Anda di halaman 1dari 18

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan kesehatan jiwa II

Dosen pembimbing: Ns Sri Suparmi,S.Kep.,M.kes


Disusun oleh:
Rini Ning Tiyas
Susilawati
Dadan Rahlan Yusana wibawa

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ichsan Medical Centre


Program Studi S1 Keperawatan Ekstensi
Tahun Ajaran 2020
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus (masalah Utama) :


Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Kronis
II. Proses terjadinya Masalah :
A. Pengertian
Harga diri rendah kronis adalah penilaian negatif seseorang terhadap
diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak
langsung (Towsend, 1998 dalam Fitriah 2009).
Harga diri rendah juga dapat diartikan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan (Keliat, 1998 dalam Fitriah 2009).
Harga diri rendah kronis menurut Nanda (2005) adalah evaluasi
diri/perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dan
dipertahankan dalam waktu yang lama.
B. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala klien dengan gangguan harga diri rendah kronis adalah:
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimistis
4. Tidak menerima pujian
5. Penurunan produktifitas
6. Penolakan terhadap kemampuan diri
7. Lebih banyak menunduk
8. Bicara lambat dengan nada suara pelan
9. Kurang memperhatikan perawatan diri
10. Berpakaian tidak rapi
11. Selera makan kurang
12. Tidak berani menatap lawan bicara

C. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang dipengaruhi oleh jenis
dan jumlah sumber risiko yang dapat menyebabkan individu mengalami
stres (Stuart, 2009). Faktor ini meliputi biologis, psikologis dan sosial
budaya.
1. Faktor Biologis Faktor biologi merupakan karakteristik fisik
yang mempengaruhi seseorang dalam menghadapi suatu
stresor. Faktor biologis terjadinya harga diri rendah dari faktor
biologi meliputi struktur otak hipotalamus dan
neurotransmitter. Struktur otak yang berhubungan dengan
perilaku agresif serta depresi yang mengakibatkan harga diri
rendah adalah sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan
hipotalamus. Sistem limbik terdiri dari amygdala, septum dan
hyppocampus, dimana kerusakan pada septum akan
mempengaruhi kemampuan untuk mengontrol kemarahan,
agresi dan ketakutan (Videbeck, 2008). Ketidakseimbangan
neurotransmitter juga mendorong munculnya perilaku
kekerasan atau depresi (Niehoff, 2002; Hoptman, 2003 dalam
Stuart, 2009; Kaplan & Saddock, 2010). Neurotransmitter di
otak dapat mempengaruhi perilaku manusia. Gangguan pada
norepinefrin yang merupakan neurotransmitter dapat
mempengaruhi mood, ansietas, menarik diri dan depresi.
Rendahnya neurotransmitter serotonin meningkatkan
iritabilitas, hipersensitivitas terhadap provokasi dan perilaku
amuk. Individu dengan impulsif, bunuh diri dan membunuh,
mempunyai serotonin lebih rendah dari pada level 5
hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA). Gangguan pada sistem
limbik yaitu kerusakan pada septum serta gangguan pada
neurotransmitter yaitu norepinephrin merupakan faktor
predisposisi biologis terjadinya harga diri rendah.
2. Faktor psikologis Faktor predisposisi psikologis terjadinya
harga diri rendah diantaranya intelektualitas, kepribadian,
moralitas, pengalaman masa lalu, konsep diri, motivasi,
pertahanan psikologi, kemampuan mengendalikan (Stuart,
2009). Kepribadian merupakan faktor psikologis dari
seseorang, seperti tipe kepribadian introvert, menutup diri dari
kemungkinan orang-orang yang memperhatikannya, sehingga
tidak memiliki orang terdekat atau orang yang berarti dalam
hidupnya. Seseorang tidak memiliki landasan untuk
membentuk mekanisme koping dalam menghadapi masalah
dalam kehidupannya jika tidak dikenalkan dengan konsep
moral baik dan buruk, misalnya terkait dengan keyakinan
spiritual (Townsend, 2009). Harga diri rendah terjadi pada
seseorang apabila pertahanan psikologis terhadap suatu stresor
yang berkembang berdasarkan pengalaman traumatik dan
disertai kepribadian tidak stabil.
3. Faktor sosial budaya Faktor sosial budaya sebagai faktor
predisposisi meliputi status sosial, umur, pendidikan, agama
dan kondisi politik. Perubahan status sosial seperti kehilangan
pasangan, adanya penurunan kemampuan fisik, kehilangan
pekerjaan, penghasilan, tidak tercapainya suatu keinginan dapat
menyebabkan gangguan konsep diri (Varcarolis & Halter,
2010; Stuart, 2009). Faktor yang paling berpengaruh terhadap
harga diri rendah adalah: riwayat pekerjaan, pendidikan
terakhir dan status perkawinan (Keliat, 2003). Menurut
Sasmita, dkk (2007) meliputi usia, jenis kelamin, riwayat
pekerjaan, pendidikan. Menurut Fauziah, dkk (2009) terdiri atas
pendidikan terakhir dan lama sakit / riwayat gangguan jiwa,
sedangkan menurut Wahyuningsih, dkk (2009) adalah
frekuensi dirawat. Berdasarkan uraian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa kehilangan pasangan, kehilangan pekerjaan
dan adanya keinginan yang tidak terpenuhi dapat menyebabkan
seseorang mengalami harga diri rendah.
D. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,
mengalami kegagalan, menurunnya produktivitas. Gangguan konsep diri:
harga diri rendah dapat terjadi secara situasional maupun kronik.
1. Situasional yaitu terjadi trauma secara tiba - tiba misal harus
operasi,kecelakaan,dicerai suami,putus sekolah,putus hubungan
kerja dll. Selain itu, dirawat di rumah sakit juga bisa menyebabkan
rendahnya harga diri seseorang dikarenakan penyakit fisik,
pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman, harapan
yang tidak tercapai akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh serta
perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan
keluarga
2. Kronik yaitu Gangguan konsep diri: harga diri rendah biasanya
sudah berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit
atau sebelum dirawat. Klien sudah ,memiliki pikiran negatif
sebelum dirawat dan menjadi semakin meningkat saat dirawat.
E. Fase –fase Harga Diri Rendah
Peplau dan Sulivan dalam Fitriah (2009) mengatakan bahwa
pengalaman interpersonal di masa atau tahap perkembangan dari bayi
sampai lanjut usia yang tidak menyenangkan seperti good me, bad me, not
me, merasa sering dipersalahkan, atau merasa tertekan, akan menimbulkan
rasa aman yang tidak terpenuhi. Hal ini dapat menimbulkan perasaan
ditolak oleh lingkungan dan apabila koping yang digunakan tidak efektif
dapat menyebabkan harga diri rendah kronis.
Caplan dalam Fitriah (2009) mengatakan bahwa lingkungan sosial,
pengalaman individu, dan adanya perubahan sosial seperti perasaan
dikucilkan, ditolak, serta tidak dihargai akan mempengaruhi individu.
Keadaan seperti ini dapat menyebabkan stress dan menimbulkan
penyimpangan perilaku seperti harga diri rendah kronis.
F. Proses Terjadinya Masalah
Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari
harga diri rendah situsional yang tidak diselesaikan atau dapat juga terjadi
karena individu tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang
perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan lingkungan
yang selalu memberi respon negatif mendorong individu menjadi harga diri
rendah.
Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya
individu berada pada suatu yang penuh dengan stressor (krisis), individu
berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran
bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran.
Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan
fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah situsional, jika
lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru menyalahkan
individu dan terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan individu
mengalami harga diri rendah kronis.

G. Rentang respon
Respons Adaptif Respons Maladaptif

Aktualisa Konsep Harga diri Kerancu Depersonalisas


si diri diri positif rendah kronis an identitas i

Keterangan:
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman yang nyata yang sukses dan diterima.
2. Konsep diri positif apabila individu memiliki pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon konsep diri adaptif dengan
konsep diri maladaptif.
4. Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek
identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikisosial
kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap
diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak
dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
H. Mekanisme Koping
Mekanisme koping pada harga diri rendah kronis menurut Deden
(2013) ada 2 yaitu:
1. Mekanisme koping jangka pendek
Mekanisme koping jangka pendek yaitu yang biasa dilakukan
klien harga diri rendah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari
sementara dari krisis, misalnya pemakaian obat-obatan, kerja keras,
nonton TV terus menerus. Kegiatan mengganti aktivitas sementara,
misalnya ikut kelompok sosial, keagamaan dan politik. Kegiatan
yang memberi dukungan sementara, seperti mengikuti suatu
kompetisi atau kontes popularitas. Kegiatan mencoba
menghilangkan anti identitas sementara, seperti penyalahgunaan
obat-obatan. Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi
hasil yang diharapkan individu akan mengembangkan mekanisme
koping jangka panjang.

2. Mekanisme jangka panjang


Mekanisme jangka panjang yaitu antara lain menutup identitas,
dimana klien terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi
dari orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi
atau potensi diri sendiri. Identitas negatif, dimana asumsi yang
bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat. Sedangkan
mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah fantasi,
regresi, diasasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik
pada diri sendiri dan orang lain. Terjadinya gangguan konsep diri
harga diri rendah kronis juga dipengaruhi beberapa faktor
predisposisi seperti faktor biologis, psikologis, sosial, dan kultural.
Faktor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang
dapat mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula
berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh
kadar serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien
mengalami depresi dan pada pasien deperesi kecenderungan harga
diri rendah kronis semakin besar karena klien lebih dikuasi oleh
pikiran –pikiran negatif dan tidak berdaya.
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus
harga diri rendah kronis adalah:
a. System limbic (pusat emosi), emosi pasien kadang berubah
seperti sedih, dan terus menerus merasa tidak berguna atau
gagal terus menerus.
b. Hipotalamus mengatur mood dan motivasi, karena melihat
kondisi klien dengan harga diri rendah kronis yang
membutuhkan lebih banyak motivasi dan dukungan dari
perawat dalam melaksanakan tindakan yang sudah
dijadwalkan bersama-sama dengan perawat padahal klien
mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah
dijadwalkan tersebut.
c. Thalamus, sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi
untuk mengatur arus informasi sensori yang berhubungan
dengan perasaan untuk mencegah berlebihan di korteks.
Kemungkinan pada klien dengan harga diri rendah apabila
ada kerusakan pada thalamus ini maka arus informasi
sensori yang masuk tidak dapat dicegah atau dipilah
sehingga menjadi berlebihan yang mengakibatkan perasaan
negatif yang ada selalu mendominasi pikiran dari klien.
d. Amigdala berfungsi untuk emosi.
I. Pemeriksaan Penunjang
Adapun jenis alat untuk mengetahui gangguan struktur otak dapat
digunakan:
1. Electroencephalogram (EEG), suatu pemeriksaan yang
bertujuan memberi informasi penting tentang kerja dan fungsi
otak.
2. CT scan, untuk mendapatkan gambaran otak tiga dimensi.
3. Single photon emission computed tomography (SPECT),
melihat wilayah otak dan tanda-tanda abnormalitas pada otak
dan menggambarkan perubahan-perubahan aliran darah yang
terjadi.
4. Magnetic resonance imaging (MRI), suatu teknik radiologi
dengan menggunakan magnet, gelombang radio dan computer
untuk mendapatkan gambaran stuktur tubuh atau otak dan dapat
mendeteksi perubahan yang kecil sekalipun dalam stuktur
tubuh atau otak. Beberapa prosedur menggunakan kontras
gadolinium untuk meningkatkan akurasi gambar.

Selain gangguan pada struktur otak, apabila dilakukan pemeriksaan


lebih lanjut dengan alat-alat tertentu kemungkinan akan ditemukan
ketidakseimbangan neurotransmitter di otak seperti:
1. Acetylcholine (Ach), untuk pengaturan atensi dan mood,
mengalami penurunan.
2. Norepinephrine, mengatur fungsi kesiagaan, pusat perhatian dan
orientasi; mengatur “flight-flight” dan proses pembelajaran dan
memori, mengalami penurunan yang mengakibatakan
kelemahan dan depresi.
3. Serotonin, mengatur status mood, mengalami penurunan yang
mengakibatkan klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif
dan tidak berdaya.
4. Glutamat, mengalami penurunan, terlihat dari kondisi klien
yang kurang energi, selalu terlihat mengantuk. Selain itu,
berdasarkan diagnosa medis klien yaitu skizofrenia yang sering
mengindikasikan adanya penurunan glutamat.

Adapun jenis alat untuk pengukuran neurotransmitter yang dapat digunakan:


1. Positron emission tomography (PET), mengukur emisi/pancaran
dari bahan kimia radioaktif yang diberi label dan telah disuntik
kedalam aliran darah untuk menghasilkan gambaran dua atau
tiga dimensi melalui distribusi dari bahan kimia tersebut
didalam tubuh dan otak. PET dapat memperlihatkan gambaran
aliran darah, oksigen, metabolisme glukosa, dan konsentrasi
obat dalam jaringan otak yang merefleksikan aktivitas otak
sehingga dapat dipelajari lebih lanjut tentang fisiologi dan neuro
kimiawi otak.
2. Transcranial magnetic stimulations (TMS) dikombinasikan
dengan MRI, para ahli melihat dan mengetahui fungsi spesifik
dari otak. TMS dapat menggambarkan proses motorik dan
visual dan dapat menghubungkan antar kimiawi dan struktur
otak dengan perilaku manusia dan hubungannya dengan
gangguan jiwa.
III. A. Pohon Masalah
Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) :

Resiko tinggi perilaku kekerasan

perubahan persepsi sensori : halusinasi

Isolasi social : menarik Diri

Harga Diri Rendah Kronis

koping individu tidak efektif

B. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji


1. Masalah keperawatan
1) Gangguan konsep diri: harga diri rendah
2) Isolasi sosial : menarik diri
2. Data yang perlu dikaji
1). Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
a. Data subjektif
a). Mengungapkan ingin diakui jati dirinya
b). Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli
c).mengungkapkan tidak bisa apa-apa
d). Mengungkapkan dirinya tidak berguna
e). Mengkritik diri sendiri
b. Data Objektif
a). Merusak diri sendiri
b).Merusak orang lain
c). Menarik diri dari hubungan sosial
d). Tampak mudah tersinggung
e). Tidak mau makan dan tidur

2.Isolasi sosial : menarik Diri


a. Data subjektif
a). Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi
b). Mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain
c). Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain
b. Data objektif
a). Ekspresi wajah kosong
b). Tidak ada kontak mata ketika berbicara
c). Suara pelan dan tidak jelas

IV. Diagnosa Keperawatan


a. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
b. Isolasi sosial : Menarik diri
V. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Diagnosa 1 :Harga Diri Rendah
a. Tujuan Umum:
 Klien tidak Terjadi gangguan interaksi sosial,bisa berhubungan
dengan orang lain dan lingkungan.
b. Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
1.1.Bina Hubungan saling percaya:salam terapeutik,perkenalan diri.
1.2.Jelaskan tujuan interaksi,ciptakan lingkungan yang tenang.
1.3.Buat kontrak yang jelas (waktu,tempat dan topik pembicaraan)
1.4.Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
1.5.Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
1.6.Katakan pada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan:
2.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2.2.Hindarkan memberi penilaian negatif setiao bertemu klien
2.3.Utamakan memberi pujian yang realistis
2.4.Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan :
3.1.Diskusikan Kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3.2.Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang
kerumah
4. Klien dapat Menetapkan / Merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
4.1.Rencanakan bersama klien Aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
4.2.Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
4.3.Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

2. Diagnosa II : Menarik Diri


a. Tujuan Umum :
 Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
b. Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
1.1.Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik dengan cara:
 Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
 Perkenalkan diri dengan sopan
 Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai

 Jelaskan tujuan pertemuan


 Jujur dan menepati janji
 Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
 Berikan Perhatian keada Klien dan perhatian kebutuhan
dasar klien
2. Pasien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan
kerugian menarik diri.
Tindakan:
2.1.Tanyakan pada pasien tentang : Manfaat hubungan sosial
Kerugian menarik diri
2.2.Diskusikan bersama pasien tentang manfaat berhubungan sosial
dan kerugian menarik diri.
2.3.Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan
perasaannya.
3. Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
3.1.Observasi perilaku pasien saat berhubungan sosial.
3.2.Beri motivasi dan bantu pasien untuk berkenalan/
berkomunikasi dengan : a) perawat lain b) pasien lain c)
kelompok
3.3.Libatkan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
3.4.Diskusikan jadwal harian yang dapat dilaukan untuk
meningkatkan kemampuan pasien bersosialisasi.
3.5.Beri motivasi untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal
yang telah dibuat.
3.6.Beri pujian terhadap kemampuan pasien mempuluas
pergaulannya melaui aktivitas yang dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA

CapernitoLJ.200.Diagnosa keperawatan: Aplikasi pada raktik klinis.


Jakarta:EGC
Ircham R. Asuhan keperawatan jiwa.200.Diakses pada tanggal 21 Agustus
2009 dari http://asuhanjiwa.blogspot.com/200/09harga diri rendah
Kelliat,BA.2004.Proses keperawatan kesehatan jiwa edisi 1.jakarta:EGC
Stuart,sudden.2005.Buku saku diagnosa keperawatan pada keperawatan
psikiatri (ed.indonesia).jakarta:EGC
STRATEGI PELAKSANAAN HDR /HARGA DIRI RENDAH
Masalah Utama           : Harga Diri Rendah

Proses Keperawatan
A.    Kondisi klien
               Mengkritik diri sendiri.
               Perasaan tidak mampu.
               Pandangan hidup yang pesimis
               Penurunan produktifitas
               Penolakan terhadap kemampuan diri
               terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri
                Berpakaian tidak rapih.
               Selera makan kurang
               tidak berani menatap lawan bicara.
                Lebih banyak menunduk.
B.     Diagnosa perawatan: Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah
C.    tindakan Keperawatan
1.      tindakan keperawatan pada pasien :
               tujuan :
a)         Melakukan pengkajian terhadap hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya harga diri rendah
pada klien (factor predisposisi, factor presipitasi, penilaian terhadap stressor,sumber
koping,dan mekanisme koping klien)
b)         Klien dapat meningkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara harga diri dan
pemecahan masalah yang efektif.
c)         Klien dapat melakukan iddentifikasi terhadap kemampuan positif yang dimilikinya.
tindakan keperawatan :
a)     Menggali hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya harga diri rendah pada klien (factor
predisposisi, factor presipitasi, penilaian terhadap stressor,sumber koping,dan mekanisme
koping klien)
b)    tingkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara harga diri dan pemecahan masalah
yang efektif dengan cara :
1)      Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan perasaan diri.
2)      Bantu pasien dalam menggambarkan dengan jelas keadaan evaluasi diri yang positif yang
terdahulu.
3)      Eksplorasi bersama pasien lingkungan organisasi pekerjaan (kestabilan organisasi, konflik
interpersonal, ancaman terhadap pekerjaan saat ini)
4)      Ikutsertakan pasien dalam pemecahan masalah (mengidentifikasi tujuan yang meningkat dan
mengembangkan rencana tindakan untuk memenuhi tujuan).
c)     Berikan dorongan pada keterampilan perawatan diri untuk harga diri dengan cara :
1)      Bersama pasien mengidentifikasi aspek positif yang masih dimiliki oleh klien
2)      Latih klien untuk bisa mengoptimalkan aspek positif yang masih dimilikinya
3)      Masukkan ke dalam jadwal, kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan aspek
positif yang dimilikinya
Strategi tindakan Pelaksanaan
SP 1 Pasien: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai
kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien
memilih/menetapkan  kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih
dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian
ORIENTASI :
“Selamat pagi, Perkenalkan nama saya nurhakim yudhi wibowo, dari PSIK UNDIP. Bagaimana
keadaan    bapak   hari ini ?   bapak terlihat segar“.
”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah     bapak
lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat     bapak dilakukan. Setelah kita
nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih”
”Dimana kita duduk ? Bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau 20 menit ?
KERJA :
”   bapak, apa saja kemampuan yang    bapak miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya! Apa
pula kegiatan rumah tangga yang biasa   bapak  lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar?
Menyapu ? Mencuci piring..............dst.”.               “ Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan
kegiatan yang    bapak miliki “.
”    bapak dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di rumah
sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5  (misalnya ada 3 yang masih
bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini. 
”Sekarang, coba    bapak pilih satu kegiatan   yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”.” O yang
nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan
merapihkan tempat tidur     bapak”. Mari kita lihat tempat tidur bapak Coba lihat, sudah rapihkah
tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan selimutnya.
Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik.   ”Nah, sekarang kita pasang lagi
spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu
sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala.
Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”
” bapak sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah dengan
sebelum dirapikan? Bagus ”
“ Coba  bapak  lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau bapak lakukan tanpa
disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan bapak bapak (tidak) melakukan.
TERMINASI :
“Bagaimana perasaan    bapak setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapihkan tempat tidur ?
Yach,    t ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah
satunya, merapihkan tempat tidur, yang sudah     bapak  praktekkan dengan baik sekali.   Nah
kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian.     Bapak   Mau berapa kali sehari merapihkan
tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00”
”Besok pagi   kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Bapak masih ingat kegiatan apa lagi yang
mampu dilakukan di rumah selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu begitu kita
akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi   Sampai
jumpa ya”
tindakan keperawatan pada keluarga
Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan menjadi sistem
pendukung yang efektif bagi pasien.
a.  tujuan :
1) Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
2) Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien
3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan memberikan pujian
atas keberhasilan pasien
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
b.  tindakan keperawatan :
1)   Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2)   Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien
3)   Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji
    pasien atas kemampuannya
4)   Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah
5)   Demontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
6)   Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri
rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan sebelumnya
7)   Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah
1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di rumah, menjelaskan
tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara merawat pasien
dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah,
dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat 
ORIENTASI :
“Selamat pagi !”
  “Bagaimana keadaan   Bapak/Ibu pagi ini ?”
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat Bapak? Berapa lama waktu
Bapak/Ibu?30 menit? Baik, mari duduk di ruangan wawancara!”
KERJA :
“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah Bapak”
“Ya memang benar sekali Pak/Bu,  Bapak  itu memang   terlihat tidak percaya diri dan sering
menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada Bapak, sering menyalahkan dirinya dan mengatakan
dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu memiliki masalah
harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri
sendiri. Bila keadaan Bapak ini terus menerus seperti itu,  Bapak  bisa mengalami masalah yang lebih
berat lagi, misalnya t jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung diri”
“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”
“Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah t dapat menjadi masalah serius, maka kita perlu memberikan
perawatan yang baik untuk  Bapak”
”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki Bapak? Ya benar, dia juga mengatakan hal yang
sama(kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan Bapak)
” Bapak itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Serta telah
dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat mengingatkan Bapak untuk melakukan
kegiatan tersebut sesuai jadual. tolong bantu menyiapkan alat-alatnya, ya Pak/Bu. Dan jangan lupa
memberikan pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadual yang
kegiatannya”.
”Selain itu, bila Bapak sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu tetap    perlu memantau
perkembangan Bapak. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi,
bapak/Ibu dapat membawa Bapak ke rumah sakit”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada Bapak”
”temui Bapak dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian yang yang
mengatakan: Bagus sekali Bapak, kamu sudah semakin terampil mencuci piring”
”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”
TERMINASI :
”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi t dan bagaimana cara merawatnya?”
“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali Bapak/Ibu kemari lakukan
seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara memberi pujian langsung
kepada Bapak”
“Jam berapa Bp/Ibu dating? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.”

Anda mungkin juga menyukai