Anda di halaman 1dari 6

Jurnal

JurnalIlmu
IlmuKeperawatan
KeperawatanJiwa
JiwaVolume
Volume33No
No1,1,Hal
Hal4747– –52,
52,Februari 2020
Februari 2020 e-ISSN 2621-2978
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2685-9394

PERAN NEUROPROTEKTOR ASTAXANTHIN DALAM PENCEGAHAN


PENYAKIT ALZHEIMER
Leonardo Arwin*, Jihan Nur Pratiwi
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Ir. Sumantri Brojonegoro No. 1, Gedong Meneng, Kec.
Rajabasa, Kota Bandar Lampung, Lampung, Indonesia 35145
*leonardoarwin@gmail.com

ABSTRAK
Alzheimer merupakan penyakit neurodegeneratif yang terjadi secara bertahap dan progresif
disebabkan oleh kematian sel neuron. Bertambahnya usia, cidera kepala traumatis, depresi, penyakit
kardiovaskular dan serebrovaskular, usia orang tua yang lebih tinggi, merokok, riwayat keluarga
demensia dapat meningkatkan risiko penyakit. Alzheimer tidak dapat disembuhkan, namun terdapat
beberapa obat yang dapat mengatasi gejala simptomatis dari penyakit ini seperti inhibitor colinesterase
dan N-metil D-aspartat (NMDA) parsial. Astaxanthin diketahui memiliki kandungan antioksidan dan
antiinflamasi sepuluh kali lebih kuat dari kelompok karoten lain. Sehingga dapat menjadi
neuroprotektor dengan meningkatkan pembersihan Aβ, melindungi viabilitas sel dari kerusakan yang
disebabkan oleh Ab25-35, dan menghambat ekspresi IL-1b dan TNF-a. Tujuan dari tinjauan pustaka
ini adalah untuk melaporkan temuan ilmiah terbaru tentang peran protektif dan kuratif astaxanthin
pada otak manusia terhadap peradangan saraf, stres oksidatif dan, lebih umum, pada efek
menguntungkan bagi pasien dengan gangguan neurodegeneratif seperti Alzheimer. Metode yang
digunakan dalam artikel ini adalah penelusuran artikel melaui database NCBI dan Google Scholar.
Tahun penerbitan sumber pustaka adalah dari tahun 1997 sampai tahun 2019 dengan 24 sumber
pustaka. Tema yang dikumpulkan terkait dengan mekanisme neuroprotektor astaxanthin terhadap
Alzheimer. Hasil dari sintesis artikel yang telah ditemukan yaitu astaxanthin dapat mencegah
kerusakans sel otak sebagai pencegahan Alzheimer.

Kata kunci: alzheimer, astaxanthin, neuroprotektor

THE ROLE OF NEUROPROTECTOR ASTAXANTHIN AGAINST ALZHEIMER


DISEASE

ABSTRACT
Alzheimer's is a neurodegenerative disease that occurs gradually and progressively caused by
neuronal cell death. Increasing age, traumatic head injury, depression, cardiovascular and
cerebrovascular diseases, higher age of parents, smoking, family history of dementia can increase
disease. Alzheimer's cannot be cured, but there are some drugs that can overcome the symptomatic of
this disease such as colinesterase inhibitors and partial N-methyl D-aspartate (NMDA). astaxanthin
has higher antioxidant and anti-inflammatory properties than other carotene groups. Can be used as a
neuroprotector by increasing Aβ regulation, protecting cell viability from damage caused by Ab25-35,
and inhibiting the repair of IL-1b and TNF-a. The purpose of this literature evaluation is to report the
latest scientific findings on the protective and curative role of astaxanthin in the human brain against
nerve inflammation, oxidative stress and, more generally, on beneficial effects for patients with
neurodegeneratives such as Alzheimer's. The method used in this article is article searching through
the NCBI database and Google Scholar. Last year the library sources were from 1997 to 2019 with 24
library sources. The theme collected is related to the astaxanthin neuroprotector transition to
Alzheimer's. The results of the synthesis of articles that have been found is that astaxanthin can
prevent brain cell damage as against Alzheimer's.

Keywords: alzheimer, astaxanthin, neuroprotector

PENDAHULUAN progresif disebabkan oleh kematian sel neuron.


Penyakit alzheimer adalah penyakit Bertambahnya usia adalah faktor risiko
neurodegeneratif yang terjadi bertahap dan terpenting untuk penyakit Alzheimer. Cidera
kepala traumatis, depresi, penyakit

47
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 1, Hal 47 – 52, Februari 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

kardiovaskular dan serebrovaskular, usia orang sistem kekebalan tubuh mereka dan
tua yang lebih tinggi, merokok, riwayat meningkatkan kesuburan hewan tersebut
keluarga demensia, dan kehadiran alel APOE (Galasso et al., 2018). Astaxanthin memiliki
e4 diketahui meningkatkan risiko penyakit aktivitas antioksidan sepuluh kali lebih kuat
Alzheimer (Liljegren et al., 2018). Penyakit dari kelompok karoten lain yaitu beta karoten,
Alzheimer merupakan penyebab umum cantaxanthin, lutein, dan zeaxanthin (Naguib,
demensia yang ditandai dengan kegagalan 2000). Astaxanthin juga memiliki efektifitas
kognitif ringan yang lama kelamaan menjadi hingga 500 kali lebih baik dalam pencegaan
berat hingga kehilangan fungsi kognitif (Bird, oksidasi lemak dan 550 lebih kuat dalam
2018). Di berbagai belahan dunia penyakit meredam singlet oksigen dibandingkan dengan
demensia dan kerusakan kognitif lainnya vitamin E (Capelli & Cysewski, 2007). Pada
berujung pada terjadinya disabilitas pada lanjut banyak penelitian dalam beberapa tahun
usia. Terjadi satu kasus demensia baru setiap terakhir telah menunjukkan peran Astaxanthin
tiga detik. Tahun 2015 diperkirakan terdapat dalam penghambatan terhadap stres oksidatif
46,8 juta orang di seluruh dunia yang dan peradangan, serta proses berbahaya
terdiagnosis demensia atau Orang Dengan berdasarkan banyak penyakit kronis. Selain itu,
Demensia (ODD). Diproyeksikan akan astaxanthin juga memberikan efek
meningkat menjadi 74,7 juta di tahun 2030 dan perlindungan yang kuat pada otak manusia;
131,5 juta ODD di tahun 2050 (Alzheimer's struktur kimianya yang unik memungkinkan
Disease International, 2015). Sementara di untuk dengan mudah melintasi sawar darah
Indonesia belum tersedia data mengenai otak (Galasso et al., 2018).
prevalensi demensia pada tingkat populasi.
Hasil studi demensia di DIY tahun 2015 Tujuan dari tinjauan pustaka ini penting
menunjukkan prevalensi demensia orang dilakukan untuk melaporkan penelitian terbaru
berumur 60 tahun atau lebih sebesar 20,1%. tentang peran protektif dan kuratif astaxanthin
Proporsi demensia responden lanjut usia pada otak manusia terhadap peradangan saraf,
Provinsi Bali mencapai 32%. (Suriastini et al., stres oksidatif dan, lebih umum, pada efek
2018). menguntungkan bagi pasien dengan gangguan
neurodegeneratif seperti Alzheimer.
Tidak ada obat untuk penyakit Alzheimer
selain pengobatan simptomatik yang tersedia. METODE
Dua kategori obat disetujui untuk pengobatan Metode yang digunakan dalam penulisan
penyakit Alzheimer yaitu: inhibitor artikel ini adalah literature review. Sumber
kolinesterase dan antagonis N-metil D-aspartat pustaka yang digunakan dalam artikel ini
(NMDA) parsial (Hussein et al., 2018). melibatkan 24 pustaka baik yang berasal dari
Mengingat bahwa kerusakan oksidatif dan buku, jurnal nasional atau internasional,
peningkatan inflamasi saraf secara kritis terkait maupun website. Penelusuran sumber pustaka
dengan patogenesis dari kehilangan neuron dalam artikel ini melalui database NCBI dan
besar-besaran pada penyakit neurodegeneratif, Google Scholar dengan kata kunci Alzheimer,
efek neuroprotektif dari senyawa alami, seperti Astaxanthin, Neuroprotector. Pemilihan artikel
astaxanthin, memiliki perhatian khusus sebagai sumber pustaka dilakukan dengan melakukan
pengobatan tambahan dan pencegahan untuk peninjauan pada judul dan abstrak yaitu
penyakit ini (Cho et al., 2018). membahas tentang pengaruh neuroprotektor
astaxanthin terhadap pencegahan penyakit
Astaxanthin adalah karotenoid yang memiliki Alzheimer. Tahun penerbitan sumber pustaka
kandungan tinggi antioksidan dan dalam penulisan artikel ini adalah 1997 hingga
antiinflamasi yang diproduksi oleh terutama tahun 2019.
biota laut diantaranya alga hijau
Haematococcus pluvialis, pada beberapa jenis HASIL
ikan, pada kelompok krustasea, dan pada ragi Astaxanthin dapat mengurangi neurotoksisitas
Phaffia rhodozyma (Naguib, 2000). Warna dalam model kultur sel penyakit Alzheimer.
kemerahan pada astaxanthin memberikan Sel-sel PC12 dilindungi dari sitotoksisitas yang
warna pada daging ikan salmon, udang, lobster diinduksi oleh fragmen β-amiloid. Singkatnya,
yang memakan organisme penghasil Astaxanthin sepenuhnya tidak beracun.
astaxanthin, yang membantu melindungi Sebaliknya, spesies Ab25-35 yang mengalami

48
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 1, Hal 47 – 52, Februari 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

oligomer mengungkapkan efek neurotoksik dan p-NF-κB p65, IL-6 dan MAPK) (Kim et
yang menonjol pada sel PC12. Astaxanthin al., 2010). Temuan ini memvalidasi pemberian
berhasil melindungi viabilitas sel dari astaxanthin sebagai terapi tambahan untuk
kerusakan yang disebabkan oleh Ab25-35. pencegahan penyakit Alzheimer, karena
Untuk memelihara sel untuk bertahan hidup, karotenoid ini mampu melemahkan aktivasi
Astaxanthin menghambat ekspresi IL-1b dan mikroglial dan akibatnya pelepasan sitokin
TNF-a (Chang et al., 2010). pro-inflamasi. Efek ini memiliki dampak
positif pada integritas neuron, terutama pada
Astaxanthin juga meningkatkan pembersihan orang tua, yang cenderung menunjukkan
β-amiloid dari otak dengan meningkatkan peningkatan peradangan di otak (Satoh et al.,
transkripsi LRP-1 dan ABCA1 dalam BCEC 2009).
otak 3xTg AD (Alzheimer’s Disease).
Astaxanthin mempengaruhi tidak hanya PEMBAHASAN
pembersihan tetapi juga generasi β-amiloid Penyakit Alzheimer adalah penyakit
karena kedua obat mengalihkan proses protein degeneratif otak dan penyebab paling umum
prekursor amiloid (APP) menuju jalur non- dari demensia. Hal ini ditandai dengan
amilloidogenik dengan mengurangi BACE-1 penurunan memori, bahasa, pemecahan
(aktivitas) dan β-amiloid/oligomer di mBCEC masalah dan keterampilan kognitif lainnya
dan di wilayah otak yang lebih dalam (Fanaee- yang mempengaruhi kemampuan seseorang
Danesh et al., 2019). untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
Penurunan ini terjadi karena sel-sel saraf
Pada penelitian yang dilakukan oleh Wen et al. (neuron) di bagian otak yang terlibat dalam
menyelidiki efek neuroprotektif astaxanthin fungsi kognitif telah rusak dan tidak lagi
pada toksisitas ex-situ oksidatif yang diinduksi berfungsi normal (Alzheimer's Disease
glutamat dalam sel HT22 hipokampus tikus International, 2015).
melalui ekspresi HO-1 yang bergantung pada
Nrf2. Hasil menunjukkan bahwa astaxanthin Alzheimer dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu
adalah senyawa aktif biologis yang predemensia, dimana terjadi gangguan kognitif
menjanjikan untuk pengobatan gangguan ringan, defisit memori, serta apatis. Demensia
neurodegeneratif seperti penyakit Alzheimer. onset awal, terjadi gangguan bahasa, kosakata,
Jumlah glutation dalam plasma memiliki gangguan persepsi, gangguan koordinasi,
korelasi dengan tingkat keparahan disfungsi gangguan kognitif, dan aktivitas pasif.
kognitif pada pasien Alzheimer (Wen et al., Demensia sedang, terjadi deteorisasi progresif,
2015). tidak mampu baca dan tulis, gangguan memori
jangka panjang, parafasia, emosi tidak stabil,
Eksperimen dengan tikus transgenik ganda delusi, dan inkonensia urin. Demensia tahap
yang diadministrasikan dengan astaxanthin dan lanjut, yaitukehilangan kemampuan untuk
varian yang disintesis Astaxanthin diester mandiri, kehilangan verbal total, agresif atau
asam-asilasi (AST-DHA) yang disintesis apatis ekstrim, deteorisasi masa otot dan
selama 2 bulan menunjukkan bahwa AST- mobilitas, tidak dapat makan (Kumar & Tsao,
DHA mungkin merupakan agen terapi 2018).
potensial untuk pencegahan penyakit
Alzheimer. Dalam penelitian ini, Uji Radial 8- Beberapa faktor risiko telah dikaitkan dengan
Arm Maze, Water Maze Test, Penentuan penyakit Alzheimer. Bertambahnya usia adalah
Konsentrasi β-amiloid, dan analisis western faktor risiko terpenting untuk penyakit
blot dilakukan (Che et al., 2018). Alzheimer. Cidera kepala traumatis, depresi,
penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular,
Efek anti-inflamasi serupa dari astaxanthin usia orang tua yang lebih tinggi, merokok,
dijelaskan dalam penelitian lain, menggunakan riwayat keluarga demensia, dan kehadiran alel
model eksperimental yang berbeda. Secara APOE e4 diketahui meningkatkan risiko
khusus, astaxanthin (50 μM) mengurangi penyakit Alzheimer. Pendidikan tinggi,
pelepasan mediator inflamasi dalam sel-sel penggunaan estrogen oleh wanita, penggunaan
mikroglial teraktivasi (garis sel BV-2), melalui agen anti-inflamasi, dan latihan aerobik yang
modulasi faktor-faktor yang terlibat dalam teratur diketahui dapat mengurangi risiko
kaskade NF-κB (misalnya, p-IKKα, p-IκBα, penyakit Alzheimer (Liljegren et al., 2018).

49
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 1, Hal 47 – 52, Februari 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Asaxanthin dicerna dan diserap mirip dengan


Tidak ada obat untuk penyakit Alzheimer. lipid dan karotenoid lainnya, meskipun
Hanya pengobatan simtomatik yang tersedia. ketersediaan hayati sangat dipengaruhi oleh
Dua kategori obat disetujui untuk pengobatan komponen makanan lainnya. Ketika diberikan
penyakit Alzheimer: inhibitor kolinesterase secara oral, proporsi yang lebih tinggi diserap
dan antagonis N-metil D-aspartat (NMDA) ketika diambil dengan makanan atau dikirim
parsial. Inhibitor kolinesterase bertindak dalam formulasi berbasis minyak (Odeberg et
dengan meningkatkan kadar asetilkolin; bahan al. 2003). Setelah dilepaskan dari matriks
kimia yang digunakan oleh sel-sel saraf untuk makanan, Astaxanthin diyakini menumpuk di
berkomunikasi satu sama lain dan penting tetesan lipid dalam cairan lambung dan
untuk pembelajaran, memori dan fungsi kemudian bergabung dengan asam empedu,
kognitif. Dari kategori ini, 3 obat: donepezil, fosfolipid, dan lipase di usus kecil dan
rivastigmine, dan galantamine disetujui oleh diperkirakan secara pasif berdifusi ke dalam
FDA untuk pengobatan penyakit Alzheimer membran plasma enterosit. Astaxanthin,
(Schachter & Davis, 1999). seperti xanthofil yang lebih polar, diangkut
dalam sirkulasi oleh lipoprotein densitas tinggi
Memantine antagonis atau N-Metil D-aspartat (HDL) dan lipoprotein densitas rendah (LDL),
(NMDA) parsial menghambat reseptor NMDA setelah dibebaskan dari kilomikron yang
dan memperlambat akumulasi kalsium terbentuk di sel-sel usus (Furr & Clark, 1997).
intraseluler. Disetujui oleh FDA untuk
mengobati penyakit Alzheimer sedang hingga Penelitian pada molekul dengan efek anti-
berat. Pusing, sakit tubuh, sakit kepala, dan neuroinflamasi dan dengan sifat pelindung
sembelit adalah efek samping yang umum. terhadap stres oksidatif dalam model sel
Obat ini dapat dikonsumsi bersamaan dengan neuronal menunjukkan hasil yang menarik
inhibitor kolinesterase. Penting juga untuk tentang beberapa karotenoid. Baru-baru ini,
mengobati kegelisahan, depresi, dan psikosis, telah ditemukan bahwa astaxanthin
yang sering ditemukan pada tahap pertengahan mengurangi gangguan kognitif pada model in
hingga akhir penyakit Alzheime (Khoury et vivo dan in vitro untuk penyakit
al., 2018). neurodegeneratif (Che et al., 2018). Studi
pertama dalam mengukur karotenoid dalam
Untuk mencegah terjadinya alzheimer, maka kompartemen otak dilakukan oleh Craft et al.
diperlukan senyawa yang dapat melindungi sel Penelitian ini mengukur kandungan karotenoid
otak dari kematian. Pada banyak penelitian dalam lima otak lansia dan menemukan
terbaru mengungkapkan bahwa astaxanthin preferensi yang tampaknya untuk xanthofil di
memiliki kandungan antioksidan tinggi yang otak manusia. Xanthofil yang berasal dari laut,
dapat berperan sebagai neuroprotektor. seperti astaxanthin, memiliki efek anti-
inflamasi dan aktivitas antioksidan dengan
Seperti karotenoid pada umumnya, astaxanthin mengurangi peradangan hipokampus dan
(3,3’-dihidroksi-β, β-karoten4,4’-dion) retina. Mekanisme aksi yang paling umum
tersusun atas 40 atom karbon terhubung untuk xanthofil laut adalah penindasan jalur
dengan ikatan tunggal dan rangkap yang inflamasi melalui aktivitas pembersihan
membentuk rantai fitoen. Struktur ini sangat radikal terhadap spesies reaktif oksigen, serta
berguna pada saat transfer dan disipasi energi melindungi sel-sel saraf dari stres oksidatif
serta memberi karakter warna khusus. Rantai melalui aktivasi jalur spesifik, seperti poros
fitoen pada astaxanthin diawali dan diakhiri HO-1/NOX2 dan pensinyalan Sp1/NR1 (Craft
cincin ionon. Astaxanthin termasuk dalam et al., 2004).
golongan xantofil karena memiliki oksigen
pada cincin ionon. Gugus hidroksi dan keto Spesies oksigen reaktif (ROS) memiliki peran
memungkinkan astaxanthin mengalami penting dalam fungsi otak normal, produksi
esterifikasi dan menjadikannya lebih polar, energi, dan jalur pensinyalan peka-redoks.
serta memiliki aktifitas antioksidan yang lebih Status redoks yang tepat biasanya
besar daripada karotenoid lain. (Lorenz & dipertahankan oleh banyak mekanisme
Cysewski, 2000). antioksidan endogen yang ada untuk
melindungi dari produksi ROS yang berlebihan
dan kerusakan jaringan yang terjadi setelahnya

50
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 1, Hal 47 – 52, Februari 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

(Koutsilieri et al., 2002). Telah dilaporkan https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NB


bahwa suplementasi astaxanthin juga dapat K1161/
menstimulasi ekspresi thioredoxin reductase
(TrxR), HO-1, dan faktor nuklir yang Capelli, B. and Cysewski, R. (2007). Natural
berhubungan dengan faktor eritroid 2 (NRF-2), astaxanthin: king of the carotenoid.
yang diketahui terkait dengan perlindungan USA; Cyanotech Corporation.
seluler yang kuat dari tekanan oksidatif. in vivo
(Guerin et al., 2003). Chang, C.H., Chen, C.Y., Chiou, J.Y., Peng,
R.Y., Peng, C.H. 2010. Astaxanthine
Penyakit alzheimer adalah penyakit secured apoptotic death of PC12 cells
neurodegeneratif yang terjadi bertahap dan induced by b-amyloid peptide 25–35: Its
progresif disebabkan oleh kematian sel neuron. molecular action targets. J Med Food 13
Penyakit Alzheimer adalah penyakit (3) 548–556. Mary Ann Liebert, Inc.
degeneratif otak dan penyebab paling umum and Korean Society of Food Science and
dari demensia. Hal ini ditandai dengan Nutrition. DOI: 10.1089=jmf.2009.1291
penurunan memori, bahasa, pemecahan
masalah dan keterampilan kognitif lainnya Che H., Li Q., Zhang T., Wang D., Yang, L.,
yang mempengaruhi kemampuan seseorang Xu, J., Yanagita, T., Xue, C., Chang, Y.,
untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Wang, Y. (2018). Effects of astaxanthin
Penurunan ini terjadi karena sel-sel saraf and docosahexaenoic-acid-acylated
(neuron) di bagian otak yang terlibat dalam astaxanthin on alzheimer's disease in
fungsi kognitif telah rusak dan tidak lagi APP/PS1 double-transgenic mice.
berfungsi normal. Journal of Agric Food Chem. May 16;
66(19):4948-4957.
Astaxanthin adalah karotenoid yang memiliki
kandungan tinggi antioksidan dan Cho, K.S., Shin, M., Kim, S., Lee, S.B.
antiinflamasi yang dapat melindungan sel Recent advances in studies on the
neuron dari kerusakan. Astaxanthin dapat therapeutic potential of dietary
melindungi viabilitas sel PC12 dari kerusakan carotenoids in neurodegenerative
yang disebabkan oleh Ab25-35. Astaxanthin diseases. Oxid. Med. Cell.
juga meningkatkan pembersihan β-amiloid dari Longev. 2018:4120458. doi:
otak dengan meningkatkan transkripsi LRP-1 10.1155/2018/4120458
dan ABCA1. Efek neuroprotektif astaxanthin
pada toksisitas ex-situ oksidatif yang diinduksi Craft, N.E., Haitema, T.B., Garnett, K.M.,
glutamat dalam sel HT22 hipokampus tikus Fitch, K.A., Dorey, C.K. (2004).
melalui ekspresi HO-1 yang bergantung pada Carotenoid, tocopherol, and retinol
Nrf2. concentrations in elderly human brain.J
Nutr Health Aging. 8(3):156-62.
SIMPULAN
Astaxanthin dapat menjadi terapi pencegahan Fanaee-Danesh, E., Gali, C.C., Tadic, J.,
terjadinya penyakit Alzheimer pada orang Zandl-Lang, M., Kober, A., Agujetas,
lanjut usia dikarenakan astaxanthin memiliki V.R., Panzenboeck, U. (2019).
manfaat sebaagai neuroprotektor. Astaxanthin exerts protective effects
DAFTAR PUSTAKA similar to bexarotene in Alzheimer’s
Alzheimer's Disease International. (2015). disease by modulating amyloid beta and
World alzheimer's Rreport 2015, the cholesterol homeostasis in blood-brain
global impact of demensia, an analysis barrier endothelial cells. Biochimica et
of prevalence, Iincidence, cost and Biophysica Acta (BBA). Molecular
trends. Alzheimer's Disease Basis of Disease.
International. Doi:10.1016/j.bbadis.2019.04.019

Bird, T.D. (2018). Alzheimer disease Furr, H.C., Clark, R.M.(1997). Intestinal
overview. GeneReviews [Internet] absorption and tissue distribution of
tersedia dari: carotenoids. J Nutr Biochem. 8:364–

51
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 1, Hal 47 – 52, Februari 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

377. doi: 10.1016/S0955- Alzheimer Dis Assoc Disord. Oct-


2863(97)00060-0 Dec;32(4):346-350.

Galasso, C., Orefice, I., Pellone, P., Cirino, P., Lorenz, R.T. and Cysewski, G.R. (2000).
Miele, R., Lanora, A. Brunet, C., Commercial potential for
Sansone, C. (2018) On the Haematococcus microalgae as a natural
neuroprotective role of astaxanthin: new source of astaxanthin. Trends
perspectives. Mar Drugs. Aug; 16(8): Biotechnol. 18, 160–167.
247. doi: 10.3390/md16080247
Naguib, Y.M.A. (2000). Antioxidant activities
Guerin, M., Mark, E.H., and Miguel, O. of astaxanthin and related carotenoid
(2003). Haematococcus astaxanthin: biosynthetic genes during maturation in
applications for human health and citrys fruit. Journal of American Society
nutrition. Trends In Biotechnology of Plant Biologist. 2 (134): 824-37
Vol.21 No.5 May.
Odeberg, J., Lignell, A., Pettersson, A.,
Hussein, W., Sağlık, B.N., Levent, S., Korkut, Höglund, P. (2003). Oral bioavailability
B., Ilgın, S., Özkay, Y., Kaplancıklı, of the antioxidant astaxanthin in humans
Z.A. (2018) Synthesis and biological is enhanced by incorporation of lipid
evaluation of new cholinesterase based formulations. Eur J Pharm Sci.
inhibitors for alzheimer's disease. Jul; 19(4):299-304.
Molecules. Aug 14;23(8).
Satoh A., Tsuji S., Okada Y., Murakami N.,
Kim Y.H., Koh H.K., Kim D.S. (2010). Down- Urami M., Nakagawa K., Ishikura M.,
regulation of IL-6 production by Katagiri M., Koga Y., Shirasawa T.
astaxanthin via ERK-, MSK-, and NF- (2009). Preliminary clinical evaluation
κB-mediated signals in activated of toxicity and efficacy of a new
microglia. Int. Immunopharmacol. astaxanthin-rich Haematococcus
10:1560–1572. doi: pluvialis extract. J. Clin. Biochem. Nutr.
10.1016/j.intimp.2010.09.007 44:280–284. doi: 10.3164/jcbn.08-238.

Khoury, R., Grysman, N., Gold, J., Patel, K., Schachter A.S., Davis K.L. (1999). Guidelines
Grossberg, G.T. (2018). The role of 5 for the appropriate use of cholinesterase
HT6-receptor antagonists in Alzheimer's inhibitors in patients with Alzheimer's
disease: an update. Expert Opin Investig disease. CNS Drugs. 11:281–288
Drugs. Jun; 27(6):523-33
Suriastini, W., Turana Y, Suryani L K.,
Koutsilieri, E., Scheller, C., Tribl, F., Riederer, Sukadana, W., Sikoki, B.,Witoelar, F., et
P. (2002). Degeneration of neuronal al. (2018). Laporan hasil studi demensia
cells due to oxidative stress--microglial bali 2018. Bali; Universitas Udayana.
contribution. Parkinsonism Relat
Disord.Sep; 8(6):401-6. Wen X., Huang A., Hu J., Zhong Z., Liu Y., Li
Z., Pan X., Liu Z. (2015).
Kumar, A., Tsao, J.W. (2018). A review of Neuroprotective effect of astaxanthin
alzheimer disease. StatPearls Publishing against glutamate induced cytotoxicity
LLC. in HT22 cells: Involvement of the
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NB Akt/GSK-3β pathway. Neuroscience.
K499922/ Sep 10; 303():558-68.

Liljegren M., Landqvist W.M., Rydbeck R.,


Englund E. (2018) Police interactions
among neuropathologically confirmed
dementia patients: prevalence and cause.

52

Anda mungkin juga menyukai