stok obat yang ada sesuai dengan kebutuhan

pasien tersebut.

Rumah sakit di Indonesia wajib melakukan pencatatan dan

pelaporan tentang semua kegiatan penyelenggaraan Rumah Sakit


3

sebagaimana ketentuan dalam pasal 52 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Sistem informasi

manajemen rumah sakit (SIMRS) yang digunakan di sebuah rumah

sakit harus memberikan kemudahan dalam operasional serta dapat

mengatasi kendala pelayanan pasien yang ada di rumah sakit tersebut

(Gunawan, 2013).

B. Tujuan

Tujuan Umum

Untuk mengetahui mengenai Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.

Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengertian dari Sistem Informasi Mnajemen

Rumah Sakit (SIM RS)

2. …..

3. …
4

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Sistem Informasi

Sistem informasi seperti dijelaskan oleh Robert dan Davis, adalah

suatu sistem di dalam sebuah organisasi yang mempertemukan kebutuhan

pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan

kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu

dengan laporan yang dibutuhkan (Jogiyanto,2005).

Sistem informasi (system) dapat didefinisikan dengan pendekatan

prosedur dan pendekatan komponen (Jogiyanto,2009). Dengan pendekatan

prosedur, sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan dan prosedur yang

memiliki tujuan tertentu. Sedangkan pendekatan komponen, sistem dapat

didefinisikan sebagai kumpulan dari komponen yang saling berhubungan

antara satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan untuk mencapai

tujuan tertentu. Tujuan dari sistem informasi adalah menghasilkan

informasi. Sedangkan informasi sendiri adalah data yang diolah

menjadibentuk yang berguna bagi penggunanya.

Sistem informasi akan menghasilkan informasi seperti perencanaan,

operasional, dan pelaporan rumah sakit. Sistem informasi yang baik

menandakan suatu peningkatan kinerja pada rumah sakit sehingga

pelayanan yang diberikan cepat dan nyaman bagi customer.


5

1. Menurut Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2011

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit merupakan

sistem teknologi informasi komunikasi yang memproses dan

mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan Rumah Sakit

dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur

administrasi untuk memperoleh informasi secara tepat dan

akurat, dan SIMRS merupakan bagian dari Sistem Informasi

Kesehatan.

2. Sebagaimana diatur dalam UU RI no. 44 th 2009 – RS

SIMRS merupakan suatu proses pengumpulan, pengolahan

dan penyajian data rumah sakit se- Indonesia, yang mencakup

semua rumah sakit umum maupun khusus, baik yang dikelola

secara publik maupun privat.

3. Menurut Fahmi Hakam (2016)

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) merupakan

sistem informasi secara utuh yang terdiri dari beberapa

subsistem di masing-masing unit dan terintegrasi satu sama

lainnya.

4. Menurut Boy S. Sabarguna

SIMRS merupakan suatu tatanan yang berurusan dengan

pengumpulan data, pengelolaan data, penyajian informasi, analisis

dan penyimpulan informasi serta penyampaian informasi yang

dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit.


6

SIMRS dengan basis komputer, merupakan sarana pendukung yang

penting, dan wajib untuk operasional sebuah rumah sakit. Sistem secara

sederhana digambarkan sebagai komponen atau variabel yang

terorganisasi, saling berinteraksi, saling bergantung satu sama lain dan

terpadu. Sistem adalah jaringan kerja dari prosedur prosedur yang saling

berhubungan, bekerja bersama sama untuk melakukan suatu kegiatan atau

menyelesaikan sasaran tertentu

B. Karakteristik sistem
Menurut Jogiyanto (2005), suatu sistem memiliki karakteristik atau sifat
yang tertentu yaitu memiliki :
1. Komponen (component)
Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi
atau saling bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen sistem
ini dapat berupa subsistem atau bagian dari sistem. Setiap subsistem
ini memiliki sifat dari sistem dan menjalankan suatu sistem tertentu
dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan
2. Batas sistem (boundary)
Daerah yang membatasi suatu sistem dengan sistem yang lainnnya
atau dengan lingkungan luarnya
3. Lingkungan luar sistem (environments)
Merupakan segala sesuatu atau apapun yang ada diluar batas dari
sistem yang mempengaruhi operasional sistem. Lingkungan luar ini
bisa menguntungkan bisa juga merugikan sistem tersebut.
4. Penghubung (interface)
Merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem
yang lainnya. Melalui penghubung ini subsistem ini berkomunikasi.
Keluaran (output) dari satu subsistem akan menjadi masukan (input)
untuk subsistem yang lain. Dari penghubung (interface) inilah
subsistem berintegrasi dan membentuk satu kesatuan
5. Masukan (input)
Adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Dapat berbentuk
masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal
input). Maintenance input adalah energi yang dimasukkan supaya
sistem tersebut dapat beroperasi. Sedangkan signal input adalah energi
yang diproses sehingga akhirnya didapatkan keluaran.
7

6. Keluaran (output)
Adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi
keluaran yang berguna. Keluaran ini dapat merupakan masukan untuk
subsistem yang lain.

C. Operasional Sistem Informasi Manajemen

Sistem informasi memiliki tiga elemen utama, yaitu data yang

menyediakan informasi, prosedur yang memberitahu pengguna bagaimana

mengoperasikan sistem informasi, dan orang-orang yang membuat produk,

menyelesaikan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan sistem

informasi tersebut. Orang-orang dalam sistem informasi membuat

prosedur untuk mengolah dan memanipulasi data sehingga menghasilkan

informasi dan menyebarkan informasi tersebut ke lingkungan. Suatu SIM

dapat dioperasionalisasi bila terdapat 3 unsur penting, antara lain:

1. Hardware (Perangkat Keras), terdiri dari: Komputer dan

peralatannya, jaringan komunikasi seperti modem, telephone dll.

2. Software (Perangkat Lunak), terdiri dari program yang

menjalankan proses kerja pada komputer.

3. Brainware, merupakan unsur manusia yang menjalankan SIM.

Dalam implementasinya Sistem Informasi Manajemen Rumah

Sakit (SIMRS) akan dapat beroperasi secara optimal jika ada integrasi

antar subsistem, sehingga sisitem tidak berdiri sendiri (stand alone) dan

transaksi data menjadi lebih cepat. Operasional Sistem Informasi

Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) meliputi data-data transaksi (medis,


8

penunjang medis, dan non medis), yang berfungsi untuk memudahkan

dan meningkatkan pelayanan di rumah sakit. Selain itu di era transaksi

data elektronik, keberadaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

(SIMRS) akan sangat membantu manajemen dalam pengambilan

keputusan dan juga memudahkan tenaga kesehatan dalam memberikan

pelayanan kesehatan kepada pasien (Fakri Hakam, 2016).

D. Keuntungan Menggunakan SIM RS

Keuntungan menggunakan SIM RS bagi rumah sakit antara lain:

1. Dapat memantau perkembangan Rumah Sakit secara akurat

2. Dapat meningkatkan pelayanan dibidang kesehatan kepada

masyarakat secara akurat.

3. Rumah Sakit tersebut dapat terpantau secara langsung oleh

lembaga-lembaga dari luar atau dalam Negeri secara akurat,

sehingga mempermudah akses bagi lembaga tersebut jika akan

memberikan informasi serta mempermudah akses jika ingin

memberikan dana.

4. Dapat menyimpan data base Rumah Sakit mulai dari pasien,

karyawan yang terdiri dari data rumah sakit, data administrasi,data

aset rumah sakit dan lain-lain.

5. Dapat mengangkat brand image Rumah Sakit tersebut secara tidak

langsung dengan memiliki fasilitas modern.


9

6. Dapat mengurangi beban kerja sub-bagian rekam medis dalam

menangani berkas rekam medis. Bagian rekam medis memang sub-

bagian yang paling direpotkan mulai dari coding , indexing, filling

dan lain-lain. Sebagian Rumah Sakit di Indonesia masih

mengggunakan petugas Rekam Medis ataupun kurir dalam

mendistribusikan berkas-berkas ke masing-masing pelayanan.

7. Dapat mengurangi pemakaian kertas. Pemakaian kertas masih

belum bisa dihilangkan di Indonesia karena data medis sangat

rentan dengan hukum dan akan memporakporandakan perdagangan

kertas di Indonesia. Dengan sistem yang terkomputerisasi ,

pemakaian kertas yang bisa di pangkas antara lain :

a) Lembar kertas Rekam Medis yang tidak berhubungan

dengan masalah Autentikasi atau aspek hukum

b) Laporan masing-masing unit pelayanan (karena semua

laporan telah terekap oleh sistem)

c) Rekap Laporan ( RL ) yang dikirim ke dinas Kesehatan.

d) Menghasilkan pelaporan keuangan rumah sakit yang dapat

di pertanggungjawabkan.

8. SIMRS dapat digunakan untuk mendukung proses pengambilan

keputusan, SIMRS dapat mendukung suatu program tertentu dan

dijalankan dengan bantuan perangkat komputer. Teknologi

informasi ini telah berkembang dan menjadi bagian yang sangat

penting bagi industri kesehatan, termasuk upaya untuk menurunkan


10

biaya pelayanan dan meningkatkan kualitas pelayanan. Dengan

adanya SIMRS berbasis web, interaksi manusia terutama

operator dan kasir dalam kasus ini mengalami perubahan. Interaksi

terjadi tidak hanya antara operator dan kasir tetapi juga mencakup

interaksi dokter, perawat dan staf karyawan serta owner. Interaksi

yang terjadi tidak lagi memiliki batasan waktu dan jarak.

9. SIMRS digunakan untuk mencegah apabila data yang didapatkan

salah, karena hal ini dapat mengakibatkan pemborosan biaya,

tenaga, sarana dan waktu. Oleh karena itu, pentingnya upaya ini

agar kesalahan data dapat dikurangi sekecil mungkin.

Manajemen rumah sakit membutuhkan pengelolaan data yang

cepat dan akurat demi menciptakan pelayanan yang berkualitas.

Pengelolaan data secara manual, mempunyai banyak kelemahan,

selain membutuhkan waktu yang lama, keakuratannya juga

kurang dapat diterima karena kemungkinan kesalahan yang

sangat besar. Dukungan teknologi informasi akan mendukung

pekerjaan pengelolaan data dengan cara manual dapat

digantikan dengan suatu sistem informasi dengan menggunakan

komputer. Selain lebih cepat dan mudah, pengelolaan data juga

menjadi lebih akurat karena kumungkinan kesalahan dapat

diminimalisir (Topan, dkk, 2015).


11

E. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun

2013

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 82 TAHUN 2013
TENTANG
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang :

a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 52 ayat (1) UndangUndang Nomor


44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, setiap rumah sakit wajib
melakukan pencatatan dan pelaporan semua kegiatan
penyelenggaraan rumah sakit dalam bentuk sistem informasi
manajemen rumah sakit;
b. bahwa pembentukan sistem informasi manajemen rumah sakit
dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas
penyelenggaraan rumah sakit di Indonesia;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Kesehatan tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit;

Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/Menkes/PER/I/2010
tentang Perizinan Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/Menkes/PER/III/2010
tentang Klasifikasi Rumah Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/PER/VIII/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585), sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
35 Tahun 2013 (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 741);
12

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG


SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan ini yang dimaksud dengan:

1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang


menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat.
2. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang selanjutnya
disingkat SIMRS adalah suatu sistem teknologi informasi
komunikasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur
proses pelayanan Rumah Sakit dalam bentuk jaringan koordinasi,
pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh informasi
secara tepat dan akurat, dan merupakan bagian dari Sistem
Informasi Kesehatan.
3. Sistem Informasi Kesehatan adalah seperangkat tatanan yang
meliputi data, informasi, indikator, prosedur, teknologi, perangkat,
dan sumber daya manusia yang saling berkaitan dan dikelola secara
terpadu untuk mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna
dalam mendukung pembangunan kesehatan.
4. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.
5. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah
Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
6. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.

Pasal 2

Pengaturan SIMRS bertujuan meningkatkan efisiensi, efektivitas,


profesionalisme, kinerja, serta akses dan pelayanan Rumah Sakit.
13

Pasal 3

(1) Setiap Rumah Sakit wajib menyelenggarakan SIMRS.


(2) Penyelenggaraan SIMRS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menggunakan aplikasi dengan kode sumber terbuka (open source)
yang disediakan oleh Kementerian Kesehatan atau menggunakan
aplikasi yang dibuat oleh Rumah Sakit.
(3) Aplikasi penyelenggaraan SIMRS yang dibuat oleh Rumah Sakit
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus memenuhi persyaratan
minimal yang ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 4

(1) Setiap Rumah Sakit harus melaksanakan pengelolaan dan


pengembangan SIMRS.
(2) Pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan SIMRS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus mampu meningkatkan dan mendukung
proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit yang meliputi:
a. kecepatan, akurasi, integrasi, peningkatan pelayanan,
peningkatan efisiensi, kemudahan pelaporan dalam pelaksanaan
operasional;
b. kecepatan mengambil keputusan, akurasi dan kecepatan
identifikasi masalah dan kemudahan dalam penyusunan strategi
dalam pelaksanaan manajerial; dan
c. budaya kerja, transparansi, koordinasi antar unit, pemahaman
sistem dan pengurangan biaya administrasi dalam pelaksanaan
organisasi.

Pasal 5

(1) SIMRS harus dapat diintegrasikan dengan program Pemerintah dan


Pemerintah Daerah serta merupakan bagian dari Sistem Informasi
Kesehatan.
(2) Pengintegrasian dengan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk
kemampuan komunikasi data (interoperabilitas).
(3) SIMRS harus memiliki kemampuan komunikasi data
(interoperabilitas) dengan:
a. Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik
Negara (SIMAK BMN);
14

b. Pelaporan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS); Indonesia


Case Base Group’s (INACBG’s); aplikasi lain yang
dikembangkan oleh Pemerintah; dan
c. sistem informasi manajemen fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya.
(4) Kemampuan komunikasi data (interoperabilitas) dengan Sistem
Informasi dan Manajemen Barang Milik Negara (SIMAK BMN)
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, paling sedikit mencakup
pengkodean barang.

Pasal 6

(1) Arsitektur SIMRS paling sedikit terdiri atas:


a. kegiatan pelayanan utama (front office);
b. kegiatan administratif (back office); dan
c. komunikasi dan kolaborasi
(2) Selain arsitektur sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Rumah Sakit
dapat mengembangkan SIMRS dengan menambahkan arsitektur
pendukung yang berupa Picture Archiver System (PACS), Sistem
Manajemen Dokumen (Document Management System), Sistem
Antar Muka Peralatan Klinik, serta Data Warehouse dan Bussines
Intelegence.

Pasal 7

SIMRS yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit harus memenuhi 3 (tiga)


unsur yang meliputi keamanan secara fisik, jaringan, dan sistem aplikasi.
Pasal 8

Penyelenggaraan SIMRS harus dilakukan oleh unit kerja struktural atau


fungsional di dalam organisasi Rumah Sakit dengan sumber daya manusia
yang kompeten dan terlatih.

Pasal 9

Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan SIMRS sebagaimana


tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
15

Pasal 10

(1) Menteri melalui Direktorat Jenderal yang menyelenggarakan urusan di


bidang Bina Upaya kesehatan, Pemerintah Daerah Provinsi melalui
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota melalui Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
SIMRS sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
ditujukan untuk:

a. meningkatkan mutu penyelenggaraan SIMRS; dan

b. mengembangkan penyelenggaraan SIMRS.

(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat


dilaksanakan melalui:
a. advokasi dan sosialisasi;
b. pendidikan dan pelatihan;
c. bimbingan teknis; dan/atau
d. pemantauan dan evaluasi.

Pasal 11

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, semua Rumah Sakit yang
telah menyelenggarakan SIMRS harus menyesuaikan dengan Peraturan
Menteri ini paling lambat 2 (dua) tahun.

Pasal 12

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan


16

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 10 Desember 2013
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

NAFSIAH MBOI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 20 Januari 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

AMIR SYAMSUDIN
17

F. Pembangunan Sistem Informasi Rumah Sakit


Pembangunan sistem informasi rumah sakit berbasis komputer akan
membentuk rumah sakit digital yang dapat dipahami dengan merujuk
pada definisi perusahaan digital dimana hampir semua proses bisnis dan
hubungan dengan pelanggan, pemasok, mitra kerja dan pihak internal
perusahaan, serta pengelolaan aset-aset perusahaan yang meliputi
properti intelektual, kompetensi utama, keuangan dan sumber daya
manusia (SDM) dilakukan secara digital (Laudon, 2004, hal 6).
Pembentukan SI tersebut tentu saja bukan sekedar
mengotomatisasikan prosedur lama, tetapi menata dan memperbarui
bahkan menciptakan aliran data yang baru yang lebih efisien,
menetapkan prosedur pengolahan data yang baru secara tepat, sistematis
dan sederhana, menentukan model penyajian yang informatif dan standar,
serta mendistribusikan informasi secara efektif (Oetomo, 2002, hal 12).
SI merupakan infrastruktur dasar pembentuk rumah sakit digital,
karena suatu rumah sakit dapat dikategorikan sebagai rumah sakit digital
(secara administratif manajerial), bila empat SI utamanya telah dikelola
secara digital, yaitu: Supply Chain Management Systems, Customer
Relationship Management Systems, Enterprise Systems dan Knowledge
Management Systems (Laudon, 2004, hal 7).
a. Supply Chain Management Systems. SI ini berfungsi untuk
mendigitalisasikan Supply Chain Management Systems, sehingga
hubungan antara rumah sakit dengan para pemasok dapat
dioptimalkan. Kegiatan perencanaan, pemesanan dan pasokan bahan
baku, obat maupun peralatan medis dapat dikoordinasikan dengan
baik dan efisien. Dalam hal rantai pasokan ini,rumah sakit perlu
mengelola aliran informasi dengan pemasok, khususnya untuk
menjamin tersedianya bahan dan peralatan medis. SI ini diharapkan
dapat menciptakan efisiensi dalam pengelolaan persediaan. Dimana
SI tersebut memungkinkan penerapan sistem Just in Time bahkan
Stockless Inventory Method (Laudon, 2004, hal 97), sehingga rumah
sakit dapat menghemat biaya penyimpanan dan mengurangi resiko
kerusakan, namun persediaan bahan dan peralatan medis tetap
terjamin.
b. Enterprise Systems. SI ini berfungsi untuk mengkomputerisasi
Enterprise Systems dalam hal ini sistem rumah sakit, sehingga dapat
mengkoordinasikan proses-proses internal utama dari rumah sakit,
mengintegrasikan data dari semua unit, seperti front office, layanan
rawat inap, rawat jalan, poliklinik, apotik, laboratorium, keuangan,
SDM, investasi dan persediaan. Komputerisasi yang terintegrasi dari
setiap unit yang ada memungkinkan pengelola untuk mengetahui
kondisi objektif rumah sakit baik secara keseluruhan maupun per unit
melalui laporan-laporan manajerial yang dapat disusun setiap saat
18

secara cepat dan akurat, sehingga pengelola dapat membuat


keputusan-keputusan yang tepat dan melakukan kontrol kualitas
terhadap layanan maupun produk medis lainnya. Sementara itu, para
pasien dapat memperoleh informasi secara rinci tentang biaya-biaya
yang harus ditanggung tanpa harus mondar-mandir ke unit-unit yang
memberikan layanan.
c. Customer Relationship Management Systems. SI ini berfungsi
untuk mendigitalisasikan Customer Relationship Management
Systems, sehingga dapat mengintegrasikan dan memelihara relasi
antara rumah sakit dengan pasien, pengguna jasa kesehatan dan
pihak-pihak terkait lainnya. Rumah sakit perlu terus menerus
membangun dan menjaga relasi dengan semua pihak yang terkait,
agar dapat menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pihak-pihak
yang menggunakan jasa layanan medis dan melakukan kerjasama
baik dalam hal pemenuhan kebutuhan rumah sakit, pengembangan
jasa layanan medis dan penyediaan infrastruktur. SI akan
memungkinkan rumah sakit untuk mengelola data semua pihak yang
terkait, sehingga rumah sakit dapat memberi perhatian kepada pihak-
pihak yang terkait tersebut dengan lebih baik lagi, misalnya
memberikan ucapan selamat kepada pasien yang melahirkan,
memberikan penawaran pertama kepada rekanan penyedia
infrastruktur saat rumah sakit akan membangun dan lain sebagainya.
d. Knowledge Management Systems. SI ini berfungsi untuk
mengkomputerisasikan Knowledge Management Systems, sehingga
mendukung pencatatan, penyimpanan dan penyebaran dari
pengetahuan dan keahlian. Sistem ini tidak saja mengolah data
transaksi untuk menghasilkan informasi berupa laporan manajerial,
melainkan menghasilkan suatu pengetahuan baru. Pengelola dapat
mengeksplorasi data warehouse untuk menemukan data mining yang
memberi pengetahuan baru berupa gambaran pola atau korelasi dari
pengguna jasa kesehatan di rumah sakit yang dikelolanya atau pola-
pola yang terjadi di setiap unit. Pengetahuan-pengetahuan yang
diperoleh tersebut, tentu sangat berperan untuk menyusun rencana
jangka panjang, mennyusun strategi dan menciptakan program-
program layanan dan sistem pengelolaan yang inovatif.

G. Peran Sistem Informasi Manjamen Rumah Sakit (SIMRS)


Pengelolaan data Rumah Sakit sesungguhnya cukup besar dan
kompleks, baik data medis pasien maupun data-data administrasi yang
dimiliki oleh rumah Sakit sehingga bila dikelola secara konvensional
tanpa bantuan SIMRS akan mengakibatkan beberapa hal berikut:
a. Redudansi Data, pencatatan data medis yang sama dapat terjadi
berulang-ulang sehingga menyebabkan duplikasi data dan ini
berakibat membengkaknya kapasitas penyimpanan data. Pelayanan
19

menjadi lambat karena proses retreiving (pengambilan ulang) data


lambat akibat banyaknya tumpukan berkas.
b. Unintegrated Data, penyimpanan dan pengelolaan data yang tidak
terintegrasi menyebabkan data tidak sinkron, informasi pada masing-
masing bagian mempunyai asumsi yang berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan masing-masing unit /Instalasi.
c. Out of date Information, dikarenakan dalam penyusunan informasi
harus direkap secara manual maka penyajian informasi menjadi
terlambat dan kurang dapat dipercaya kebenarannya
d. Human Error, kelemahan manusia adalah kelelahan, ketelitian dan
kejenuhan hal ini berakibat sering terjadi kesalahan dalam proses
pencatatan dan pengolahan data yang dilakukan secara manual
terlebih lagi jika jumlah data yang dicatat atau di olah sangatlah
besar. Pemasukan data yang tidak sinkron untuk pasien atau barang
yang sama tentu saja akan meyulitkan pengolahan data dan tidak
jarang berdampak pada kerugian materi yang tidak sedikit bagi rumah
sakit.

Dengan bantuan SIMRS kelemahan diatas dapat di kurangi bahkan


dihindari. SIMRS membuat fungsi dari bagian perawatan lebih
dikonsentrasikan pada pelayanan perawatan/jasa medis secara profesional,
fungsi penagihan dilakukan oleh bagian keuangan sedangkan pemberian
potongan menjadi wewenang direksi. Para tenaga medis tidak perlu
memikirkan kemampuan finansial pasien dan tidak membeda-bedakan
pelayanan kepada pasien karena tenaga medis akan diberi insentif yang sama
untuk tindakan yang sama, tidak tergantung kepada siapa pelayanan medis
tersebut diberikan. Pola tersebut terbukti mempengaruhi secara positif kinerja
para tenaga medis yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan
rumah sakit secara keseluruhan.

Proses entri data penggunaan tindakan medis di masukkan ke sistem


komputer oleh operator dari setiap unit yang terintegrasi dengan bagian
keuangan sehingga data akan selalu terbarukan hal ini menutup kemungkinan
terjadinya manipulasi data disaat pasien akan membayar biaya perawatan.
Tanpa mengurangi misi sosial, pemberian diskon maupun subsidi perawatan
dapat dilakukan secara arif oleh direksi berdasarkan pertimbangan posisi
keuangan rumah sakit yang didapat dengan cepat dan tepat berdasarkan
informasi yang disajikan oleh sistem informasi.

Kasus yang penulis contohkan diatas baru merupakan sebagian dari


kemampuan SIMRS yang terintegrasi, disamping keuntungan lain seperti
pencatatan rekam medis elektronik yang terintegrasi, kecepatan pelayanan
administratif, sistem kendali gudang yang baik, fungsi finansia yang efisien
20

dan tepat, pembuatan laporan-laporan baik keuangan dan perawatan dapat


disajikan dengan cepat, akurat dan bagus.

H. Pertimbangan dalam membangun SIMRS


Pembangunan SIMRS tidak boleh dilakukan secara parsial tetapi
harus terintegrasi dengan mempertimbangkan berbagai sudut. Kita harus
melihat dari sudut administratif yang mengelola data-data pasien,
transaksi dsb, atau juga dari sisi pasien yang cenderung mengutamakan
pelayanan kesehatan. Pasien akan senang jika rumah sakit mampu
memberikan kemudahan mendaftar dan memilih dokter, menetapkan
nomor antrian dimana semua itu dapat dilakukan lewat telepon, SMS
atau bahkan Internet. Pembayaran biaya perawatan tidak harus tunai
tetapi bisa dengan credit card atau debit card, dan masih banyak lagi
kemudahan layanan yang dapat disediakan oleh rumah sakit. OLeh sebab
itu dalam membangun SIMRS kita perlu mempertimbangkan banyak
faktor diantaranya adalah:
a. Kebutuhan Pasien
Harapan pasien dari sebuah pelayanan kesehatan adalah diberikannya
layanan yang cepat, nyaman dan berkualitas. Tingkat mobilitas
pasien yang tinggi menuntut adanya komunikasi dan pelayanan yang
cepat antara pasien dan institusi kesehatan, yang selanjutnya antara
pasien dengan dokter. Pasien akan sangat tertolong bila sistem rumah
sakit mampu menyediakan kemudahan mendaftar ke dokter seperti
lewat SMS, atau lewat website rumah sakit. Sesungguhnya bagi
pasien alat komunikasi apa tidaklah penting karena faktor kecepatan,
kenyamanan serta kebenaran data yang didokumentasikan itulah yang
terpenting.
b. Kebutuhan Pengelola Rumah Sakit
Dari sudut pengelola rumah sakit tentu saja menginginkan sebuah
sistem yang ideal, istimewa, yang mampu mengelola semua transaksi
yang ada secara akurat, efisien dan cepat, sehingga tak ada kata
‘terlambat’ pada pembuatan laporan masing-masing unit pelayanan
medik karena setiap laporan akan tercetak otomatis dan terkirim
secara otomatis pula. Bilamana ini dapat terjadi dan sistem mampu
mengelola dan menyajikan data secara benar-benar BENAR’, maka
pengelola akan banyak diuntungkan, karena banyak mengurangi
beban kerja semua komponen di rumah sakit dan itu berarti efisiensi
(penghematan dana). Pengelola RS dapat mengalokasikan
penghematan dana tersebut untuk pengembangan SDM,
21

pengembangan fasilitas rumah sakit dan peningkatan kesejahteraan


karyawan.
c. Kemampuan Pengembang
Banyak pengembang yang menawarkan berbagai macam solusi untuk
kebutuhan sistem informasi rumah sakit. Dari perorangan sampai
yang bermain dibelakang badan usaha (CV/ PT). Pengelola rumah
sakit harus jeli dalam memilih pengembang SIMRS. Banyak
pengembang yang memiliki kelemahan ‘belum mengetahui kondisi
rumah sakit’ itu sendiri. Oleh karena kebanyakan pengembang lebih
dulu menguasai komputer daripada sistem rumah sakit. Untuk itu
perlu adanya penghubung antara pihak pengembang dan rumah sakit
yaitu mediator yang sering disebut sebagai ‘System Analyst’. Orang
ini tahu tentang rumah sakit dan sistem yang akan dibuat. Seorang
system analyst tidak harus ahli komputer, yang penting orang tersebut
cukup tahu tentang administrasi rumah sakit dan sedikit banyak tahu
tentang sistem komputer, sehingga tidak menutup kemungkinan dia
adalah seorang dokter ataupun perawat.

I. Kebutuhan sistem
Dalam membangun sistem, hal yang sangat penting adalah tahapan
desain sistem. Tahapan ini dapat memakan waktu yang lama, karena
pengembang harus tahu sejalas-jelasnya apa yang dibutuhkan oleh rumah
sakit. Komunikasi yang intensif disini perlu dijaga antara kedua pihak
(pihak rumah sakit dan pengembang sistem) sehingga rumah sakit dapat
menjelaskan secara gamblang apa yang mereka inginkan dan
memberikan secara detil apa yang mereka harapkan dan ini harus
dipahami oleh pengembang. Batasan-batasan-pun perlu dibahas antara
keduanya supaya jangan sampai menimbulkan repudiasi
(ketidaksepakatan) karena adanya perbedaan persepsi terhadap cakupan
sistem yang dibangun dan baru diketahui pada saat sistem selesai dan
akan diimplementasikan.

J. Kemampuan Sistem
SIMRS yang ideal tentu harus dapat mengurangi beban kerja masing-
masing unit pelayanan. Secara global diharapkan kemampuan sistem
dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Dapat mengurangi beban kerja berbagai unit, terutama unit rekam
medis dalam ‘menangani’ berkas rekam medis. Unit rekam medis
22

merupakan unit yang paling sibuk dengan banyaknya berkas medis


pasien. Kegiatan yang dilakukan mulai dari proses coding, indexing,
assembling, filing dll, semua dikelola di unit ini. Dengan adanya
SIMRS maka bagian inilah yang pertama untuk di migrasikan
menjadi rekam medis elektronik (RME). Sehingga semua proses
diatas dilakukan secara otomatis dengan komputer.
b. Dapat mengurangi pemakaian kertas (paperless). Dengan adanya
sistem ini, maka sudah seharusnya pemakaian kertas dapat
dikurangi dan bila perlu dihilangkan. Sistem ini harus mampu
memangkas pemakaian kertas seperti:
 Lembar-lembar rekam medis yang tidak berhubugan dengan
masalah autentikasi atau aspek hukum.
 Laporan masing-masing unit pelayanan (semua laporan sudah
terekap oleh sistem).
 Rekap Laporan yang dikirim ke dinas kesehatan.
c. Dapat mendukung pengambilan keputusan bagi para direktur dan
manajer rumah sakit karena sistem mampu menyediakan informasi
yang cepat, akurat serta akuntabel. Untuk keperluan ini sistem harus
mampu menyediakan laporan yang bersifat executive summary bagi
mereka.
K. Faktor keberhasilan SIMRS
Bilamana pihak pengelola rumah sakit ingin agar SIMRS yang
dibangun dapat berhasil diaplikasikan dengan baik di rumah sakit, maka
hal-hal berikut ini harus diperhatikan:
a. Development Master Plan, cetak biru pembangunan harus dirancang
dengan baik mulai dari survei awal hingga berakhirnya implementasi,
yang perlu diperhatikan adalah terlibatnya faktor pengalaman dalam
membangun pekerjaan yang sama, serta peran serta semua bagian
dalam organisasi dalam mensukseskan Sistem Informasi Manajemen
yang akan dibangun, master plan ini yang akan menjadi acuan
pembuatan sebuah sistem untuk jangka waktu tidak terbatas.
b. Integrated, dengan integrasi antar semua bagian organisasi menjadi
satu kesatuan, akan membuat sistem berjalan dengan efisien dan
efektif sehingga kendala-kendala seperti redudansi, re-entry dan
ketidakkonsistenan data dapat dihindarkan, dengan harapan pengguna
sistem memperoleh manfaat yang dapat dirasakan secara langsung,
perubahan pola kerja dari manual ke komputer akan menimbulkan
efek baik dan buruk bagi seorang tenaga medis.
c. Development Team, tim yang membangun Sistem Informasi
Manajemen harus ahli dan berpengalaman di bidangnya, beberapa
bidang ilmu yang harus ada dalam membangun sebuah Sistem
Informasi Manajemen yang baik adalah: Manajemen Informasi,
Teknik Informatika, Teknik Komputer. Tim ini perlu juga melibatkan
para dokter, perawat, staf administrasi, manajer, dan jika ada tentu
23

saja orang-orang yang mengerti tentang sistem informasi manajeman


khususnya rumah sakit.
d. Teknologi Informasi, ketepatan dalam memilih Teknologi Informasi
sangat penting dalam pembangunan, komponen-komponen Teknologi
Informasi secara umum adalah Piranti Keras (Hardware), Piranti
Lunak (Software) dan Jaringan((Network). Faktorfaktor yang perlu
diperhatikan dalam memilih teknologi adalah :
 Price, harga sesuai dengan Teknologi Informasi yang didapat
 Performance, diukur dari kemampuan, kapasitas dan kecepatan
Teknologi Informasi menangani proses maupun penampungan
data
 Flexibility, kemampuan Teknologi Informasi saling beradaptasi
dan kemudahan pengembangan di masa yang akan datang
 Survivability, berapa lama Teknologi Informasi mendapatkan
dukungan dari vendor maupun pasar, perlu dipertimbangkan untuk
tidak membangun sistem yang hanya bergantung pada satu vendor
tertentu saja.
e. Perubahan budaya kerja dari manual ke otomasi. Perubahan budaya
ini tidak mudah dilakukan, bahkan tidak jarang justru mengganggu
proses migrasi dari manual ke otomasi berbasis komputer.
Meninggalkan kebiasaan kerja yang sudah mendarah daging (“zona
nyaman” bekerja) dan sedia belajar untuk meyesuaikan diri dengan
sistem yang baru, bukanlah hal yang mudah. Kadang-kadang
diperlukan keberanian, ketegasan dan
kesepakatan bersama antara pimpinan dan karyawan.
24

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Sistem informasi manajemen (SIM) merupakan bagian dari

pengendalian internal suatu bisnis yang meliputi pemanfaatan manusia,

dokumen, teknologi, dan prosedur oleh akuntansi manajemen untuk

memecahkan masalah bisnis seperti biaya produk, layanan, atau suatu

strategi bisnis. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit adalah sebuah

program aplikasi yang dirancang untuk meningkatkan kinerja para dokter

dan asisten Dokter, bidan dan perawat, staff administrasi dan personalia,

apoteker, logistik, dan Top Manajerial sehingga akan mendapatkan

berbagai kemudahan selama mereka menjalankan operasional kerja sehari-

hari.

B. Saran

Diharapkan dengan pembuatan makalah ini, makalah in dapat

dijadikan pedoman untuk memanjemen rumah sakit dengan SIM RS

dalam upaya peningkatan mutu dalam peayanan kesehatan.

C.
25

DAFTAR PUSTAKA

C. Laudon, P. Jane Laudon, Kenneth. 2004. Management Information Systems.


Pearson
International.
Oetomo, Budi Sutedjo Dharma, 2002, ”Perencanaan dan Pembangunan Sistem
Informasi”,Penerbit Andi
Wimmie Handiwidjojo (2009) “Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit”
Jurnal EKSIS Vol 02 No 02 November 2009: halaman 32-38
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2013
Jogiyanto,2005. Sistem Informasi Teknologi Informasi.Yogyakarta: Andi Offset

Anda mungkin juga menyukai