Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

PENULIS : RUDY ADITYA PRATAMA

PRODI : PTE B 13

MATA KULIAH : RANGKAIAN LISTRIK 1 TERSTRUKTUR

PEMBIMBING : JATI WIDYO LEKSONO, S.pd


PENDAHULUAN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan


mahasiswa unesa khususnya untuk mahasiswa baru, yang
akan memulai mata kuliah yang berhubungan dengan
komponen-komponen elektronika, makalah ini berisi tentang
penjelasan komponen-komponen elektronika pada umumnya
yang di pelajari mahasiswa teknik elektronika, mulai dari
komponen pasif dan aktif, semoga dengan adanya makalah
ini, pembaca dapat memahami dengan jelas komponen
elektronika dasar yang akan di pelajari di bangku perkuliahan
ini, sebelum memasuki jenjang yang lebih tinggi lagi.
atas perhatian saudara saya ucapkan terima kasih.

Surabaya, 19 Oktober 2013


Penulis,

Rudy Aditya Pratama


NIM. 135514037

1
Daftar Isi

Daftar Isi............................................................................................. 2

Komponen elektronika....................................................................... 3

Komponen Pasif................................................................................. 4

Resistor..................................................................................... 4

Kapasitor................................................................................... 10

Transformator............................................................................ 13

Kompenen Aktif.................................................................................. 21

Transistor................................................................................... 21

Dioda.......................................................................................... 26

Daftar Pustaka....................................................................................... 31

2
KOMPONEN ELEKTRONIKA

Elektronika adalah ilmu yang mempelajari alat listrik arus lemah yang dioperasikan dengan
cara mengontrol aliran elektron atau partikel bermuatan listrik dalam suatu alat seperti
komputer, peralatan elektronik, termokopel, semikonduktor, dan lain sebagainya. Ilmu yang
mempelajari alat-alat seperti ini merupakan cabang dari ilmu fisika, sementara bentuk
desain dan pembuatan sirkuit elektroniknya adalah bagian dari teknik elektro,teknik
komputer,dan ilmu/teknik elektronika dan instrumentasi.

Dalam rangkaian elektronika terdapat bermacam-macam komponen. Ada transistor, resistor,


IC, trafo dan lain-lain. Komponen-komponen ini dikategorikan menjadi bagian-bagian
berikut:

Komponen Pasif :

 resistor atau tahanan


 kapasitor atau kondensator
 induktor atau kumparan
 transformator

Komponen Aktif :

* dioda :

 dioda cahaya
 dioda foto
 dioda laser
 diode Zener
 dioda Schottky

* transistor :

 transistor efek medan


 transistor bipolar
 transistor IGBT
 transistor Darlington
 transistor foto

3
Komponen Pasif

1. Resistor

Tahanan listrik yang ada pada sebuah penghantar dilambangkan dengan huruf R ,
tahanan merupakan komponen yang didesain untuk memiliki besar tahanan tertentu dan
disebut pula sebagai resistor.

Rumusnya adalah sebagai berikut :


R = V/I
dimana :
R = Tahanan dengan satuan Ohm
V = Tegangan dengan satuan Volt
I = Arus dengan satuan Ampere
Beberapa kategori resistor adalah resistor linear dan resistor non linear. Resistor linear adalah
resistor yang bekerja sesuai dengan hukum ohm sedangkan Resistor non Linear adalah
resistor yang dimana perubahan nilainya dikarenakan oleh kepekaan tertentu (peka cahaya,
peka panas, peka tegangan listrik).

4
Macam-macam resistor :

Dilihat dari bahannya, ada beberapa jenis resistor yang ada dipasaran antara lain : Resistor
Carbon, Wirewound, dan Metalfilm. Ada juga Resistor yang dapat diubah-ubah nilai
resistansinya antara lain : Potensiometer, Rheostat dan Trimmer (Trimpot). Selain itu ada
juga Resistor yang nilai resistansinya berubah bila terkena cahaya namanya LDR (Light
Dependent Resistor) dan resistor yang nilai resistansinya akan bertambah besar bila terkena
suhu panas yang namanya PTC (Positive Thermal Coefficient) serta resistor yang nilai
resistansinya akan bertambah kecil bila terkena suhu panas yang namanya NTC (Negative
Thermal Coefficient).

Pengertian hambatan/ tahanan tidak berbeda dengan hambatan yang terjadi pada air yang
sedang mengalir. Besar kecilnya tahanan air bisa ditentukan oleh lebar sempitnya saluran,
halus dan kasarnya permukaan saluran dan tergantung besar kecilnya pintu saluran yang
dibuat. Demikian pula dengan hambatan listrik juga ditentukan oleh lebar sempitnya
penampang kawat, panjang kawat, jenis kawat, dan bahan jenis yang digunakan untuk
membuat hambatan. 
Hambatan/tahanan listrik sering disebut juga dengan resistor atau werstand. Sifat hambatan
listrik tidak berbeda dengan sifat hambatan air yaitu jika hambatan diperbesar maka arus
yang mengalir kecil dan bila hambatan di perecil maka arus yang mengalir adalah besar.
Hambatan listrik notasinya dinyatakan dengan huruf R dan satuanya dinyatakan dengan ohm.
1 ohm adalah besarnya hambatan yang terdapat pada benang air raksa sepanjang 106,30 cm
dengan penampang 1mm2 pada temperatur 0 derajat C 
 
 
Besar kecilnya hambatan listrik tergantung dari:
a. panjang penghantar
b. luas penampang pengantar
c. temperatur/ suhu penghantar
d. hambatan atau tahanan jenis penghantar.

Hambatan pada suatu penghantar dapat dihitung dengan rumus:


R =P l/A
Keterangan:
R = hambatan penghantar dalam satuan ohm
P = hambatan jenis dalam satuan ohm mm2/m
L = panjang penghantar dalam satuan m
A = luas penampang penghantar dalam satuan mm2

Menghitung nilai secara manual 

Nilai resistansi pertama di baca dari gelang warna yang paling depan ke arah gelang toleransi
yang berada di paling belakang atau ujung tabung resistor. Warna gelang toleransi adalah
coklat, merah, emas dan perak. Setelah mengetahui mana gelang yang pertama maka kita
tinggal menghitung nilai resistor. Jumlah gelang warna yang melingkar biasanya sesuai
dengan toleransinya.

5
Untuk resistor jenis carbon maupun metalfilm biasanya digunakan kode-kode warna sebagai
petunjuk besarnya nilai resistansi (tahanan) dari resistor. Resistor ini mempunyai bentuk
seperti tabung dengan dua kaki di kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran
membentuk cincin kode warna, kode ini untuk mengetahui besar resistansi tanpa harus
mengukur besarnya dengan ohmmeter. Kode warna tersebut adalah standar manufaktur yang
dikeluarkan oleh EIA (Electronic Industries Association) seperti yang ditunjukkan pada
gambar dibawah:

Cincin Toleransi. Biasanya posisi cincin toleransi ini berada pada badan resistor yang paling
pojok atau juga dengan lebar yang lebih menonjol, sedangkan posisi cincin yang pertama
agak sedikit ke dalam. Dengan demikian pemakai sudah langsung mengetahui berapa
toleransi dari resistor tersebut. Kalau kita telah bisa menentukan mana cincin yang pertama
selanjutnya adalah membaca nilai resistansinya.
Jumlah cincin yang melingkar pada resistor umumnya sesuai dengan besar toleransinya.
Biasanya resistor dengan toleransi 5%, 10% atau 20% memiliki 3 cincin (tidak termasuk
cincin toleransi). Tetapi resistor dengan toleransi 1% atau 2% (toleransi kecil) memiliki 4
cincin (tidak termasuk cincin toleransi). Cincin pertama dan seterusnya berturut-turut
menunjukkan besar nilai satuan, dan cincin terakhir adalah faktor pengalinya.
Misalnya resistor dengan cincin kuning, violet, merah dan emas. Cincin berwarna emas
adalah cincin toleransi. Dengan demikian urutan warna cincin resistor ini adalah, cincin
pertama berwarna kuning, cincin kedua berwarna violet dan cincin ke tiga berwarna merah.
Cincin ke empat yang berwarna emas adalah cincin toleransi. Dari tabel 1.1 diketahui jika
cincin toleransi berwarna emas, berarti resistor ini memiliki toleransi 5%. Nilai resistansinya
dihitung sesuai dengan urutan warnanya. Pertama yang dilakukan adalah menentukan nilai
satuan dari resistor ini. Karena resistor ini resistor 5% (yang biasanya memiliki tiga cincin
selain cincin toleransi), maka nilai satuannya ditentukan oleh cincin pertama dan cincin
kedua. Masih dari tabel 1.1, diketahui cincin kuning nilainya = 4 dan cincin violet nilainya =
7. Jadi cincin pertama dan ke dua atau kuning dan violet berurutan, nilai satuannya adalah 47.
Cincin ketiga adalah faktor pengali, dan jika warna cincinnya merah berarti faktor pengalinya
adalah 100. Sehingga dengan ini diketahui nilai resistansi resistor tersebut adalah nilai satuan
x faktor pengali atau 47 x 100 = 4700 Ohm = 4,7K Ohm (pada rangkaian elektronika
biasanya di tulis 4K7 Ohm) dan toleransinya adalah + 5%. Arti dari toleransi itu sendiri
adalah batasan nilai resistansi minimum dan maksimum yang di miliki oleh resistor tersebut.
Jadi nilai sebenarnya dari resistor 4,7k Ohm + 5% adalah :
4700 x 5% = 235
Jadi, 

Rmaksimum = 4700 + 235 = 4935 Ohm


Rminimum = 4700 – 235 = 4465 Ohm 

Apabila resistor di atas di ukur dengan menggunakan ohmmeter dan nilainya berada pada
rentang nilai maksimum dan minimum (4465 s/d 4935) maka resistor tadi masih memenuhi
standar. Nilai toleransi ini diberikan oleh pabrik pembuat resistor untuk mengantisipasi
karakteristik bahan yang tidak sama antara satu resistor dengan resistor yang lainnya
sehingga para desainer elektronika dapat memperkirakan faktor toleransi tersebut dalam
rancangannya. Semakin kecil nilai toleransinya, semakin baik kualitas resistornya. Sehingga

6
dipasaran resistor yang mempunyai nilai toleransi 1% (contohnya : resistor metalfilm) jauh
lebih mahal dibandingkan resistor yang mempunyai toleransi 5% (resistor carbon)
Spesifikasi lain yang perlu diperhatikan dalam memilih resistor pada suatu rancangan selain
besar resistansi adalah besar watt-nya atau daya maksimum yang mampu ditahan oleh
resistor. Karena resistor bekerja dengan di aliri arus listrik, maka akan terjadi disipasi daya
berupa panas sebesar : 

W = I2R watt .......................................................................... (1.1) 

Semakin besar ukuran fisik suatu resistor, bisa menunjukkan semakin besar kemampuan
disipasi daya resistor tersebut. Umumnya di pasar tersedia ukuran 1/8, 1/4, 1/2, 1, 2, 5, 10 dan
20 watt. Resistor yang memiliki disipasi daya maksimum 5, 10 dan 20 watt umumnya
berbentuk balok memanjang persegi empat berwarna putih, namun ada juga yang berbentuk
silinder dan biasanya untuk resistor ukuran besar ini nilai resistansi di cetak langsung
dibadannya tidak berbentuk cincin-cincin warna, misalnya 100Ω5W atau 1KΩ10W.
Dilihat dari fungsinya, resistor dapat dibagi menjadi :

1. Resistor Tetap (Fixed Resistor)


Yaitu resistor yang nilainya tidak dapat berubah, jadi selalu tetap (konstan). Resistor
ini biasanya dibuat dari nikelin atau karbon. Berfungsi sebagai pembagi tegangan, mengatur
atau membatasi arus pada suatu rangkaian serta memperbesar dan memperkecil tegangan.
Macam-macam resistor tetap :
a. Metal Film Resistor
b. Metal Oxide Resistor
c. Carbon Film Resistor
d. Ceramic Encased Wirewound
e. Economy Wirewound
f. Zero Ohm Jumper Wire
g. S I P Resistor Network

2. Resistor Tidak Tetap (variable resistor)

Yaitu resistor yang nilainya dapat berubah-ubah dengan jalan menggeser atau
memutar toggle pada alat tersebut, sehingga nilai resistor dapat kita tetapkan sesuai dengan
kebutuhan. Berfungsi sebagai pengatur volume (mengatur besar kecilnya arus), tone control
pada sound system, pengatur tinggi rendahnya nada (bass/treble) serta berfungsi sebagai
pembagi tegangan arus dan tegangan.
Macam-macam resistor variabel :
a. Potensiometer :
a.1. Linier
a.2. Logaritmis
b. Trimer-Potensiometer
c. Thermister :
c.1. NTC ( Negative Temperature Coefisient )
c.2. PTC ( Positive Temperature Coefisient )
d. DR
e. Vdr

7
3. Resistor NTC dan PTC.

NTC (Negative Temperature Coefficient), yaitu resistor yang nilainya akan bertambah
kecil bila terkena suhu panas. Sedangkan PTC (Positive Temperature Coefficient), yaitu
resistor yang nilainya akan bertambah besar bila temperaturnya menjadi dingin.

4. Resistor LDR

LDR (Light Dependent Resistor) yaitu jenis resistor yang berubah hambatannya karena
pengaruh cahaya. Bila terkena cahaya gelap nilai tahanannya semakin besar, sedangkan bila
terkena cahaya terang nilainya menjadi semakin kecil.

RANGKAIAN RESISTOR 

Dalam praktek para desainer kadang-kadang membutuhkan resistor dengan nilai tertentu.
Akan tetapi nilai resistor tersebut tidak ada di toko penjual, bahkan pabrik sendiri tidak
memproduksinya. Solusi untuk mendapatkan suatu nilai resistor dengan resistansi yang unik
tersebut dapat dilakukan dengan cara merangkaikan beberapa resistor sehingga didapatkan
nilai resistansi yang dibutuhkan. Ada dua cara untuk merangkaikan resistor, yaitu :

1. Cara Serial
2. cara Paralel

Rangkaian resistor secara serial akan mengakibatkan nilai resistansi total semakin besar.

Di bawah ini contoh resistor yang dirangkai secara serial.

Pada rangkaian resistor serial berlaku rumus :

RTOTAL = R1 + R2 + R3 ................................................................... (1.2)

Sedangkan rangkaian resistor secara paralel akan mengakibatkan nilai resistansi pengganti
semakin kecil.
Di bawah ini contoh resistor yang dirangkai secara paralel.

 
Pada rangkaian resistor paralel berlaku rumus : 

3. Nilai-nilai standar resistor

Tidak semua nilai resistansi tersedia di pasaran. Tabel 1.2 adalah contoh tabel nilai resistansi
resistor standard yang beredar dipasaran. Data mengenai resistor yang ada di pasaran bisa
didapat dari Data Sheet yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat resistor. 

8
Tabel 1.2 Nilai standard resistor
   
1R0 10R 100R 1K0 10K 100K 1M0
1R1 11R 110R 1K1 11K 110K n/a
1R2 12R 120R 1K2 12K 120K n/a
1R3 13R 130R 1K3 13K 130K n/a
1R5 15R 150R 1K5 15K 150K n/a
1R6 16R 160R 1K6 16K 160K n/a
1R8 18R 180R 1K8 18K 180K n/a
2R0 20R 200R 2K0 20K 200K n/a
2R2 22R 220R 2K2 22K 220K n/a
2R4 24R 240R 2K4 24K 240K n/a
2R7 27R 270R 2K7 27K 270K n/a
3R0 30R 300R 3K0 30K 300K n/a
3R3 33R 330R 3K3 33K 330K n/a
3R6 36R 360R 3K6 36K 360K n/a
3R9 39R 390R 3K9 39K 390K n/a
4R3 43R 430R 4K3 43K 430K n/a
4R7 47R 470R 4K7 47K 470K n/a
5R1 51R 510R 5K1 51K 510K n/a
5R6 56R 560R 5K6 56K 56OK n/a
6R2 62R 620R 6K2 62K 620K n/a
6R8 68R 680R 6K8 68K 680K n/a
7R5 75R 750R 7K5 75K 750K n/a
8R2 82R 820R 8K2 82K 82OK n/a
9R1 91R 910R 9K1 91K 910K n/a
  
Di bawah ini beberapa rumus (Hukum Ohm) yang sering dipakai dalam perhitungan
elektronika :
   

Di mana : 

V = tegangan dengan satuan Volt


I = arus dengan satuan Ampere
R = resistansi dengan satuan Ohm
P = daya dengan satuan Watt

Konversi satuan : 

1 Ohm = 1 Ω
1 K Ohm = 1 K Ω
1 M Ohm = 1 M Ω
1 K Ω = 1.000 Ω
1 M Ω = 1.000 K Ω
1 M Ω = 1.000.000 Ω
(M = Mega (106); K = Kilo (103))

9
2. Kapasitor         
Pengertian kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan arus
listrik di dalam medan listrik sampai batas waktu tertentu dengan cara mengumpulkan
ketidakseimbangan internal dari muatan arus listrik. Kapasitor ditemukan pertama kali
oleh Michael Faraday (1791-1867). Satuan kapasitor disebut Farad (F). Satu Farad =
9×1011 cm2 yang artinya luas permukaan kepingan tersebut. Kapasitor disebut juga
kondensator. Kata “kondensator” pertama kali disebut oleh Alessandro Volta seorang
ilmuwan Italia pada tahun 1782 (dari bahasa Italia “condensatore”), yaitu kemampuan
alat untuk menyimpan suatu muatan listrik.
Seperti halnya resistor, kapasitor juga tergolong ke dalam komponen pasif elektronika.
Adapun cara kerja kapasitor dalam sebuah rangkaian elektronika adalah dengan cara
mengalirkan arus listrik menuju kapasitor. Apabila kapasitor sudah penuh terisi arus
listrik, maka kapasitor akan mengeluarkan muatannya dan kembali mengisi lagi. Begitu
seterusnyaKapasitor merupakan komponen yang berfungsi untuk penyimpan muatan
listrik yang dibentuk dari dua permukaan yang berhubungan tapi dipisahkan oleh satu
penyekat.

   

Besarnya kapasitansi dapat dihitung dengan rumus seperti berikut ini :


Kapasitansi C = ( Muatan Q / Tegangan V ). 
Kapasitor adalah suatu komponen elektronika yang berfungsi untuk menyimpan arus listrik
dalam bentuk muatan. sebuah kapasitor pada dasarnya terbuat dari dua buah lempengan
logam yang saling sejajar satu sama lain dan diantara kedua logam tersebut terdapat bahan
isolator yang sering disebut dielektrik.
Kapasitor itu dikelaskan mengikut bahan dielektrik yang digunakan seperti udara, kertas,
mika, polister, polisterina dan elektrolitik. Amnya, terdapat 2 jenis pemuat iaitu kapasitor
tetap dan kapasitor boleh ubah.

10
KAPASITOR TETAP

a) Jenis Kertas

Kapasitor jenis kertas adalah jenis biasa dan ringkas. Platnya terdiri daripada 2 bilah
keranjang aluminium panjang yang diasingkan oleh bilah-bilah kertas wax yang bertindak
sebagai dielektrik. Gabungan ini dilipat kedalam satu tiub yang kemudiannya dimasukkan
dengan wax dan dipateri kedalam satu bekas logam atau kotak kertas.
F, pada voltan kendalian sehingga 150kV A.T. Untuk kadaran yang melebihi 600V, bekasnya
dibuat daripada logam yang diisikan dengan minyak. Pemuat jenis ini yang lebih sofisikated
menggunakan plastic dan tidak lagi menggunakan kertas. Ini boleh memberikan ketahanan
yang lebih baik walaupun saiznya lebih kecil.Nilai kemuatan kertas ini adalah diantara
250pF hingga 10

b) Jenis Mika

F pada voltan kendalian sehingga 2kV A.T.Kapasitor ini berkualiti tinggi. Komponennya
terdiri daripada beberapa plat keranjang logam yang dibentuk berlapis-lapis serta diselang-
seli oleh mika sebagai dielaktrik. Susunan ini diletakkan didalam bekas plastic atau logam.
Nilai kemuatannya adalah antara 25pF-0.25

c) Jenis seramik

F pada voltan kendalian hingga kepada 500V A.T.Kapasitor jenis ini menyediakan nilai
kemuatan yang rendah. Komponennya terdiri daripada satu cakera atau rod seramik sebagai
plat. Nilai kemuatannya adalah antara 0.5pF-0.1

d) Jenis Elektrolitik

F dan secara am voltan kendaliannya menurun daripada 600V A.T sebaik sahaja
kemuatannya meningkat.F-1000F. Nilai kemuatannya adalah antara 5Kapasitor jenis ini
digunakan untuk mendapatkan nilai kemuatan yang tinggi, iaitu lebih besar daripada 1
Pemuat jenis ini menggunakan elektrolit sebagai dielektrik. Elektrolit yang digunakan terdiri
daripada jenis borax, fostat atau karbonat. Semasa pembuatan pemuat ini voltan A.T
dibekalkan kepada plat dan proses elektrolisis berlaku. Satu bilah oksida bertindak sebagai
dielektrik antara elektrod positif dan kasa. Nilai kemuatan yang tinggi ini disebabkan oleh
lapisan oksida yang terlalu nipis. Oleh sebab binaannya begitu rupa, maka pemuat elektrolitik
mesti disambung dengan betul. Terminal positif ditanda dengan +ve atau tanda merah.

11
KAPASITOR BOLEH LARAS

a) Kapasitor Dwigang

Lazimnya kapasitor jenis ini terdiri daripada 2 set plat logam yang disusun secara berselang-
seli dengan udara sebagai dielektriknya. Kapasitor boleh laras ini digunakan untuk menala
penerima radio dari stesen yang tertentu. Variasi ini boleh diperolehi melalui pergerakkan
plat yang berhubung antara satu sama lain supaya bahagian yang tertinggal dapat dilaraskan.

b) Pemuat Trimmer atau Preset

Kapasitor boleh laras jenis ini hanya membenarkan variasi kemuatan yang kecil. Ia dibuat
dengan beberapa cara, antaranya ialah :
i) Serupa dengan pemuat boleh laras dwigang tetapi saiznya lebih kecil.
ii) Dua plat logam dengan satu bilah mika diantaranya. Jarak antara plat boleh dilaras dengan
satu skru pelaras.

Dalam mempelajari ilmu elektronika, kita dituntut untuk mengenal dan memahami berbagai
komponen elektronika. Untuk itu, kali ini kita akan membahas pengertian dan fungsi
kapasitor dalam sebuah rangkaian atau sistem elektronika.

Gambar Untuk Pengertian Dan Fungsi Kapasitor

.
Fungsi kapasitor adalah pada rangkaian rangkaian elektronika biasanya adalah sebagai
berikut:
Ø Kapasitor sebagai kopling, dilihat dari sifat dasar kapasitor yaitu dapat dilalui arus ac dan
tidak dapat dilalui arus dc dapat dimanfaatkan untuk memisahkan 2 buah rangkaian yang
saling tidak berhubungan secara dc tetapi masih berhubungan secara ac(signal), artinya
sebuah kapasitor berfungsi sebagai kopling atau penghubng antara 2 rangkaian yang berbeda.

12
Ø Kapasitor berfungsi sebagai filter pada sebuah rangkaian power supply, yang saya maksud
disini adalah kapasitor sebagai ripple filter, disini sifat dasar kapasitor yaitu dapat
menyimpan muatan listrik yang berfungsi untuk memotong tegangan ripple.
Ø Kapasitor sebagai penggeser fasa.
Ø Kapasitor sebagai pembangkit frekuensi pada rangkaian oscilator.
Ø Kapasitor digunakan juga untuk mencegah percikan bunga api pada sebuah saklar.

6. TRASFORMATOR/TRAFO

Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang digunakan untuk mengubah


besaran tegangan arus listrik bolak-balik (AC), seperti menaikkan atau menurunkan
tegangan listrik (voltase). Transformator bekerja berdasarkan prinsip fluks listrik dan
magnet dimana antara sisi sumber (primer) dan beban (sekunder) tidak terdapat
hubungan secara fisik tetapi secara elektromagnetik (induksi-elektromagnet).

13
Transformator terdiri atas sebuah inti, yang terbuat dari besi berlapis dan dua buah
kumparan (lilitan kawat), yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder.

Prinsip kerja transformator adalah berdasarkan hukum Ampere dan hukum Faraday,
yaitu : arus listrik dapat menimbulkan medan magnet dan sebaliknya medan magnet
dapat menimbulkan arus listrik. Jika pada salah satu kumparan pada transformator diberi
arus bolak-balik (AC) maka jumlah garis gaya magnet akan berubah-ubah. Akibatnya
pada sisi primer terjadi induksi. Sisi sekunder menerima garis gaya magnet dari sisi
primer yang jumlahnya berubah-ubah pula. Maka di sisi sekunder juga timbul induksi,
akibatnya antara dua ujung kumparan (lilitan) terdapat beda tegangan

Dalam transformator terdapat perhitungan untuk menentukan jumlah lilitan primer dan
sekunder agar dapat dihasilkan keluaran dengan tegangan rendah dan arus besar. Rumus
yang digunakan adalah :

Keterangan :

Np = Jumlah lilitan primer

Ns = Jumlah lilitan sekunder

Vp = Tegangan Input (primer)

Vs = Tegangan Output (sekunder)

Ip = Arus primer (Input)

Is = Arus Output (sekunder)

14
Jenis-jenis transformator
1.  Step-Up
DC.Transformator step-up adalah transformator yang memiliki lilitan sekunder lebih
banyak daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penaik tegangan.
Transformator ini biasa ditemui pada pembangkit tenaga listrik sebagai penaik
tegangan yang dihasilkan generator menjadi tegangan tinggi yang digunakan dalam
transmisi jarak jauh.

Simbol transformator step-up

2.  Step-Down
Transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit daripada lilitan
primer, sehingga berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator jenis ini sangat
mudah ditemui, terutama dalam adaptor AC-DC.

Simbol transformator step-down

3.  Autotransformator
Transformator jenis ini hanya terdiri dari satu lilitan yang berlanjut secara listrik,
dengan sadapan tengah. Dalam transformator ini, sebagian lilitan primer juga
merupakan lilitan sekunder. Fasa arus dalam lilitan sekunder selalu berlawanan
dengan arus primer, sehingga untuk tarif daya yang sama lilitan sekunder bisa dibuat
dengan kawat yang lebih tipis dibandingkan transformator biasa. Keuntungan dari
autotransformator adalah ukuran fisiknya yang kecil dan kerugian yang lebih rendah
daripada jenis dua lilitan. Tetapi transformator jenis ini tidak dapat memberikan isolasi
secara listrik antara lilitan primer dengan lilitan sekunder.

15
Simbol autotransformator

Selain itu, autotransformator tidak dapat digunakan sebagai penaik tegangan lebih dari
beberapa kali lipat (biasanya tidak lebih dari 1,5 kali).

4. Autotransformator variabel
Autotransformator variabel sebenarnya adalah autotransformator biasa yang sadapan
tengahnya bisa diubah-ubah, memberikan perbandingan lilitan primer-sekunder yang
berubah-ubah

Simbol autotransformator variabel

5.  Transformator isolasi


Transformator isolasi memiliki lilitan sekunder yang berjumlah sama dengan lilitan
primer, sehingga tegangan sekunder sama dengan tegangan primer. Tetapi pada
beberapa desain, gulungan sekunder dibuat sedikit lebih banyak untuk
mengkompensasi kerugian. Transformator seperti ini berfungsi sebagai isolasi antara
dua kalang. Untuk penerapan audio, transformator jenis ini telah banyak digantikan
oleh kopling kapasitor.

6.  Transformator pulsa


Transformator pulsa adalah transformator yang didesain khusus untuk memberikan
keluaran gelombang pulsa. Transformator jenis ini menggunakan material inti yang
cepat jenuh sehingga setelah arus primer mencapai titik tertentu, fluks magnet berhenti
berubah. Karena GGL induksi pada lilitan sekunder hanya terbentuk jika terjadi
perubahan fluks magnet, transformator hanya memberikan keluaran saat inti tidak
jenuh, yaitu saat arus pada lilitan primer berbalik arah.

16
7.  Transformator tiga fasa
Transformator tiga fasa sebenarnya adalah tiga transformator yang dihubungkan
secara khusus satu sama lain. Lilitan primer biasanya dihubungkan secara bintang (Y)
dan lilitan sekunder dihubungkan secara delta (Δ).

Kerugian dalam transformator

1.  Kerugian tembaga. Kerugian I2.R dalam lilitan tembaga yang disebabkan oleh
resistansi tembaga dan arus listrik yang mengalirinya.
2. Kerugian kopling. Kerugian yang terjadi karena kopling primer-sekunder tidak
sempurna, sehingga tidak semua fluks magnet yang diinduksikan primer memotong
lilitan sekunder. Kerugian ini dapat dikurangi dengan menggulung lilitan secara
berlapis-lapis antara primer dan sekunder.
3.  Kerugian kapasitas liar. Kerugian yang disebabkan oleh kapasitas liar yang terdapat
pada lilitan-lilitan transformator. Kerugian ini sangat mempengaruhi efisiensi
transformator untuk frekuensi tinggi. Kerugian ini dapat dikurangi dengan
menggulung lilitan primer dan sekunder secara semi-acak (bank winding).
4.  Kerugian histeresis. Kerugian yang terjadi ketika arus primer AC berbalik arah.
Disebabkan karena inti transformator tidak dapat mengubah arah fluks magnetnya
dengan seketika. Kerugian ini dapat dikurangi dengan menggunakan material inti
reluktansi rendah.
5.  Kerugian efek kulit. Sebagaimana konduktor lain yang dialiri arus bolak-balik, arus
cenderung untuk mengalir pada permukaan konduktor. Hal ini memperbesar kerugian
kapasitas dan juga menambah resistansi relatif lilitan. Kerugian ini dapat dikurang
dengan menggunakan kawat Litz, yaitu kawat yang terdiri dari beberapa kawat kecil
yang saling terisolasi. Untuk frekuensi radio digunakan kawat geronggong atau
lembaran tipis tembaga sebagai ganti kawat biasa.
6.  Kerugian arus eddy (arus olak). Kerugian yang disebabkan oleh GGL masukan yang
menimbulkan arus dalam inti magnet yang melawan perubahan fluks magnet yang
membangkitkan GGL. Karena adanya fluks magnet yang berubah-ubah, terjadi olakan
fluks magnet pada material inti. Kerugian ini berkurang kalau digunakan inti berlapis-
lapisan.

17
Pemeriksaan Transformator
Untuk mengetahui sebuah trafo masih bagus atau sudah rusak adalah dengan
menggunakan AVO meter. Caranya posisikan AVO meter pada posisi Ohm meter, lalu
cek lilitan primernya harus terhubung. Demikian juga lilitan sekundernya juga harus
terhubung. Sedangkan antara lilitan primer dan skunder tidak boleh terhubung, jika
terhubung maka trafo tersebut konslet (kecuali untuk jenis trafo tertentu yang memang
didesain khusus untuk pemakaian tertentu). Begitu juga antara inti trafo dan lilitan
primer/skunder tidak boleh terhubung, jika terhubung maka trafo tersebut akan
mengalami kebocoran arus jika digunakan. Secara fisik trafo yang bagus adalah trafo
yang memiliki inti trafo yang rata dan rapat serta jika digunakan tidak bergetar, sehingga
efisiensi dayanya bagus. Dalam penggunaannya perhatikan baik2 tegangan kerja trafo,
tiap tep-nya biasanya ditulis tegangan kerjanya misalnya pada primernya 0V – 110V –
220V, untuk tegangan 220 volt gunakan tep 0V dan 220V, sedangkan untuk tegangan
110 volt gunakan 0V dan 110V, jangan sampai salah atau trafo kita bakal hangus! Dan
pada skundernya misalnya 0V – 3V – 6V – 12V dsb, gunakan 0V dan tegangan yang
diperlukan. Ada juga jenis trafo yang menggunakan CT (Center Tep) yang artinya
adalah titik tengah. Contoh misalnya 12V – CT – 12V, artinya jika kita gunakan tep CT
dan 12V maka besarnya tegangan adalah 12 volt, tapi jika kita gunakan 12V dan 12V
besarnya tegangan adalah 24 volt.

Komponen-Komponen Transformator / Trafo


1. Inti Besi

Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi, magnetik yang ditimbulkan oleh
arus listrik yang melalui kumparan. Dibuat dari lempengan-lempengan besi tipis yang
berisolasi, untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh arus
pusar atau arus eddy (eddy current).
2. Kumparan Transformator

Kumparan transformator adalah beberapa lilitan kawat berisolasi yang membentuk


suatu kumparan atau gulungan. Kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer dan
kumparan sekunder yang diisolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap antar
kumparan dengan isolasi padat seperti karton, pertinak dan lain-lain. Kumparan
tersebut sebagai alat transformasi tegangan dan arus.

18
Transformator Ideal
Pada transformator ideal, tidak ada energi yang diubah menjadi bentuk energi lain di
dalam transformator sehingga daya listrik pada kumparan skunder sama dengan daya
listrik pada kumparan primer. Atau dapat dikatakan efisiensi pada transformator ideal
adalah 100 persen. untuk transformator ideal berlaku persamaan sebagai berikut :

Efisiensi Transformator
Efisiensi transformator didefinisikan sebagai perbandingan antara daya listrik keluaran
dengan daya listrik yang masuk pada transformator. Pada transformator ideal
efisiensinya 100 %, tetapi pada kenyataannya efisiensi tranformator selalu kurang dari
100 %.hal ini karena sebagian energi terbuang menjadi panas atau energi bunyi.
Efisiensi transformator dapat dihitung dengan :

Transmisi Listrik Jarak Jauh


Pusat pembangkit listrik biasanya terletak jauh dari pemukiman atau pelanggan.
Sehingga listrik yang dihasilkan pusat pembangkit listrik perlu ditransmisikan dengan
jarak yang cukup jauh. Transmisi energi listrik jarak jauh dilakukan dengan
menggunakan tegangan tinggi, dengan alasan sebagai berikut:

 Bila tegangan dibuat tinggi maka arus listriknya menjadi kecil.

 Dengan arus listrik yang kecil maka energi yang hilang pada kawat transmisi (energi
disipasi) juga kecil.

 Juga dengan arus kecil cukup digunakan kawat berpenampang relatif lebih kecil,
sehingga lebih ekonomis.
19
Energi listrik atau daya listrik yang hilang pada kawat transmisi jarak jauh dapat
dihitung dengan persamaan energi dan daya listrik sebagai berikut:

W = energi listrik (joule)


I = kuat arus listrik (ampere)
R = hambatan (ohm)
t = waktu
P = daya listrik (watt)

Transmisi energi listrik jarak jauh menggunakan tegangan tinggi akan mengurangi
kerugian kehilangan energi listrik selama transmisi oleh disipasi.

20
Komponen aktif
3. Transistor

Transistor merupakan salah satu komponen elektronik yang sangat penting. Perkembangan
teknologi tak akan semaju ini jika tidak ada alat kecil bernama transistor ini. Karena hampir
pada setiap alat elektronik yang ada di rumahmu menggunakan transistor untuk mengatur
kerja alat elekronik tersebut. Karena itulah penting bagi kita untuk mempelajari transistor,
mulai dari pengertian hingga fungsi kerjanya. Apa itu transistor? Berikut ini penjelasan
tentang pengertian transistor dan fungsinya.
Transistor adalah komponen elektronik yang mudah kita kenali dengan ciri khasnya yaitu
memiliki tiga kaki/terminal. Fungsi utama transistor adalah untuk memperkuat sinyal atau
berfungsi sebagai switch, yaitu menentukan apakah arus dapat mengalir atau tidak ke
rangkaian selanjutnya. Selain itu, transistor juga dapat digunakan untuk memperkuat
tegangan dengan beberapa pengaturan kreatif pada rangkaian.

21
Transistor

Simbol Transistor

Bias Transistor
Untuk dapat bekerja, sebuah transistor membutuhkan tegangan bias pada basisnya.
Kebutuhan tegangan bias ini berkisar antara 0.5 sampai 0.7 Volt tergantung jenis dan
bahan semikonduktor yang digunakan.
Untuk transistor NPN, tegangan bias pada basis harus lebih positif dari emitor. Dan untuk
transistor PNP, tegangan bias pada basis harus lebih negatif dari emitor. Semakin tinggi arus
bias pada basis, maka transistor semakin jenuh (semakin ON) dan tegangan kolektor-emitor
(VCE) semakin rendah.

Bias Transistor
Pada gambar terlihat bahwa TR1 adalah termasuk jenis NPN, jadi tegangan bias pada basis
(Vbb) harus lebih positif dari emitor (Vee). Untuk memudahkan maka Vcc ditulis dengan
+Vcc dan Vee ditulis dengan -Vee. Dan TR2 adalah termasuk jenis PNP, jadi tegangan bias
pada basis (Vbb) harus lebih negatif dari emitor (Vee). Untuk memudahkan maka Vcc ditulis
dengan -Vcc dan Vee ditulis dengan +Vee.

22
Penggunaan Transistor
Transistor memiliki tiga kaki yang masing masing berbeda fungsinya. Ketiga kaki tersebut
adalah Base, Collector dan Emitter.

Kaki Transistor
Hati-hati dalam menyambungkan komponen lain ke transistor. Karena jika salah bisa
merusak transistor bahkan komponen lainnya!

Penggunaan Transistor: Switch


Transistor dapat kita gunakan sebagai switch, yaitu untuk ‘meng-on danoff-kan’‘ rangkaian
sesuai dengan terpenuhinya kondisi-kondisi tertentu.

Transistor Sebagai Switch


Saat kita menggunakan transistor sebagai switch, base-lah (input) yang mengatur akan
mengalir atau tidaknya suatu arus dari collector (+V) ke emitter (Output).
Saat tidak ada arus yang mengalir ke base, transistor akan otomatis memutuskan arus dari
collector ke base. Sehingga komponen komponen lain yang dipasang pada output transistor
tidak akan menyala.
Saat ada arus yang mengalir ke base,  transistor akan otomatis menyambungkan arus dari
collector ke base. Sehingga komponen komponen lain yang dipasang pada output transistor
akan menyala.
Contoh sederhana yang bisa kita buat dengan ketentuan diatas adalah alarm matahari
sederhana.

23
Alarm Matahari Sederhana
Pada rangkaian diatas kita menggunakan LDR (sensor cahaya) untuk menangkap sinar
matahari dan transistor untuk switch otomatis. Ketika gelap di malam hari, LDR tidak
menangkap cahaya sehingga tidak menghasilkan arus. Base pada transistor pun tidak
menerima arus sehingga arus dari collector ke emitter terputus. Alarm pun tidak akan
berbunyi.
Lalu saat matahari terbit, LDR menangkap cahaya sehingga menghasilkan arus. Base pada
transistor menerima arus sehingga arus dari collector ke emitter dapat terhubung. Alarm pun
berbunyi.
Tentu alat di atas masih sangat sederhana. Kita dapat membuat alat yang lebih canggih
dengan kombinasi beberapa transistor dan komponen-komponen elektronik lainnya.

Transistor sebagai penguat arus


Fungsi lain dari transistor adalah sebagai penguat arus. Karena fungsi ini maka transistor
bisa dipakai untuk rangkaian power supply dengan tegangan yang di set. Untuk keperluan
ini transistor harus dibias tegangan yang konstan pada basisnya, supaya pada emitor keluar
tegangan yang tetap. Biasanya untuk mengatur tegangan basis supaya tetap digunakan
sebuah dioda zener.

24
Transistor Sebagai Penguat Arus

Pada gambar tampak dua buah regulator dengan polaritas tegangan output yang berbeda.
Transistor TR5 (NPN) dipakai untuk regulator tegangan positif dan transistor TR6 (PNP)
digunakan untuk regulator tegangan negatif. Tegangan basis pada masing masing transistor
dijaga agar nilainya tetap oleh dioda zener D3 dan D4. Dengan demikian tegangan yang
keluar pada emitor mempunyai arus sebesar perkalian antara arus basis dan HFE transistor.
Transistor sebagai penguat sinyal AC
Selain sebagai penguat arus, transistor juga bisa digunakan sebagai penguat tegangan pada
sinyal AC. Untuk pemakaian transistor sebagai penguat sinyal digunakan beberapa macam
teknik pembiasan basis transistor. Dalam bekerja sebagai penguat sinyal AC, transistor
dikelompokkan menjadi beberapa jenis penguat, yaitu: penguat kelas A, penguat kelas B,
penguat kelas AB, dan kelas C.

Transistor Sebagai Penguat Sinyal AC


Pada gambar tampak bahwa R15 dan R16 bekerjasama dalam mengatur tegangan biaspada
basis transistor. Konfigurasi ini termasuk jenis penguat kelas A. Sinyal input masuk ke
penguat melalui kapasitor C8 ke basis transistor. Dan sinyal output diambil pada kaki
kolektor dengan melewati kapasitor C7.
Fungsi kapasitor pada input dan output penguat adalah untuk mengisolasi penguat terhadap
pengaruh dari tegangan DC eksternal penguat. Hal ini berdasarkan karakteristik kapasitor
yang tidak melewatkan tegangan DC.

25
5. Dioda

Dioda berasal dari kata DI = dua dan ODA = elektroda atau dua elektroda, dimana elektroda-
elektrodanya tersebut adalahANODA yang berpolaritas positip dan KATHODA yang
berpolaritas negatip.

Ada berbagai jenis dioda yang dibuat sesuai dengan fungsinya tanpa meninggalkan
karakteristik serta spesifikasinya, seperti dioda penyearah (rectifier), dioda Emisi Cahaya
(LED), dioda Zenner, dioda photo (Photo-Dioda) dan Dioda Varactor.

1. DIODA PENYEARAH (RECTIFIER)

Dioda penyearah adalah jenis dioda yang terbuat dari bahan Silikon yang berfungsi sebagai
penyearah tegangan / arus dari arus bolak-balik (ac) ke arus searah (dc) atau mengubah arus
ac menjadi dc. Secara umum dioda ini disimbolnya.

 
Kaki-kaki dioda yaitu kaki katoda ditandai dengan garis pada ujungnya

26
2. DIODA ZENER 

Dioda Zener merupakan dioda junction P dan N yang terbuat dari bahan dasar silikon. Dioda
ini dikenal juga sebagai Voltage Regulation Diode yang bekerja pada daerah reverse (kuadran
III). Potensial dioda zener berkisar mulai 2,4 sampai 200 volt dengan disipasi daya dari ¼
hingga 50 watt.

3. DIODA EMISI CAHAYA ( LIGHT EMITTING DIODE ) 

Dioda emisi cahaya atau dikenal dengan singkatan LED merupakan Solid State Lamp yang
merupakan piranti elektronik gabungan antara elektronik dengan optik, sehingga
dikategorikan pada keluarga “Optoelectronic”. Sedangkan elektroda-elektrodanya sama
seperti dioda lainnya, yaitu anoda (+) dan Katoda (-). Ada tiga kategori umum penggunaan
LED, yaitu : - Sebagai lampu indikator, - Untuk transmisi sinyal cahaya yang dimodulasikan
dalam suatu jarak tertentu, - Sebagai penggandeng rangkaian elektronik yang terisolir secara
total. Simbol, bangun fisiknya dan konstruksinya diperlihatkan pada gambar berikut.

28
Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan LED adalah bahan Galium Arsenida (GaAs)
atau Galium Arsenida Phospida (GaAsP) atau juga Galium Phospida (GaP), bahan-bahan ini
memancarkan cahaya dengan warna yang berbeda-beda. Bahan GaAs memancarkan cahaya
infra-merah, Bahan GaAsP memancarkan cahaya merah atau kuning, sedangkan bahan GaP
memancarkan cahaya merah atau hijau.

Seperti halnya piranti elektronik lainnya , LED mempunyai nilai besaran terbatas dimana
tegangan majunya dibedakan atas jenis warna 

TABEL WARNA LED DAN TEGANGANNYA

Warna Tegangan Maju

Merah 1.8 volt

Orange 2.0 volt

Kuning 2.1 volt

Hijau 2.2 volt

Sedangkan besar arus maju suatu LED standard adalah sekitar 20 mA. Karena dapat
mengeluarkan cahaya, maka pengujian LED ini mudah, cukup dengan menggabungkan
dengan sumber tegangan dc kecil saja atau dengan ohmmeter dengan polaritas yang sesuai
dengan elektrodanya.

29
4. DIODA CAHAYA ( PHOTO-DIODE)

Secara umum dioda-cahaya ini mirip dengan PN-Junction, perbedaannya terletak pada
persambungan yang diberi celah agar cahaya dapat masuk padanya.

Dioda cahaya ini bekerja pada daerah reverse, jadi hanya arus bocor saja yang melewatinya.
Dalam keadaan gelap, arus yang mengalir sekitar 10 A untuk dioda cahaya dengan bahan
dasar germanium dan 1A untuk bahan silikon. Kuat cahaya dan temperature keliling dapat
menaikkan arus bocor tersebut karena dapat mengubah nilai resistansinya dimana semakin
kuat cahaya yang menyinari semakin kecil nilai resistansi dioda cahaya tersebut. Penggunaan
dioda cahaya diantaranya adalah sebagai sensor dalam pembacaan pita data berlubang (Punch
Tape), dimana pita berlubang tersebut terletak diantara sumber cahaya dan dioda cahaya. Jika
setiap lubang pita itu melewati antara tadi, maka cahaya yang memasuki lubang tersebut akan
diterima oleh dioda cahaya dan diubah dalam bentuk signal listrik. Sedangkan penggunaan
lainnya adalah dalam alat pengukur kuat cahaya (Lux-Meter), dimana dalam keadaan gelap
resistansi dioda cahaya ini tinggi sedangkan jika disinari cahaya akan berubah rendah. Selain
itu banyak juga dioda cahaya ini digunakan sebagai sensor sistem pengaman (security) misal
dalam penggunaan alarm.

5. DIODA VARACTOR

Dioda Varactor disebut juga sebagai dioda kapasitas yang sifatnya mempunyai kapasitas
yang berubah-ubah jika diberikan tegangan. Dioda ini bekerja didaerah reverse mirip dioda
Zener. Bahan dasar pembuatan dioda varactor ini adalah silikon dimana dioda ini sifat
kapasitansinya tergantung pada tegangan yang diberikan padanya. Jika tegangan tegangannya
semakin naik, kapasitasnya akan turun. Dioda varikap banyak digunakan pada pesawat
penerima radio dan televisi di bagian pengaturan suara (Audio). 

30
DAFTAR PUSTAKA

31

Anda mungkin juga menyukai