Anda di halaman 1dari 6

NAMA : NURDIYANI ALIWU

NIM : 751440119017
KELAS : IIA KEPERAWATAN
MATA KULIAH : TB PARU PADA ANAK DAN IBU HAMIL

RANGKUMAN MATERI (PERTEMUAN 3)


Penemuan dini pasien TB menular (TB BTA positif) harus merupakan prioritas utama,
dengan demikian pasien dapat diobati sebelum menularkan lebih lanjut ke orang lain.
Kesempatan penemuan pasien TB akan hilang kalau petugas kesehatan tidak melakukan
anamnesa dengan baik dan benar serta tidak melakukan pemeriksaan dahak.
Petugas kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) merupakan orang pertama yang
memberikan pertolongan kepada pasien. Di sarana pelayanan kesehatan tersebut, penemuan
suspek diupayakan, diagnosis pasien TB ditegakkan, pemeriksaan penunjang dilakukan dan
pengobatan diberikan, sehingga pelayanan kesehatan dasar dapat dilaksanakan.
1. Mengidentifikasi Suspek TB
Suspek TB adalah seseorang dengan gejala atau tanda – tanda TB, dengan gejala utama
batuk berdahak 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah (haemoptysis), sesak napas, nyeri dada, badan lemas, nafsu
makan menurun, berat badan menurun,malaise, berkeringat malam tanpa kegiatan fisik,
demam meriang lebih dari satu bulan.
Batuk berdahak merupakan gejala utama dari seorang suspek TB paru dan dapat dijumpai
pada 95% dari semua pasien TB Paru BTA positif. Namun demikian, sebagian besar orang
dengan batuk tidak selalu menderita TB. Banyak penyakit saluran nafas bagian bawah
mempunyai gejala batuk yang lama. Sebab itu, pemeriksaan dahak pada semua orang dengan
batuk tidaklah dianjurkan, karena hal ini dapat menyebabkan baiaya yang sangat mahal dan
membuat waktu. Hasil BTA positif sangatlah jarang pada anak dan orang dewasa dengan
batuk kurang dari 2 minggu.
Mengidentifikasi apakah seseorang itu suspek TB paru, maka petugas kesehatan haruslah
bertanya kepada semua pasien dewasa (berumur 15 tahun atau lebih) yang mempunyai tanda
dan gejala mengarah kemungkinan TB:
- Apakah anda batuk?
- Apakah batuk anda berdahak?
- Sudah berapa lama anda batuk?
2. Mencatat suspek TB dalam Daftar Suspek Tb
Perlu di pahami alur penanganan suspek atau pasien TB dan formulir yang dibutuhkan
pada setiap kegiatan seperti alur berikut:
Daftar ini sangat berguna untuk memantau apakah semua pemeriksaan dahak yang dikirim ke
laboratorium sudah diterima hasilnya. Disamping itu, sangat berguna untuk memantau
cakupan kegiatan penemuan pasien TB di wilayah kerja Sarana Pelayanan Kesehatan
tersebut. Oleh karena itu, pada waktu berhasil mengidentifikasi suspek TB, catatlah suspek
TB tersebut dalam Daftar Suspek TB.
3. Mengumpulkan dahak untuk pemeriksaan mikroskopis
Setiap suspek TB harus dilakukan pemeriksaan dahak untuk memastikan apakah dalam
dahaknya dijumpai kuman TB atau tidak. Diagnosis dengan pemeriksaan dahak akan menjadi
sangat akurat (tepat) bila dilakukan pemeriksaan 3 spesimen dahak sewaktu pagi sewaktu
(SPS).
Jika anda bekerja di Sarana Pelayanan Kesehatan yang laboratoriumnya dapat melakukan
pemeriksaan dahak mikroskopis termasuk pembacaan sediaan (PRM atau PPM), anda dapat
mengirim langsung pasiennya ke laboratorium.
Jika anda berkerja di Sarana Pelayanan Kesehatan yang belum dapat melakukan
pembacaan sediaan dahak (misalnya di Puskesmes Satelit), kumpulkan 3 spesimen dahak
dari setiap suspek TB buat dan kirimkanlah sediaan apus dahak ke laboratorium (PRM)
unutk diwarnai dengan ZN dan dibaca hasilnya. Cara pembuatan sediaan apus dahak akan
dijelaskan dalam uraian berikut.
 Menjelaskan pentingnya pemeriksaan dahak kepada suspek TB
Jelaskan alasan pentingnya dilakukan pemeriksaan dahak dan mintalaha kerjasama yang
baik dari suspek TB tersebut. Jelaskan pentingnya pemeriksaan dahak dengan menggunakan
mirkroskop yang merupakan cara terbaik untuk menentukan apakah kuman TB terdapat
dalam paru pasien.
 Mengumpulkan spesimen dahak dari suspek TB
Spesimen dahak dikumpulkan dan ditampung dalam pot dahak yang bermulut lebar,
berpenampang 6 cm dengan berulir, terbuat dari plastik bening, tidak berwarna tidak mudah
pecah dan tidak bocor. Pot dahak yang dipakai haruslah baru (tidak boleh bekas pakai).
 Pengumpulan spesimen dahak dilakukan 3 kali yaitu Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS),
seperti dijelaskan dibawah ini:
Sewaktu(S): Spesimen pertama adalah dahak yang dikumpulkan pada saat suspek TB
datang berkunjung pertama kali ke Sarana Pelayanan Kesehatan. Pada saat pulang, suspek
diberi sebuah pot dahak baru untuk mengumpulkan dahak pagi hari kedua.
Pagi (P): Spesimen kedua adalaha dahak yang dikumpulkan dirumah pada pagi hari
kedua segera setelah bangun tidur. Pot yang berisi spesimen dahak kedua ini harus dibawa
dan diserahkan sendiri kepada petugas SPK.
Sewaktu(S): Spesimen ketiga adalah dahak yang dikumpulkan di Sarana Pelayanan
Kesehatan pada hari kedua setalah suspek menyerahkan spesimen kedua.
Pembuatan apusan dahak harus dilakukan segera setelah setiap kali dahak diterima oleh
petugas. Tiga spesimen dahak tersebut harus dikumpulkan dalam waktu 2 hari berurutan.
Dalam kondisi tertentu, pengumpulan ketiga spesimen SPS tersebut dapat ditoleransi paling
lama dalam waktu 1 minggu. Dalam kondisi apapun, tiga spesimen dahak tersebut tidak
boleh Sewaktu-Sewaktu-Sewaktu (SSS)
Memberi nomor identitas pada kaca sediaan
Pemberiaan nomor identitas sediaan bertujuan untuk mencegah kemungkinan tertukarnya
sediaan, baik yang berasal dari Sarana Pelayanan Kesehatan lain. Oleh sebab itu, setiap kaca
sediaan harus diberi nomor identitas sediaan sesuai nomor identitas yang tertulis pada badan
pot dahak.
Kaca sediaan harus dipegang pada kedua sisinya untuk menghindari sidik jari pada badan
kaca sediaan. Nomor identitas sediaan dapat ditulis dengan menggunakan stiker, spidol
permanen pada ujung kiri dari kaca sediaan. Dalam kondisi ini, pembuatan sediaan apus
dahak dilakukan pada bagian kaca yang tidak ada stiker/tulisan spidol
4. Tatacara membuat sediaan apus dahak untuk pemeriksaan mikroskopis
- Ambil pot dahak dan kaca sediaan yang beridentitas sama dengan pot dahak
- Buka pot dengan hati-hati untuk menghindari terjadinya droplet (percikan dahak)
- Buat sediaan apus dengan lidi/bambu dengan urutan.
5. Mengirim sediaan dahak ke PRM untuk pemeriksaan mikroskopis
Sediaan dahak yang sudah difiksasi dikirim ke PRM secepatnya (paling lambat setiap
satu minggu sekali) dan harus disertai dengan Formulir Permohonan Laboratorium TB untuk
Pemeriksaan Dahak (TB.05).
- Sebelum pengiriman, petugas harus meneliti kembali isi setiap kotak sediaan
- Pastikan setiap sediaan dahak yang akan dikirim disertai Formulir Permohonan
Laboratorium TB untuk Pemeriksaan Dahak yang sudah diisi lengkap
- Nomor identitas setiap sediaan harus cocok dengan nomor yang tertulis pada formulir
(TB.05) tersebut

6. Mendiagnosa TB pada Anak


Gejalanya yaitu berat badan turun tanpa sebab, Demam lama (>2 minggu) dan/atau
berulang tahun tanpa sebab yang jelas (bukan demam tifoid,infeksi saluran
kemih,malaria,dan lain-lain). Batuk lama >3 mingggu, batuk bersifat non remitting(tidak
pernah reda), nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang dan Diare
persiten/menetap (>minggu) yang tidak sembuh ditambah dengan pemeriksaan penunjang
antara lain:
Pemeriksaan dahak mikroskopis
Bilas lambung dengan NGT (Naso Gatric Tube)
Uji tuberkulin/mantoux test.

RANGKUMAN MATERI (PERTEMUAN 4)


PENEMUAN PASIEN TB ANAK
1. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan tidak naik dengan adekuat
atau tidak naik dalam 1 bulan setelah diberikan upaya perbaikan gizi yang baik
2. Demam lama (≥ 2 minggu) dan/atau tanpa sebab yang jelas (bukan demam tiofid, infeksi
saluran kemih, malaria, dan lain-lain). Demam umumnya tidak tinggi. Keringat malam
saja bukan merupakan gejala spesifik TB pada anak apabila tidak disertai dengan gejala-
gejala sistemik/umum lain.
3. Batuk lama ≥ 3 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak pernah reda atau intensitas
semakin lama semakin parah) dan sebab lain batuk telah dapat disingkirkan.
4. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh (failure to
thrive)
5. Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain
6. Diare persisten/menetap (≥ 2 minggu) yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare.

GEJALA KLINIS SPESIFIK TERKAIT ORGAN


Gejala klinis pada organ yang terkena TB, tergantung jenis orang yang terkena, misalnya
kelenjar limfe, susunan saraf pusat (SSP), tulang, dan kulit adalah sebagai berikut:
1. Tuberkulosis kelenjar
2. Tuberkulosis otak dan selaput otak
3. Tuberkulosis sistem skeletal
4. Skrofuloderma
5. Tuberkulosis mata
6. Tuberkulosis organ-organ lainnya, misalnya peritonitis TB, TB ginjal dicurigai bila
ditemukan gejala gangguan pada organ-organ tersebut tanpa sebab yang jelas dan disertai
kecurigaan adanya infeksi TB
PEMERIKSAAN PENUNJANG UNTUK DIAGNOSIS TB ANAK
 Berdahak
Pada anak lebih dari 5 tahun dengan gejala TB paru, dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan dahak mikroskopis, terutama bagi anak yang mampu mengeluarkan dahak.
Kemungkinan mendapatkan hasil positif lebih tinggi pada anak > 5 tahun.
 Bilas Lambung
Bilas lambung dengan NGT (Naso Gastric Tube) dapat dilakukan pada anak yang tidak
dapat mengeluarkan dahak. Dianjurkan spesimen dikumpulkan selama 3 hari berturut-turut
pada pagi hari.
 Induksi Sputum
Induksi sputum relatif aman dan efektif untuk dikerjakan pada anak semua umur, dengan
hasil yang lebih baik dari aspirasi lambung, terutama apabila menggunakan lebih dari 2
sampel. Metode ini bisa dikerjakan secara rawat jalan, tetapi diperlukan pelatihan dan
peralatan yang memadai untuk melaksanakan metode ini.
Pemeriksaan penunjang utama untuk membantu menegakkan diagnosis TB pada anak
adalah membuktikan adanya infeksi yaitu dengan melakukan uji tuberkulin/mantoux test.
Secara umum, gambaran radiologis yang menunjang TB adalah sebagai berikut:
a. Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan/tanpa infiltrat (visualisasinya selain
dengan foto toraks AP, harus disertai foto toraks lateral)
b. Konsolidasi segmental/lobar
c. Efusi pleura
d. Milier
e. Atelektasis
f. Kavitas
g. Kalsifikasi denga infiltrat
h. Tuberkuloma

Penilaian/pembobotan pada sistem skoring dengan ketentuan sebagai berikut:


Parameter uji tuberkulin dan kontak erat dengan pasien TB menular mempunyai nilai
tertinggi yaitu 3.
Uji tuberkulin bukan merukan uji penentu utama untuk menegakkan diagnosis TB pada
anak dengan menggunakan sistem skoring.
Pasien dengan jumlah skor 6≥ harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan mendapat OAT.
Jika ditemukan salah satu keadaan di bawah ini, pasien dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan rujukan:
 Foto toraks menunjukan gambaran efusi pleura atau milier atau kavitas
 Gibbus, koksitis
 Tanda bahaya:
 Kejang, kaku kuduk
 Penurunan kesadaran
 Kegawatan lain, misalnya sesak napas
KLASIFIKASI DAN DEFINISI KASUS TB ANAK
 Terduga pasien TB anak: setiap anak dengan gejala atau tanda mengarah ke TB Anak
 Pasien TB anak berdasarkan hasil konfirmasi bakteriologis: adalah pasien TB anak yang hasil
pemeriksaan sediaan biologinya positif dengan pemeriksaan mikroskopis langsung atau
biakan atau diagnostik cepat yang direkomendasi oleh Kemenkes RI. Pasien TB paru BTA
positif masuk dalam kelompok ini.
 Pasien TB anak berdasarkan diagnosis klinis: pasien TB anak yang TB yang tidak memenuhi
kriteria bakteriologis dan mendapat pengobatan TB berdasarkan kelainan radiologi dan
histopatologi sesuai gambaran TB. Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah pasien TB
Paru BTA negatif, pasien TB dengan BTA tidak diperiksa dan pasien TB Ekstra Paru.

LOKASI ATAU ORGAN TUBUH YANG TERKENA


 Tuberkulosis Paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
(parenkim) paru, tidak termasuk pleuara (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
 Tuberkulosis Ekstra Paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleuara, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang
persendiaan, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain. Anak dengan
gejala hanya pembesaran kelenjar tidak selalu menderita TB Ekstra Paru.
 Pasien TB paru dengan atau tanpa TB ekstra paru diklasifikasikan sebagai TB paru.

RIWAYAT PENGOBATAN SEBELUMNYA


 Baru

Kasus TB anak yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (28 dosis) dengan hasil pemeriksaan
bakteriologis sesuai dengan definisi diatas, lokasi penyakit bisa paru atau ekstra paru

 Pengobatan Ulang

Kasus TB Anak yang pernah mendapat pengobatan dengan OAT lebih dari 1 bulan
(28 dosis) dengan hasil pemeriksaan bakteriologis sesuai definisi di atas, lokasi penyakit bisa
paru atau ekstra paru. Berdasarkan hasil pengobatan sebelumnya, anak dapat diklasifikasikan
sebagai kambuh, gagal atau pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-
up).
BERAT DAN RINGANNYA PENYAKIT
 TB ringan: tidak beresiko menimbulkan kecacatan berat atau kematian, misalnya TB primer
tanpa komplikasi, TB kulit, TB kelenjar, dll.
 TB berat: TB pada anak beresiko menimbulkan kecacatan berat atau kematian, misalnya TB
meningitis, TB milier, TB tulang dan sendi, TB abdomen, termasuk TB hepar, TB usus, TB
paru BTA positif, TB resisten obat, TB HIV.

Anda mungkin juga menyukai