Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KEMUHAMMADIYAHAN

Dosen : Ust. Bambang Wahrudin, S.Pd.I., M.Pd

Oleh
Alfina Iswandari (19613279)

DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2020
1. Bagaimana hukum peringatan maulid Nabi Muhammad SAW dan Milad
Muhammadiyah?
Pada prinsipnya, Tim Fatwa belum pernah menemukan dalil tentang perintah
menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi saw, sementara itu belum pernah pula
menemukan dalil yang melarang penyelenggaraannya. Oleh sebab itu, perkara ini
termasuk dalam perkara ijtihadiyah dan tidak ada kewajiban sekaligus tidak ada
larangan untuk melaksanakannya. Apabila di suatu masyarakat Muslim memandang
perlu menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi saw tersebut, yang perlu
diperhatikan adalah agar jangan sampai melakukan perbuatan yang dilarang serta
harus atas dasar kemaslahatan.
Perbuatan yang dilarang di sini, misalnya adalah perbuatan-perbutan bid’ah
dan mengandung unsur syirik serta memuja-muja Nabi Muhammad saw secara
berlebihan, seperti membaca wirid-wirid atau bacaan-bacaan sejenis yang tidak jelas
sumber dan dalilnya.
Adapun yang dimaksud dengan kemaslahatan di sini, adalah peringatan
Maulid Nabi Muhammad saw yang dipandang perlu diselenggarakan tersebut harus
mengandung manfaat untuk kepentingan dakwah Islam, meningkatkan iman dan
taqwa serta mencintai dan meneladani sifat, perilaku, kepemimpinan dan perjuangan
Nabi Muhammad saw. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan cara
menyelenggarakan pengajian atau acara lain yang sejenis yang mengandung materi
kisah-kisah keteladanan Nabi saw.
Tentang Milad Muhammadiyah jika atas terselenggaranya dapat menghasilkan
kemaslahatan maka tidak mengapa.

2. Mengapa dalam niat sholat berjamaah Muhammadiyah tidak menganjurkan


niat dibaca secara jahr (nyaring/keras)?
Bila kamu hendak menjalankan shalat, maka bacalah: "Allahu Akbar" (1)
dengan ikhlas niyatmu karena Allah (2) seraya mengangkat kedua belah tanganmu
sejurus bahumu, mensejajarkan ibu jarimu pada daun telingamu (3).... DST.
Menilik firman Allah:"Dan tidaklah mereka diperintah melainkan supaya
menyembah kepada Allah dengan ikhlas kepadaNya daam menjalankan Agama". (al-
Bayyinah:6). Dan menurut hadis:"Sesungguhnya (shahnya) amal itu tergantung
kepada niyat." (Diriwayatkan oleh alBukhari dan Muslim)
Dari yang saya kutip dari himpunan putusan tarjih bahwasannya tatacara
sholat wajib adalah “dengan ikhlas niat karena allah” karena niat merupakan urusan
hati yang ditujukan kepada allah SWT.
3. Mengapa Muhammadiyah memilih “allahuma baa’id baini, wabaina...dst”
sebagai bacaan iftitah dalam shalat wajib?
MTT PP Muhammadiyah melalui mudarasah dan ijtihad jama’i (ijtihad
kolektif) memilih kedua alternatif doa tersebut di atas secara hirarkis. Artinya bahwa
alternatif pertama yaitu “Allahuma ba’id …” secara kualitas periwayatan lebih sahih
(hadis sahih riwayat al-Bukhari, Muslim dan lainnya dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu) dan lebih praktis (ringkas) dibandingkan dengan alternatif lainnya.

Doa ini biasa dibaca Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam shalat


fardhu. Doa ini adalah doa yang paling shahih diantara doa istiftah lainnya,
sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari (2/183).
4. Mengapa Muhammadiyah menentukan awal bulan dengan metode Hisab?
“Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah (idul fitri) karena
melihat hilal pula. Jika bulan terhalang oleh awan terhadapmu, maka genapkanlah
bilangan bulan Sya’ban tigapuluh hari” (HR Al Bukhari dan Muslim).

Hisab yang dipakai Muhammadiyah adalah hisab wujud al-hilal, yakni


metode menetapkan awal bulan baru yang menegaskan bahwa bulan Qamariah baru
dimulai apabila telah terpenuhi tiga parameter: telah terjadi konjungsi atau ijtimak,
ijtimak itu terjadi sebelum matahari terbenam, dan pada saat matahari terbenam bulan
berada di atas ufuk.

5. Mengapa dalam dzikir Hari Raya (Takbiran) Muhammadiyah menggunakan


lafadz takbir 2 kali, bukan 3 kali sebagaimana pada umumnya?
Menurut Muhammadiyah, lafadz takbir ’Ied yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah
saw adalah:
a. Lafadz takbir ‘Ied seperti disandarkan kepada Ibn Mas’ud, ‘Umar ibn al-Khattab
dan ‘Ali ibn Abi Thalib Artinya: “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tiada
Tuhan melainkan Allah dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar dan bagi Allah-
lah segala puji.” (berdasarkan hadits riwayat Ibn Abib Syaibah, Mushannaf,
tahqiq: Kamal al-Hut, juz 1 hlm 490 no. 5650, 5651, 5653. Ibn al-Mundzir, Al-
Awshat, juz 7, hlm 22 no: 223, hlm 23, 24, 25 no:224, 225, 226)

b. Lafadz takbir ‘Ied sesuai hadits riwayat Abdur Razaq dari Salman dengan sanad
yang shahih
6. Bagaimana hukum hutang puasa ramadhan dibayar bersamaan dengan puasa
sunah senin dan kamis dengan dua niat dalam satu kali puasa?
Harus diingat amalan wajib harus didahulukan dibanding dengan amalan sunnah
Maka dari itu puasa ramadhan perlu mengganti ketika ia berhutang puasa di bulan
ramadhan
7. Bagaimana hukum mengucapkan selamat hari raya Natal kepada non muslim
untuk perayaan Natal?
Fatwa Majelis Tarjih cetakan VI tahun 2003 halaman 209-210 sama dengan
fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang perayaan Natal.
Dia menerangkan, isi fatwa itu menyatakan umat Islam dibolehkan bekerja
sama dan bergaul dengan umat-umat agama dalam masalah keduniaan. Tapi tidak
boleh mencampuradukkan agama dengan akidah dan peribadatan agama lain seperti
meyakini Tuhan lebih dari satu, Tuhan mempunyai anak dan Isa Al Masih itu
anaknya. "Orang yang meyakininya dinyatakan kafir dan musyrik," kata dia
menegaskan. Poin pertama, Nurhakim menjelaskan, mengikuti perayaan Natal
bersama bagi umat Islam adalah haram hukumnya.
"Dalam konteks ini, perayaan Natal di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari
perkara akidah Kristen tentang ketuhanan Yesus," tegasnya.
Poin kedua, sambung dia, mengucapkan selamat Natal bagi muslim kepada
orang Kristen tidak usah dilakukan karena merupakan bagian dari perkara kegiatan
perayaan Natal.
Seruan ini agar umat Islam tidak terjerumus kepada perkara syubhat dan
melanggar larangan Allah. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk menjauhkan diri
dari hal yang syubhat dan larangan Allah serta mendahulukan menolak kerusakan
daripada menarik kemaslahatan.
"Jika kita mengucapkan selamat Natal berarti mengakui kelahiran Tuhan
Yesus. Ini bukan perkara toleransi. Toleransi itu, biarkan mereka merayakan sesuai
akidahnya, kita tidak usah ikut-ikut," ujarnya.
8. Bagaimana hukum memakan makanan sembelihan orang kristen?

Tentang hukum memakan sembelihan orang Kristen (Ahli Kitab), ada dua
pendapat. Pendapat pertama menghalalkan memakan sembelihan Ahli Kitab asal yang
disembelih itu adalah binatang yang halal dimakan. Mereka beralasan dengan firman
Allah yang Artinya: “Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan
(sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu
halal (pula) bagi mereka …” [QS. al-Maidah (5): 5].
Pendapat kedua menyatakan bahwa sembelihan Ahli Kitab itu haram dimakan.
Alasan mereka ialah Ahli Kitab sejak zaman Nabi saw telah menganut kepercayaan
syirik, tidak lagi percaya adanya Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana dinyatakan
dalam firman Allah SWT Yang Artinya: “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang
mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali
tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang
mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa
siksaan yang pedih.” [QS. al-Maidah (5): 73].
9. Bagaimana hukum nikah siri menurut Muahammadiyah?

Yang dipersoalkan adalah apakah pernikahan yang dirahasiakan, tidak


diketahui oleh orang lain sah atau tidak, karena nikahnya itu sendiri sudah memenuhi
unsur-unsur dan syarat-syaratnya.
Adapun nikah sirri yang dikenal oleh masyarakat Indonesia sekarang ini ialah
pernikahan yang dilakukan oleh wali atau wakil wali dan disaksikan oleh para saksi,
tetapi tidak dilakukan di hadapan Petugas Pencatat Nikah sebagai aparat resmi
pemerintah atau perkawinan yang tidak dicatatkan di Kantor Urusan Agama bagi
yang beragama Islam atau di Kantor Catatan Sipil bagi yang tidak beragama Islam,
sehingga dengan sendirinya tidak mempunyai Akta Nikah yang dikeluarkan oleh
pemerintah.

10. Bagaimana hukum bayi tabung dan Kloning menurut Muhammadiyah?

“Diriwayatkan dari Ruwaifi‘ bin Tsabit al-Anshari, ia berkata: Aku pernah beserta
Nabi saw waktu perang Hunain, beliau berdiri berkhutbah di antara kami, (antara lain)
beliau berkata: Tidak boleh bagi seorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir
menyiramkan air (mani)nya ke ladang orang lain.” [HR. Ahmad].
Dari hadis di atas dapat dipahami bahwa air mani seorang laki-laki hanyalah boleh
diletakkan atau ditumpahkan ke faraj isterinya, dilarang diletakkan atau ditumpahkan
ke faraj yang bukan isterinya yang tidak melakukan aqad nikah yang sah dengannya.
Metode kloning berbeda dengan pembuahan biasa. Pada pembuahan biasa sel
telur (ovum) perempuan memerlukan sperma yang ada pada laki-laki. Sedang pada
metode kloning tidak lagi memerlukan sperma laki-laki. Pada prinsipnya bayi klon
dibuat dengan mempersiapkan sel telur yang sudah diambil intinya kemudian difusi
(digabungkan menjadi satu) dengan sel donor yang merupakan sel dewasa dari suatu
organ tubuh. Difusi tersebut ditanamkan ke dalam rahim dan dibiarkan berkembang
dalam rahim sampai lahir. Berbeda dengan bayi tabung yang pembuahannya
memerlukan sel telur (ovum) dan sperma.
Menurut syariat Islam, kelahiran seorang manusia itu harus sesuai dengan
sunah Allah. Setiap manusia yang lahir itu dipersiapkan menjadi makhluk yang
terbaik dari makhluk Tuhan yang ada (QS. at-Tiin, 95:4), menjadi makhluk yang
dimuliakan Allah (QS. al-Isrā’, 17:70). Tujuan hidup manusia yang diciptakan Allah
itu ialah mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat nanti (QS. al-Baqarah,
2:201) dan menjadi khalifatullah di bumi (QS. al-Baqarah, 2:30).
Untuk mencapai tujuan hidupnya itu ia harus beribadat kepada Allah (QS. adz-
Dzariyat, 51:56), yaitu secara vertikal tunduk dan patuh menyembah Allah dan secara
horizontal beramal saleh kepada masyarakat, mengelola dan menjaga alam dari
kerusakan. Dari keterangan di atas maka Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran
Islam menetapkan bahwa sistem kloning yang dilakukan untuk manusia hukumnya
adalah haram.

Anda mungkin juga menyukai