Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ADVERTISING DAN LINGKUNGAN SOSIAL

PERIKLANAN

Disusun Oleh :

1. Muhamad Najib Zamzami (1842620021)


2. Nadyla Devilla Amalia (1842620210)
3. Risfikha Dhela Elfyra (1842620205)
4. Riyas Ayu Niswaningtyas (1842620194)
5. Wahyu Eka Putry (1842620199)

3E

PROGRAM STUDY D-IV MANAJEMEN PEMASARAN

JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA

POLITEKNIK NEGERI MALANG

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Advertising dan Lingkungan Sosial”. Penulisan laporan ini merupakan
sebagai salah satu tugas mata kuliah Periklanan Program Studi Manajemen
Pemasaran Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Malang

Penulis menyadari kelemahan serta keterbatasan yang ada sehingga dalam


menyelesaikan makalah ini memperoleh bantuan dari berbagai pihak, dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan banyak terimakasih.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik isi
maupun susunannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis
juga bagi para pembaca.

Oktober 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.2 Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Dampak Ekonomi dari Advertising .................................................. 3
2.2 Dampak Sosial dari Advertising....................................................... 5
2.3 Etika dalam Advertising ................................................................... 10
BAB III KESIMPULAN ............................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Periklanan adalah sebuah bentuk informasi perusahaan melalui media massa yang
dibayar  untuk menarik perhatian konsumen dalam bentuk tulisan, gambar, film, atau
gabungan dari suatu unsur. Periklanan juga sebagai pembawa pesan titipan produsen
dan sebagai pihak yang memiliki kepentingan terhadap pencintraan produknya. Bagi
produseniklan bukan hanya sebagai alat promosi barang maupun jasa, melainkan juga
untuk menanamkan citra kepada konsumen. Orientasi pesan seringkali hanya
berpihak pada otoritas produsen, masyarakat hanya sekedar penerima, padahal
perencanaan komunikasi dan mengenai pihak yang nantinya menerima pesan adalah
hal yang penting bagi suatu komunikasi massa.

Dengan adanya periklanan akan menunjukkan ketertarikkan konsumen dalam


memilih produk itu melalui iklan yang telah dibuat oleh suatu perusahaan. Dalam
fungsinya, iklan seringkali mampu memfasilitasi fungsi infomasi, hiburan,
mempengaruhi, tapi banyak pula yang tidak memfasilitasi fungsi edukatif suatu
komunikasi.

Lingkungan sosial dalam periklanan sangat berpengaruh besar untuk konsumen,


karena dalam suatu iklan terdapat hal-hal yang dapat diterima oleh konsumen atau
tidak. Misalnya terdapat iklan yang berpengaruh negative dan positif untuk
konsumen. Lingkungan social dalam periklanan sangat mempengaruhi perkembangan
hidup secara langsung. Konsumen bisa dipengaruhi oleh lingkungan siosial melalui
iklan dari perusahaan. Apabila iklan yang dibuat berpengaruh baik maka konsumen
akan dipengaruhi hal-hal positif. Dan apabila iklan yang dibuat berpengaruh buruk
maka konsumen dipengaruhi hal-hal negative melalui iklan-iklan tersebut.

1
Lingkungan social dalam periklanan menunjukkan bahwa lingkungan adalah
factor penting untuk konsumen. Pengaruh social dapat bersifat individu dari iklan
lambat laun akan mengkristal secara kolektif perilaku masyarakat secara umum, dan
perilaku ini membentuk system nilai, gaya hidup, temasuk standar moral dan etika.

Seperti iklan rokok yang memiliki dampak buruk untuk anak-anak dibawah umur.
Dengan adanya iklan rokok tersebut lingkungan social bagi anak-anak akan semakin
meningkat dan dapat merugikan konsumen juga. Walaupun bagi perusahaan
berdampak baik dikarenakan periklanan yang dibuat dapat menarik banyak konsumen
tetapi iklan tersebut akan berdampak buruk untuk kesehatan konsumen dan anak-anak
dibawah umur yang juga tertarik akan menggunakan rook. Maka dari itu lingkungan
social peiklanan mempunyai batasan tertentu untuk membuat iklan yang dapat
merugikan konsumen dan perusahaan. Lingkungan social dalam periklanan sama
dengan lingkungan social dalam pemasaran yang mana sama dalam mempromosikan
atau memberi informasi yang signifikan kepada konsumen agar tertarik dengan
produk perusahaan tersebut tetapi juga melihat lingkungan dari para konsumen.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana dampak ekonomi advertising?
2. Bagaimana dampak sosial advertising?
3. Bagaimana etika dalam advertising?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui dampak ekonomi advertising.
2. Untuk Mengetahui dampak sosial advertising.
3. Untuk Mengetahui etika dalam advertising

2
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 DAMPAK EKONOMI DARI ADVERTISING

1. Iklan sebagai transaksi atau peristiwa ekonomi yang mampu mempengaruhi


kehidupan ekonomi masyarakat.

a. Iklan sebagai kegiatan jual beli (untuk menyampaikan pesan, pengiklan harus
membayar media yang dipilih).

b. Memberi keuntungan kepada agen iklan.

c. Membuka lapangan kerja.

d. Iklan menjadi salah satu bidang bisnis yang menjanjikan.

e. Industri periklanan menjadi salah satu pilihan kerja yang menjanjikan.

f. Seiring dicanangkannya industri kreatif, iklan menjadi salah satu profesi


bergengsi.

g. Saat krisis ekonomi 1998, industri periklanan merupakan satu-satunya industri


yang cepat keluar dari keterpurukan.

h. Data AC Nielsen: belanja iklan 2001 Rp 9,717 triliun à 2002 Rp 12 triliun


(ada kenaikan 200 % dari belanja iklan 1997). Fantastis!

i. Tahun 1997 ada 179 merek yang diiklankan di media utama nasional à Tahun
2000 ada 237 merek (Cakram, Juni 2000). Artinya kalangan industri masih
memberikan kepercayaan melakukan promosi produk melalui iklan.

j. Periklanan mendatangkan pajak besar bagi daerah.

3
2.  Dampak pesan yang ditimbulkan.

Beberapa dampak dalam bidang ekonomi dari periklanan antara lain;

a. Dampak terhadap produk

Kepercayaan terhadap produk meningkat dan memperkuat daya beli


konsumen sehingga pabriknya harus memproduksi lebih banyak lagi untuk
memenuhi selera konsumen. Selera ini menyangkut jumlah dan variasi mutu.

b. Dampak terhadap Media

Media akan mendapat keuntungan, karena pengiklan (melalui biro iklan)


memesan ruang dan waktu yang dimiliki oleh media untuk digunakan bagi
penyebaran pesan tentang produknya.

c. Dampak terhadap Perusahaan.

Dengan periklanan maka banyak orang mengenal nama pabrik, bagaimana


cara bekerjanya, kemajuan managemennya, siapa sebenarnya menjadi otak
dibalik kesuksesan, perkembangan perburuhan, teknologi yang digunakan.

d. Dampak terhadap para pesaing

Dengan adanya iklan suatu perusahaan akan mengakibatkan pabrik lain akan
berusaha memproduksi barang yang sejenis ataupun substitusi lainnya.

e. Dampak terhadap Konsumen.

Konsumen mempunyai pilihan yang lebih banyak dan bervariasi terhadap


produk yang sama maupun substitusi.

f. Dampak terhadap Bisnis dalam Masyarakat.

Iklan mengakibatkan terbentuknya suatu jaringan bisnis apakah itu jaringan


bisnis baru maupun memperluas jaringan bisnis yang lama. Semuanya
berdampak pada pemerataan pendapatan.

4
g. Dampak kepentingan Produksi Massal.
h. Dampak Terhadap Nilai suatu Produk

Periklanan mempunyai dampak terhadap nilai suatu produk karena:

 Periklanan dapat memperlihatkan pelbagai cara yang baru dalam


penggunaan suatu produk tertentu.
 Periklanan dapat menambah nilai yang lebih positip terhadap produk dan
gengsi serta derajat konsumen kalau konsumen selalu memakai produk
yang dianjurkan oleh iklan.
 Menambah nilai ekonomi untuk barang maupun jasa tertentu dalam
pandangan konsumen. Konsumen meletakkan barang/jasa tertentu
tersebut menjadi suatu kebutuhan yang mendesak yang harus dipenuhi
dalam suatu waktu tertentu.
i. Dampak pada Harga.

Periklanan juga berdampak pada harga barang/jasa. Karena periklanan


menambah nilai suatu produk maka dampak berikutnya adalah penambahan
biaya iklan untuk produk itu pada media. Dalam beberapa kasus ternyata
pengiklan suatu produk biasanya lebih murah daripada tidak
mengiklankannya sama sekali. Namun demikian biaya iklan tetap dibebankan
pada harga suatu produk yang pada akhirnya ditanggung oleh konsumen.

2. 2 DAMPAK SOSIAL DARI ADVERTISING

Di era globalisasi dan perkembangan teknologi yang semakin massif, berbagai


kajian membuktikan bahwa yang berperan besar membentuk gaya hidup: budaya citra
dan budaya cita rasa adalah gempuran iklan yang menawarkan gaya visual yang acap
kali mampu mempesona dan memabukkan. Iklan mempresentasikan gaya hidup
dengan menanamkan secara halus arti penting citra diri dalam tampil di hadapan

5
publik. Iklan juga mempengaruhi pilihan cita rasa yang kita buat, terutama ketika kita
terlibat dalam pergaulan dan relasi sosial dengan orang atau kelompok lain.

Iklan menciptakan pandangan masyarakat tentang barang yang diiklankan oleh


artis tertentu. Dengan iklan, seolah-seolah barang siapa yang menggunakan produk
tersebut maka akan seperti artis yang berada dalam iklan tersebut. Hal ini tentu
menyangkut banyak hal, seperti yang kita ketahui masyarakat selalu ingin mengikuti
idola mereka bahkan tidak hanya berkaitan dengan gaya hidup masyarakat populer
yang biasa direpresntisakan oleh artis-artis tertentu lebih jauh merambat ke hal-
halyang bersifat religius, tidak jarang tokoh-tokoh agama menjadi model iklan untuk
memasarkan produk tertentu sehingga masyarakat yang mengidolakan tokoh ini akan
mengikuti instruksinya sesuai dengan yang ada di iklan.Dengan kemampuannya,
iklan menciptakan simbol-simbol baru dalam masyarakat. Simbol kenyamanan,
kemewahan serta fantasi yang mampu masuk kedalam jiwa masyarakat. Tidak ada
yang mampu mengendalikan iklan sebagai bagiandari kehidupan manusia. Dengan
modal yang besar perusahaan-perusahaan besar mampu membuat pengaruh melalui
iklan dengan tujuan mempromosikan produk- produk yang mereka jual.Secara lebih
terperinci, karakteristik iklan yaitu:

Pertama, iklan cenderung terus-menerus berusaha memanupulasi cita rasa


konsumen dengan cara melebih-lebihkan, mendramatisasi, mensimplifikasi persoalan
dan menjanjikan seolah-olah semua persoalan dan kebutuhan konsumen akan teratasi
hanya dengan cara membeli produk yang diiklankan. Seorang yang berambut kusut
cukup dengan sekali karmas maka rambutnya akan berkilau. Orang yang kulitnya
hitam, maka hanya dengan memakai produk tertentu selama enam minggu kulitnya
dijamin akan putih bersinar. Contoh-contoh iklan seperti itu, jelas mendramatisasi
persoalan, karena dalam kenyataannya yang terjadi tentu tidak semudah sebagaimana
dijanjikan dalam iklan.

6
Kedua, iklan cenderung menggeser nilai guna menjadi nilai simbolis. Apapun
produk yang diiklankan dan apa kegunaan atau manfaat produk itu, dalam iklan
sering menjadi persoalan nomor dua, karena yang lebih ditonjolkan pada akhirnya
adalah nilai simbolisnya, yaitu bagaimana konsumen ketika menghadapi persoalan
atau situasi yang kurang lebih sama seperti yang ditampilkan dalam iklan, maka tanpa
berpikir panjang ia langsung ingat dengan apa yang dijanjikan dalam iklan dan
langsung mengkonsumsi produk induatri budaya yang ada di iklan. Ketika seorang
lapar, sementra keburu harus berangkat ke kantor atau ke sekolah, maka otomatis
dalam kepalanya akan berpikir minum susu kental merk tertentu sebagai pengganjal
perutnya seperti yang setiap hari dia lihat dalam iklan di televisi.

Ketiga, iklan pada dasarnya adalah agen sosialisasi dan imitasi. Melalui iklan,
konsumen disosialisasi dan diarahkan untuk mengembangkan perilaku imitative,
yaitu mencontoh apa yang dilakukan idola atau ikon budaya yang menjadi bintang
iklan. Jika seorang bintang iklan ditampilkan lebih suka memilih shampoo merk
tertentu, maka otomatis konsumen yang melihat iklan itu akan memilih produk yang
sama karena bintang pujaannya memilih produk itu. Logika iklan senantiasa
mengandalkan kekuatan bahasa atau kata-kata bernada sugestif, agitatif, sloganistis,
dan tidak jarang bombastis.

Keempat, iklan pada dasarnya adalah agen utama sekaligus instrument paling
efektif untuk memasyarakatkan ideology pasar. Seseorang yang tumbuh di tengah
gencar-gencarnya televise menayangkan iklan dan lingkungan di sekitarnya juga
penuh dengan poster serta baliho iklan, maka jangan heran jika dia akan tumbuh
menjadi seseorang yang konsumtif. Seorang konsumen yang tidak pernah puas hanya
membeli satu dua produk sesuai kebutuhan, tetapi menjadi orang yang senantiasa
haus untuk jalan-jalan ke mall, berbelanja dan tanpa berpikir panjang sangat mudah
menggesek kartu kreditnya untuk membayar barang-barang yang dikonsumsinya
karena diiming-imingi iklan.

7
3 dampak iklan secara umum bagi masyarakat :

 Iklan membentuk persepsi tertentu atas produk/jasa dan kemudian diterima


secara emosional dan mengganggap itu adalah hal yang benar. Contohnya
kebanyakan produk kecantikan menampilkan bintang iklan yang berkulit
putih, berambut lurus, dan masih banyak lagi. Lama kelamaan akan
membentuk persepsi publik bahwa orang cantik harus berkulit putih padahal
dimensi kecantikan itu relatif tergantung dari sudut pandang masyarakat. Itu
sendiri.
 Membuat masyarakat berperilaku konsumtif. Masyarakat dipengaruhi dengan
banyaknya iklan yang bermunculan baik di televisi maupun media massa
lainnya.Sehingga jumlah konsumsi mengalami peningkatan dan lebih parah
lagi pengeluaran menjadi membengkak.. Konsumen membeli bukan semata-
mata mereka butuh produk itu tetapi karena tergiur dengan iklan yang ada di
media.
 Iklan secara tidak langsung membentuk identitasi diri mereka sebagai manusia
modern.Melalui iklan, akan terbentuk sebuah identitas massal, serba sama
yang pasti akan membuat produknya tambah laku. Contohnya belum dianggap
keren kalau tidak memakai pomade yang diiklankan ditelevisi. Atau belum
dianggap kekinian jika tidak mengunakan smartphone yang
lagi ngetrend dipasaran.

Contoh :
1. Pembahasan mengenai pengaruh gaya hidup terhadap iklan bisa dilihat pada
fenomena selebriti endorser. Pada fenomena ini para selebriti memperlihatkan
gaya hidupnya sebagai percontohan gaya hidup yang dianggap perlu ditiru.
Selebriti endorse tersebut biasanya selebriti yang mempunyai brand image
yang selalu menjadi perhatian media.

8
Dengan ketenaran yang dimiliki selebriti tersebut kemudian oleh penyedia
iklan dijadikan bintang untuk mengendors produk-produk yang berhubungan
dengan gaya hidup selebriti tersebut. Sehingga akan berpengaruh pada
penonton yang melihat iklan tersebut bahwa gaya hidup yang baik adalah apa
yang sesuai ditampilkan oleh sang selebriti endorser tersebut. Misalnya
penampilan selebriti Agnes Monica pada iklan endorser sampo ZINC. Agnes
Monica terlihat sangat energik dan memberikan informasi yang baik terhadap
produk yang diiklanka, dan menarik konsumen untuk melihat iklan sampo
ZINC. Konsumen dapat terpenuhi informasi tentang produk sampo ZINC
dengan menonton iklan sampo ZINC yang diiklankan oleh Agnes Monica.
Agnes Monica dapat mempengaruhi iklan sampo ZINC kalau ingin sepertinya
yang energik sekaligus seksi dan elegan harus menggunakan sampo yang
sesuai dengan karakternya.

2. Iklan Lux

Sabun Lux merupakan merek sebuah produk sabun mandi yang sudah cukup
lama berada di Indonesia. Citra sabun Lux sudah terbangun sedemikian rupa
dengan dukungan seluruh materi komunikasi, salah satunya iklan. Sesuai
dengan posisi merek sabun Lux yaitu sabunnya para bintang. Hal ini yang
membedakan Lux dengan para kompetitor di kategori sabun mandi. Lux
selalu menggunakan model iklan perempuan cantik yang biasanya merupakan
selebriti atau aktris terkenal di Indonesia. Dengan menggunakan aktris atau
selebriti wanita terkenal memang memperkuat citra sabun Lux sebagai
sabunnya para bintang. Konsumen dibuai dengan janji tampil bak bintang jika
mereka memakai sabun Lux. Di sini pencitraan bekerja untuk sedemikian rupa
membujuk para target audiens (konsumen) mereka. Ada suatu persepsi bahwa
jika Anda (para wanita) memakai sabun Lux seakan-akan Anda naik
“peringkat” dari yang tadinya wanita biasa menjadi wanita yang “tidak biasa”

9
lagi alias bak bintang terkenal Pencitraan diperkuat dengan tampilan visual. Si
model berdandan dan berpenampilan glamor seperti bintang terkenal,
didukung dengan arahan fotografi dan pencahayaan yang artistik. Citra sabun
Lux sendiri sudah menjadi sebuah “ideologi” atau “identitas” yang menempel
kuat di benak konsumen mereka, sehingga para konsumen sabun Lux sudah
merasa bahwa mereka adalah bagian dari “ideologi” tersebut. Identitas
konsumen sabun Lux adalah mereka yang berpenampilan seperti layaknya
seorang artis atau bintang terkenal.

2. 3 ETIKA PERIKLANAN

Menurut KKBI, Etika adalah Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral.

Ciri-ciri iklan yang baik

a. Etis: berkaitan dengan kepantasan.

b. Estetis: berkaitan dengan kelayakan (target market, target audiennya, kapan


harus ditayangkan?).

c. Artistik: bernilai seni sehingga mengundang daya tarik khalayak.


Contoh Penerapan Etika

a. Iklan rokok: Tidak menampakkan secara eksplisit orang merokok.

b. Iklan pembalut wanita: Tidak memperlihatkan secara realistis dengan


memperlihatkan daerah kepribadian wanita tersebut

c. Iklan sabun mandi: Tidak dengan memperlihatkan orang mandi secara utuh.

10
ETIKA SECARA UMUM

a. Jujur : tidak memuat konten yang tidak sesuai dengan kondisi produk yang
diiklankan

b. Tidak memicu konflik SARA

c. Tidak mengandung pornografi

d. Tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.

e. Tidak melanggar etika bisnis, ex: saling menjatuhkan produk tertentu dan
sebagainya.

f. Tidak plagiat

ETIKA PARIWARA INDONESIA (EPI) (Disepakati Organisasi Periklanan dan


Media Massa, 2005). Berikut ini kutipan beberapa etika periklanan yang terdapat
dalam kitab EPI.

a. Tata Krama Isi Iklan:


1. Hak Cipta: Penggunaan materi yang bukan milik sendiri, harus atas ijin
tertulis dari pemilik atau pemegang merek yang sah.
2. Bahasa: (a) Iklan harus disajikan dalam bahasa yang bisa dipahami oleh
khalayak sasarannya, dan tidak menggunakan persandian (enkripsi)
yang dapat menimbulkan penafsiran selain dari yang dimaksudkan oleh
perancang pesan iklan tersebut. (b) Tidak boleh menggunakan kata-kata
superlatif seperti “paling”, “nomor satu”, ”top”, atau kata-kata
berawalan “ter“. (c) Penggunaan kata ”100%”, ”murni”, ”asli” untuk
menyatakan sesuatu kandungan harus dapat dibuktikan dengan
pernyataan tertulis dari otoritas terkait atau sumber yang otentik. (d)
Penggunaan kata ”halal” dalam iklan hanya dapat dilakukan oleh
produk-produk yang sudah memperoleh sertifikat resmi dari Majelis
Ulama Indonesia, atau lembaga yang berwenang.

11
3. Tanda Asteris (*): (a) Tanda asteris tidak boleh digunakan untuk
menyembunyikan, menyesatkan, membingungkan atau membohongi
khalayak tentang kualitas, kinerja, atau harga sebenarnya dari produk
yang diiklankan, ataupun tentang ketidaktersediaan sesuatu produk. (b)
Tanda asteris hanya boleh digunakan untuk memberi penjelasan lebih
rinci atau sumber dari sesuatu pernyataan yang bertanda tersebut.
4. Penggunaan Kata ”Satu-satunya”: Iklan tidak boleh menggunakan kata-
kata “satusatunya” atau yang bermakna sama, tanpa secara khas
menyebutkan dalam hal apa produk tersebut menjadi yang satu-satunya
dan hal tersebut harus dapat dibuktikan dan dipertanggungjawabkan.
5. Pemakaian Kata “Gratis”: Kata “gratis” atau kata lain yang bermakna
sama tidak boleh dicantumkan dalam iklan, bila ternyata konsumen
harus membayar biaya lain. Biaya pengiriman yang dikenakan kepada
konsumen juga harus dicantumkan dengan jelas.
6. Pencantum Harga: Jika harga sesuatu produk dicantumkan dalam iklan,
maka ia harus ditampakkan dengan jelas, sehingga konsumen
mengetahui apa yang akan diperolehnya dengan harga tersebut.
7. Garansi: Jika suatu iklan mencantumkan garansi atau jaminan atas mutu
suatu produk, maka dasar-dasar jaminannya harus dapat dipertanggung-
jawabkan.
8. Janji Pengembalian Uang (warranty): (a) Syarat-syarat pengembalian
uang tersebut harus dinyatakan secara jelas dan lengkap, antara lain
jenis kerusakan atau kekurangan yang dijamin, dan jangka waktu
berlakunya pengembalian uang. (b) Pengiklan wajib mengembalikan
uang konsumen sesuai janji yang telah diiklankannya.
9. Rasa Takut dan Takhayul: Iklan tidak boleh menimbulkan atau
mempermainkan rasa takut, maupun memanfaatkan kepercayaan orang
terhadap takhayul, kecuali untuk tujuan positif.

12
10. Kekerasan: Iklan tidak boleh – langsung maupun tidak langsung
-menampilkan adegan kekerasan yang merangsang atau memberi kesan
membenarkan terjadinya tindakan kekerasan.
11. Keselamatan: Iklan tidak boleh menampilkan adegan yang mengabaikan
segi-segi keselamatan, utamanya jika ia tidak berkaitan dengan produk
yang diiklankan.
12. Perlindungan Hak-hak Pribadi: Iklan tidak boleh menampilkan atau
melibatkan seseorang tanpa terlebih dahulu memperoleh persetujuan
dari yang bersangkutan, kecuali dalam penampilan yang bersifat massal,
atau sekadar sebagai latar, sepanjang penampilan tersebut tidak
merugikan yang bersangkutan.
13. Hiperbolisasi: Boleh dilakukan sepanjang ia semata-mata dimaksudkan
sebagai penarik perhatian atau humor yang secara sangat jelas
berlebihan atau tidak masuk akal, sehingga tidak menimbulkan salah
persepsi dari khalayak yang disasarnya.
14. Waktu Tenggang (elapse time): Iklan yang menampilkan adegan hasil
atau efek dari penggunaan produk dalam jangka waktu tertentu, harus
jelas mengungkapkan memadainya rentang waktu tersebut.
15. Penampilan Pangan: Iklan tidak boleh menampilkan penyia-nyiaan,
pemborosan, atau perlakuan yang tidak pantas lain terhadap makanan
atau minuman.
16. Penampilan Uang: (a) Penampilan dan perlakuan terhadap uang dalam
iklan haruslah sesuai dengan norma-norma kepatutan, dalam pengertian
tidak mengesankan pemujaan ataupun pelecehan yang berlebihan. (b)
Iklan tidak boleh menampilkan uang sedemikian rupa sehingga
merangsang orang untuk memperolehnya dengan cara-cara yang tidak
sah. (c) Iklan pada media cetak tidak boleh menampilkan uang dalam
format frontal dan skala 1:1, berwarna ataupun hitam-putih. (d)

13
Penampilan uang pada media visual harus disertai dengan tanda
“specimen” yang dapat terlihat Jelas.
17. Kesaksian Konsumen (testimony): (a) Pemberian kesaksian hanya dapat
dilakukan atas nama perorangan, bukan mewakili lembaga, kelompok,
golongan, atau masyarakat luas. (b) Kesaksian konsumen harus
merupakan kejadian yang benar-benar dialami, tanpa maksud untuk
melebih-lebihkannya. (c) Kesaksian konsumen harus dapat dibuktikan
dengan pernyataan tertulis yang ditanda tangani oleh konsumen tersebut.
(d) Identitas dan alamat pemberi kesaksian jika diminta oleh lembaga
penegak etika, harus dapat diberikan secara lengkap. Pemberi kesaksian
pun harus dapat dihubungi pada hari dan jam kantor biasa.
18. Anjuran (endorsement): (a) Pernyataan, klaim atau janji yang diberikan
harus terkait dengan kompetensi yang dimiliki oleh penganjur. (b)
Pemberian anjuran hanya dapat dilakukan oleh individu, tidak
diperbolehkan mewakili lembaga, kelompok, golongan, atau masyarakat
luas.
19. Perbandingan: (a) Perbandingan langsung dapat dilakukan, namun
hanya terhadap aspek-aspek teknis produk, dan dengan kriteria yang
tepat sama. (b) Jika perbandingan langsung menampilkan data riset,
maka metodologi, sumber dan waktu penelitiannya harus diungkapkan
secara jelas. Pengggunaan data riset tersebut harus sudah memperoleh
persetujuan atau verifikasi dari organisasi penyelenggara riset tersebut.
(c) Perbandingan tak langsung harus didasarkan pada kriteria yang tidak
menyesatkan khalayak.
20. Perbandingan Harga: Hanya dapat dilakukan terhadap efisiensi dan
kemanfaatan penggunaan produk, dan harus diserta dengan penjelasan
atau penalaran yang memadai.
21. Merendahkan: Iklan tidak boleh merendahkan produk pesaing secara
langsung maupun tidak langsung.

14
22. Peniruan: (a)  Iklan tidak boleh dengan sengaja meniru iklan produk
pesaing sedemikian rupa sehingga dapat merendahkan produk pesaing,
ataupun menyesatkan atau membingungkan khalayak. Peniruan tersebut
meliputi baik ide dasar, konsep atau alur cerita, setting, komposisi musik
maupun eksekusi. Dalam pengertian eksekusi termasuk model,
kemasan, bentuk merek, logo, judul atau subjudul, slogan, komposisi
huruf dan gambar, komposisi musik baik melodi maupun lirik, ikon atau
atribut khas lain, dan properti. (b) Iklan tidak boleh meniru ikon atau
atribut khas yang telah lebih dulu digunakan oleh sesuatu iklan produk
pesaing dan masih digunakan hingga kurun dua tahun terakhir.
23. Istilah Ilmiah dan Statistik: Iklan tidak boleh menyalahgunakan istilah-
istilah ilmiah dan statistik untuk menyesatkan khalayak, atau
menciptakan kesan yang berlebihan.
24. Ketiadaan Produk: Iklan hanya boleh dimediakan jika telah ada
kepastian tentang tersedianya produk yang diiklankan tersebut.
25. Ketaktersediaan Hadiah: Iklan tidak boleh menyatakan “selama
persediaan masih ada” atau kata-kata lain yang bermakna sama.
26. Pornografi dan Pornoaksi: Iklan tidak boleh mengeksploitasi erotisme
atau seksualitas dengan cara apa pun, dan untuk tujuan atau alasan apa
pun.
27. Khalayak Anak-anak: (a) Iklan yang ditujukan kepada khalayak
anakanak tidak boleh menampilkan hal-hal yang dapat mengganggu
atau merusak jasmani dan rohani mereka, memanfaatkan
kemudahpercayaan, kekurangpengalaman, atau kepolosan mereka. (b)
Film iklan yang ditujukan kepada, atau tampil pada segmen waktu
siaran khalayak anakanak dan menampilkan adegan kekerasan, aktivitas
seksual, bahasa yang tidak pantas, dan atau dialog yang sulit wajib
mencantumkan kata-kata “BimbinganOrangtua” atau simbol yang
bermakna sama.

15
 Tata Krama Ragam Iklan (EPI):

Ex: Iklan minuman keras maupun gerainya hanya boleh disiarkan di media nonmassa;
Iklan rokok tidak boleh dimuat pada media periklanan yang sasaran utama
khalayaknya berusia di bawah 17 tahun; dll.

 Tata Krama Pemeran Iklan (EPI)

Ex: Iklan tidak boleh memperlihatkan anak-anak dalam adegan-adegan yang


berbahaya ; Iklan tidak boleh melecehkan, mengeksploitasi, mengobyekkan, atau
mengornamenkan perempuansehingga memberi kesan yang merendahkan kodrat,
harkat, dan martabat mereka; dll.

 Tata Krama Wahana Iklan (EPI)

Ex: Iklan untuk berlangganan apa pun melalui SMS harus juga mencantumkan cara
untuk berhenti berlangganan secara jelas, mudah dan cepat; Iklan-iklan rokok dan
produk khusus dewasa hanya boleh disiarkan mulai pukul 21.30 hingga pukul 05.00
waktu setempat, dll.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Periklanan adalah komunikasi non individu, dengan sejumlah biaya, melalui


berbagai media yang dilakukan oleh perusahaan, lembaga non laba, serta individu-
individu. Periklanan bersifat menjangkau masyarakat luas, tidak pribadi tapi secara
langsung dengan audien (impersonal) dan dapat menyampaikan gagasan secara
menyakinkan dan menimbulkan efek yang ekspresif. Tujuan periklanan yang
terutama adalah menjual atau meningkatkan penjualan barang, jasa atau ide dan
kegiatan periklanan sering mengakibatkan terjadinya penjualan dengan segera,
meskipun banyak juga penjualan yang baru terjadi pada waktu mendatang

Lingkungan periklanan mempunyai kekuatan-kekuatan lingkungan yang


selalu berubah. Perubahan-perubahan dalam lingkungan perilkanan menciptakan
ketidakpastian,ancaman, dan peluang bagi para pengiklan. Meskipun masa depan
tidak dapat terlalu diperkirakan, para pengiklan mencoba meraba apa yang mungkin
terjadi. Peran periklanan dalam masyarakat bersifat kontroversial dan, seskali,
menghasilkan upaya pengekangan atau pelarangan periklanan produk atau kelompok
tertentu.

17
DAFTAR PUSTAKA

Gaffar, Abdul. Sihir iklan dalam Konsumsi Masyarakat Perkotaan. Jurnal Dinamika
Perkotaan JDP Universitas riau, Pengaruh Iklan terhadap Gaya Hidup dan Pengaruh
Gaya Hidup terhadap Iklan.

https://www.academia.edu/19971338/Iklan_Pengaruh_Iklan_terhadap_Gaya_
Hidup_dan_Pengaruh_Gaya_Hidup_terhadap_Iklan_ (Diakses Tanggal 1
Oktober 2020)

Hanafi, Irvan. 2015. Periklanan dan Lingkungan Sosial

https://sebastianhanafi.wordpress.com/2015/03/21/periklanan-dan-
lingkungan-sosial/ (Diakses Tanggal 1 Oktober 2020)

Badri, Muhammad. 2010. Iklan dan Lingkungan Sosial.

https://ruangdosen.wordpress.com/2010/04/04/iklan-dan-lingkungan-sosial/
(Diakses tanggal 29 September 2020)

Badri, Muhammad. 2010. Etika dalam Periklanan.

https://ruangdosen.wordpress.com/2010/04/04/etika-dalam-periklanan/
(Diakses tanggal 29 September 2020)

18

Anda mungkin juga menyukai