Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebisingan atau noise pollution adalah bunyi yang tidak diinginkan

dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat

memengaruhi kesehatan manusia (Chandra, 2007).Bising yang dihasilkan

tidak terbatas di lingkungan kerja saja seperti pabrik namun dapat timbul

juga dari aktivitas rekreasi seperti konser musik, tempat hiburandan juga

jalan raya (Muyassaroh, 2011). Paparan bising yang keras dan terus menerus

dapat menyebabkan gangguan pendengaran sensorineural dan umumnya

terjadi pada kedua telinga. Gangguan pendengaran akibat bising atau NIHL

(noise induced hearing loss) bersifat irreversible sehingga penting untuk

dilakukan tindakan pencegahan (Soepardi dkk, 2012). Bagi para penari,

musik adalah alat mereka untuk bekerja dan berlatih sehari-hari. American

Speech Language Hearing Association pada tahun 2006 telah menetapkan

tempat latihan kesehatan seperti tempat latihan aerobic dan tari sebagai

lingkungan yang memiliki intensitas kebisingan melebihi 85 dB dari musik

yang mereka gunakan sehingga beresiko terjadinya gangguan pendengaran

(ASHA, 2008). Kurang adanya pengawasan berupa pemeriksaan berkala

pada fungsi pendengaran dan tidak adanya publikasi mengenai gangguan

pendengaran pada penari di Indonesia, menyebabkan para penari tidak

mengetahui adanya resiko gangguan pendengaran sehingga mereka tetap

berlatih di lingkungan bising dan dalam jangka waktu yang lama.


Hasil pertemuan konsultasi WHO-SEARO (South East Asia Regional

Office) Intercountry Meeting, menyatakan bahwa gangguan pendengaran

akibat kebisingan merupakan penyebab gangguan pendengaranketiga

terbanyak di Indonesia (Joneri, 2012). Gangguan pendengaran akibat bising

musik yang keras pada kelompok berbeda telah diteliti seperti oleh Tumewu

dkk (2014) menyatakan 8 dari 20 karyawan di tempat bermain anak Manado

Town Square mengalami gangguan pendengaran. Muyassaroh (2011) pada

penelitiannya mengenai hubungan lama paparan bising terhadap NIHL pada

musisi menyatakan 5 dari 47 sampel mengalami NIHL. Junianto dan Maya

(2014) menyatakan 8 dari 20 sampel pekerja hiburan malam di Manado

mengalami gangguan pendengaran ringan sampai sedang. Gaeta dan John

(2016) menyatakan 13 dari 16 penari zumba yang diiringi musik dengan

intensitas 91,2 dB menujukkan peningkatan ambang dengar sebanyak 10 dB

setelah mengikuti kelas zumba selama 60 menit.

Gangguan pendengaran akibat terpajan bising tergantung pada

intensitas bising, frekuensi bising, dan lama paparan (Chandra, 2007).

Intensitas bising dapat diukur dengan alat Sound Level Meter dengan cara

menangkap perubahan tekanan udara akibat adanya benda bergetar (Humess

dan Bess, 2009). NIHL dapat terjadi secara perlahan-lahan dalam waktu

lama biasanya lima tahun atau lebih dan tanpa disadari (Soepardi dkk,

2012). Bising yang intensitasnya 85dB atau lebih akan mengakibatkan

kerusakan pada reseptor pendengaran korti di telinga tengah. Stereosilia

pada sel-sel rambut bagian luar awalnya menjadi kaku sehingga mengurangi
respon terhadap stimuli. Intensitas dan lama paparanyang makin bertambah

akan menyebabkan hilangnya stereosilia. Selanjutnya tidak hanya sel-sel

rambut yang rusak tapi juga bagian lain akan mengalami kerusakan seperti

sel penyangga, pembuluh darah dan serat aferen sehingga tidak bisa

meneruskan impuls ke otak (Irwandi, 2007). Gejala gangguan pendengaran

diawali dengan penurunan pendengaran, sulit memahami percakapan di

lingkungan bising dan tinnitus atau telinga berdenging. Alat yang digunakan

untuk mengukur nilai ambang pendengaran adalah audiometri (Soepardi

dkk, 2012).

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa NIHL masih menjadi

prioritas utama dalam masalah kesehatan. Musik keras yang bersumber dari

speaker dapat mengakibatkan gangguan pendengaran dimana terdapat

kelompok yang beresiko mengalami gangguan pendengaran yaitu penari,

maka peneliti marasa perlu untuk meneliti hubungan antara lama paparan

dan intensitas bising musik dengan gangguan pendengaran pada penari

modern di Semarang.

1.2. Rumusan Masalah

“Apakah terdapat hubungan antara lama paparan dan intensitas bising

musik dengan gangguan pendengaran pada penari modern?”


1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya hubungan antara lama paparan dan

intensitas bising musik dengan gangguan pendengaran pada penari

modern.

1.3.2. Tujuan Khusus

- Untuk mengetahui intensitas kebisingan musik pada lokasi berlatih

komunitas penari modern Dance Lovers Semarang.

- Untuk mengetahui hubungan antara lama paparan bising musik

dengan gangguan pendengaran pada penari modern.

- Untuk mengetahui hubungan antara intensitas bising musik dengan

gangguan pendengaran pada penari modern.

- Untuk mengetahui keeratan hubungan antara lama paparan dan

intensitas bising musik dengan gangguan pendengaran pada penari

modern.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan

informasi mengenai hubungan antara lama paparan dan intensitas

bising musik dengan gangguan pendengaran pada komunitas penari

modern di Semarang.
1.4.2. Manfaat Praktis

Dapat digunakan sebagai bahan penyuluhan khususnya

terhadap penari modern sehingga dapat dilakukan penanganan secara

dini dan pencegahan terhadap kerusakan yang lebih berat

Anda mungkin juga menyukai