Anda di halaman 1dari 37

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA

PADA MATERI TRIGONOMETRI DI KELAS X


SMA NEGERI 1O AMBON

PROPOSAL

Oleh

NATALIA LATUMETEN

2016 – 42 - 018

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
202
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern dan mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan

memajukan daya pikir manusia (BSNP, 2006). Mengingat pentingnya matematika

dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemanfaatannya dalam kehidupan

sehari-hari membuat matematika menjadi objek vital yang harus ada dalam system

pendidikan di seluruh dunia.

Menurut Hudojo, sebagaimana dikutip oleh Asikin (2012: 10), matematika

berkenaan dengan ide, aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis

sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Sementara itu,

matematika menurut Johnson dan Rising, sebagaimana dikutip oleh Suherman, dkk

(1999: 17), adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, dan pembuktian yang logis.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, matematika merupakan sebuah alat

untuk mengembangkan cara berpikir, memiliki objek yang bersifat abstrak, memiliki

cara pemikiran deduktif, dan berhubungan dengan ide-ide struktual yang diatur dalam

sebuah struktur logika, maka dalam pembelajaran matematika harus dimulai dari

objek yang konkret agar objek matematika yang abstrak mudah dipahami. Untuk

itulah siswa harus dilatih memecahkan masalah sehari-hari yang dikaitkan dengan

situasi kehidupan nyata.


2

Pada tahun 2000, National Council of Teaching Mathematic (NCTM) menetapkan

lima standar kemampuan matematis yang harus dimiliki siswa, yaitu kemampuan

pemecahan masalah (problem solving), kemampuan komunikasi (communication),

kemampuan koneksi (connection), kemampuan penalaran (reasoning), dan

kemampuan representasi (representation) sehingga penelitian ini akan mengangkat

kemampuan pemecahan masalah sebagai ukuran prestasi akademik siswa. Hal ini

selaras dengan Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika (Litbang,

2007: 4), tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mata pelajaran matematika

adalah sebagai berikut.

(1).Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat

dalam pemecahan masalah.

(2).Menggunakan penalaran pada pola pikir dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika.

(3).Memecahkan masalah meliputi kemampuan memahami masalah, merancang

model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

(4).Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaaan atau masalah.

(5).Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,

serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.


3

Sesuai dengan poin nomor tiga, kemampuan pemecahan masalah merupakan salah

satu kemampuan yang penting dan wajib dimiliki siswa. Pentingnya kemampuan

pemecahan masalah juga diungkapkan oleh Branca, sebagaimana dikutip oleh Effendi

(2012: 2), bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah jantungnya matematika.

Kemampuan pemecahan masalah siswa memiliki keterkaitan dengan tahap

menyelesaikan masalah matematika. Menurut Polya (1973: 6), tahap pemecahan

masalah matematika meliputi: (1) memahami masalah, (2) membuat rencana

penyelesaian, (3) melaksanakan rencana, dan (4) melihat kembali. Hal ini

dimaksudkan supaya siswa lebih terampil dalam menyelesaikan masalah matematika,

yaitu terampil dalam menjalankan prosedur-prosedur dalam menyelesaikan masalah

secara cepat dan cermat seperti yang diungkapkan oleh Hudojo, sebagaimana dikutip

oleh Yuwono (2010: 40)

Berdasarkan hasil wawancara dengan seorang guru matematika diperoleh

presentase penguasaan materi soal matematika Ujian Nasional SMA/MA Tahun

Pelajaran 2018/20119 di SMA Negeri 10 Ambon sebagai berikut: materi geometri

dan trigonometri 52,31%, Kalkulus 54,14%, Logika Matematika, Statistik dan

Peluang 58,73%, dan Operasi Aljabar 66,15%. Terlihat bahwa penguasaan materi

geometri dan trigonometri paling rendah dibandingkan dengan penguasaan materi

yang lain, artinya penguasaan materi trigonometri di SMA Negeri 10 Ambon masih

kurang. Rata-rata nilai Ulangan Semester ganjil siswa kelas XI tahun pelajaran

2018/2019 adalah 53,75 berarti masih di bawah KKM (Ketuntasan Kriteria Minimal)

dan kemampuan menyelesaikan soal pada materi trigonometri masih lemah.


4

Berdasarkan uraian latar belakang, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada

Materi Trigonometri di Kelas X SMA Negeri 10 Ambon.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana kemampuan Pemecahan masalah matematika pada

materi trigonometri”?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi

trigonometri di kelas X SMA Negeri 10 Ambon.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, sebagai berikut:

1. Bagi peserta didik, yaitu peserta didik dapat mengetahui seberapa besar

kemampuan pemecahan masalah matematis yang dimilikinya dalam

pembelajaran matematika.

2. Bagi Guru, yaitu guru dapat mengetahui kemampuan pemecahan masalah

yang dimiliki oleh para peserta didik sehingga nantiya guru bisa mendesain
5

pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan pemecahan

masalah matematia peserta didiknya.

3. Bagi Sekolah, yaitu diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan

masukan dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan pembelajaran

matematika yang tepat demi terwujudnya kualitas lembaga pendidikan yang

lebih baik.

4. Bagi Pembaca, yaitu sebagai gambaran umum mengenai kemampuan

pemecahan masalah matematika.

5. Bagi Peneliti, yaitu sebagai pengembangan pengetahuan tentang penelitian

dalam pembelajaran matematika.

E.Penjelasan Istilah

Untuk meghindari kesalahpahaman atau kekeliruan dalam penafsiran, maka

peneliti membuat penjelasan istilah yang berkaitan dengan judul pada penelitian ini

sebagai berikut:

1.Masalah Matematika

Masalah matematika merupakan merupakan situasi yang terhalang karena belum

diberikannya algoritma dalam mencari solusi yang diberikan oleh guru kepada

siswa. Ada dua jenis masalah matematika, yaitu masalah yang bertujuan untuk

mencari nilai yang dicari dan masalah yang bertujuan untuk membuktikan suatu

pernyataan dalam matematika benar atau tidak benar.


6

2.Pemecahan masalah

Pemecahan masalah merupakan suatu usaha mencari jalan keluar atau solusi dari

suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan.

3.Kemampuan pemecahan masalah

Kemampuan pemecahan masalah adalah salah satu kompetensi yang dimiliki oleh

siswa dalam memahami suatu masalah kemudian siswa menemukan solusi untuk

menyelesaikan solusi dan menafsirkan solusi.

4.Trigonometri

Trigometri merupakan bagian dari ilmu matematika yang mempelajari tentang

hubungan antara suatu segita serta funsi dasar suatu segitiga yang muncul dari relasi

tersebut
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Masalah Matematika

Setiap persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat

sepenuhnya dikatakan masalah. Menurut Newell dan Simon, sebagaimana dikutip

oleh Darminto (2010: 24), masalah adalah suatu situasi dimana individu ingin

melakukan sesuatu tetapi tidak tahu cara atau tindakan yang diperlukan untuk

memperoleh apa yang dia inginkan. Hudojo, sebagaimana dikutip oleh Yuwono

(2010: 35), menyatakan bahwa sesuatu disebut masalah bagi siswa jika: (1)

pertanyaan yang dihadapkan kepada peserta didik harus dapat dimengerti oleh peserta

didik tersebut, namun pertanyaan itu harus merupakan tantangan baginya untuk

menjawab, dan (2) pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin

yang telah diketahui peserta didik.

Menurut Saad & Ghani (2008: 119), masalah matematika didefinisikan

sebagai situasi yang memiliki tujuan yang jelas tetapi berhadapan dengan halangan

akibat kurangnya algoritma yang diketahui untuk menguraikannya agar memperoleh

sebuah solusi. Sementara itu, Polya (1973: 154-155) menjelaskan masalah

matematika dalam dua jenis, yaitu masalah mencari (problem to find) dan masalah

membuktikan (problem to prove). Masalah mencari yaitu masalah yang bertujuan

untuk mencari, menentukan, atau mendapatkan nilai objek tertentu yang tidak

diketahui dalam soal dan memberi kondisi yang sesuai. Sedangkan masalah
8

membuktikan yaitu masalah dengan suatu prosedur untuk menentukan suatu

pernyataan benar atau tidak benar.

Berdasarkan pengertian mengenai masalah dan masalah matematika di atas

dapat disimpulkan bahwa masalah matematika merupakan merupakan situasi yang

terhalang karena belum diberikannya algoritma dalam mencari solusi yang dicari oleh

guru kepada siswa. Ada dua jenis masalah matematika, yaitu masalah yang bertujuan

untuk mencari nilai yang dicari dan masalah yang bertujuan untuk membuktikan

suatu pernyataan dalam matematika benar atau tidak benar.

B. Pemecahan Masalah Matematika

Masalah bagi seseorang belum tentu menjadi masalah bagi orang lain. Hal ini

dikarenakan adanya kemungkinan bahwa orang lain tersebut pernah mendapati dan

memecahkan masalah seperti seseorang tersebut. Suatu masalah yang datang pada

seseorang mengakibatkan orang tersebut agar setidaknya berusaha untuk

menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya. Sehingga dia harus menggunakan

berbagai cara seperti berpikir, mencoba, dan bertanya untuk menyelesaikan

masalahnya tersebut. Bahkan dalam hal ini, proses menyelesaikan masalah antara

satu orang dengan orang yang lain kemungkinan berbeda.

Menurut Saad & Ghani (2008: 120), pemecahan masalah adalah suatu proses

terencana yang perlu dilaksanakan agar memperoleh penyelesaian tertentu dari

sebuah masalah yang mungkin tidak didapat dengan segera. Polya (1973: 3)

mendefinisikan bahwa pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari

suatu kesulitan. Menurut Goldstein dan Levin sebagaimana dikutip oleh Rosdiana &
9

Misu (2013: 2), pemecahan masalah telah didefinisikan sebagai proses kognitif

tingkat tinggi yang memerlukan modulasidan kontrol lebih dari keterampilan rutin

atau dasar.

Branca, sebagaimana dikutip oleh Syaiful (2012: 37), mengungkapkan bahwa

(1) kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan umum pengajaran

matematika, bahkan sebagai jantungnya matematika; (2) pemecahan masalah meliputi

metode, prosedur, dan strategi merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum

matematika; dan (3) pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar

matematika. Pada saat memecahkan masalah matematika, siswa dihadapkan dengan

beberapa tantangan seperti kesulitan dalam memahami soal. Hal ini disebabkan

karena masalah yang dihadapi bukanlah masalah yang pernah dihadapi siswa

sebelumnya.

Menurut Polya (1973: 5), ada empat tahap pemecahan masalah yaitu; (1)

memahami masalah, (2) merencanakan pemecahan, (3) melaksanakan rencana, (4)

memeriksa kembali. Pemecahan masalah Polya dapat dilihat pada Gambar 2.1

berikut.
Understand the problems

Looking back Devise a plan

Carry out the plan

Gambar 2.1 Tahap Kemampuan Pemecahan Masalah (Polya, 1975: 3)


10

Menurut Polya (1973: 5-17), empat tahap pemecahan masalah Polya dirinci sebagai

berikut.

1. Memahami masalah (understand the problem)

Tahap pertama pada penyelesaian masalah adalah memahami soal. Siswa perlu

mengidentifikasi apa yang diketahui, apa saja yang ada, jumlah, hubungan dan

nilai-nilai yang terkait serta apa yang sedang mereka cari. Beberapa saran yang

dapat membantu siswa dalam memahami masalah yang kompleks: (1) memberikan

pertanyaan mengenai apa yang diketahui dan dicari, (2) menjelaskan masalah

sesuai dengan kalimat sendiri, (3) menghubungkannya dengan masalah lain yang

serupa, (4) fokus pada bagian yang penting dari masalah tersebut, (5)

mengembangkan model, dan (6) menggambar diagram.

2. Membuat rencana (devise a plan)

Siswa perlu mengidentifikasi operasi yang terlibat serta strategi yang diperlukan

untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Hal ini bisa dilakukan siswa dengan

cara seperti: (1) menebak, (2) mengembangkan sebuah model, (3) mensketsa

diagram, (4) menyederhanakan masalah, (5) mengidentifikasi pola, (6) membuat

tabel, (7) eksperimen dan simulasi, (8) bekerja terbalik, (9) menguji semua

kemungkinan, (10) mengidentifikasi sub-tujuan, (11) membuat analogi, dan (12)

mengurutkan data/informasi.

3. Melaksanakan rencana (carry out the plan)

Apa yang diterapkan jelaslah tergantung pada apa yang telah direncanakan

sebelumnya dan juga termasuk hal-hal berikut: (1) mengartikan informasi yang
11

diberikan ke dalam bentuk matematika; dan (2) melaksanakan strategi selama

proses dan penghitungan yang berlangsung. Secara umum pada tahap ini siswa

perlu mempertahankan rencana yang sudah dipilih. Jika semisal rencana tersebut

tidak bisa terlaksana, maka siswa dapat memilih cara atau rencana lain.

4. Melihat kembali (looking back)

Aspek-aspek berikut perlu diperhatikan ketika mengecek kembali langkah-langkah

yang sebelumnya terlibat dalam menyelesaikan masalah, yaitu: (1) mengecek

kembali semua informasi yang penting yang telah teridentifikasi; (2) mengecek

semua penghitungan yang sudah terlibat; (3) mempertimbangkan apakah solusinya

logis; (4) melihat alternatif penyelesaian yang lain; dan (5) membaca pertanyaan

kembali dan bertanya kepada diri sendiri apakah pertanyaannya sudah benar-benar

terjawab.

Selanjutnya, penelitian ini akan menggunakan tahap pemecahan masalah

Polya yang meliputi: (a) memahami masalah/understand the problem, (b) membuat

rencana penyelesaian/devise a plan, (c) melaksanakan rencana penyelesaian/carry out

the plan, dan (d) melihat kembali/looking back. Hal ini dimaksudkan supaya siswa

lebih terampil dalam menyelesaikan masalah matematika, yaitu terampil dalam

menjalankan prosedur-prosedur dalam menyelesaikan masalah secara cepat dan

cermat seperti yang diungkapkan oleh Hudojo sebagaimana dikutip oleh Yuwono

(2010: 40). Selain itu, menurut Saad & Ghani (2008: 121), tahap pemecahan masalah

menurut Polya juga digunakan secara luas di kurikulum matematika di dunia dan

merupakan tahap pemecahan masalah yang jelas.


12

Sementara itu, indikator dari tahap pemecahan masalah menurut Polya yang

dapat dijabarkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

NO Indikator Aspek
1. Memahami masalah a. Mengetahui apa saja yang diketahui
dan ditanyakan pada masalah
b. Menjelaskan masalah sesuai dengan
kalimat sendiri.
2. Membuat rencana a. Menyederhanakan masalah
b. Mampu membuat eksperimen dan simulasi
c. Mampu mencari subtujuan (hal-hal yang perlu
dicari sebelum menyelesaikan masalah)
d. Mengurutkan informasi
2. Melaksanakan rencana a. Mengartikan masalah yang diberikan dalam
bentuk kalimat matematika,
b. Melaksanakan strategi selama proses dan
penghitungan berlangsung.
3. Melihat kembali a. Mengecek semua informasi dan penghitungan
yang terlibat
b. Mempertimbangkan apakah solusinya logis
c. Melihat alternatif penyelesaian yang lain,
d. Membaca pertanyaan kembali
e. Bertanya kepada diri sendiri apakah pertanyaan
sudah terjawab.

C. Ruang Lingkup Materi

Materi Trigonometri sesuai dengan Kurikulum 2013 diajarkan pada kelas X

semester genap tahun ajaran 2019/2020. Berdasarkan Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2017 ruang lingkup pada materi trigonomeri

adalah sebagai berikut:


13

Tabel 2.2 Ruang Lingkup Materi

Kompetensi Dasar Indikator Materi


Merancang Model 1. Siswa dapat menunjukkan pemahaman masalah Trigonometri
matematika dari masalah dan memilih informasi yang relevan dalam
yang berkaitan dengan merumuskan model matematika, menentukan
perbandingan, fungsi, penyelesaian dari model matematika,
persamaan dan identitas memberikan tafsiran terhadap penyelesaian dari
trigonometri dari sudut di masalah yang berkaitan dengan aturan sinus
semua kuadran, dan yaitu menentukan jarak dua titik apabila
penafsirannya. diketahui besar dua dan panjang salah satu sisi
segitiga.

2. Siswa dapat menunjukkan pemahaman masalah


dan memilih informasi yang relevan dalam
merumuskan model matematika, menentukan
penyelesaian dari model matematika,
memberikan tafsiran terhadap penyelesaian dari
masalah yang berkaitan dengan aturan cosinus
yaitu menentukan panjang sisi segitiga apabila
diketahui panjang dua sisi yang lain dan besar
sudut yang mengapitnya, serta menentukan nilai
cosines sudut yang terbentuk apabila diketahui
panjang kedua sisi yang mengapit sudut
tersebut.

3. Siswa dapat menunjukkan pemahaman masalah


dan memilih informasi yang relevan dalam
merumuskan model matematika, menentukan
penyelesaian dari model matematika,
memberikan tafsiran terhadap penyelesaian dari
masalah yang berkaitan dengan luas segitiga.
D. Penelitian yang Relevan

1. Herlambang (2013) dengan penelitian tentang “Analisis Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa Tentang Bangun Datar Siswa

dengan Teori Van Hielle” diperoleh bahwa distribusi kemampuan

pemecahan masalah siswa merata mulai dari tingkat I, tingkat II, tingkat III,

dan tingkat IV. Tingkat I berarti siswa belum dapat memahami masalah,

menyusun rencana penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian, dan


14

memeriksa kembali hasil. Tingkat II berarti siswa sudah mampu memahami

masalah akan tetapi belum mampu menyusun rencana penyelesaian,

melaksanakan rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali hasil. Tingkat

III berarti siswa sudah mampu memahami masalah, menyusun rencana

penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian tetapi belum memeriksa

kembali hasil yang diperoleh. Tingkat IV berarti siswa sudah mampu

memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian masalah, melaksanakan

rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh.

E. Kerangka Pikir

Kemampuan pemecahan masalah termasuk salah satu standar dari lima

standar yang ditetapkan oleh NCTM. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan

pemecahan masalah adalah kemampuan yang penting yang harus dimiliki oleh

peserta didik agar proses kelancaran belajar matematika di sekolah dapat berjalan

dengan baik. Meskipun pemecahan masalah sangat penting, tetapi kemampuan

pemecahan masalah siswa masih kurang. Hal ini terlihat dari hasil PISA dan TIMSS,

hasil penelitian dan wawancara dengan salah satu guru matematika. Hasil PISA

((Programme for International Student Assesment) hanya 2,3% siswa mampu

menyelesaikan masalah yang rumit dan mampu merumuskan, dan

mengkomunikasikan hasil temuannya. Ini berarti presentase siswa yang mampu

memecahkan masalah dengan strategi dan prosedur yang benar masih sedikit jika

dibandingkan dengan presentase siswa yang menyelesaikan masalah dengan


15

menggunakan rumus. Berdasarkan penelitian dan juga wawancara dengan salah satu

guru matematika, diperoleh bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam

memecahkan masalah matematika. Siswa cenderung menggunakan rumus cepat dan

tidak melaksanakan prosedur pemecahan masalah dengan baik.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka peneliti ingin menganalisis

kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik pada materi trigonometri.

Peneliti menggunakan tes tertulis dalam bentuk uraian dan wawancara untuk

memperoleh data serta hasilnya disajikan dalam bentuk deskripsi. Kemudian setelah

proses tersebut selesai, maka akan diketahui kemampuan pemecahan masalah

matematis pada materi trigonometri.


16
17

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

kombinasi (Mixed Methods). Penelitian ini merupakan suatu langkah penelitian

dengan menggabungkan dua bentuk penelitian yang telah ada sebelumnya yaitu

penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Menurut pendapat Sugiyono (2013: 39)

menyatakan bahwa metode penelitian tidak dapat digabungkan karena padigmanya

berbeda. Tetapi dalam penelitian kuantitatif dapat menggabungkan penggunaan

teknik pengumpulan data (bukan metodenya), seperti penggunaan triangulasi pada

penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini juga menggunakan penelitian deskriptif,

dengan menggunakan statistika desrkriptif untuk mengolah data yang diperoleh dari

hasil penelitian.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat dan waktu penelitian dalam penelitian ini di atur sebagai berikut:

1. Tempat Penelitian. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 10

Ambon. Jalan Amanlanite.

2. Waktu Penelitian. Penelitian ini berlangsung setelah proposal ini di

seminarkan
18

C. Sumber Data dan Subjek Penelitian

1. Sumber Data

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X MIPA SMA Negeri 10 Ambon.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan purposive

sampling.Dimana proposive sampling merupakan teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel.Subjek

penelitian dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X MIPA 3 SMA

Negeri 10 Ambon dan subjek yang dipilih untuk diwawancarai yaitu

berdasarkan hasil tes kemampuan pemecahan masalah pada materi

trigonometri. Dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah, peserta didik

dikelompokan berdasarkan kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah,

dan sangat rendah serta pendapat guru terhadap subjek yaitu peserta didik

yang aktif saat proses belajar mengajar dan mampu berkomunikasi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian yang direncanakan ini

menggunakan beberapa cara/teknik yaitu tes dan wawancara:

1. Tes

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan representasi matematis peserta

didik berbentuk uraian, pemberian skor hasil tes peserta didik didasarkan

pada indicator yang akan dicapai. Soal tes diadaptasi dari buku Matematika

IPA untuk SMA/MA Kelas XII terbitan Erlangga tahun 2013.


19

2. Wawancara

Menurut Moleong (2007: 186) wawancara adalah percakapan dengan

maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (interviewer) yangmengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.. Dalam

penelian ini, wawancara digunakan sebagai teknik pendukung di samping

tes untuk memperoleh data secara langsung mengenai kemampuan siswa

dalam hal memecahkan masalah

3. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan dengan maksud untuk

mendokumentasikan hasil pekerjaan peserta didik dan kegiatan selama tes

berlangsung.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes

kemampuan pemecahan masalah matematis dan pedoman wawancara.

1. Tes

Materi yang digunakan untuk menyusun soal tes adalah materi aturan sinus

yang berbentuk soal uraian. Langkah-langkah pengembangan tes untuk mengukur

tingkat kemampuan pemecahan masalah sebagai berikut:

1.Menentukan bentuk soal yang digunakan yaitu soal uraian.

2.Menentukan banyaknya jumlah soal dan alokasi waktu untuk mengerjakan tes.
20

3.Menyusun kisi-kisi soal sesuai dengan indikator tujuan pembelajaran dan

indikator kemampuan pemecahan masalah.

4.Menyusun butir soal sesuai dengan kisi-kisi.

5. Mereview dan merevisi soal.

6. Membuat kunci jawaban soal dan pedoman penskoran

7. Melakukan validasi soal oleh dosen pembimbing.

8. Melakukan uji coba soal.

9.Menganalisis hasil uji coba soal, meliputi hal validitas, reliabilitas, daya

pembeda, dan taraf kesukaran.

10. Memperbaiki dan menetapkan soal berdasarkan hasil analisis uji coba soal.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan sebagai acuan dalam melakukan wawancara

kepada subjek penelitian setelah menyelesaikan soal tes kemampuan pemecahan

masalah yang diberikan. Pedoman wawancara ini bersifat semi terstruktur.

Wawancara semi terstruktur menurut Sugiyono (2010: 320) dalam pelaksanaannya

lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara

jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak

yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya.

F. Teknik Analisis Data

Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data

kuantitatif dan analisis data kualitatif.


21

1. Analisis data kuantitaf

Analisis data kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif

dengan menentukan ukuran dari data seperti nilai rata-rata (mean), nilai tengah

(median), dan nilai modus serta menentukan ukuran variabilitas data seperti jarak

(range), variansi (varian), dan simpangan baku (standar deviasi). Berikut disajikan

rumus yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini yang bersumber

(Triono, 2017).

a. Rata-rata (Mean)

X́ =
∑ f i Xi
∑ fi
b. Median
1
n−F
2
Me=b+ p ( )
fi
c. Modus
d1
Mo=b+ p ( )
d 1 +d 2

d. Range
R=Xmax− Xmin
e. Varian
2
2 ( ∑ f i xi )
2
∑ f i xi − n
s=
(n−1)
f. Standar Deviasi
22

√ 2 (∑ f x )
∑ f i x i − ni i
s=
(n−1)
g. Persentase rata-rata
Jumlah skor
Persentase rata-rata = × 100 %
Skor Maks /ideal

Untuk mengukur hasil belajar peserta didik dalam menggunakan kemampuan

pemecahan masalah matematis, dapat dilihat dari skor yang diperoleh peserta didik

dalam menyelesaikan soal tes kemampuan kemampuan pemecahan masalah

matematis. Skor kemampuan representasi matematis peserta didik adalah jumlah skor

yang diperoleh peserta didik pada saat menyelesaiakan soal tes kemampuan

representasi matematis.

Skor yang diperoleh


Skor akhir = × 100 (Payer, 2013:28)
Skor Maksimum

Dari hasil tes, kemampuan peserta didik kemudian di kategorikan

berdasarkan acuan PAP pada semua level, peneliti mengkategorikan data menjadi

lima kategori mutlak, yaitu: sangat tinggi; tinggi; sedang; rendah; dan sangat

rendahdengan interval yang diterjemahkan ke dalam kategori sebagai berikut:

Tabel 3.4 Penilaian Acuan Patokan

Interval Kategori
x ≥ 90 Sangat Tinggi
75≤ x< ¿90 Tinggi
60≤ x< ¿75 Sedang
40≤ x< ¿60 Rendah
x <¿40 Sangat Rendah
Sumber: (Ratumanan & Laurens, 2015: 171)
23

2. Analisis data kualitatif

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, mejabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh

diri sendiri maupun orang lain. (Sugiyono, 2014: 89). Teknik analisis data yang

akan digunakan di dalam penelitian ini adalah analisis sebelum di lapangan

analisis selama di lapangan Model Miles dan Huberman, yaitu antara lain:

a. Reduksi data

Reduksi data merupakan suatu proses menyeleksi, memfokuskan,

memusatkan dan menyederhanakansuatu satuan yaitu bagian terkecil yang

ditemukan dari data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan masalah

penelitian. Proses reduksi dilakukan dengan maksud untuk mengurangi data

yang tidak perlu. Pada tahap ini peneliti memeriksa hasil tes subjek untuk

memilih beberapa subjek yang akan diwawancarai.

b. Penyajian data

Merupakan suatu proses penyajian data secara terorganisir dan terstruktur dari

reduksi data sehingga memungkinkan peneliti dapat menarik kesimpulan.

Penyajian data dilakukan dalam bentuk teks naratif, tabulasi, dan

grafik.Penyajian dan pemaparan data dalam penelitian ini adalah tentang

kemampuan representasi matematis peserta didik secara keseluruhan maupun


24

kemampuan representasi matematis peserta didik meliputi representasi

simbol, gambar, dan grafik.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan suatu proses yang didasarkan pada data

yang telah diperoleh dalam reduksi data dan penyajian data kemudian

dirangkum dan dibuat kesimpulan.

G. Triangulasi Data

Triangulasi data dilakukan untuk mengetahui keabsahan data. Moleong (2012:

330) menyatakan bahwa triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan suatu hal lain untuk pengecekan atau sebagai pembanding data.

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi metode. Dengan

triangulasi metode berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang

berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama (Sugiyono, 2014: 89).

Triangulasi metode dilakukan dengan membandingkan data yang telah dikumpulkan,

yakni tes dan wawancara.


25
26

DAFTAR PUSTAKA

Asikin, M. 2012. Daspros Pembelajaran Matematika I. Semarang: Universitas


Negeri Semarang.
BSNP. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs. Jakarta: BSNP.

Darminto, B. P. 2010. Peningkatan Kreativitas Dan Pemecahan Masalah Bagi Calon


Guru Matematika Melalui Pembelajaran Model Treffinger.

Effendi, L. A. 2012. Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan


Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi dan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia, 13 (2) , 1-10.

Herlambang, 2013. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa


Kelas VII-A SMP Negeri 1 Kepahiang Tentang Bangun Datar Ditinjau
Dari Teori Van Hielle. Tesis. Bengkulu: PPS Universitas Bengkulu.

Moleong, L. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Payer. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Kartika XIII-1
Ambon pada Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat Melalui Model
Pembelajaran Interaktif dengan Setting Kooperatif

Polya, G. 1973. How to Solve it. New Jersey: Princeton University Press.
Ratumanan, T. G. 2015. Inovasi Pembelajaran. Yogyakarta : Ombak
Rosdiana & Misu, L. 2013. Pengembangan teori pembelajaran perilaku dalam
Kaitannya dengan kemampuan pemecahan masalah Matematik siswa di
SMA. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika FMIPA UNY. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Saad, N.S. & Ghani, A. S. 2008. Teaching Mathematics in Secondary School:


Theories and Practices. Perak: Universiti Pendidikan Sultan Idris.
27

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan E & D. Bandung:


Alfabeta Bandung.

.2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.


.2014. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Suherman, Erman dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: JICA-FPMIPA UPI.

Syaiful. 2012. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui


Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Edumatica, 2, (1), 36-44.

Yuwono, A. 2010. Profil Siswa SMA Dalam Memecahkan Masalah Matematika


Ditinjau dari Tipe Kepribadian. Tesis. Surakarta: PPS Universitas Sebelas
Maret
Lampiran 1

Kisi-Kisi Instrumen Tes

Mata Pelajaran : Matematika Bentuk Tes : Uraian


Satuan Pendidikan : SMA Banyak Soal: 3 butir soal
Kelas/Semester : X/Ganjil
Materi : Trigonometri
No Materi Uraian materi KEMAMPUAN INDIKATOR ASPEK NOMOR
YANG YANG SOAL
DIUJIKAN DIUKUR
1. Trigonometr Aturan sinus, Memecahkan 1. Siswa dapat menunjukkan pemahaman Pemecahan 1
i aturan permasalahan masalah dan memilih informasi yang Masalah
cosinus dan dalam kehidupan relevan dalam merumuskan model
luas segitiga. sehari-hari matematika, menentukan penyelesaian
dengan dari model matematika, memberikan
menggunakan tafsiran terhadap penyelesaian dari
aturan sinus. masalah yang berkaitan dengan aturan
sinus yaitu menentukan jarak dua titik
apabila diketahui besar dua dan panjang
salah satu sisi segitiga.

Memecahkan 2. Siswa dapat menunjukkan pemahaman Pemecahan 2


permasalahan masalah dan memilih informasi yang Masalah
dalam kehidupan relevan dalam merumuskan model
sehari-hari matematika, menentukan penyelesaian
dengan dari model matematika, memberikan
menggunakan tafsiran terhadap penyelesaian dari
aturan cosinus. masalah yang berkaitan dengan aturan
cosinus yaitu menentukan panjang sisi
segitiga apabila diketahui panjang dua sisi
yang lain dan besar sudut yang
mengapitnya, serta menentukan nilai
cosines sudut yang terbentuk apabila
diketahui panjang kedua sisi yang
mengapit sudut tersebut.

Memecahkan 3. Siswa dapat menunjukkan pemahaman Pemecahan 3


permasalahan masalah dan memilih informasi yang Masalah
dalam kehidupan relevan dalam merumuskan model
sehari-hari matematika, menentukan penyelesaian
dengan dari model matematika, memberikan
menggunakan tafsiran terhadap penyelesaian dari
luas segitiga. masalah yang berkaitan dengan luas
segitiga.

L-1
Lampiran 2

UJI VALIDITAS ISI INSTRUMEN TES

Mata Pelajaran : Matematika


Satuan Pendidikan : SMA
Kelas/Semester : X/Ganjil
Materi : Trigonometri
Petunjuk pengisian:

Untuk menguji validitas secara isi dari instrumen tes kemampuan pemecahan masalah
matematis, Bapak/Ibu diharapkan memberikan penilaiannya dengan memberi tanda
(√) pada kolom E: Esensial (soal tersebut sangat penting untuk mengukur
kemampuan pemecahan masalah matematis), TE: Tidak Esensial (soal tersebut
tidak terlalu penting untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah
matematis), atau TR: Tidak Relevan (soal tersebut tidak ada kaitannya dengan
kemampuan pemecahan masalah matematis).

Kompetensi Dasar Indikator Pembelajaran No.


Butir
Soal E TE TR

Merancang model 1.Siswa dapat menunjukkan pemahaman masalah dan 1


matematika dari memilih informasi yang relevan dalam merumuskan
masalah yang model matematika, menentukan penyelesaian dari
berkaitan dengan model matematika, memberikan tafsiran terhadap
perbandingan, fungsi, penyelesaian dari masalah yang berkaitan dengan
persamaan dan aturan sinus yaitu menentukan jarak dua titik
identitas trigonometri apabila diketahui besar dua dan panjang salah satu
dari sudut di semua sisi segitiga.
kuadran, dan
penafsirannya 2. Siswa dapat menunjukkan pemahaman masalah dan 2
memilih informasi yang relevan dalam merumuskan
model matematika, menentukan penyelesaian dari
model matematika, memberikan tafsiran terhadap
penyelesaian dari masalah yang berkaitan dengan
aturan cosinus yaitu menentukan panjang sisi
segitiga apabila diketahui panjang dua sisi yang lain
dan besar sudut yang mengapitnya, serta
menentukan nilai cosines sudut yang terbentuk
apabila diketahui panjang kedua sisi yang mengapit
sudut tersebut.

L-2
Kompetensi Dasar Indikator Pembelajaran No.
Butir
Soal E TE TR
Merancang model Siswa dapat menunjukkan pemahaman masalah dan 3
matematika dari memilih informasi yang relevan dalam merumuskan
masalah yang model matematika, menentukan penyelesaian dari
berkaitan dengan model matematika, memberikan tafsiran terhadap
perbandingan, fungsi, penyelesaian dari masalah yang berkaitan dengan luas
persamaan dan segitiga.
identitas trigonometri
dari sudut di semua
kuadran, dan
penafsirannya

Ambon, … .............. 2020

….……….………………….

L-3
Lampiran 3

Soal Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Mata Pelajaran : Matematika


Satuan Pendidikan : SMA
Kelas/Semester : X/Ganjil
Materi : Trigonometri
Alokasi Waktu : 80 Menit

Petunjuk pengerjaan soal:


1. Berdoa terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal-soal di bawah ini.
2. Tulislah identitas anda pada lembar jawaban yang telah disediakan
3. Bacalah dan kerjakan soal-soal di bawah ini dengan cermat. Jika pada soal di temui
hal-hal yang tidak dimengerti, maka silahkan di tanyakakan.
4. Kerjakanlah semua soal pada lembar yang telah disediakan dan dahuluakan
mengerjakan soal yang menurut anda mudah.
5. Kerjakan dengan menggunakan tulisan tangan tinta hitam.
6. Tulisan di upayakan dapat terbaca dengan jelas.

Selamat Bekerja.

1. Ana dan Ani sedang berkunjung ke Semarang, tidak lupa mereka mengunjungi
ikon kota Semarang yaitu Tugu Muda. Ana mengamati Puncak tugu muda (titik C)
dari Lawang Sewu (titik A) dan Ani mengamati dari Jalan Mgr Sugiopranoto (titik
B) yang letaknya segaris dengan bagian bawah tugu muda (titik N). Posisi Ana dan
Ani saat mengamati Tugu Muda ternyata membentuk segitiga (ABC). Jika jarak
titik A dan C sama dengan 200 m, besar sudut CBA = 45 , dan besar sudut BAC =
60 . Tentukan jarak puncak titik C dengan titik B!

L-4
2. Pak Bambang ingin membuat bangun berbentuk segitiga siku-siku dari tripleks,
misalkan segitiga siku-siku itu adalah ΔPQR (siku-siku di P), dengan besar sudut
R = 45°, panjang PR = 4√2 dm, dan panjang QR = 8 dm. Tentukanlah panjang PQ,
besar sudut P, dan besar sudut Q!
3. Tiga buah lingkaran saling bersinggungan satu sama lain dengan jari-jarinya
masing-masing sebesar 8 cm, 6 cm, dan 4 cm. Apabila dari masing-masing pusat
lingkaran dihubungkan satu sama lain, akan membentuk segitiga. Carilah luas
segitiga tersebut!

L-5
Lampiran 4

Jawaban Soal Instrumen Tes

NO PENYELESAIAN SKOR

1. Siswa menuliskan apa yang diketahui dan ditanya dari masalah yang diberikan. 2
Diketahui:
3
Ana mengamati Puncak tugu muda (titik C) dari Lawang Sewu (titik A) dan Ani
mengamati dari Jalan Mgr Sugiopranoto (titik B) yang letaknya segaris dengan bagian 4
bawah tugu muda (titik N). Posisi Ana dan Ani saat mengamati Tugu Muda ternyata 1
membentuk segitiga (ABC). Jika jarak titik A dan C sama dengan 200 m, besar sudut
CBA = 45 , dan besar sudut BAC = 60 .
Ditanya:
jarak puncak titik C dengan titik B
Jawab:
Ternyata, posisi antara Ana, Ani, dan puncak tugu muda membentuk segitiga.
Dengan menggunakan aturan sinus, maka jarak antara titik C dan B bisa ditentukan.
Siswa membuat ilustrasi gambar
∠CBA = 45
∠CAB = 60
Jarak titik C ke titik A = 200 m
Dengan menggunakan aturan sinus, diperoleh
CA CB
=
sin ∠CBA sin ∠CAB
200 CB
=
sin ∠CBA sin ∠CAB
200 CB
=
sin 45 ° sin 60°
200 CB
1 = 1
√2 √3
2 2
1 1
200 × √ 3 = CB × √ 2
2 2
200 √ 3 CB √ 2
=
2 2
200 √ 3 √ 2
CB = ×
√2 √2

L-6
CB = 100√ 6
Jadi, jarak antara titik C(puncak tugu muda) dengan titik B(Ani sebagai pengamat)
adalah 100√6 m.
NO PENYELESAIAN SKOR

2. Siswa menuliskan apa yang diketahui dan ditanya dari masalah yang diberikan. 2
Diketahui:
3
segitiga siku-siku ΔPQR (siku-siku di P), dengan besar sudut R = 45°,panjang PR =
4
4√2 dm, dan panjang QR = 8 dm.
Ditanya: 1
panjang PQ, besar sudut P, dan besar sudut Q
Jawab:
Unsur-unsur yang belum diketahui adalah ∠P , ∠Q dan panjang PQ.
Siswa membuat ilustrasi gambar
Mencari panjang PQ
Ternyata, diketahui panjang dua sisi dan besar sudut yang mengapit kedua sisi
tersebut, maka dengan menggunakan aturan cosinus dapat ditentukan panjang PQ (r).
Panjang p = 8 dm
Panjang q = 4√2 dm
∠R = 45°
Maka, r 2 + q 2 – 2 pq cos R
r 2= ( 8 ¿ ¿2 + ( 4 √ 2 ¿ ¿2 - 2 (8)( 4√2) cos 45°
1
r 2= ( 64)+ (32) −2 ×32 √2 × √ 2
2
2
r = 96-64
r 2= 32
r = 4√ 2
Mencari besar ∠P
Dengan menggunakan aturan cosinus, diperoleh:
q2 +r 2− p 2
Cos ∠P =
2qr
2
Cos ∠P = ( 4 √ 2) +¿ ¿
32+ 32−64
Cos ∠P =
64
0
Cos ∠P =
64
Cos ∠P = 0
∠P = 90
Mencari besar ∠Q
Karena ∠P sudah ditemukan, dan ∠R sudah diketahui, maka ∠Q dapat
dicari menggunakan:

L-7
∠P + ∠Q+∠R =180°
90°+∠Q + 45° = 180°
135° +¿∠Q = 180°
∠Q = 180° −¿135°=¿ 45°
Jadi, panjang PQ (r) = 4√2 dm , ∠P= 90° dan ∠Q = 45°.
NO PENYELESAIAN SKOR

3. Siswa menuliskan apa yang diketahui dan ditanya dari masalah yang diberikan. 2
Diketahui:
3
Tiga buah lingkaran saling bersinggungan satu sama lain dengan jari-jarinya
masing-masing sebesar 8 cm, 6 cm, dan 4 cm. Apabila dari masing- masing pusat 4
lingkaran dihubungkan satu sama lain, akan membentuk segitiga. 1
Ditanya:
luas segitiga yang terbentuk.
Jawab:
Siswa membuat ilustrasi gambar

Ternyata, terbentuk sebuah segitiga ABC.


Untuk memudahkan, siswa membuat rencana dengan eksperimen dan simulasi
membuat segitiga ABC.
Misalkan panjang AB = a, panjang AC = b, dan panjang BC = c.
AB = a = 4 + 6 = 10
AC = b = 6 + 8 = 14
BC = c = 4 + 8 = 12
Ternyata, panjang ketiga sisi dari segitiga telah ditemukan. Maka, untuk menentukan
luasnya menggunakan rumus
L= √ s ( s−a )( s−b ) (s−c )
S adalah setengah keliling ∆A𝐵𝐶
1
S = (a +b+c)
2
1
S = (10 +14+12)
2
1
S = (36)
2
S = 18
L= √ s ( s−a )( s−b ) ( s−c )
L= √ 18 ( 18−10 )( 18−14 ) (18−12)
L= √ 18 ( 8 ) ( 4 ) (6)

L-8
L= √ 3456
L=58,79

Jadi Luas segitiga yang terbentuk dari menghubungkan ketiga pusat lingkaran yang
bersinggungan diatas adalah 58,79 cm2 .

L-9

Anda mungkin juga menyukai