Translate 59-61

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 3

 Penghisapan seperti itu, kebiasaan menggunakan DeLee untuk mekonium sekarang sudah tidak

direkomendasikan lagi.
 Berbagai jenis pendekatan dapat dilakukan untuk persalinan pervaginam, namun kebanyakan
dokter setuju bahwa persalinan yang lancar dan terkontrol akan menyebabkan trauma
perineum yang lebih sedikit. Oleh karena itu, biasanya satu tangan digunakan untuk menahan
atau memijat perineum, sedangkan tangan lainnya digunakan untuk mempertahankan posisi
kepala supaya tidak terjadi ekstensi yang terlalu cepat dan menyebabkan terjadinya laserasi
pada periurethral atau labia. Jari-jari pada tangan yang mengendalikan kepala janin juga dapat
digunakan untuk memijat labia pada kepala janin selama persalinan berlangsung.
 Ketika persalinan harus dipercepat, dapat dilakukan manuver Ritgen yang dimodifikasi (Gbr. 4-
12) dengan menggunakan tumit tangan penolong persalinan untuk memberikan tekanan pada
perineum dan jari-jari tangan diletakkan di bawah anus wanita yang melahirkan dengan tujuan
untuk menjangkau kepala janin sehingga dapat mempercepat proses persalinan dan
mempertahankan posisi antara kontraksi yang mungkin terjadi. Prosedur ini dapat
menyebabkan laserasi perineum yang lebih besar, namun prosedur ini efektif ketika terjadi
perlambatan yang memanjang yang mempengaruhi proses persalinan.
 Setelah kepala bayi dilahirkan, lakukan suction pada mulut dan saluran napas bagian atas bayi
Setelah melakukan suction, memeriksa leher bayi untuk mengetahui ada tidaknya lilitan tali
pusat . Jika ada lilitan tali pusat pada leher (nuchal cord) , maka lakukan upaya untuk
melonggarkan tali pusat dari kepala bayi. Jika lilitan terlalu kencang, ada dua pilihan: Jika dokter
sangat yakin bahwa persalinan akan segera selesai, jepit tali pusat dan dipotong pada titik ini.
Jika dicurigai terjadi distosia bahu, maka dilakukan upaya untuk melahirkan bayi dengan nuchal
chord lengkap.
 Lahirkan bagian lain bayi dengan pertama-tama lahirkan bahu anteriornya dengan cara menarik
kepala bayi ke arah bawah (ke arah anus). Setelah bahu anterior lahir, kepala bayi diangkat ke
atas (ke arah simfisis) untuk melahirkan bahu posterior (Gbr. 4-13). Kemudian, lakukan
penarikan dan pengeluaran secara perlahan untuk mengeluarkan sisa bagian tubuh bayi lainnya.
Pada tahap ini, tali pusat dijepit menggunakan klem lalu potong , setelah itu serahkan bayi ke
perawat dan ibu atau dokter atau perawat anak yang berada disana.
 Episiotomi
 Episiotomi adalah sayatan yang dibuat di perineum untuk memudahkan persalinan. Ada
beberapa Indikasi mengapa harus dilakukan episiotomi yaitu adanya indikasi yang
mengharuskan percepatan proses persalinan dan distosia bahu baik yang diperkirakan akan
terjadi ataupun distosia bahu yang sedang berlangsung. Ada kontraindikasi relatif dari
episiotomi yaitu kemungkinan akan mengakibatkan laserasi yang besar pada perineum karena
episiotomi telah dikaitkan dengan risiko tinggi terjadinya laserasi berat pada perineum. Setelah
dilakukan episiotomi,penting untuk memperhatikan perineum yang berada di sekitar daerah
yang dilakukan episotomi hal ini bertujuan untuk menghindari perluasan ke sfingter rektum atau
rektum itu sendiri. Dulu, episiotomi dilakukan secara rutin dalam prosedur persalinan spontan
dan persalinan pervaginam operatif. Namun, bukti menunjukkan bahwa tingkat laserasi derajat
ketiga dan keempat dapat meningkat dengan dilakukannya episiotomi midline.
 Ada dua jenis episiotomi yang umum: median ( garis tengah) dan mediolateral (Gambar 4-14).
Episiotomi median, merupakan jenis yang paling umum digunakan di Amerika Serikat, yaitu
sayatan dari garis tengah vertikal dari fourchette posterior ke bagian tengah perineum.
Episiotomi mediolateral adalah sayatan yang dilakukan dengan arah diagonal yang dibuat dari
arah jarum jam 5 atau jam 7 pada perineum dan dipotong secara lateral. Berdasarkan
pengalaman episiotomi jarang dilakukan lagi dan dilaporkan menimbulkan rasa sakit yang lebih
banyak dan luka infeksi. Namun, episiotomi mediolateral diperkirakan menyebabkan
perluasan tingkat laserasi derajat tiga dan empat yang lebih minimal, terutama pada pasien
dengan perineum yang pendek atau dengan persalinan pervaginam operatif.
 I Persalinan Operatif Vagina
 Dalam kasus kala 2 memanjang, ibu kelelahan, atau kebutuhan untuk mempercepat waktu
persalinan, persalinan per vaginam operatif dapat dilakukan. Dua kemungkinan yaitu
persalinan dengan forsep atau persalinan dengan bantuan vakum. Keduanya merupakan
metode yang efektif untuk membantu persalinan pervaginam dan memiliki indikasi yang sama.
Metode yang dipilih tergantung pada preferensi dan pengalaman dokter yang menangani,
meskipun keduanya memiliki sedikit perbedaan risiko komplikasi pada ibu dan bayi.
 Persalinan Forsep
 Forceps (Gbr. 4-15) memiliki daun cunam yang ditempatkan di sekitar kepala janin dan dibentuk
dengan kurva cephalic untuk menyangga kepala. Selain itu, sebagian besar memiliki kurva
pelvic yang dapat disesuaikan dengan panggul ibu. Daun setiap forceps berada pada ujung
tangkai yang terhubung ke gagangnya. Kedua forsep dihubungkan oleh kunci penahan yang
berada diantara bagian tangkai dan bagian gagang. Setelah forceps ditempatkan di sekitar
kepala janin, penolong menggunakan kekuatan pada gagang untuk membantu upaya ekspulsif
ibu dan menuntun kepala janin ketika melalui lengkungan panggul (Tabel 4-2).
 Syarat-syarat ekstraksi forsep dengan aman yaitu pembukaan servik lengkap, ketuban sudah
dipecah atau dipecah, kepala bayi sudah cakap (sudah engagment) dan minimal di hodge 2,
mengetahui tepatnya letak janin, tidak ada CPD, anestesi yang memadai, kandung kemih yang
kosong, dan yang paling penting-an penolong berpengalaman. Pada beberapa institusi,
penerapan midforceps (letak janin antara 0 dan +2) dan forsep rotasi (kepala janin lebih dari 45
derajat dari posisi OA atau OP ) juga sering dilakukan. Penolong atau operator yang
berpengalaman, merupakan komponen terpenting dari persalinan ini. Menggunakan forsep
tinggi dengan verteks janin di atas posisi 0 tidak lagi dianggap sebagai prosedur kebidanan yang
aman. Komplikasi dari aplikasi forsep meliputi memar pada wajah dan kepala, laserasi pada
kepala janin, serviks, vagina, dan perineum, kelumpuhan saraf wajah, dan, fraktur tengkorak
dan / atau kerusakan intrakranial (jarang).
 Ekstraksi Vakum
 Ekstraktor vakum terdiri dari mangkuk vakum yang digunakan untuk mencekam kepala janin
dan alat penghisap yang terhubung ke mangkuk untuk menjadi sebuah vakum. Syarat-syarat
untuk penggunaan ekstraktor vakum yang aman sama dengan forsep. Vakum tidak boleh
menjadi pilihan jika letak janin tidak diketahui atau posisi hodge kepala janin terlalu tinggi.
Peletakkan mangkuk pada kulit kepala janin dibuat sejajar dengan sumbu panggul ibu
bersamaan dengan usaha mengedan ibu dan kontraksi uterus. Komplikasi paling umum dari
penggunaan vakum adalah laserasi kulit kepala dan cepha-lematematoma. Tetapi ada beberapa
komplikasi yang jarang dari ekstraktor vakum yaitu seperti perdarahan subgaleal, yang bisa
menjadi kegawat daruratan neonatal.
 I Forceps vs. Vacuum.
 Pembahasan yang sering di perdebatkan antara dokter adalah bentuk persalinan operatif mana
yang lebih aman. Dalam beberapa penelitian yang membandingkan dua cara persalinan per
vaginam operatif, tingkat komplikasi neonatal yang parah seperti pendarahan intrakranial tidak
ada yang berbeda secara statistik. Namun, vakuum dikaitkan dengan tingkat terjadinya
sefalohematoma yang lebih tinggi dan distosia bahu, sedangkan forsep dikaitkan dengan tingkat
facial nerve palsy yang lebih tinggi. Sementara itu komplikasi yang mungkin terjadi ibu, forsep
dikaitkan dengan tingkat laserasi perineum derajat ketiga dan keempat yang lebih tinggi.
Beberapa perbedaan antara alat ini dapat dilihat dari desain yang dimilikinya. Forsep dipasang
di sekitar kepala janin, dan ujung daun forsep terletak di pipi janin dan karena itu lebih
cenderung menyebabkan kompresi saraf wajah. Vakum seluruh di pasang pada kulit kepala
janin; dengan demikian, sefalohematoma janin adalah komplikasi umum. Karena penempatan
yang lebih tinggi dan kekerasannya, forsep dapat digunakan untuk menghasilkan kekuatan
untuk menurunkan yang lebih besar pada janin dan anatomi ibu. Hal ini dapat menyebabkan
tingkat distosia bahu yang lebih rendah, tetapi tingkat laserasi ibu yang lebih tinggi. Pada
akhirnya, faktor terpenting dalam penggunaan instrumen ini adalah pengalaman operator atau
penolong. Karena salah satu dari instrumen ini dapat menjadi alat pilihan dalam situasi yang
berbeda, penting bagi dokter kandungan untuk dilatih dalam penggunaan keduanya.
 Kala 3
 Kala 3 dimulai setelah bayi dilahirkan dan berakhir ketika plasenta lahir. Pelepasan plasenta
biasanya berlangsung selama 5 hingga 10 menit setelah kelahiran bayi dengan batas maksimal
30 menit maka masih dianggap dalam batas normal. Dengan penurunan ukuran rongga
intrauterin yang tiba-tiba setelah persalinan janin, plasenta secara mekanis terlepas dari dinding
rahim oleh adanya kontraksi. Secara klasik, penggunaan oksitosin dikontraindikasikan selama
kala 3. Namun, hal ini diputuskan sebelum penggunaan ultrasonografi karena khawatir
menyebabkan

Anda mungkin juga menyukai