Anda di halaman 1dari 7

Usulan Simplikasi Verifikasi Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

I. Indonesia
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang selanjutnya disingkat APBN, adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat. Belanja Negara adalah kewajiban Pemerintah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih. Belanja Negara hanya ditujukan untuk kepentingan
masyarakat luas dan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial. Sebelum melaksanakan
belanja, Penguna Anggaran (PA) melakukan pengujiah atau verifikasi tagihan dan
perintah pembayaran atas beban anggaran negara.
Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat pemegang
kewenangan penggunaan anggaran Kementerian Negara/Lembaga. Kuasa Pengguna
Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa
dari PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan
anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan (PP no. 45 tahun
2013 Pasal 1 ayat 14,17, dan 18).
Pengujian dilakukan dengan membandingkan kesesuaian antara surat bukti yang akan
disahkan dan barang/jasa yang diserahterimakan/diselesaikan serta spesifikasi teknis
yang dipersyaratkan dalam dokumen perikatan (PP no. 45 tahun 2013 Pasal 12 ayat
2). Pengujian dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu :
a. menguji kebenaran materiil dan keabsahan surat-surat bukti mengenai hak
tagih kepada negara; dan/atau
b. menguji kebenaran dan keabsahan dokumen/surat keputusan yang menjadi
persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai.
Tabel Pengujian pada Satuan Kerja
PPK melakukan PPK menandatangani
Penerima pembayaran
pengjuian terhadap surat bukti mengenai
mengajukan tagihan
bukti-bukti hak tagih hak tagih kepada
kepada negara.
kepada negara. negara.

PPK mengirimkan SPP


PPSPM menguji
dan kelengkapan PPK membuat dan
kebenaran tagihan
dokumen kepada menandatangani SPP
kepada negara.
PPSPM.

PPSPM mebuat dan


menandatangani SPM.

Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat yang
diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk mengambil keputusan dan/atau melakukan
tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara. PPK
bertanggung jawab atas kebenaran materiil dan akibat yang timbul dari penggunaan
bukti mengenai hak tagih kepada negara. Pengujian dilakukan dengan
membandingkan kesesuaian antara surat bukti yang akan disahkan dan barang/jasa
yang diserahterimakan/diselesaikan serta spesifikasi teknis yang dipersyaratkan dalam
dokumen perikatan. PPK menguji:
a. kelengkapan dokumen tagihan;
b. kebenaran perhitungan tagihan;
c. kebenaran data pihak yang berhak menerima pembayaran atas beban APBN;
d. kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa sebagaimana yang
tercantum dalam perjanjian/kontrak dengan barang/jasa yang diserahkan oleh
penyedia barang/jasa;
e. kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa sebagaimana yang
tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengan dokumen
perjanjian/kontrak;
f. kebenaran, keabsahan serta akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti
mengenai hak tagih kepada negara; dan
g. ketepatan jangka waktu penyelesaian pekerjaan sebagaimana yang tercantum
pada dokumen serah terima barang/jasa dengan dokumen perjanjian/kontrak.
Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat PPSPM
adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk melakukan pengujian
atas permintaan pembayaran dan menerbitkan perintah pembayaran. Pengujian SPP
yang dilakukan oleh PPSPM meliputi:
a. pemeriksaan secara rinci kelengkapan dokumen pendukung SPP;
b. penelitian ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA;
c. pemeriksaan kesesuaian keluaran antara yang tercantum dalam dokumen
perjanjian dengan keluaran yang tercantum dalam DIPA;
d. pemeriksaan kebenaran atas hak tagih, paling sedikit meliputi:
1. pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran;
2. nilai tagihan yang harus dibayar; dan
3. jadwal waktu pembayaran.
e. pemeriksaan kesesuaian pencapaian keluaran antara spesifikasi teknis yang
disebutkan dalam dokumen penerimaan barang/jasa dan spesifikasi teknis
yang disebutkan dalam dokumen perjanjian; dan
f. pemeriksaan dan pengujian ketepatan penggunaan klasifikasi anggaran.
PPSPM bertanggung jawab terhadap pada
a. kebenaran administrasi;
b. kelengkapan administrasi; dan
c. keabsahan administrasi
dokumen hak tagih pembayaran yang menjadi dasar penerbitan SPM dan akibat yang
timbul dari pengujian yang dilakukan. PPSPM menerbitkan SPM atas SPP yang telah
memenuhi persyaratan berdasarkan hasil pengujian.
II. New Zealand
APBN di New Zealand berupa undang-undang apropriasi, Appropriation (2019/20
Estimates) Act 2019, yang tahun anggarannya berakhir di Juni 2020. Hal ini berbeda
dengan Indonesia yang tahun anggarannya dari Januari sampai Desember. The Crown
atau Kantor Parlemen tidak boleh mengeluarkan biaya atau pengeluaran modal,
kecuali secara tegas diizinkan oleh apropriasi, atau otoritas lainnya, oleh atau
berdasarkan Undang-Undang. Pengeluaran atau pengeluaran modal tidak boleh terjadi
kecuali sesuai dengan peruntukan atau otoritas hukum (Public Finance Act 1989,
4A:1). Uang publik tidak boleh dibelanjakan kecuali sesuai dengan otoritas hukum.
The Crown atau Kantor Parlemen tidak boleh menghabiskan uang publik, kecuali
secara tegas diizinkan oleh atau berdasarkan Undang-Undang (termasuk Undang-
Undang ini). (Public Finance Amendment Act 2004, 5).
Kewenangan untuk membelanjakan uang publik. Uang publik dapat dihabiskan, tanpa
wewenang lebih jauh dari bagian ini, untuk tujuan :
a. biaya rapat atau pengeluaran modal yang terjadi sesuai dengan apropriasi atau
wewenang lain oleh atau berdasarkan Undang-Undang; dan
b. pembayaran pajak barang dan jasa sehubungan dengan pengeluaran atau
pengeluaran modal tersebut; dan
c. pelunasan hutang The Crown atau Kantor Parlemen; dan
d. penyelesaian kewajiban The Crown atau Kantor Parlemen. (Public Finance
Amendment Act 2004, 6)
Peruntukan terpisah diperlukan untuk jenis pengeluaran dan pengeluaran modal
a. Apropriasi terpisah harus dibuat untuk
i. setiap kategori pengeluaran keluaran; dan
ii. setiap kategori tunjangan atau biaya tidak terbalas lainnya; dan
iii. setiap kategori biaya pinjaman; dan
iv. setiap kategori pengeluaran lain; dan
v. setiap kategori pengeluaran modal; dan
vi. pengeluaran dan pengeluaran modal yang harus dikeluarkan oleh
masing-masing departemen intelijen dan keamanan.
b. Semua pengeluaran atau pengeluaran modal yang akan dikeluarkan dalam
tahun anggaran apa pun harus dialokasikan ke 1 dari jenis apropriasi yang
ditetapkan dalam ayat (1) dalam Vote yang ditentukan dalam Undang-Undang
Apropriasi.
c. Alokasi biaya output sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (a) harus terdiri
dari
i. kelas output yang akan disediakan
1. oleh departemen; atau
2. untuk atau atas nama The Crown (selain oleh departemen); atau
ii. jika Menteri menyetujui, lebih dari 1 kelas output (alokasi pengeluaran
output multi-kelas) akan disediakan
1. oleh departemen; atau
2. ke atau atas nama The Crown (selain oleh departemen).
d. Namun, jika ayat (3) (b) berlaku, Estimasi atau informasi pendukung lainnya
yang harus disajikan dengan RUU Apropriasi di mana apropriasi pengeluaran
output multi-kelas harus dilakukan
i. sejauh yang disyaratkan oleh bagian 14 atau, tergantung kasusnya,
bagian 15, berhubungan dengan setiap kelas keluaran dalam alokasi
tersebut; dan
ii. mengapa kelas-kelas output tersebut telah dikelompokkan dalam 1
alokasi tersebut. (Public Finance Amendment Act 2004, 7).
Alokasi dibatasi oleh jumlah. Otoritas untuk mengeluarkan biaya atau pengeluaran
modal yang disediakan oleh apropriasi berdasarkan Undang-Undang Apropriasi
a. terbatas pada jumlah yang ditentukan untuk penggunaan oleh atau berdasarkan
Undang-Undang itu; dan
b. tidak boleh terlampaui (kecuali sebagaimana ditentukan dalam bagian 25 atau
bagian 26A atau bagian 26B). (Public Finance Amendment Act 2004, 8)
Alokasi dibatasi oleh ruang lingkup
a. Otoritas untuk mengeluarkan biaya atau pengeluaran modal yang disediakan
oleh apropriasi
i. terbatas pada cakupan apropriasi; dan
ii. tidak dapat digunakan untuk tujuan lain.
b. Untuk keperluan ayat (1), -
i. lingkup apropriasi multi-kategori adalah ruang lingkup masing-masing
kategori pengeluaran individu atau pengeluaran modal non-departemen
termasuk dalam apropriasi itu; dan
ii. setiap variasi yang dibuat oleh Menteri dari syarat dan ketentuan
suntikan modal untuk setiap entitas sebagaimana dimaksud dalam
bagian 27 (3) (a) sampai (f) tidak mengubah ruang lingkup atau tujuan
suntikan modal itu. (Public Finance Amendment Act 2004, 9)
Alokasi dibatasi oleh periode
a. Wewenang untuk mengeluarkan biaya atau pengeluaran modal yang
disediakan oleh apropriasi berdasarkan Appropriation Act berakhir pada akhir
tahun keuangan yang terkait dengan UU.
b. Namun, jika Undang-Undang Apropriasi menetapkan bahwa otoritas untuk
mengeluarkan biaya atau belanja modal berlaku selama lebih dari 1 tahun
keuangan, otoritas itu—
i. hilang pada akhir periode yang ditentukan dalam Undang-Undang; dan
ii. terus berlaku sampai akhir periode yang ditentukan terlepas dari
pencabutan UU, kecuali otoritas secara tegas bervariasi, dicabut, atau
diganti oleh otoritas dalam Undang-Undang Apropriasi lain.
c. Meskipun ada ayat (2), wewenang untuk mengeluarkan biaya atau
pengeluaran modal tidak boleh berlaku selama lebih dari 5 tahun keuangan.
(Public Finance Amendment Act 2004, 10)
Biaya atau pembayaran disahkan selain oleh Appropriation Act
a. Jika suatu Undang-Undang (selain dari Undang-Undang Apropriasi) secara
tegas mengatur pembayaran untuk disesuaikan dengan atau berdasarkan
Undang-undang itu, segala pengeluaran atau pengeluaran modal yang timbul
yang menimbulkan kebutuhan akan pembayaran-pembayaran tersebut dapat
terjadi tanpa alokasi lebih lanjut dari bagian ini .
b. Setiap pengeluaran atau pengeluaran modal yang terjadi sesuai dengan
apropriasi, atau otoritas lain, oleh atau berdasarkan Undang-undang (selain
Undang-Undang Apropriasi) harus dikelola dan dipertanggungjawabkan
dengan cara yang sama seperti pengeluaran atau pengeluaran modal yang
dikeluarkan sesuai dengan sebuah Appropriation Act. (Public Finance
Amendment Act 2004, 11)
Menteri dapat menyetujui pengeluaran atau pengeluaran modal yang harus
dikeluarkan melebihi alokasi yang ada
a. Bagian ini berlaku jika Menteri menganggap bahwa pengeluaran atau
pengeluaran modal dalam 3 bulan terakhir dari setiap tahun keuangan yang
berlebihan, tetapi dalam ruang lingkup, dari alokasi yang ada oleh atau
berdasarkan Undang-Undang harus disetujui.
b. Menteri dapat, dalam tahun anggaran itu atau selambat-lambatnya 3 bulan
setelah akhir tahun anggaran itu, menyetujui sehubungan dengan alokasi
tersebut hingga lebih besar dari
a. jumlah yang tidak melebihi $ 10.000; atau
b. 2% dari jumlah total yang dialokasikan untuk apropriasi itu.
c. Ayat (2) berlaku
a. meskipun semua atau sebagian dari pengeluaran atau pengeluaran
modal mungkin telah terjadi; dan
b. meskipun bagian 4 dan 8.
d. Setiap pengeluaran atau pengeluaran modal yang disetujui Menteri
berdasarkan bagian ini harus dimasukkan, untuk konfirmasi oleh
Parlemen, dalam RUU Pengambilan Keputusan yang berlaku untuk tahun
anggaran tersebut.
e. Ayat (4) tidak membatasi validitas pengeluaran atau pengeluaran modal
yang dikeluarkan berdasarkan bagian ini. (Public Finance Amendment Act
2004, 26B).
Pengeluaran atau pengeluaran modal yang dikeluarkan tanpa alokasi atau otoritas lain
membutuhkan validasi oleh Parlemen
a. Dikenakannya biaya atau pengeluaran modal tanpa alokasi, atau otoritas
lain, oleh atau berdasarkan Undang-Undang adalah melanggar hukum,
kecuali jika divalidasi oleh Parlemen dalam Undang-Undang Apropriasi.
b. Menteri harus, pada saat pengesahan dari RUU Apropriasi yang mencari
validasi oleh Parlemen atas segala pengeluaran atau pengeluaran modal
yang terjadi tanpa apropriasi, atau otoritas lain, dengan atau berdasarkan
Undang-Undang, menyajikan kepada DPR sebuah laporan yang
menguraikan
i. jumlah masing-masing kategori pengeluaran atau pengeluaran
modal yang terjadi; dan
ii. penjelasan Menteri yang bertanggung jawab atas pengeluaran atau
pengeluaran modal. (Public Finance Amendment Act 2004, 26C).
Berdasarkan paparan diatas, Verifikasi belanja New Zealand ditentukan oleh 2 pihak,
yakni The Crown (parlemen) dan departemen itu sendiri. Menteri Keuangan juga
dapat menngotorisasi pengeluaran/belanja dalam keadaan mendesak tetapi juga perlu
persetujuan parlemen.
III. Usulan
Tahapan verifikasi di Indonesia melalui banyak tahap, yaitu dari PPK membuat SPP
ke PPSPM membuat SPM kemudian di KPPN yang merupakan Kuasa BUN membuat
SP2D untuk pencariran dananya. New Zealand lebih praktis dalam praktik
memverifikasi pengeluaran belanjanya yakni hanya melewati Parlemen atau
departemennya sendiri yang memverifikasi.
Saya mengusulkan verifikasi pengeluaran sekali saja baik itu di KPPN atau di Satker
agar mempermudah prosesnya. Sebetulnya pemisahan fungsi PPK dan PPSPM adalah
pencegahan terjadinya fraud, seperti pembayaran dua kali terhadap tagihan yang
sama. Hal ini dapat dicegah dengan peningkatan lingkungan kontrol juga aktivitas
kontrol yang diperketat dan diawasi dengan seksama oleh Internal Auditor.
IV. Pendapat dan saran
Strukutur organisasi di pemerintahan Indonesia termasuk gemuk. Maksudnya terlalu
banyak jenjang jabatan sehingga memperlambat pengambilan keputusan. Hal ini juga
membuat porsi belanja pegawai menjadi membengkak. Saya menyarankan untuk
restrukturisasi organisasi agar lebih praktis, lebih sederhana dan mempercepat
pengambilan keputusan.

Anda mungkin juga menyukai