Anda di halaman 1dari 17

A.

Anatomi

a. Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian :
1) Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu diruang antara gusi, bibir dan pipi.
2) Rongga mulut/bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang
maksilaris, palatum dan mandi bilaris disebelah belakang bersambung dengan
faring.
b. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan, merupakan persimpangan jalan nafas dan jalan makanan, letaknya
dibelakang rongga mulut dan didepan ruas tulang belakang.
c. Esofagus (kerongkongan)
Panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak dibawah
lambung. Esofagus terletak dibelakang trakea dan didepan tulang punggung setelah
melalui thorak menembus diafragma masuk kedalam abdomen ke lambung.
d. Gaster (lambung)
Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang dapat mengembang paling
banyak terutama didaerah epigaster. Bagian-bagian lambung, yaitu :
1) Fundus ventrikularis, bagian yang menonjol keatas terletak disebelah kiri osteum
kardium biasanya berisi gas.
2) Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah notura
minor.
3) Antrum pilorus, berbentuk tebing mempunyai otot tebal membentuk spinkter pilorus.
4) Kurtura minor, terletak disebelah kanan lambung, terdiri dari osteum kordi samapi
pilorus.
5) Kurtura mayor, lebih panjang dari kurtura minor terbentang dari sisi kiri osteum
kardium melalui fundus kontrikuli menuju kekanan sampai ke pilorus anterior.
e. Usus halus
Usus halus merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada
pilorus dan berakhir pada sekum panjangnya ± 6cm, merupakan saluran paling panjang
tempat proses pencernaan dan obstruksi hasil pencernaan makanan.
2

Usus halus terdiri dari :


1) Duodenum
Disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda
melengkung kekiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian kanan
duodenum terdapat selaput lendir yang nambulir disebut papila vateri.
2) Yeyunum
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus
dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa
panjangnya ± 2-3 meter.
3) Ileum
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia panjangnya sekitar ± 4-5 m dan terletak setelah duodenum dan
jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral
atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
f. Usus besar/interdinum mayor
Panjangnya ± 1 meter, lebar 5-6 cm, fungsinya menyerap air dari makanan, tempat
tinggal bakteri koli, tempat feces. Usus besar terdiri atas 8 bagian:
1) Sekum.
2) Kolon asenden.
1. Terletak diabdomen sebelah kanan, membujur keatas dari ileum sampai
kehati, panjangnya ± 13 cm.
3) Appendiks (usus buntu)
2. Sering disebut umbai cacing dengan panjang ± 6 cm.
4) Kolon transversum.
3. Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden dengan panjang ±
28 cm.
5) Kolon desenden.
4. Terletak dirongga abdomen disebelah kiri membujur dari anus ke bawah
dengan panjangnya ± 25 cm.
6) Kolon sigmoid.
5. Terletak dalam rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk huruf "S" ujung
bawah berhubungan dengan rektum.
7) Rektum.
6. Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor
dengan anus.
8) Anus.
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan
dunia luar.
B. Pengertian
3

Ileus obstruktif adalah suatu kondisi hipomotilitas (kelumpuhan) saluran


gastrointestinal tanpa disertai adanya Asuhan Keperawatan Pada  obstruksi mekanik
pada intestinal. Pada kondisi klinik sering disebut dengan Ileus paralitik (Mansjoer,
2011).
Ileus obstruktif adalah hambatan pasaseisi usus yang disebabkan oleh
sumbatan mekanik misalnya oleh strangulasi, invaginasi, atau sumbatan di dalam
lumen usus. (Sjamsuhidayat, 2005).
Ileus obstruktif adalah blok saluran usus yang menghambat pasase cairan,
flatus, dan makanan, dapat secara mekanis atau fungsional (Iin Inayah)
Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ileus obstruktif adalah
penyumbatan yang terjadi secara parsial atau komplit, mekanik atau fungsional, yang
terjadi bias diusus halus ataupun di usus besar, dapat mengakibatkan terhambatnya
pasase cairan, flatus, dan makanan.
Ileostomi merupakan pembukaan ileum ke dinding abdominal melalui
operasi sehingga merupakan saluran untuk mengeluarkan isi intestinal. Pasien
dengan ileostomi memerlukan perawatan secara teratur khususnya pada area yang
terpasang ileostomi. Ileostomi adalah bedah pembuatan lubang antara illeum dan
dinding abdomen untuk tujuan diversi fekal . Ileostomi dapat bersifat sementara atau
permanen dan dapat dibuat sebagai stoma ujung,stoma lop atau stoma barrel ganda.
Ileostomi berbeda dengan kolostomi dimana feses mempunyai konsistensi lebih
cair,terdapat enzim pencernaann dan aliran isinya tak terkontrol ,sehingga alat
penampung harus digunakan secara kontinue. Pembedahan ileostomi dilakukan
dalam dua tahap. Operasi pertama melibatkan kolektomi abdomen ,pembuatan
kantung illeum,mukosektomi rektum,anastomosis ileoanal dan membuat pengalihan
ileostomi. Operasi ke dua dilakukan untuk menurunkan ileotomi sementara dalam
upaya untuk mengembalikan kontinuitas aliran feses.

C. Klasifikasi
Klasifikasi obstruksi usus berdasarkan:
1. Kecepatan timbul (speed of onset)
a. Akut, kronik, kronik dengan serangan akut
2. Letak sumbatan
a. Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus (dari gaster sampai ileum)
4

b. Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar (dari ileum sampai anus)
3. Sifat sumbatan
a. Simple obstruction : sumbatan tanpa disertai gangguan aliran darah
b. Strangulated obstruction : sumbatan disertai gangguan aliran darah sehingga timbul
nekrosis, gangren dan perforasi
4. Etiologi
Kelainan dalam lumen, di dalam dinding dan di luar dinding usus (Price, S.A. 1994).
D. Etiologi
Menurut (Smeltzer dan Suzzane, 2001 : 1121) etiologi dari obstruksi usus atau
illeus yaitu:
1. Perlengketan
2. Intususepsi yaitu salah satu bagian usus menyusup kedalam bagian lain
yang ada dibawahnya.
3. Volvulus yaitu usus memutar akibatnya lumen usus tersumbat.
4. Hernia yaitu protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus.
5
E. Pathway
Hernia Inkarserata, Adhesi, Intususepsi, Askariasis, Volvulus, Tumor, Batu Empedu

ILEUS OBSTRUKTIF

Akumulasi gas dan cairan intra lumen disebelah paroksimal dari letak obstruktif

Distensi abdomen Gelombang peristaltic berbalik arah, isi usus Kerja usus melemah Klien rawat
terdorong ke lambung kemudian mulut inap

Gangguan
Poliferasi bakteri Tekanan peristaltic usus Reaksi
cepat intralumen ↑ Asam lambung hospitalisasi

Kimus sulit
pelepasan bakteri Tekanan vena & dicerna usus cemas
dan toksin dari usus arteri ↓ Mual muntah Ketidak
yang infark Seimbangan Ansietas
Kehilangan cairan Nutrisi Sulit BAB
Iskemia menuju ruang dehidrasi
bakteri melepas
dinding usus peritonium
endotoksin, Konstipasi
Intake cairan ↓
Melepaskan Metabolism Pelepasan bakteri &
zat pirogen anaerob toksin dr usus yg Cairan intrasel ↓
nekrotik ke dlm
Merangsang peritonium
Impuls Kekurangan Volume
pengeluaran Cairan dan Elektrolit
hipotalamus mediator kimia Resiko infeksi
bagian
termoregulator
melalui ductus Merangsang reseptor nyeri Merangsang susunan Saraf simpatis terangsang
REM ↓ Pasien terjaga
thoracicus saraf otonom, utk mengaktivasi RAS
mengaktivasi mengaktifkan kerja organ
Suhu tubuh ↑ Nyeri akut Gangguan
norepinephrine tubuh
pola tidur
Hipertermi
F. Patofisiologi
Obstruksi ileus merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi
karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus
sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus.
Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Akan terjadi pengumpulan
isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada bagian proximal tempat
penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran dinding usus(distensi). Sumbatan
distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan.
Dengan demikian akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang menyebabkan
distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh
panjang usus sebelah proximal sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus
yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi
gerakan anti peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen dan
muntah-muntah. Pada obstruksi usus yang lanjut, peristaltic sudah hilang oleh karena
dinding usus kehilangan daya kontraksinya. Peristiwa patofisiologik yang terjadi
setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah obtruksi tersebut
diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya pada
obstruksi paralitik dimana peristaltic dihambat dari permulaan, sedangkan pada
obstruksi mekanis peristaltic mula-mula diperkuat, kemudian intermitten, dan
akhirnya hilang. Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh
cairan dana gas (70 % dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intra lumen,
yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen usus ke darah. Oleh karena
sekitar 8 liter cairan disekresi kedalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya
absorbs dapat mengakibatkan penimbunan intra lumen yang cepat. Muntah dan
penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama
cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan cairan dan elektrolit adalah penciutan
ruang cairan ekstrasel yang mengakibatkan hemokonsentrasi, hipovolemia,
insufisiensiginjal, syok-hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi
jaringan, asidosis metabolic dan kematian bila tidak dikoreksi.Peregangan usus yang
terus menerus menyebabkan lingkaran setan penurunan absorbs cairan dan
peningkatan sekresi cairan kedalam usus. Efek local peregangan usus adalah iskemia
akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorbs
toksin-toksin/bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik. Pengaruh
sistemik dari distensi yang mencolok adalahel evasi diafragma dengan akibat
terbatasnya ventilasi dan berikutnya timbul atelektasis. Aliran balik vena melalui
vena kava inferior juga dapat terganggu. Segera setelah terjadinya gangguan aliran
balik vena yang nyata, usus menjadi sangat terbendung, dan darah mulai menyusup
kedalam lumen usus. Darah yang hilang dapat mencapai kadar yang cukup berarti
bila segmen usus yang terlibat cukup panjang
G. Manifestasi Klinis
Susan Martin Tucker (1998), Christian Stone, M.D (2004) dan Barbara C
Long (1996) menemukan bahwa tanda dan gejala dari ileus obstruktif adalah :
1. Obstruksi Usus Halus
Gejala awal biasanya berupa nyeri abdomen bagian tengah seperti
kram yang cenderung bertambah berat sejalan dengan beratnya obstruksi dan
bersifat hilang timbul. Pasien dapat mengeluarkan darah dan mukus, tetapi
bukan materi fekal dan tidak terdapat flatus. Pada obstruksi komplet,
gelombang peristaltic pada awalnya menjadi sangat keras dan akhirnya
berbalik arah dan isi usus terdorong kedepan mulut. Apabila obstruksi terjadi
pada ileum maka muntah fekal dapat terjadi. Semakin kebawah obstruksi di
area gastriuntestinal yang terjadi, semakin jelas adanya distensi abdomen.
Jika berlanjut terus dan tidak diatasi maka akan terjadi syok hipovolemik
akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
a) Mual
b) Muntah, pada awal mengandung makanan tak dicerna, selanjutnya
muntah air dan mengandung empedu, hitam dan fekal.
c)   Nyeri seperti kram pada perut, disertai kembung, nyerinya bias
berat dan menetap.
d) Demam sering terjadi, terutama bila dinding usus mengalami
perforasi. Perforasi dengan cepat dapat menyebabkan perdangan  dan
infeksi yang berat serta menyebabkan syok.
e) Obstipasi dapat terjadi terutama pada obstrusi komplit.
f) Abdominal distention
g)  Tidak adanya flatus
2.  Obstruksi Usus Besar
Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan
obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah. Muntah
muncul terakhir terutama bila katup ileosekal kompeten. Pada pasien dengan
obstruksi disigmoid dan rectum, konstipasi dapat menjadi gejala satu-satunya
selama beberapa hari. Akhirnya abdomen menjadi sangat distensi, loop dari
usus besar menjadi dapat dilihat dari luar melalui dinding abdomen, dan pasien
menderita kram akibat nyeri abdomen bawah. Dengan melihat patogenesis
yang terjadi, maka gambaran klinik yang dapat ditimbulkan sebagai akibat
obstruksi usus dapat bersifat sistemik dan serangan yang bersifat kolik.
a) Distensi berat
b)  Nyeri biasanya terasa di daerah epigastrium, nyeri yang hebat dan
terus menerus menunjukkan adanya iskemi atau peritonitis.
c)   Konstipasi dan obstipasi adalah gambaran umum obstruksi komplet
d)  Muntah fekal laten
e) Dehidrasi laten
f)   Penyumbatan total menyebabkan sembelit yang parah, sementara
penyumbatan sebagian menyebabkan diare
Manifestasi Klinik Laparatomi:
1. Nyeri tekan
2.  Perubahan tekanan darah, nadi dan pernafasan
3.  Kelemahan
4.  Gangguan integumuen dan jaringan subkutan
5.  Konstipasi
6.  Mual dan muntah, anoreksia
Pada obstruksi usus dengan strangulasi, terjadi keadaan gangguan pendarahan
dinding usus yang menyebabkan nekrosis atau gangguan dinding usus. Bahaya
umum dari keadaan ini adalah sepsis atau toxinemia.
H. Komplikasi
a) Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
Tromboplebitis post operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi.
Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebutlepas dari dinding
pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru,
hati,dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki, ambulasi dini
post operas
b) infeksi, infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam pasca operasi. Organisme
yang paling seringmenimbulkan infeksi adalah stapilococus aurens,
organisme gram positif. Stapilococusmengakibatkan peranahan. Untuk
menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan luka dengan
memperhatikan aseptik dan antiseptic.
c) Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi
d) Ventilasi paru tidak adekuat
e) Gangguan kardiovaskuler: hipertensi, aritmia jantung.
f) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
g) Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan.(Arif Mansjoer, 2012).
I. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan kelainan pada usus besar ;
kuldosentesi,kemungkinan adanya darah dalam lambung ; dan kateterisasi,
adanya darah menunjukkan adanyalesi pada saluran kencing.
b) Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis urine.
c) Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi.
d) IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap trauma saluran
kencing.
Konsep Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah sesuatu bentuk pelayanan yang diberikan oleh seseorang pasien

dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari berupa bimbingan, pengawasan, perlindungan.

(Brunner & suddarth, 2009).

1.      Pengkajian

      Pengkajian merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan secara sistemik mengenai

kesehatan. Pasien mengelompokkan data menganalisis data tersebut sehingga dapat pengkajian

adalah memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan pasien .Adapun tujuan

utama dari pada pengkajian adalah memberikan gambaran secara terus-menerus mengenai

keadaan pasien yang mungkin perawat dapat merencanakan asuhan keperawatan. (Arif mutaaq

2013).

Pengkajian pada laparatomu meliputi identitas klien keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,

riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit psikososial.

a.       Identitas klien

1. Meliputi nama

2. Umur < 18 tahun

3. Jenis kelamin, biasanya terjadi laki-laki karena lenih sering hiperaktif

4. Alamat

5. Agama

6. Suku bangsa

7. Tanggal Pengkajian dan MRS

8. Nomor register

9. Diagnosis medis.

2.      Keluhan Utama

Sering  menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah  nyeri pada

abdomen.

3.      Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Kapan keluhan pertama kali dirasakan dan apa tindakan yang telah diambil sebelum

akhirnya klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan secara medis.
b. Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat penyakit terdahulu sehingga klien dirawat di rumah sakit.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Bisanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi,diabetes melitus,atau adanya

riwayat stroke dari generasi terdahulu.

d. Riwayat psikososial dan spiritual

Peranan  pasien  dalam  keluarga  status emosional meningkat, interaksi meningkat,

interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan tetangga

tidak harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah klien rajin dalam melakukan ibadah

sehari-hari.

e. Riwayat Imunisasi Dasar

f. Riwayat Perkembangan

1. Motorik Halus, Kemampuan anak dalam menggambar, menulis, dll

2. Motorik Kasar, Kemampuan anak beraktifitas

4.      Aktivitas sehari-hari (sebelum dan selama sakit)

a. Pola Nutrisi

- Sebelum sakit : Nasi, makanan instan cepat saji

- Saat sakit : Makanan diit dari rumah sakit

b. Pola Eliminasi

- Sebelum sakit : Konstipasi, diare

- Setelah sakit : Mengeluarkan lewat stoma

c. Pola Personal Hygiene

d. Pola Istirahat dan Tidur

e. Pola Aktivitas dan Latihan

5.      Pemeriksaan Fisik

1.      Mulut

Adanya gangguan pengecapan (lidah ) akibat kerusakan nervus vagus adanya kesulitan

dalam menelan.

2.      Dada

Inspeksi                           :kesimetrisan bentuk, dan kembang kempih dada.


Palpasi                             :ada tidaknya nyeri tekan dan massa.

Perkusi                            :mendengar bunyi hasil perkusi.

Auskultasi                       :mengetahui suara nafas, cepat dan dalam.

3.      Abdomen

Inspeksi                           : bentuk, ada tidaknya pembesaran.

Auskultasi                       : mendengar bising usus.

Perkusi                            : mendengar bunyi hasil perkusi.

Palpasi                             : ada tidaknya nyeri tekan pasca operasi.

4.      Ekstremitas

Pengukuran kekuatan otot menurut (Arif Mutaqqin, 2012)

a.       Nilai 0: bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.

b.      Nilai 1: Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada sendi.

c.       Nilai 2: Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan grafitasi.

d.      Nilai 3: Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan tekanan

pemeriksaan.

e.       Nilai 4: Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi kekuatanya berkurang.

f.       Nilai 5: bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan penuh.
1. Diagnosa Keperawatan :
Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul adalah sebagaiberikut
1. Resiko infeksi b/d aliran feses dan flatus dari stoma.

2. Ansietas b/d tindakan pembedahan

3. Nyeri akut b/d faktor fisik; kerusakan kulit/jaringan (insisi/drain Biologis;


aktivitas proses penyakit( kanker,trauma)faktor psikologis: takut,ansietas

4. Konstipasi b/d iskemia dinding usus

5. Kekurangan volume cairan b/d keluaran ileostomi dengan volume tinggi.

6. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi.

7. Hipertermi b/d reaksi infeksi

8. Gangguan pola tidur b/d reseptor nyeri


2. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil intervensi

. Keperawatan
1. Ansietas NOC : NIC :

berhubungan - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction

dengan - Koping (penurunan

tindakan kriteria hasil: kecemasan) :

operasi - Klien mampu 1. Identifikasi tingkat

mengidentifikasi dan kecemasan

mengungkapkan gejala 2. Instruksikan pada

cemas pasien untuk

- Vital sign dalam batas menggunakan tehnik

Normal relaksasi

- Postur tubuh, ekspresi 3. Bantu pasien

wajah, bahasa tubuh mengenal situasi yang

dan tingkat aktivitas menimbulkan

menunjukkan kecemasan

berkurangnya 4. Berikan informasi

kecemasan faktual mengenai

diagnosis, tindakan

prognosis

5. Libatkan keluarga

untuk

mendampingi klien

2. Resiko infeksi NOC NIC

berhubungan Immune status Infection Control

dengan adanya Knowledge : infection (kontrol infeksi)

sayatan / luka control 1.      Monitor tanda dan


operasi Risk control gejala infeksi sistemik

laparatomi. Kriteria hasil dan lokal

Klien bebas dari tanda dan 2.      Bersihkan luka

gejala infeksi 3.      Ajarkan cara

Menunjukkan kemampuan menghindari infeksi

untuk mencegah timbulnya 4.      Instruksikan

infeksi pasien untuk minum

Jumlah leukosit dalam obat antibiotik sesuai

batas normal resep

5.      Berikan terapi

antibiotik IV bila perlu


3. Nyeri akut NOC NIC

berhubungan Ansiety Anxiety Reduction

dengan Fear leavel (penurunan kecemasan)

dilakukannya Sleep deprivation 1.      Identifikasi tingkat

tindakan insisi Comfort, readines for kecemsan

bedah. enchanced 2.      Bantu klien

Kriteria Hasil: mengenal situasi yang

Mampu mengontrol menimbulkan

kecemasan kecemasan

Mengontrol nyeri 3.      Kaji karakteristik

Kualitas tidur dan istirahat nyeri

adekuat 4.      Instruksikan

Status kenyamanan pasien menggunakan

meningkat tehnik rekasasi

5.      Berikan posisi

nyaman sesuai

kebutuhan

6.      Kolaborasi

pemberian obat
analgetik

DAFTAR PUSTAKA

1. Cronin E (2008c) Sebuah panduan untuk penggunaan yang tepat dari produk
2. perawatan stoma cembung Keperawatan gastrointestinal; 6:. 2, 12-16.
3. Smeltzer, Suzanne C. & Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medical Bedah. Volume 2.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC
4. Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. Volume 2. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC
5. Evanjh. 21 Mei 2011. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Stoma :
http://www.google.com/asuhan-keperawatan-pasien.dengan-stoma, diakses tanggal 7
November 2011, jam 15:54 WIB

Anda mungkin juga menyukai