“Jadi hanya untuk ini maksud Ibu memanggilku pulang?” Aku bertanya dalam
nada ketidakpercayaan.
“Ya.”
“Aku tidak mengerti.... Sungguh, aku tidak mengerti kenapa mendadak Ibu punya
keinginan seperti ini.”
“Karena Ibu sudah tua kan?!” Pintas wanita di hadapanku itu cepat.
“Yah... karena memang Ibu sudah tua. Apakah Ibu tidak malu?”
“Justeru lantaran aku sudah tua, maka aku perlu menjalaninya. Ingat, As....ketiga
adikmu masih kecil-kecil. Mereka butuh butuh biaya hidup dan sekolah. Sawah
peninggalan ayahmu tak bisa terlalu diharapkan. Apalagi sekarang ini panennya sering tak
menentu. Siapa lagi yang akan menopang kebutuhan mereka?”
Kalimat ibu mengalir deras. Sementara rasa letihku belum begitu sirna. Masih ada
sisa-sisa kepenatan menggayut di tubuh. Untuk beberapa jenak aku terdiam. Kucoba
rilekskan otot-otot yang menegang sambil sesekali menarik napa panjang.
Kulihat wanita yang melahirkanku itu ikut terdiam. Sorot kedua matanya diarahkan
padaku. Dari cara pandangnya, ia tengah menanti kata-kata selanjutnya dariku.
***