Anda di halaman 1dari 7

Pengolahan limbah

Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah, kandungan bahan
pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi limbah ini diperlukan
pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan
menjadi:
pengolahan menurut tingkatan perlakuan
pengolahan menurut karakteristik limbah
Untuk mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka suatu kawasan permukiman
membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi. Layanan sanitasi ini tidak dapat selalu diartikan
sebagai bentuk jasa layanan yang disediakan pihak lain. Ada juga layanan sanitasi yang harus
disediakan sendiri oleh masyarakat, khususnya pemilik atau penghuni rumah,
seperti jamban misalnya.
Layanan air limbah domestik: pelayanan sanitasi untuk menangani limbah Air kakus.
Jamban yang layak harus memiliki akses air bersih yang cukup dan tersambung ke unit
penanganan air kakus yang benar. Apabila jamban pribadi tidak ada, maka masyarakat perlu
memiliki akses ke jamban bersama atau MCK.[1]
Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan pewadahan sampah dan pengumpulan
sampah. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan gerobak atau truk sampah. Layanan
sampah juga harus dilengkapi dengan tempat pembuangan sementara (TPS), tempat pembuangan
akhir (TPA), atau fasilitas pengolahan sampah lainnya. Di beberapa wilayah pemukiman,
layanan untuk mengatasi sampah dikembangkan secara kolektif oleh masyarakat. Beberapa ada
yang melakukan upaya kolektif lebih lanjut dengan memasukkan upaya pengkomposan dan
pengumpulan bahan layak daur-ulang.
Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan air hujan menggunakan saluran
drainase (selokan) yang akan menampung limpasan air tersebut dan mengalirkannya ke badan air
penerima. Dimensi saluran drainase harus cukup besar agar dapat menampung limpasan air
hujan dari wilayah yang dilayaninya. Saluran drainase harus memiliki kemiringan yang cukup
dan terbebas dari sampah.
Penyediaan air bersih dalam sebuah pemukiman perlu tersedia secara berkelanjutan dalam
jumlah yang cukup, karena air bersih memang sangat berguna di masyarakat

Limbah B3 industri
Berdasarkan karakteristiknya limbah B3 industri dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
Limbah b3 cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air. Komponen pencemaran air pada
umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan organik dan bahan buangan
anorganik
 Limbah b3 padat
 Limbah b3 gas
 Limbah b3 partikel yang tidak terdefinisi

Proses Pencemaran Udara Semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke atmosfer yang
“bersih” disebut kontaminan. Kontaminan pada konsentrasi yang cukup tinggi dapat
mengakibatkan efek negatif terhadap penerima (receptor), bila ini terjadi, kontaminan disebut
cemaran (pollutant).Cemaran udara diklasifihasikan menjadi 2 kategori menurut cara cemaran
masuk atau dimasukkan ke atmosfer yaitu: cemaran primer dan cemaran sekunder. Cemaran
primer adalah cemaran yang diemisikan secara langsung dari sumber cemaran. Cemaran
sekunder adalah cemaran yang terbentuk oleh proses kimia di atmosfer.
Sumber cemaran dari aktivitas manusia (antropogenik) adalah setiap kendaraan bermotor,
fasilitas, pabrik, instalasi atau aktivitas yang mengemisikan cemaran udara primer ke atmosfer.
Ada 2 kategori sumber antropogenik yaitu: sumber tetap (stationery source) seperti: pembangkit
energi listrik dengan bakar fosil, pabrik, rumah tangga, jasa, dan lain-lain dan sumber bergerak
(mobile source) seperti: truk, bus, pesawat terbang, dan kereta api.
Lima cemaran primer yang secara total memberikan sumbangan lebih dari 90% pencemaran
udara global adalah:
a. Karbon monoksida (CO),
b. Nitrogen oksida (Nox),
c. Hidrokarbon (HC),
d. Sulfur oksida (SOx)
e. Partikulat.
Selain cemaran primer terdapat cemaran sekunder yaitu cemaran yang memberikan dampak
sekunder terhadap komponen lingkungan ataupun cemaran yang dihasilkan akibat transformasi
cemaran primer menjadi bentuk cemaran yang berbeda. Ada beberapa cemaran sekunder yang
dapat mengakibatkan dampak penting baik lokal,regional maupun global yaitu:
a. CO2 (karbon dioksida),
b. Cemaran asbut (asap kabut) atau smog (smoke fog),
c. Hujan asam,
d. CFC (Chloro-Fluoro-Carbon/Freon),
e. CH4 (metana).
Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)[sunting | sunting sumber]
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang
mengandung B3. Sedangkan sesuai definisi pada Undang Undang 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dimaksud dengan Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan, merusak
lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan
baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan,
tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan
khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik
berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi,
bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk
limbah B3
Identifikasi Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) berdasarkan jenis, sumber dan
karakteristiknya
Jenis limbah B3 menurut jenisnya meliputi :
 Limbah B3 Jenis Padatan
 Limbah B3 Jenis Cairan
 Limbah B3 Jenis Gas
 Limbah B3 Jenis Partikel yang tidak terdefinisi
 Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi :[sunting | sunting sumber]
 Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;
 Limbah B3 dari sumber spesifik;
 Limbah B3 dari bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan buangan
produk yang tidak memenuhi spesifikasi.
Karakteristik limbah B3
1. Limbah mudah meledak adalah limbah yang pada suhu dan tekanan standar (25 °C, 760
mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan/atau fisika dapat menghasilkan gas
dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.
2. Limbah mudah terbakar 
3. Limbah yang berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan/atau
pada titik nyala tidak lebih dari60 °C (140 OF) akan menyala apabila terjadi kontak
dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg.
4. Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar (25 C, 760
mmHg) dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air atau
perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang
terus menerus.
Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar .
Merupakan limbah pengoksidasi.
Limbah beracun adalah limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi manusia
atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke
dalam tubuh melalui pemafasan, kulit atau mulut. Penentuan sifat racun untuk identifikasi limbah
ini dapat menggunakan baku mu tu konsentrasi TCLP (Toxicity Characteristic Leaching
Procedure) pencemar organik dan anorganik dalam limbah. Apabila limbah mengandung salah
satu pencemar yang terdapat, dengan konsentrasi sama atau lebih besar dari nilai dalam
Lampiran II tersebut, maka limbah tersebut merupakan limbah B3. Bila nilai ambang batas zat
pencemar tidak terdapat pada Lampiran II tersebut maka dilakukan uji toksikologi.
Limbah yang menyebabkan infeksi. Bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan dari
tubuh manusia yang terkena infeksi, limbah dari laboratorium atau limbah lainnya yang
terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular .Limbah ini berbahaya karena mengandung
kuman penyakit seperti hepatitis dan kolera yang ditularkan pada pekerja, pembersih jalan, dan
masyarakat di sekitar lokasi pembuangan limbah
Limbah bersifat korosif adalah limbah yang mempunyai salah satu sifat sebagai berikut :
a. Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.
b. Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju korosi
lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 55 °C.
c. Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan sama atau lebih
besar dari 12.5 untuk yang bersifat basa.
Limbah yang bersifat reaktif adalah limbah-limbah yang mempunyai salah satu sifat-sifat
sebagai berikut :
Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa
peledakan.
Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air
Limbah yang apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan,
menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi
kesehatan manusia dan lingkungan.
Merupakan limbah Sianida, Sulfida atau Amoniak yang pada kondisi pH antara 2 dan
12,5 dapat menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan
kesehatan manusia dan lingkungan.
Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar (25 C,
760 mmHg).
Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima oksigen atau
limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
Kegiatan Pengelolaan limbah B3. Kegiatan Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan dan
pengolahan serta penimbunan hasil pengolahan tersebut. Dalam rangkaian kegiatan tersebut
terkait beberapa pihak yang masing-masing merupakan mata rantai dalam pengelolaan limbah
B3, yaitu :
 Reduksi Limbah B3 : Suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi jumlah dan
mengurangi sifat bahaya dan racun limbah B3, sebelum dihasilkan dari suatu kegiatan
 Penyimpanan Limbah B3 : kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh
penghasil dan/atau pengumpul dan/atau pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun
limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara
 Pengumpulan Limbah B3 : kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari penghasil limbah B3
dengan maksud menyimpan sementara sebelum diserahkan kepada pemanfaat dan/atau
pengolah dan/atau penimbun limbah B3
 Pengangkutan Limbah B3 : kegiatan pemindahan limbah B3 dari penghasil dan/atau dari
pengumpul dan/atau dari pemanfaat dan/ atau dari pengolah ke pengumpul dan/atau ke
pemanfaat dan/atau ke pengolah dan/atau ke penimbun limbah B3
 Pemanfaatan Limbah B3 : kegiatan perolehan kembali (recovery) dan/atau penggunaan
kembali (reuse) dan/atau daur ulang (recycle) yang bertujuan untuk mengubah limbah B3
menjadi suatu produk yang dapat digunakan dan harus juga aman bagi lingkungan dan
kesehatan manusia
 Pengolahan Limbah B3 : proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3
untuk menghilangkan dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau sifat racun
 Penimbunan Limbah B3 : kegiatan menempatkan limbah B3 pada suatu fasilitas
penimbunan dengan maksud tidak membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan
hidup

Kategori Limbah
Limbah Domestik
Pengertian limbah domestik adalah suatu limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga.
Seperti diketahui bahwa berdasarkan asalnya, limbah memang dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu
limbah pertanian, limbah industri, dan limbah domestik. Limbah domestik sendiri menjadi
masalah yang paling serius karena umumnya tidak dikelola dengan tepat. Terlebih di daerah
perkotaan, limbah domestik menjadi limbah dengan persentase terbesar dalam menyumbang
kerusakan lingkungan hidup.

Jenis – Jenis Limbah Domestik


 Limbah Cair Domestik
Limbah cair domestik adalah limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga. Contoh
limbah domestik ini adalah air bekas cucian yang mengandung deterjen, minyak, air yang
terbuang saat mandi yang mengandung banyak sabun, dan kotoran manusia. Limbah-limbah ini
memang tidak terlalu mengganggu lingkungan bila jumlahnya tidak terlalu banyak. Akan tetapi,
bila terakumulasi dan menjadi satu, limbah ini dapat menjadi suatu masalah bagi kehidupan
organisme lainnya, contohnya kelestarian ekosistem sungai yang ada di daerah perkotaan.

Sungai-sungai di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, dan Palembang
umumnya sudah sangat tercemar karena akumulasi limbah cair domestik. Keberadaan biota
sungai menjadi sangat langka karena ketidakmampuan mereka untuk bertahan hidup pada
kondisi air yang tercemar.

 Limbah Padat Domestik


Limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga. Contoh limbah padat sangat banyak
sekali. Sampah yang setiap hari kita hasilkan adalah contoh limbah domestik yang perlu
mendapat perhatian. Selain itu, kertas kardus, barang-barang bekas yang tidak bisa digunakan,
serta perabotan rumah tangga pada akhirnya kita buang dan menjadi bahan pencemaran
lingkungan.

Penanganan Limbah Domestik


Keberadaan limbah domestik juga perlu mendapat penanganan serius agar tidak terakumulasi
dan menimbulkan masalah. Setiap rumah tangga perlu menyadari hal ini supaya dapat ikut
berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan. Langkah langkah penanganan limbah domestik
yang dapat kita lakukan di antaranya:
a. Membuat sarana penampungan kotoran (septictank) untuk mencegah timbulnya penyakit
dan pencemaran lingkungan.
b. Menggunakan deterjen dan sabun secara efisien saat mencuci pakaian atau perabotan.
c. Membuang sampah pada tempatnya dan memisahkan sampah berdasarkan jenisnya agar
dapat dikelola kembali oleh petugas pengolah sampah secara efektif.
d. Mendaur ulang limbah yang sekiranya dapat dimanfaatkan kembali. Misalnya menjadi
suatu hiasan karya seni.
e. Mengurangi pemakaian plastik sebagai pembungkus ketika berbelanja.

Limbah Non-domestik
Limbah ini dihasilkan atau berasal dari hasil produksi oleh pabrik atau perusahaan tertentu.
Limbah ini mengandung zat yang berbahaya diantaranya asam anorganik dan senyawa orgaik,
zat-zat tersebut jika masuk ke perairan maka akan menimbulkan pencemaran yang dapat
membahayakan makluk hidup pengguna air tersebut misalnya, ikan, bebek dan makluk hidup
lainnya termasuk juga manusia.
Jika berdasarkan jenis senyawa, limbah dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1.    Limbah Organik
Limbah ini terdiri atas bahan-bahan yang besifat organik seperti dari kegiatan rumah tangga atau
kegiatan industri. Limbah ini juga bisa dengan mudah diuraikan melalui proses yang alami.
Limbah pertanian berupa sisa tumpahan atau penyemprotan yang berlebihan, misalnya dari
pestisida dan herbisida, begitu pula dengan pemupukan yang berlebihan. Limbah ini mempunyai
sifat kimia yang stabil sehingga zat tersebut akan mengendap kedalam tanah, dasar sungai,
danau, serta laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme yang hidup didalamnya.
Sedangkan limbah rumah tangga dapat berupa padatan seperti kertas, plastik dan lain-lain, dan
berupa cairan seperti air cucian, minyak goreng bekas dan lain-lain. Limbah tersebut ada yang
mempunyai daya racun yang tinggi misalnya : sisa obat, baterai bekas, dan air aki. Limbah
tersebut tergolong (B3) yaitu bahan berbahaya dan beracun, sedangkan limbah air cucian, limbah
kamar mandi, dapat mengandung bibit-bibit penyakit atau pencemar biologis seperti bakteri,
jamur, virus dan sebagainya.

2 Limbah Anorganik
Limbah bukan organik. Contohnya air limbah plastik, logam, industry, dll, limbah ini dapat
mengandung berbagai jenis bahan anorganik seperti:
Garam anorganik seperti magnesium sulfat, magnesium klorida yang berasal dari kegiatan
pertambangan dan industri.
Asam anorganik seperti asam sulfat yang berasal dari industri pengolahan biji logam dan bahan
bakar fosil.
Adapula limbah anorganik yang berasal dari kegiatan rumah tangga seperti botol plastik, botol
kaca, tas plastik, kaleng dan aluminium. 

Anda mungkin juga menyukai