Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa II
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa II
C. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang dipengaruhi oleh jenis
dan jumlah sumber risiko yang dapat menyebabkan individu mengalami
stres (Stuart, 2009). Faktor ini meliputi biologis, psikologis dan sosial
budaya.
1. Faktor Biologis Faktor biologi merupakan karakteristik fisik
yang mempengaruhi seseorang dalam menghadapi suatu
stresor. Faktor biologis terjadinya harga diri rendah dari faktor
biologi meliputi struktur otak hipotalamus dan
neurotransmitter. Struktur otak yang berhubungan dengan
perilaku agresif serta depresi yang mengakibatkan harga diri
rendah adalah sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan
hipotalamus. Sistem limbik terdiri dari amygdala, septum dan
hyppocampus, dimana kerusakan pada septum akan
mempengaruhi kemampuan untuk mengontrol kemarahan,
agresi dan ketakutan (Videbeck, 2008). Ketidakseimbangan
neurotransmitter juga mendorong munculnya perilaku
kekerasan atau depresi (Niehoff, 2002; Hoptman, 2003 dalam
Stuart, 2009; Kaplan & Saddock, 2010). Neurotransmitter di
otak dapat mempengaruhi perilaku manusia. Gangguan pada
norepinefrin yang merupakan neurotransmitter dapat
mempengaruhi mood, ansietas, menarik diri dan depresi.
Rendahnya neurotransmitter serotonin meningkatkan
iritabilitas, hipersensitivitas terhadap provokasi dan perilaku
amuk. Individu dengan impulsif, bunuh diri dan membunuh,
mempunyai serotonin lebih rendah dari pada level 5
hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA). Gangguan pada sistem
limbik yaitu kerusakan pada septum serta gangguan pada
neurotransmitter yaitu norepinephrin merupakan faktor
predisposisi biologis terjadinya harga diri rendah.
2. Faktor psikologis Faktor predisposisi psikologis terjadinya
harga diri rendah diantaranya intelektualitas, kepribadian,
moralitas, pengalaman masa lalu, konsep diri, motivasi,
pertahanan psikologi, kemampuan mengendalikan (Stuart,
2009). Kepribadian merupakan faktor psikologis dari
seseorang, seperti tipe kepribadian introvert, menutup diri dari
kemungkinan orang-orang yang memperhatikannya, sehingga
tidak memiliki orang terdekat atau orang yang berarti dalam
hidupnya. Seseorang tidak memiliki landasan untuk
membentuk mekanisme koping dalam menghadapi masalah
dalam kehidupannya jika tidak dikenalkan dengan konsep
moral baik dan buruk, misalnya terkait dengan keyakinan
spiritual (Townsend, 2009). Harga diri rendah terjadi pada
seseorang apabila pertahanan psikologis terhadap suatu stresor
yang berkembang berdasarkan pengalaman traumatik dan
disertai kepribadian tidak stabil.
3. Faktor sosial budaya Faktor sosial budaya sebagai faktor
predisposisi meliputi status sosial, umur, pendidikan, agama
dan kondisi politik. Perubahan status sosial seperti kehilangan
pasangan, adanya penurunan kemampuan fisik, kehilangan
pekerjaan, penghasilan, tidak tercapainya suatu keinginan dapat
menyebabkan gangguan konsep diri (Varcarolis & Halter,
2010; Stuart, 2009). Faktor yang paling berpengaruh terhadap
harga diri rendah adalah: riwayat pekerjaan, pendidikan
terakhir dan status perkawinan (Keliat, 2003). Menurut
Sasmita, dkk (2007) meliputi usia, jenis kelamin, riwayat
pekerjaan, pendidikan. Menurut Fauziah, dkk (2009) terdiri atas
pendidikan terakhir dan lama sakit / riwayat gangguan jiwa,
sedangkan menurut Wahyuningsih, dkk (2009) adalah
frekuensi dirawat. Berdasarkan uraian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa kehilangan pasangan, kehilangan pekerjaan
dan adanya keinginan yang tidak terpenuhi dapat menyebabkan
seseorang mengalami harga diri rendah.
D. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,
mengalami kegagalan, menurunnya produktivitas. Gangguan konsep diri:
harga diri rendah dapat terjadi secara situasional maupun kronik.
1. Situasional yaitu terjadi trauma secara tiba - tiba misal harus
operasi,kecelakaan,dicerai suami,putus sekolah,putus hubungan
kerja dll. Selain itu, dirawat di rumah sakit juga bisa menyebabkan
rendahnya harga diri seseorang dikarenakan penyakit fisik,
pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman, harapan
yang tidak tercapai akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh serta
perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan
keluarga
2. Kronik yaitu Gangguan konsep diri: harga diri rendah biasanya
sudah berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit
atau sebelum dirawat. Klien sudah ,memiliki pikiran negatif
sebelum dirawat dan menjadi semakin meningkat saat dirawat.
E. Fase –fase Harga Diri Rendah
Peplau dan Sulivan dalam Fitriah (2009) mengatakan bahwa
pengalaman interpersonal di masa atau tahap perkembangan dari bayi
sampai lanjut usia yang tidak menyenangkan seperti good me, bad me, not
me, merasa sering dipersalahkan, atau merasa tertekan, akan menimbulkan
rasa aman yang tidak terpenuhi. Hal ini dapat menimbulkan perasaan
ditolak oleh lingkungan dan apabila koping yang digunakan tidak efektif
dapat menyebabkan harga diri rendah kronis.
Caplan dalam Fitriah (2009) mengatakan bahwa lingkungan sosial,
pengalaman individu, dan adanya perubahan sosial seperti perasaan
dikucilkan, ditolak, serta tidak dihargai akan mempengaruhi individu.
Keadaan seperti ini dapat menyebabkan stress dan menimbulkan
penyimpangan perilaku seperti harga diri rendah kronis.
F. Proses Terjadinya Masalah
Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari
harga diri rendah situsional yang tidak diselesaikan atau dapat juga terjadi
karena individu tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang
perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan lingkungan
yang selalu memberi respon negatif mendorong individu menjadi harga diri
rendah.
Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya
individu berada pada suatu yang penuh dengan stressor (krisis), individu
berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran
bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran.
Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan
fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah situsional, jika
lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru menyalahkan
individu dan terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan individu
mengalami harga diri rendah kronis.
G. Rentang respon
Respons Adaptif Respons Maladaptif
Keterangan:
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman yang nyata yang sukses dan diterima.
2. Konsep diri positif apabila individu memiliki pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon konsep diri adaptif dengan
konsep diri maladaptif.
4. Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek
identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikisosial
kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap
diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak
dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
H. Mekanisme Koping
Mekanisme koping pada harga diri rendah kronis menurut Deden
(2013) ada 2 yaitu:
1. Mekanisme koping jangka pendek
Mekanisme koping jangka pendek yaitu yang biasa dilakukan
klien harga diri rendah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari
sementara dari krisis, misalnya pemakaian obat-obatan, kerja keras,
nonton TV terus menerus. Kegiatan mengganti aktivitas sementara,
misalnya ikut kelompok sosial, keagamaan dan politik. Kegiatan
yang memberi dukungan sementara, seperti mengikuti suatu
kompetisi atau kontes popularitas. Kegiatan mencoba
menghilangkan anti identitas sementara, seperti penyalahgunaan
obat-obatan. Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi
hasil yang diharapkan individu akan mengembangkan mekanisme
koping jangka panjang.
Proses Keperawatan
A. Kondisi klien
Mengkritik diri sendiri.
Perasaan tidak mampu.
Pandangan hidup yang pesimis
Penurunan produktifitas
Penolakan terhadap kemampuan diri
terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri
Berpakaian tidak rapih.
Selera makan kurang
tidak berani menatap lawan bicara.
Lebih banyak menunduk.
B. Diagnosa perawatan: Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah
C. tindakan Keperawatan
1. tindakan keperawatan pada pasien :
tujuan :
a) Melakukan pengkajian terhadap hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya harga diri rendah
pada klien (factor predisposisi, factor presipitasi, penilaian terhadap stressor,sumber
koping,dan mekanisme koping klien)
b) Klien dapat meningkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara harga diri dan
pemecahan masalah yang efektif.
c) Klien dapat melakukan iddentifikasi terhadap kemampuan positif yang dimilikinya.
tindakan keperawatan :
a) Menggali hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya harga diri rendah pada klien (factor
predisposisi, factor presipitasi, penilaian terhadap stressor,sumber koping,dan mekanisme
koping klien)
b) tingkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara harga diri dan pemecahan masalah
yang efektif dengan cara :
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan perasaan diri.
2) Bantu pasien dalam menggambarkan dengan jelas keadaan evaluasi diri yang positif yang
terdahulu.
3) Eksplorasi bersama pasien lingkungan organisasi pekerjaan (kestabilan organisasi, konflik
interpersonal, ancaman terhadap pekerjaan saat ini)
4) Ikutsertakan pasien dalam pemecahan masalah (mengidentifikasi tujuan yang meningkat dan
mengembangkan rencana tindakan untuk memenuhi tujuan).
c) Berikan dorongan pada keterampilan perawatan diri untuk harga diri dengan cara :
1) Bersama pasien mengidentifikasi aspek positif yang masih dimiliki oleh klien
2) Latih klien untuk bisa mengoptimalkan aspek positif yang masih dimilikinya
3) Masukkan ke dalam jadwal, kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan aspek
positif yang dimilikinya
Strategi tindakan Pelaksanaan
SP 1 Pasien: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai
kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien
memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih
dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian
ORIENTASI :
“Selamat pagi, Perkenalkan nama saya nurhakim yudhi wibowo, dari PSIK UNDIP. Bagaimana
keadaan bapak hari ini ? bapak terlihat segar“.
”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah bapak
lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat bapak dilakukan. Setelah kita
nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih”
”Dimana kita duduk ? Bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau 20 menit ?
KERJA :
” bapak, apa saja kemampuan yang bapak miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya! Apa
pula kegiatan rumah tangga yang biasa bapak lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar?
Menyapu ? Mencuci piring..............dst.”. “ Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan
kegiatan yang bapak miliki “.
” bapak dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di rumah
sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih
bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini.
”Sekarang, coba bapak pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”.” O yang
nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan
merapihkan tempat tidur bapak”. Mari kita lihat tempat tidur bapak Coba lihat, sudah rapihkah
tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan selimutnya.
Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. ”Nah, sekarang kita pasang lagi
spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu
sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala.
Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”
” bapak sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah dengan
sebelum dirapikan? Bagus ”
“ Coba bapak lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau bapak lakukan tanpa
disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan bapak bapak (tidak) melakukan.
TERMINASI :
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapihkan tempat tidur ?
Yach, t ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah
satunya, merapihkan tempat tidur, yang sudah bapak praktekkan dengan baik sekali. Nah
kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian. Bapak Mau berapa kali sehari merapihkan
tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00”
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Bapak masih ingat kegiatan apa lagi yang
mampu dilakukan di rumah selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu begitu kita
akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi Sampai
jumpa ya”
tindakan keperawatan pada keluarga
Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan menjadi sistem
pendukung yang efektif bagi pasien.
a. tujuan :
1) Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
2) Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien
3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan memberikan pujian
atas keberhasilan pasien
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
b. tindakan keperawatan :
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien
3) Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji
pasien atas kemampuannya
4) Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah
5) Demontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
6) Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri
rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan sebelumnya
7) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah
1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di rumah, menjelaskan
tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara merawat pasien
dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah,
dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat
ORIENTASI :
“Selamat pagi !”
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini ?”
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat Bapak? Berapa lama waktu
Bapak/Ibu?30 menit? Baik, mari duduk di ruangan wawancara!”
KERJA :
“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah Bapak”
“Ya memang benar sekali Pak/Bu, Bapak itu memang terlihat tidak percaya diri dan sering
menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada Bapak, sering menyalahkan dirinya dan mengatakan
dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu memiliki masalah
harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri
sendiri. Bila keadaan Bapak ini terus menerus seperti itu, Bapak bisa mengalami masalah yang lebih
berat lagi, misalnya t jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung diri”
“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”
“Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah t dapat menjadi masalah serius, maka kita perlu memberikan
perawatan yang baik untuk Bapak”
”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki Bapak? Ya benar, dia juga mengatakan hal yang
sama(kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan Bapak)
” Bapak itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Serta telah
dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat mengingatkan Bapak untuk melakukan
kegiatan tersebut sesuai jadual. tolong bantu menyiapkan alat-alatnya, ya Pak/Bu. Dan jangan lupa
memberikan pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadual yang
kegiatannya”.
”Selain itu, bila Bapak sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu tetap perlu memantau
perkembangan Bapak. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi,
bapak/Ibu dapat membawa Bapak ke rumah sakit”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada Bapak”
”temui Bapak dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian yang yang
mengatakan: Bagus sekali Bapak, kamu sudah semakin terampil mencuci piring”
”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”
TERMINASI :
”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi t dan bagaimana cara merawatnya?”
“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali Bapak/Ibu kemari lakukan
seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara memberi pujian langsung
kepada Bapak”
“Jam berapa Bp/Ibu dating? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.”