Anda di halaman 1dari 13

EMOTIONAL INTELLIGENCE (EQ)

KELOMPOK 2

RIZKY DWI FATULLAH

MUHAMMAD FAAZ

RAGIL LESTARY

TENGKU LAILAN

SUNARTI

UNIVERSITAS AL AZHAR INDONESIA

FAKULTAS PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2019-2020
EMOTIONAL INTELLIGENCE (EQ)

Makalah Psikologi

DOSEN :
TATA SEPTAYUDA PURNAMA

DISUSUN OLEH :

1. RIZKY DWI FATULLAH

2. MUHAMMAD FAAZ

3. RAGIL LESTARY

4.TENGKU LAILAN

5. SUNARTI

UNIVERSITAS AL AZHAR INDONESIA

FAKULTAS PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2019-2020
Kata pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“EMOTIONAL INTELLIGENCE” ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. yang telah membimbing kami
dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang yakni agama Islam.

Makalah ini memuat pendahuluan, pembahasan, penutup, dan daftar pustaka. Makalah ini
kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi pendidikan islam dari universitas al
azhar indonesia. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa
pihak yang berperan dalam penyusunan makalah ini. Dengan menggunakan makalah ini
semoga kegiatan belajar dalam memahami materi ini dapat lebih menambah sumber-sumber
pengetahuan. Kami sadar dalam penyusunan makalah ini belum bisa dikatakan mencapai
tingkat kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran tentu kami butuhkan. Mohon maaf apabila
ada kesalahan cetak atau kutipan-kutipan yang kurang berkenan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................i

Halaman Pengesahan..........................................................................................ii

Kata Pengantar....................................................................................................iii

Daftar Isi..............................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................1


1.2 Perumusan Masalah..............................................................................2
1.3 Metode Pembahasan.............................................................................2
1.4 Tujuan Penulisan...................................................................................3
1.5 Sistematika Penulisan...........................................................................3

BAB II KAJIAN TEORITIS

1.1 Pengertian Tradisi.................................................................................


1.2 Pengertain Upacara...............................................................................
1.3 Pengertian Kasada.................................................................................
1.4 Pengertian Budaya................................................................................
1.5 Pengertian Agama Hindu......................................................................
1.6 Pengertian Malang................................................................................

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Upacara Kasada.......................................................................13


3.2 Budaya Tradisi Upacara Kasada ..........................................................18
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN KECERDASAN

Kecerdasan atau yang biasa disebut dengan inteligensi berasal dari bahasa Latin
“intelligence” yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (to organize, to
relate, to bind together).

Menurut Dusek kecerdasan dapat didefinisikan melalui dua jalan yaitu secara kuantitatif dan
kualitatif. Secara kuantitatif, kecerdasan adalah proses belajar untuk memecahkan masalah
yang dapat diukur dengan tes inteligensi, sedangkan secara kualitatif kecerdasan merupakan
suatu cara berpikir dalam membentuk konstruk bagaimana menghubungkan dan mengelola
informasi dari luar yang disesuaikan dengan dirinya.

Alfred Binet merupakan seorang tokoh perintis pengukuran inteligensi, ia menjelaskan bahwa
inteligensi merupakan kemampuan individu mencangkup tiga hal. Pertama, kemampuan
mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan, artinya individu mampu menetapkan
tujuan untuk dicapainya (goal setting). Kedua, kemampuan untuk mengubah arah tindakan
bila dituntut demikian, artinya individu mampu melakukan penyesuaian diri dalam
lingkungan tertentu. Ketiga, kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan auto
kritik, artinya individu mampu melakukan perubahan atas kesalahan-kesalahan.

Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan


masalah yang dihadapi, dalam hal ini adalah masalah yang menuntut kemampuan fikiran
serta dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif.

Emosi secara etimologi berasal dari kata “E” yang berarti Energy dan “Motion” yang
berarti getaran. Dalam hal ini, emosi dapat diartikan sebagai suatu energi yang terus bergerak
dan bergetar. Secara terminologi emosi diartikan sebagai setiap kegiatan atau pergolakan
pikiran, perasaan, nafsu dari setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap.

Secara psikologis, emosi dialami sebagai reaksi yang sangat menyenangkan atau reaksi
paling tidak menyenangkan yang digambarkan dengan kata-kata seperti bahagia, marah dan
sebagainya.

Horward Gardner mengungkapkan kecerdasan emosi terdiri dari dua kecakapan yaitu :
 Intrapersonal intelligence atau kecerdasan intra personal adalah kemampuan seeorang
berkomunikasi dan memandang dirisendiri (sefl image), serta kemampuan seseorang
mengendalikan dirinya (self control). Orang yang cerdas dalam intra personal,
mendapat julukan orang yang dewasa atau matang.Interpersonal intelligence atau
kecerdasan.
 Interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain,
bersosialisasi, mengerti orang lain (empati) dan memberikan respon (simpati) kepada
orang lain.18 Karena berfokus pada intrapersonal intelligence dan interpersonal
intelligence inilah kecerdasan emosional memberikan implikasi positif yang lebih
besar dalam kehidupan seseorang.

Sebagian pakar mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai suatu kecerdasan sosial yang
berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memantau baik emosi dirinya maupun emosi
orang lain, kemampuan ini digunakan untuk mengarahkan pola pikir dan perilakunya.
Kecerdasan emosional adalah sebuah kemampuan untuk mendengarkan bisikan emosi dan
menjadikannya sebagai sumber informasi maha penting untuk memahami diri sendiri dan
orang lain demi mencapai sebuah tujuan.

Dapat di simpulkan, kecerdasan emosional dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang


untuk mengenali, mengelola perasaan diri sendiri dan orang lain, mampu memotivasi dirinya
sehingga membawa kepada keberhasilan.

kecerdasan emosi atau EQ tidak dapat diukur dengan angka. Namun, dapat diukur
menggunakan aspek-aspek kecerdasan emosi. Lima dasar kecakapan emosi dan sosial
menurut Goleman antara lain :

1) Kesadaran diri

Dengan kesadaran diri seseorang mampu memahami emosi diri, penilaian untuk
mengambil keputusan, dan percaya diri. Seseorang yang memiliki kesadaran diri dapat
dengan mudah mengetahui perasaan dan memantau emosi yang muncul pada waktu tertentu
dan efeknya, mengetahui kekuatan dan memiliki keyakinan tentang harga diri dan
kemampuan sendiri. Kesadaran diri lebih merupakan modus netral yang mempertahankan
refleksi diri bahkan di tengah badai emosi. Dalam aspek mengenali emosi diri ini terdapat
tiga indikator yaitu: mengenal dan merasakan emosi sendiri, memahami penyebab perasaan
yang timbul, mengenal pengaruh perasaan terhadap tindakan.
2) Pengaturan diri
Yaitu kemampuan seseorang dalam mengendalikan dan menangani emosinya sendiri
sedemikian rupa sehingga berdampakpositif pada pelaksanaan tugas, memiliki kepekaan pada
kata hati, serta sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran dan mampu
pulih kembali dari tekanan emosi.Tujuan dari mengelola emosi adalah keseimbangan emosi
bukan menekan emosi. Aristoteles mengatakannya dengan istilah emosi yang wajar, yakni
keselarasan antara perasaan dan lingkungan. Dalam aspek mengelola emosi ini terdapat
beberapa indikator antara lain: bersikap toleran terhadap frustasi, mampu mengendalikan
marah secara lebih baik, dapat mengendalikan perilaku agresif yang dapat merusak diri
sendiri dan orang lain,memiliki perasaan positif tentang diri sendiri dan orang lain,memiliki
kemampuan untuk mengatasi stress, dapat mengurangi perasaan kesepian dan cemas.
3) Memotivasi diri sendiri
Kecenderungan emosi yang mengantarkan atau memudahkan seseorang meraih sasaran.
Orang yang memiliki ketrampilan ini cenderung lebih produktif dalam upaya apapun yang
dilakukannya serta memiliki kegigihan dalam memperjuangkan tujuan walaupun ada
halangan dan kegagalan. Kemampuan ini meliputi dorongan untuk berprestasi, komitmen dan
optimis. Konsep penting dari teori motivasi adalah pada kekuatan yang ada dalam diri
manusia. Menurut MC Clelland, individu dapat memiliki motivasi jika memang dirinya
memiliki keinginan untuk berprestasi lebih baik dibandingkan oranglain. Dalam aspek
memotivasi diri sendiri terdapat tiga indikator yaitu : mampu mengendalikan impuls individu
mampu menyeleksi bahan mengendalikan mengendalikan rangsangan atau godaan negatif
yang datang, bersikap optimis, dan mampu memusatkan perhatian pada tugas yang
dikerjakan.
4) Empati
Merupakan kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan dan kepentingan orang lain. Orang
yang empatik mampu merasakan yang dirasakan oleh orang lain, lebih peka terhadap
kehendak orang lain, mampu memahami perspektif orang lain dan menumbuhkan hubungan
saling percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe hubungan.Dalam aspek
mengenali emosi orang lain terdapat tiga indikator yaitu : mampu menerima sudut pandang
orang lain,memiliki sikap empati atau kepekaan terhadap orang lain, dan mampu
mendengarkan orang lain.
5) Ketrampilan social
Orang yang memiliki seni dalam membangun hubungan sosial mampu menangani emosi
dengan baik ketika berhubungan sosial dengan orang lain, mampu membaca situasi dan
jaringan sosial secara cermat, berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan ini
untuk mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan, serta bekerja
sama dengan tim. Membina hubungan dalam membina hubungan ini terdapat sembilan
indikator yaitu :
 Memahami pentingnya membina hubungan dengan orang lain
 Mampu menyelesaikan konflik dengan orang lain
 Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain
 Memiliki sikap bersahabat atau mudah bergaul, memiliki sikap tenggang rasa
 Memiliki perhatian terhadap kepentingan orang lain atau tidak egois
 Dapat hidup selaras dengan kelompok
 Bersikap senang berbagi rasa dan bekerja sama,bersikap demokratis.
Berdasarkan uraian di atas, aspek-aspek kecerdasan emosional terdiri dari kesadaran diri,
pengaturan diri, motivasi diri, empati dan ketrampilan social.
Kenyataannya pembuatan keputusan/penalaran/dan emosi/ perasaan memiliki titik potong di
dalam otak, ada sekumpulan sistem di otak yang di tunjukan untuk proses pemikiran yang
berorientasi membuat tujuan yang kita sebut pembuatan keputusan. Sekumpulan sistem otaj\k
yang sama ini juga terlibat dalam emosi dan perasaan.
Kecerdasan emosilah yang memotiasi kita untuk mencari manfaat dan potensi unik kita, dan
mengaktifkan aspirasi dan nilai nilai kita yang paling dalam , mengubah nya dari apa yang
kita pikirkan menjadi apa yang kita jalani.
Emosi bukanlah sesuatu yang bersifat positif atau negative tetapi emosi berlaku sebagai
sumber energy , antentisitas, dan semangat manusia yang paling kuat, dan dapat memberikan
kita sumber intuitif.
Tentu saja tidak cukup hanya memiliki perasaan. Kecerdasan emosional menuntu kita untuk
belajar mengakui dan menghargai perasaan dan pada diri kita dan orang lain dan untuk
menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif informasi dan energi emosi dalam
kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.
Kunci kecerdasan emosi anda adalah pada kejujuran suara hati anda. Suara hati itulah yang
harus di jadikan pusat prinsip yang mampu memberi rasa aman , pedoman , kekuatan serta ke
bijaksanaan.
Namun bagaimana cara untuk memperoleh dan mengenal suara hati sejak itu?

‫ با لصر عة انما الشديدالذى يملك نفسه عند‬Z‫ ليس السديد‬:‫ض َى هللاُ َع ْنهُ ان رسو هللا صلى هللا عليه وسلم قال‬
ِ ‫ع َْن اَبِى هُ َر ْي َرهَ َر‬
‫الغيب‬
“ Dari Abu Hurairah ra. dari Rasulullah SAW bersabda: Orang yang kuat itu bukan orang
kuat berkelahi tetapi orang yang kuat itu ialah orang yang dapat menguasai nafsunya di saat
dalam kondisi marah “.

Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Emosi Beberapa ahli psokologi menyebutkan adanya beberapa faktor
yang mempengaruhi perkembangan emosi seseorang (Astuti, 2005), yaitu: a.

Pola asuh orang tua


Pengasuhan ini berarti orag tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi
anak sesuai denan nrma-norma yang ada dalam masyarakat (Tarmuji, 2001). Dimana tugas
tersebut berkaitan dengan mengarahkan anak menjadi mandiri di masa dewasanya, baik
secara fisik maupun psikologis (Andayani dan Koentjoro, 2004). b.

Jenis kelamin
Perbedaan hormonal antara laki-laki dan perempuan, peran jenis maupun tuntutan sosial
berpengaruuh pada perbedaan karakteristik emosi antara keduanya. c.

Usia
Kematangan emosi dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dan kematangan fisiologis
seseorang. Semakin tua usia seseorang, maka kadar hormonal dalam tubuh turut berkurang,
sehingga mengakibatkan penurunan pengeruhnya terhadap kondisi emosi (Moloney, dalam
Puspitasari Nuryoto, 2001). Tapi tidak menutup kemungkinan jika seseorang yang sudah tua
kondisi emosionalnya cendrung meledak-ledak . hal ini dapat disebabkan oleh adanya
kalainan di dalam tubuhnya maupun klainan secara fisik. Kelainan tersebut dapat dipengaruhi
oleh faktor makanan yang merangsang terbentuknya kadar hormonal.

Menurut Syamsu Yusuf emosi dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu: emosi
sensoris dan emosi psikis. Emosi sensoris yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari
luar terhadap tubuh, seperti rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang dan lapar. Emosi psikis
yaitu emosi yang mempunyai alasan-alasan kejiwaan, seperti : (1) perasaan intelektual, yang
berhubungan dengan ruang lingkup kebenaran; (2) perasaan sosial, yaitu perasaan yang
terkait dengan hubungan dengan orang lain, baik yang bersifat perorangan maupun
kelompok; (3) perasaan susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai-nilai baik dan
buruk atau etika (moral); (4) perasaan keindahan, yaitu perasaan yang berhubungan dengan
keindahan akan sesuatu, baik yang bersifat kebendaan maupun kerohanian; dan (5) perasaan
ke-Tuhan-an, sebagai fitrah manusia sebagai makhluk Tuhan (Homo Divinas) dan makhluk
beragama (Homo Religious).

1. Sebab-Sebab Perbedaan Emosi

Terjadinya perbedaan emosi dikarenakan oleh :

a. Emosi itu sangat dalam, misalnya antara yang sangat marah dengan yang takut,
mengakibatkan aktifitas badan yang sangat tinggi.

b. Seseorang dapat memahami dan mengahayati emosi dengan berbagai cara, misalnya,
perbedaan individu jika marah, mungkin dia gemetar mungkin memaki-maki dan mungkin
lari.
c. Istilah yang diletakan pada ‘emosi’ yang didasarkan pada sifat rangsang bukan pada
keadaan, misalnya takut adalah emosi yang timbul terhadap suatu bahaya, marah adalah
emosi yang timbul terhadap suatu yang menjengkelkan .

d. Emosi subyektif dan intropeksi sukar dikenali karena akan dipengaruhi oleh lingkungan.

2. Macam-Macam Emosi

• Takut: Emosi ini cenderung atau sering disebabkan oleh situasi sosial tertentu, biasanya
kondisi ketakutan pada suatu obyek yang nyata. Misalnya, takut berada di tempat yang gelap
atau sepi.

• Khawatir: Khawatir ini merupakan bentuk ketakutan, tetapi lebih bersifat imajiner atau
khayalan. Dalam pikiran dan keyakinan kita diyakini konkret keberadaannya. Kekhawatiran
muncul kalau intensitas ketakutan meningkat. Misalnya, khawatir kalau kita tidak berhasil
melakukan sesuatu atau tidak lulus ujian.

• Marah: Marah bersifat sosial dan biasanya terjadi jika mendapat perlakukan tidak adil atau
tidak menyenangkan dalam interaksi sosial. Marah membuat kita menjadi tertekan. Saat kita
marah denyut jantung kita bertambah cepat dan tekanan darah naik. Napas pun tersengal dan
pendek, otot menegang.

• Sebal: Sebal terjadi kalau kita merasa terganggu, tetapi tidak sampai menimbulkan
kemarahan dan cenderung tidak menimbulkan tekanan bagi kita. Sebal akan muncul
berkaitan dengan hubungan antarpribadi, misalnya kita sebal melihat tingkah teman atau si
pacar yang enggak perhatian.

• Frustrasi: Frustrasi merupakan keadaan saat individu mengalami hambatan-hambatan dalam


pemenuhan kebutuhannnya, terutama bila hambatan tersebut muncul dari dirinya sendiri.
Konsekuensi frustrasi dapat menimbulkan perasaan rendah diri. Kita dianggap mampu
memberikan respons positif terhadap rasa frustrasi kalau mampu memahami sumber-sumber
frustrasi dengan logis. Namun, reaksi yang negatif juga dapat muncul dalam bentuk agresi
fisik dan verbal, pengalihan kemarahan pada obyek lain serta penghindaran terhadap sumber
persoalan atau realitas hidupnya.
• Cemburu: Cemburu adalah suatu keadaan ketakutan yang diliputi kemarahan. Perasaan ini
muncul didasarkan perasaan tidak aman dan takut status atau posisi kita yang sangat berarti
bagi diri kita akan digantikan oleh orang lain. Yang paling sering kita alami adalah cemburu
kalau melihat cowok atau cewek kita dekat sama orang lain atau sahabat kita mulai dekat
dengan teman lain.

• Iri Hati: Emosi ini ditunjukkan pada orang tertentu atau benda yang dimiliki orang lain. Hal
ini bisa menjadi hal yang berat bagi kita karena berkaitan dengan materi yang juga
menunjukkan status sosial. Misalnya, kita iri karena melihat si A lebih cantik, kaya, populer
daripada kita.

• Dukacita: Dukacita merupakan perasaan galau atau depresi yang tidak terlalu berat, tetapi
mengganggu individu. Keadaan ini terjadi bila kehilangan sesuatu atau seseorang yang sangat
berarti buat kita. Kalau dialami dalam waktu yang panjang dan berlebihan akan menyebabkan
kerusakan fisik dan psikis yang cukup serius hingga depresi.

• Afeksi atau Sayang: Afeksi adalah keadaan emosi yang menyenangkan dan obyeknya lebih
luas, memiliki intensitas yang tidak terlalau kuat (tidak sekuat cinta), dan berkaitan dengan
rasa ingin dimiliki dan dicintai.

• Bahagia: Perasaan ini dihayati secara berbeda-beda oleh setiap individu. Bahagia muncul
karena remaja mampu menyesuaikan diri dengan baik pada suatu situasi, sukses dan
memperoleh keberhasilan yang lebih baik dari orang lain atau berasal dari terlepasnya energi
emosional dari situasi yang menimbulkan kegelisahan dirinya.

3. Perubahn Tubuh Pada Saat Terjadi Emosi

Terpesona : Reaksi elektris pada kulit.

Marah : Peredaran darah bertambah cepat.

Terkejut : Denyut jantung bertambah cepat.

Kecewa : Bernafas panjang

Cemas : Air liur mengering


Takut : Berdiri bulu roma

Tegang : Terganggu pencernaan, otot tegang dan bergetar.

4. Memelihara Emosi

Emosi sangat memegang peranan penting dalam kehidupan individu, akan memberi warna
kepada kepribadian, aktivitas serta penampilannya dan juga akan mempengaruhi
kesejahteraan dan kesehatan mentalnya. Agar kesejahteraan dan kesehatan mental ini tetap
terjaga, maka individu perlu melakukan beberapa usaha untuk memelihara emosi-emosinya
yang konstruktif. Dengan merujuk pada pemikiran James C. Coleman (Nana Syaodih
Sukmadinata, 2005), di bawah ini dikemukakan beberapa cara untuk memelihara emosi yang
konstruktif.

Bangkitkan rasa humor. Yang dimaksud rasa humor disini adalah rasa senang, rasa gembira,
rasa optimisme. Seseorang yang memiliki rasa humor tidak akan mudah putus asa, ia akan
bisa tertawa meskipun sedang menghadapi kesulitan.
Peliharalah selalu emosi-emosi yang positif, jauhkanlah emosi negatif. Dengan selalu
mengusahakan munculnya emosi positif, maka sedikit sekali kemungkinan individu akan
mengalami emosi negatif. Kalaupun ia menghayati emosi negatif, tetapi diusahakan yang
intensitasnya rendah, sehingga masih bernilai positif.
Senatiasa berorientasi kepada kenyataan. Kehidupan individu memiliki titik tolak dan sasaran
yang akan dicapai. Agar tidak bersifat negatif, sebaiknya individu selalu bertolak dari
kenyataan, apa yang dimiliki dan bisa dikerjakan, dan ditujukan kepada pencapaian sesuatu
tujuan yang nyata juga.
Kurangi dan hilangkan emosi yang negatif. Apabila individu telah terlanjur menghadapi
emosi yang negatif, segeralah berupaya untuk mengurangi dan menghilangkan emosi-emosi
tersebut. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui: pemahaman akan apa yang menimbulkan
emosi tersebut, pengembangan pola-pola tindakan atau respons emosional, mengadakan
pencurahan perasaan, dan pengikisan akan emosi-emosi yang kuat.

Anda mungkin juga menyukai