Anda di halaman 1dari 11

KEPIMPINAN MANAJERIAL

KEPIMPINAN TRANSFORMASIONAL

Dosen Pengampu :
Dra. Istiana Rahatmawati, M.Si

Disusun Oleh:

Tomi Manihuruk (141170136)

Ganang Lasmana (141170247)

Satya Apriliado (141170275)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2018/2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepemimpinan memiliki kedudukan yang menentukan dalam organisasi.


Pemimpin yang melaksanakan kepemimpinannya secara efektif dapat
menggerakkan orang/personel kearah tujuan yang dicita-citakan, sebaliknya
pemimpin yang keberadaannya hanya sebagai figur, tidak memiliki pengaruh,
kepemimpinannya dapat mengakibatkan lemahnya kinerja organisasi, yang
pada akhirnya dapat menciptakan keterpurukan.
Semakin tinggi kepemimpinan yang diduduki oleh seorang dalam
organisasi, nilai dan bobot strategic dari keputusan yang diambil semakin
besar. Sebaliknya, semakin rendah kedudukan seseorang dalam suatu orgnisasi
, keputusan yang diambilpun lebih mengarah kepada hal-hal yang lebih
operasional. Terlepas dari keputusan yang diambil , apakah pada kategori
strategic, taktis, teknis, atau operasional, semuanya tergolong pada “penentuan
arah” dari perjalanan yang hendak ditempuh oleh organisasi.
Kepemimpinan begitu kuat mempengaruhi kinerja organisasi sehingga
rasional apabila keterpurukan pendidikan salah satunya disebabkan  karena
kinerja kepemimpinan yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan
dan juga tidak membuat strategi pendidikan yuang adaptif terhadap perubahan.
Menyadari hal tersebut, setiap kepala sekolah dihadapkan pada tantangan
untuk melaksanakan pengembangan pendidikan  secara terarah, berencana,
dan berkesinambungan untuk meningkatkan  kualitas pendidikan. Kepala
sekolah harus memiliki visi dan misi,  serta strategi manajemen pendidikan
secara utuh dan berorentasi kepada mutu.
Oleh sebab itu masa depan ideal lembaga pendidikan sebenarnya sangat
ditentukan oleh eksistensi pemimpinnya.Pemimpin lembaga pendidikan
memiliki otoritas dan bertanggung jawab penuh sesuai jenjang manajerialnya
terhadap efektifitas pengelolaan sekolah.Pemimpin memiliki peran
pengambilan keputusan(decision role) yang sangat kuat dan perlu
menjalankannya secara benar dan tepat sasaran ,dengan peran ini dapat
dipastikan perubahan dan perkembangan masa depan pendidikan  menjadi

2
jauh lebih baik.Pada hakekatnya kondisi inilah yang menjadi harapan
masyarakat sebagai user output lembaga pendidikan  dan sudah seharusnya
menjadi paradigma berpikir pelaku institusi pendidikan.
Berangkat dari pembahasan diatas, maka pada kesempatan ini penulis
akan memaparkan makalah dengan judul “Kepemimpinan Transformasional.”
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan transformasional ?
2. Apa saja indikator-indikator kepemimpinan transformasional ?
3. Bagaimana perbedaan kepemimpinan transformasional dengan
kepemimpinan transaksional ?
C. Tujuan
Setelah mempelajari materi ini, pembaca diharapkan akan dapat memahami :
1. Definisi kepemimpinan transformasional..
2. Indikator-indikator kepemimpinan transformasional.
3. Perbedaan kepemimpinan transformasional dengan kepimimpinan
transaksional.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kepemimpinan Transformasional

Istilah transformasional berinduk dari kata to transform, yang bermakna


mentransformasilkan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang
berbeda. Seorang pemimpin transformasional harus mampu
mentransformasikan secara optimal sumber daya organisasi dalam rangka
mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target yang telah ditentukan.
Sumber daya dimaksud bisa berupa SDM, fasilitas, dana, dan faktor eksternal
organisasi.
Konsep awal tentang kepemimpinan transformasional ini dikemukakan
oleh Burn yang menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional adalah
sebuah proses di mana pimpinan dan para bawahannya untuk mencapai tingkat
moralitas dan motivasi yang lebih tinggi. Kepemimpinan transformasional
dapat didefinisikan sebagai kepemimpinan yang mencakup upaya perubahan
organisasi (sebagai lawan kepemimpinan yang dirancang untuk
mempertahankan status quo). Diyakini bahwa gaya ini akan mengarah pada
kinerja superior dalam organisasi yang sedang menghadapi tuntutan
pembaharuan dan perubahan (Bass & Avolio, 1994). Para pemimpin
transformasional mencoba menimbulkan kesadaran dari para pengikut dengan
menentukan cita-cita yang lebih tinggi dan nilai-nlai moral seperti
kemerdekaan, keadilan, dan bukan didasarkan atas emosi kemanusiaan,
keserakahan, kecemburuan, atau kebencian. Tingkat sejauh mana seorang
pemimpin disebut transformasional terutama diukur dalam hubungannya
dengan efek pemimpin tersebut terhadap para pengikut. Para pengikut seorang
pemimpin transformasional merasa adanya kepercayaan, kekaguman,
kesetiaan, dan hormat kepada pememimpin tersebut, dan mereka termotivasi
untuk melakukan lebih dari pada yang awalnya diharapkan terhadap mereka.

B. Indikator-indikator Kepemimpinan Transformasional


Kepemimpinan Transformasional dapat ditransformasikan atau dapat
diukur dengan melihat pada aspek-aspek sebagai berikut:

4
1. Karisma (Idealized Influence)

Pemimpin transformasional memiliki integritas perilaku (behavioral


integrity) atau persepsi terhadap kesesuaian antara espoused values dan
enacted values (Simons,1999).
Artinya, nilai-nilai yang diungkapkan lewat kata-kata senada dengan
yang ia tunjukkan dalam tindakan. Pemimpin ini memberikan contoh dan
cenderung bertindak sebagai role model positif dalam perilaku, sikap,
prestasi, maupun komitmen bagi anggota-anggotanya, siap menanggung
risiko bersama dengan anggota, hanya menggunakan kekuasaannya pada
saat diperlukan serta tidak memanfaatkan kekuasaannya itu untuk
kepentingan pribadi. Di samping itu, kepemimpinan transformasional
dalam hal ini senantiasa memberi visi dan sense of mission, serta
menanamkan rasa bangga pada anggotanya. Akibat yang terjadi adalah
anggota menjadi respek, kagum, dan memiliki kepercayaan penuh pada
pimpinan. Hal ini ditunjukkan anggota dengan selalu berkeinginan
melakukan seperti yang dilakukan pimpinannya. Proses ini sangat
bermanfaat dalam hal adaptasi terhadap perubahan, khususnya perubahan
fundamental dan bahkan radikal.

2. Inspirational Motivation

Pemimpin transformasional senantiasa memotivasi anggota-


anggotanya dengan cara mengkomunikasikan harapan-harapan yang
tinggi dan tantangan kerja yang jelas, menggunakan beragam simbol
untuk memfokuskan usaha atau tindakan, dan mengekspresikan tujuan
penting dengan cara-cara simple. Pemimpin tipe ini juga membangkitkan
semangat kerja sama tim, antusiasme, dan optimisme di antara rekan
kerja dan anggota itu sendiri.

3. Intelectual Stimulation

Pemimpin transformasional berusaha menciptakan iklim yang


kondusif bagi berkembangnya inovasi dan kreativitas. Perbedaan
pendapat dipandang sebagai hal yang biasa. Pemimpin mendorong
anggotanya untuk memunculkan ide-ide baru dan solusi kreatif atas
masalah-masalah yang dihadapi. Untuk itu, anggota sungguh-sungguh

5
dilibatkan dan diberdayakan dalam proses perumusan masalah dan
mengatasi masalah. Pada hakekatnya, esensi kepemimpinan
transformasional adalah sharing of power dengan melibatkan anggota
secara bersama-sama. Melalui aplikasi beberapa praktik manajerial,
pemimpin mampu memberdayakan anggota sehingga mereka makin
yakin pada kemampuannya sendiri. Proses ini memunculkan sense of
self-efficacy yang lebih kuat, sehingga anggota lebih mampu dan berhasil
mengerjakan berbagai pekerjaan.

4. Individualized Consideration

Pemimpin trasnformasional memberi perhatian khusus pada


kebutuhan tiap anggota untuk berprestasi dan berkembang dengan cara
bertindak sebagai pelatih (coach) atau penasehat (mentor) bagi anggota-
anggotanya. Pemimpin sangat menghargai perbedaan-perbedaan
individual dalam hal minat, kebutuhan, persepsi atas sesuatu. Dalam
upayanya tersebut, pemimpin transformasional melakukan komunikasi
secara personal dengan intensitas tinggi. Seringkali pemimpin
memberikan delegasi tugas pada anggota untuk dipantau dan dipastikan
apakah anggotanya memerlukan dukungan atau arahan, tanpa bermaksud
mengawasi anggota dengan ketat. Kondisi idealnya adalah bahwa
anggota tidak merasa diawasi atau diperiksa.
Dalam kaitannya dengan kepemimpinan transformasional, Bass
(1985) menegaskan bahwa kepercayaan (trust) anggota merupakan
konsekuensi logis dari kepemimpinan transformasional. Kepercayaan
merupakan faktor esensial dalam manajemen perubahan karena
dibutuhkan untuk pengambilan risiko yang merupakan bagian integral
dari kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan ini seringkali
diidentifikasi melalui dampaknya terhadap sikap, nilai, asumsi, dan
komitmen para anggota (Yuki, 1989). Hasil riset deskriptif yang
dilakukan oleh Tichy dan Devanna (1990) (dalam Fandy dan Akhmad,
1999) menunjukkan bahwa pemimpin transformasional melakukan proses
tranformasi melalui tiga (3) tahapan pokok:
(1) Identifikasi kebutuhan akan perubahan
(2) Menciptakan visi baru

6
(3) Melembagakan perubahan
Berdasar hasil riset lainnya, diyakini bahwa kualitas kepemimpinan
transformasional tertentu sangat sesuai diaplikasikan untuk memimpin
tipe perubahan tertentu. Menurut Bass (1985), kepemimpinan
transformasional tepat diterapkan untuk situasi yang bersifat non rutin.
Menurut Pawar & Easman (1997) (dalam Fandy dan Akhmad, 1999),
organisasi akan lebih bersedia menerima kepemimpinan transformasional
apabila adaptasi merupakan tujuannya. Sebaliknya, situasi even-based
pacing (fokus untuk mempertahankan status quo dan mencapai sasaran-
sasaran spesifik) lebih sesuai dengan tipe kepemimpinan transaksional.
Bass (1985) juga menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional
paling cocok untuk level manajemen puncak. Kouzes dan Posner (1988);
dalam Fandy dan Akhmad (1999) merumuskan lima (5) langkah yang
harus dilakukan agar dapat menjadi pemimpin transformasional, yaitu:
(1) Mempertanyakan praktik yang ada saat ini
(2) Menginspirasi visi bersama
(3) Membantu orang lain untuk bertindak
(4) Memperagakan atau mempraktikkan cara merealisasikan visi baru
(5) Encourage the heart
Secara umum, kepemimpinan transfromasional menjanjikan
perubahan dramatis. Namun, konsep ini mendapat banyak
reaksi/kritikan. Salah satunya adalah menyangkut atribusi keberhasilan
melakukan perubahan yang dikaitkan hanya pada sang “change masters”.
Apakah pemimpin transformasional benar-benar menjadi satu-satunya
orang bertanggung jawab atas upaya perubahan organisasi? Bagaimana
dengan peran dari faktor-faktor lain, seperti karyawan, konteks, dan
faktor keberuntungan? Inilah kritikan dari para teoritisi atas
kepemimpinan transformasional.
C. Perbedaan Kepemimpinan Transformasional dengan Kepemimpinan
Transaksional
Apabila digambarkan dalam bentuk skema, maka perbedaan antara
kepemimpinan transformasional dengan kepemimpinan transaksional dapat
digambarkan sebagai berikut:

7
Perbedaan Kepemimpinan Transksional dan Kepemimpinan
Transformasional.

 Kepemimpinan Transaksional :

1)  Tidak ada ciri fisik untuk kepemimpinan transaksional

2) Pemimpin mengklarifikasikan peran dan segala persyaratan pada bawahan

3) Pemimpin memberikan penghargaan terhadap bawahan untuk


meningkatkan produktfitas

4)    Pemimpin lebih unggul dalam hal manajemen

5)    Pemimpin suka bekerja keras, toleran, dan adil

6) Pemimpn bersifat kontraktual, yaitu pemimpin bekerja sama dengan


bawahan

7) Reward yang ditukarikan pemimpin dengan loyalitas

8) Seorang pemimpin tidak perlu memiliki figure yang sempurna

9) Sistem kepemimpinan transaksional lebih memudahkan system


manajemen modern

8
 Kepemimpinan Transformasional :

1) Pemimpin memiliki ciri karisma dan idealis di mata bawahan yang harus
terus dijaga.

2) Pemimpin sebagai motivasi inspirasional. Ini dilakukan oleh seorang


pemimpin pada bawahannya.

3) Pemimpin cenderung lebih perhatian pada individu (bawahan).

4) Pemimpin mampu memberikan pengaruh pada bawahan.

5) Pemimpin lebih memperhatikan perkembangan dan perubahan prestasi


dari para bawahannya.

6) Pemimpin bertugas sebagai pembangun kepercayaan bawahan serta


mendukungnya secara penuh untuk mengekspresikan segenap potensi yang
dimiliki oleh bawahannya.

7)  Pemimpin bersifat inovasi dan perubahan dengan menghargai kebutuhan


dan perhatian para bawahan.

8) Pemimpin bersikap lebih akrab terhadap bawahan dengan membantu


mereka menyelesaikan tugas-tugas merek.a

9) Pemimpin mampu menciptakan perubahan yang signifikan dalam diri para


bawahannya dan dalam organisasi tersebut.

10) Seorang pemimpin perlu memiliki superioritas dalam bidang tertentu.

11)Pemimpin lebih focus pada kualitas yang tidak nyata, seperti visi, nilai-
nilai, dll.

9
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Istilah transformasional berinduk dari kata to transform, yang bermakna


mentransformasilkan atau mmimpinan transformasional dapat didefinisikan
sebagai kepemimpinan yang mencakup upaya perubahan organisasi (sebagai
lawan kepemimpinan yang dirancang untuk mempertahankan status quo). Ada
empat indikator dalam kepemimpinan transformasional yaitu idealized
influence, inspirational motivation, intelectual stimulation, dan individualized
consideration. Serta terdapat beberapa perbedaan kepemimpinan antara
kepemimpinan transformasional dengan kepemimpinan transaksional.

10
DAFTAR PUSTAKA

Siswanti, Yuni, 2015, Meraih Kesuksesan Organisasi dengan Kepemimpinan


Manajerial yang ‘SMART’ dengan Pendekatan Riset Empiris, Citra Pustaka,
Yogyakarta.

Zikirics.2015.Kepimpinan Transformasional di
http://bukabuku2015.blogspot.com/2015/04/perbedaan-kepemimpinan-
transaksional.html (di akses 29 Oktober).

11

Anda mungkin juga menyukai