Anda di halaman 1dari 18

1

MAKALAH
FISIOLOGI SEL
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi dalam praktik kebidanan
Dosen pengampu : Ns Lia Komalasari, S.Kep, MM

DISUSUN OLEH :
SOPHIE YASMINE
TIA FANY

JALUM I B
KELOMPOK 1

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


PRODI KEBIDANAN KARAWANG
2019/2020
2

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kenikmatan berupa
kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Fisiologi Sel ini
dengan baik dan tepat waktu. Tanpa nikmat dan karunia-Nya, tentu kami tidak akan mampu
untuk menyelesaikan makalah tentang Fisiologi Sel ini dengan baik.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pengampu ibu Ns Lia Komalasari, S.Kep,
MM. Terima kasih kami ucapkan juga kepada sumber – sumber yang telah membantu kami
untuk mendapatkan informasi sehingga kami dapat membuat makalah ini dengan baik dan
jelas.
Besar harapan kami agar kelak makalah mengenai Fisiologi Sel ini akan bermanfaat
bagi pembaca, dalam rangka perbaikan selanjutnya, kami akan terbuka terhadap saran dan
masukan dari semua pihak karena kami menyadari makalah yang telah disusun ini memiliki
banyak sekali kekurangan.
Karawang, 20 Juli 2019

Penyusun
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................2


DAFTAR ISI .............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG ..........................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH .....................................................................................................4
C. TUJUAN ...............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................................5
A. STRUKTUR FISIK SEL ......................................................................................................5
B. STRUKTUR MEMBRAN SEL ...........................................................................................5
C. SITOPLASMA DAN ORGANELNYA ...............................................................................9
D. INTI ....................................................................................................................................11
E. SISTEM FUNGSIONAL SEL ............................................................................................12
F. PENELANAN DAN PENCERNAAN OLEH SEL ...........................................................12
G. ORGAN PENCERNAAN SEL – LISOSOM ....................................................................14
H. EKSTRAKSI ENERGI DARI ZAT GIZI – FUNGSI MITOKONDRIA ..........................15
BAB III PENUTUP .................................................................................................................16
A. KESIMPULAN ..................................................................................................................16
B. SARAN ...............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................17
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Fisiologi atau ilmu faal (dibaca fa-al) adalah salah satu dari cabang-cabang
biologi yang mempelajari berlangsungnya sistem kehidupan. Istilah "fisiologi"
dipinjam dari bahasa Belanda, physiologie, yang dibentuk dari dua kata Yunani Kuno:
φύσις, physis, berarti "asal-usul" atau "hakikat" dan λογία, logia, yang berarti
"kajian". Istilah "faal" diambil dari bahasa Arab, berarti "pertanda", "fungsi", "kerja".
Fisiologi menggunakan berbagai metode untuk mempelajari biomolekul, sel,
jaringan, organ, sistem organ, dan organisme secara keseluruhan menjalankan fungsi
fisik dan kimiawinya untuk mendukung kehidupan. Fisiologi merupakan salah satu
bidang ilmu yang menjadi objek pemberian Penghargaan Nobel (Penghargaan Nobel
dalam Fisiologi atau Kedokteran).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana struktur fisik sel?


2. Apa saja fungsi dari seluruh macam membran sel?

C. TUJUAN

Untuk mengetahui struktur fisik sel secara benar dan mengetahui fungsi –
fungsi dari setiap organel sel. Setiap organ sel mempunyai peran dan fungsinya
masing – masing yang satu sama lain saling berhubungan.
5

BAB II
PEMBAHASAN

A. STRUKTUR FISIK SEL

Sel bukan hanya merupakan suatu kantong cairan ,enzim dan zat kimia ; sel
juga mengandung struktur fisik yang sangat terorganisasi yang dinamakan organel,
yang pentingnya dengan fungsi sel sebagai unsur - unsur kimia sel. Misalnya, tanpa
salah satu organel, mitokondria, lebih dari 95% energi yang disediakan sel akan
terhenti dengan segera. Beberapa organel sel yang penting adalah membran sel,
membran inti, retikulum endoplasma, mitokondria, dan lisosom.

B. STRUKTUR MEMBRAN SEL

Pada hakikatnya semua struktur fisik sel dibatasi oleh membran yang terutama
terdiri dari lipid dan protein. Lipid merupakan suatu sawar yang mencegah gerakan
bebas air dan senyawa larut air dari satu ruangan sel ke lainnya. Di pihak lain molekul
protein memotong kontinuitas sawar lipid sehingga memberikan jalan untuk lewatnya
berbagai senyawa melalui membran ini. Berbagai membran meliputi membran sel,
membran inti, membran retikulum endoplasma, dan membran mitokondria, lisosom,
kompleks Golgi dan sebagainya.

1. Membran Sel

Membran sel, yang meliputi seluruh sel, merupakan struktur elastis yang sangat tipis,
tebalnya hanya 7,5 sampai 10 nanometer. Ia hampir seluruhnya terdiri dari protein dan lipid,
susunannya kira - kira 55% protein, 25% fosfolipid, 13% kolestrol, 4% lipid lain, dan 3%
karbohidrat .

2. Sawar Lipid Membran Sel

Struktur dasar membran sel adalah lipid berlapis ganda yang merupakan selaput tipis
lipid yang tebalnya hanya dua molekul yang secara kontinu meliputi seluruh permukaan sel.
Di sela – sela selaput lipid yang tipis ini terdapat molekul protein globular yang besar.
6

Lipid berlapis ganda hampir seluruhnya terdiri dari fosfolipid dan kolestrol. Lapisan
ini hampir tak permeabel sama sekali terhadap air dan zat - zat yang larut dalam air seperti
ion, glukosa, urea, dan lain - lain. Sebaliknya, zat yang larut dalam lemak, seperti oksigen,
karbondioksida, dan alkohol dapat menembus bagian membran inti.
Gambaran khusus lipid berlapis ganda adalah adalah lipid cairan bukan padat. Oleh
karena itu, bagian membran yang benar - benar dapat mengalir dari suatu tempat ketempat
lain dalam membran. Protein atau zat-zat lain yang larut atau terapung pada lipid berlapis
ganda cenderung berdifusi kesemua bagian membran sel .

3. Protein Membran Sel

Massa globulin yang terapung pada lipid berlapis ganda adalah protein sel, sebagian
besar adalah glikoprotein.Terdapat dua jenis protein : protein integral yang menonjol ke
dalam sel dan protein perifer yang hanya melekat pada permukaan membran dan tidak
menembus membran. Protein integral memberikan lintasan struktural tempat air dan zat yang
larut dalam air, khususnya ion, dapat berdifusi antara cairan ekstrasel dan intrasel. Akan
tetapi, protein ini mempunyai sifat selektif yang menyebabkan difusi beberapa zat lebih
mudah dari pada zat lain, sebagian dari mereka dapat juga bekerja sebagai enzim.
Protein perifer terdapat seluruhnya atau hampir seluruhnya pada bagian dalam
membran, dan dalam keadaan normal mereka melekat pada salah satu protein integral.
Protein perifer ini hampir seluruhnya berfungsi sebagai enzim.

4. Karbohidrat Membran

Karbohidrat membran hampir seluruhnya terdapat pada bagian luar membran; mereka
merupakan bagian ”gliko” dari molekul glikoprotein yang menonjol. Gugusan karbohidrat ini
merupakan bagian membran sel yang ikut serta dalam reaksi kekebalan dan mereka sering
berperanan sebagai zat reseptor untuk mengikat hormon seperti insulin, yang merangsang
aktivitas spesifik dalam sel.
7

5. Membran Inti

Tiap – tiap membran hampir identik dengan membran sel, mempunyai struktur dasar
lipid berlapis ganda dengan protein globular terapung pada cairan lipid. Pada banyak tempat,
kedua membran bersatu sama lain, dan pada tempat ini membran inti demikian permeabel
sehingga hampir semua zat yang larut atau tersuspensi, termasuk yang sangat besar, ribosom
yang baru dibentuk, dapat bergerak dengan mudah antara cairan inti dan sitoplasma.

6. Retikulum Endoplasma

Sitoplasma mengandung struktur berupa jala – jala kontinu yang bersifat tubular dan
vesikular, membentuk membran lipid berlapis ganda – protein, dinamakan retikulum
endoplasma. Luas total permukaan struktur ini pada beberapa sel – sel hati, misalnya – dapat
seluas 30 sampai 40 kali luas membran sel. Ruang di dalam tubulus dan vesikel terisi oleh
matriks endoplasmik, suatu medium cairan yang berbeda dengan cairan di luar retikulum
endoplasma. Mikrograf elektron memperlihatkan bahwa ruangan di dalam retikulum
endoplasma dihubungkan dengan ruangan di antara dua membran dari membran inti ganda.
Zat – zat yang dibentuk pada berbagai bagian sel masuk ke dalam ruang retikulum
endoplasma ini dan kemudian diteruskan ke bagian – bagian sel lainnya. Juga sebagian besar
permukaan retikulum maupun banyak sistem enzimnya merupakan miosin bagi sebagia besar
fungsi metabolik sel ini.
8

7. Ribosom dan Retikulum Endoplasma Granular

Yang melekat pada permukaan luar banyak bagian retikulum endoplasma adalah
banyak partikel granular kecil yang dinamakan ribosom. Bila terdapat ribosom, retikulum
sering dinamakan retikulum endoplasma granular. Ribosom terutama terdiri dari asam
ribonukleat yang berfungsi dalam sintesis protein dalam sel.

8. Retikulum Endoplasma Agranular

Bagian retikulum endoplasma yang tidak berikatan dengan ribosom. Bagian ini
dinamakan retikulum endoplasma agranular atau halus. Retikulum agranular berfungsi untuk
sintesis zat lipid dan pada banyak proses enzimatik sel.

9. Kompleks Golgi

Kompleks Golgi, berhubungan dengan retikulum endoplasma. Ia mempunyai


membran yang sama seperti membran retikulum endoplasma agranular. Biasanya terdiri dari
empat atau lebih tumpukan lapisan vesikel yang tipis rata dan terletak dekat nukleus.
Kompleks ini lebih menonjol dalam sel sekresi; di sini ia terletak pada sisi sel tempat
senyawa sekresi akan didorong keluar.
9

Fungsi kompleks golgi terutama berhubungan dengan retikulum endoplasma. Vesikel


transpor yang kecil secara terus menerus tercomot dari retikulum endoplasma dan segera
bersatu dengan kompleks Golgi. Pernyataan ini senyawa ditranspor dari retikulum
endoplasma ke kompleks Golgi. Zat yang ditranspor kemudian diproses dalam kompleks
Golgi membentuk vesikel sekretoris, lisosom, atau unsur sitoplasma lainnya.

C. SITOPLASMA DAN ORGANELNYA

Sitoplasma terisi oleh partikel dan organel kecil dan besar yang tersebar, yang
ukurannya berkisar dari beberapa nanometer sampai 3 mikron. Bagian cairan yang jernih dan
sitoplasma tempat partikel - partikel tersebar, dinamakan hialoplasma. Hialoplasma terutama
mengandung protein yang terlarut, elektrolit, glukosa, dan dalam jumlah sedikit fosfolipid,
kolesterol dan asam lemak teresterifikasi.
Diantara partikel partikelnya besar yang tersebar dalam sitoplasma adalah butir - butir
lemak netral, granula glikogen, ribosom, granula sekresi dan dua organel yang sangat penting
- mitokondria dan lisosom - yang dibicarakan di bawah.

1. Mitokondria
Mitokondria dinamakan “pusat tenaga “ bagi sel karena mitokondria menyaring
energi dari zat gizi dan oksigen dan selanjutnya menyediakan sebangian besar energi yang
diperlukan di semua bagian sel untuk melakukan fungsi sel. Jumlah mitokondria dalam setiap
sel berbeda - beda dari beberapa puluh sampai beribu - ribu, tergantung pada jumlah energi
yang diperlukan oleh setiap sel. Selanjutnya, mitokondria dikonsentrasikan pada bagian sel
ini yang bertanggung jawab atas sebagian besar metabolisme energinya.
Struktur dasar mitokondria dilukiskan pada gambar, yang menunjukan terutama
terdiri dari dua lapisan membrane lipid dua lapis protein; membrane luar dan membrane
dalam. Banyak lipatan ke dalam membrane dalam membentuk rak tempat melekat enzim-
enzim oksidatif sel. Selain itu, rongga dalam mitokondria terisi oleh matriks agar - agar yang
mengandung banyak enzim terlarut yang penting untuk menyaring energi dari zat gizi. Enzim
- enzim ini bekerja dalam hubungannya dengan rak ini untuk menyabkan oksidasi zat gizi,
karena itu membentuk karbondioksida dan air. Energi yang dilepaskan digunakan untuk
sintetis zat - zat berenang tinggi yang dinamakan adenosin trifosfat (ATP). ATP kemudian
ditransport keluar mitokondria, dan berdifusi ke seluruh sel untuk melepaskan energinya
10

bilamana diperlukan untuk melakukan fungsi sel. Fungsi ATP demikian pentingnya pada sel
dan akan dibicarakan secara mendalam dalam bab selanjutnya.
Mitokondria mungkin mengadakan replikasi sendiri, berarti bahwa satu mitokondria
mungkin dapat membentuk mitokondria kedua, ketiga dan seterusnya, bilamana dibutuhkan
dalam sel untuk menambah jumlah ATP.

2. Lisosom
Lisosom menghasilkan sistem pencernaan intra sel yang memungkinkan sel
mencernakan, dan karena itu membuang zat - zat dan struktur yang tidak diinginkan,
khususnya struktur yang rusak atau asing, seperti bakteri. Lisosom, dilukiskan dalam gambar,
garis tengahnya 250-750 milimikron, dan dikelilingi oleh membran lipid dua lapis yang khas.
Ia terisi oleh banyak granula kecil yang merupakan kumpulan protein enzim - enzim
hidrolitik (pencernaan). Enzim hidrolitik mampu memecahkan senyawa organik menjadi dua
bagian atau lebih dengan mengikatkan hydrogen dengan molekul air dengan bagian senyawa
tersebut dan dengan mengikatkan bagian hidroksil molekul air dengan bagian lain senyawa
ini, misalnya, protein dihidrolisis menjadi asam - asam amino, dan glikogen dihidrolisis
membentuk glukosa. Lebih dari 40 jenis hidrolase asam telah ditemukan dalam lisosom, dan
zat utama yang dicernakan adalah protein, asam nukleat, mukopolisakarida, hipid dan
glikogen.
Biasanya membran sekitar lisosom mencegah enzim hidrolitik yang tertutup ini
berhubungan dengan zat lain dalam sel. Akan tetapi, banyak keadaan sel yang akan
memecahkan membrane beberapa lisosom, memungkinkan pengeluaran enzim. Enzim ini
kemudian memecahkan zat - zat organik yang berhubungan dengannya menjadi zat - zat
kecil, yang sangat mudah difusi seperti asam amino dan glukosa. Beberapa fungsi lisosom
yang lebih spesifik dibicarakan kemudian dalam bab ini .

3. Struktur Organel dan Sitoplasma Lainnya


Sitoplasma tiap - tiap sel mengandung dua pasang sentriol, yang merupakan struktur
silindris kecil yang memegang peranan penting pada pembelahan sel, seperti yang akan
dibicarakan dalam bab 3. Juga sebagian besar sel mengandung tetesan - tetesan lipid yang
kecil dan granula glikogen yang memegang peranan penting pada metabolisme energi sel. Sel
- sel tertentu mengandung struktur yang sangat khusus seperti silia dari sel - sel bersilia yang
sebenarnya merupakan pertumbuhan sitoplasma keluar, dan miofibril sel - sel otot. Semua
struktur khusus ini dibicarakan secara mendalam berbagai bagian dalam buku ini.
11

D. INTI

Inti adalah pusat pengawasan sel. Ia mengawasi reaksi - reaksi kimia yang terjadi
dalam sel dan reproduksi sel. Singkatnya, inti mengandung asam deoksiribonukleat dalam
jumlah yang besar, yang telah kita namakan gen selama bertahun - tahun . Gen menentukan
sifat - sifat protein enzim sitoplasma, dan dengan jalan ini mengawasi aktivitas sitoplasma.
Untuk mengawasi reproduksi, mula - mula gen membelah dirinya sendiri, dan setelah itu
diikuti oleh pembelahan sel dengan proses khusus yang dinamakan mitosis untuk membentuk
dua sel anak. Tiap - tiap sel anak menerima satu dari dua pasang gen. Aktivitas inti ini
dibicarakan secara mendalam dalam bab berikutnya.
Bentuk inti ini dibawah mikroskop tidak memberikan banyak petunjuk bagi
mekanisme yang dilakukan dalam mengawasi aktivitasnya. Gambar mikroskop cahaya inti
dalam fase (masa antara mitosis), menunjukkan zat kromatin yang berwarna gelap diseluruh
getah inti. Selama mitosis, kromatin mudah ditemukan sebagai bagian dari struktur
kromosom yang mudah dapat dilihat dengan mikroskop cahaya. Walaupun selama interfase
aktivitas seluler, kromatin tetap terorganisasi menjadi struktur fibril kromosom, tetapi tidak
mungkin melihatnya kecuali pada beberapa jenis sel.
Nukleoli. Inti dari banyak sel mengandung satu atau lebih struktur berwarna cerah,
yang dinamakan nukleoli. Nukleoulus adalah struktur protein sederhana yang mengandung
asam ribonukleat dalam jumlah besar, sejenis seperti yang ditemukan pada ribosom.
Nukleoulus sangat membesar bila sel secara aktif mensintesis protein . Gen - gen dari suatu
12

pasangan kromosom mensintesis asam ribonukleat dan kemudian menyimpannya dalam


nukleous, dimulai dengan fibril RNA lonjong dan kemudian berkondensasi membentuk
ribosom granular. Ribosom granular selanjutnya bermigrasi melaluui pori membran inti ke
dalam sitoplasma tempat sebagian besar dari mereka terikat pada retikulum endoplasma, dan
di sini ia memegang peranan penting untuk pembentukan protein, seperti yang akan kita
bicarakan pada bab berikutnya.

E. SISTEM FUNGSIONAL SEL

Pada sisa bab ini akan dibicarakan sebagian besar sistem fungsional sel yang
membuat ia menjadi organisme hidup. Akan tetapi, dua fungsi yang begitu penting, sehingga
akan kita bicarakan dalam dua bab berikut, (1) mengawasi sintesis protein dan fungsi selular
lainnya oleh gen dalam inti, dan (2) transpor zat - zat melalui membran sel. Tetapi adanya
bab ini, perkenankan bagaimana kami mengawal pembicaraan mengenai bagian sel
menernakan zat - zat kemudian membicarakan sistem energi sel dan sintesis zat - zat baru
dalam sel.

F. PENELANAN DAN PENCERNAAN OLEH SEL

Bila sel hidup dan tumbuh, ia harus mendapatkan zat gizi dan zat lainnya dari cairan
sekitarnya. Zat - zat dapat lewat membran sel melalui tiga jalan : (1) dengan difusi melalui
pori - pori membran atau melalui matriks membran itu sendiri; (2) dengan transpor aktif
melalui membran, suatu mekanisme tempat sistem enzim dan zat pembawa khusus membawa
zat zat melalui membran; (3) dengan endositosis, suatu mekanisme membran menelan cairan
ekstrasel dan isinya. Transpor zat - zat melalui membran merupakan topik penting yang akan
dibicarakan secara mendalam dalam bab 4. Endositosis merupakan fungsi fungsi khusus sel
yang patut dijelaskan di sini.
Endositosis – Fagositosis, dan Pinositosis. Fagositosis berarti penelanan partikel
besar oleh sel seperti penelanan dari (1) bakteri, (2) beberapa sel lain, (3) partikel - partikel
dari degenerasi jaringan. Di pihak lain pinositosis berarti menelan sedikit cairan ekstrasel dan
senyawa yang larut dalam bentuk vesikel kecil. Vesikel pinositik begitu kecil sehingga tidak
ditemukan sebelum lahirnya mikroskop cahaya. Akan tetapi, fagositosis telah diketahui
terjadinya dari penyelidikan yang paling awal dengan mikroskop cahaya.
13

Jadi, fagositosis dan pinositosis keduanya merupakan endositosis dan mekanisme


mereka pada hakekatnya identik kecuali untuk ukuran dan sifat vesikat penelan .
Fagositosis terjadi bila objek tertentu berkontrak dengan membran sel. Pada
umumnya, objek tersebut, yang mempunyai muatan elektronegatif ditolak sedangkan objek
yang mempunyai muatan elektropositif sangat rentan terhadap fagositosis. Perbedaan ini
mungkin akibat kenyataan bahwa sel fagositik itu sendiri dalam keadaan normal mempunyai
muatan elektronegatif dan karena itu menolak objek elektronegatif lainya. Sebagai besar
partikel normal dalam cairan ekstrasel juga bermuatan negatif; sebaliknya, jaringan yang
rusak dan penyerang asing yang telah dipersiapkan secara khusus untuk fagositosis dengan
melekat pada antibodi ( suatu proses yang dinamakan opsonisasi yang akan dibicarakan
dalam bab 5 dan 6 ), biasanya mempunyai muatan positif dan oleh karena itu difagositosis.
Pinositosis juga terjadi akibat respon terhadap zat tertentu yang bersentuhan dengan
membran sel. Dua zat yang paling penting adalah protein dan larutan elektrolit kuat.
Khususnya protein jelas menyebabkan pinositosis, karena pinositosis merupakan satu satunya
cara protein dapat melakukan membran sel.
Melukiskan urutan langkah - langkah pinositosis, mula - mula menunjukan tiga
molekul protein yang melekat pada membran melalui proses sederhana adsorpsi. Adanya
protein ini kemudian menyebabkan sifat permukaan membran berubah sedemikian rupa
sehingga membran mengalami invaginasi dan dengan cepat meliputi protein. Segera setelah
itu bagian membran yang mengalami invaginasi terlepas dari permukaan sel, membentuk
vesikel pinositik. Vesikel fagositik dibentuk dengan cara yang sama.
Apa yang menyebabkan membran mengalami perubahan sehingga membentuk
vesikel pinositik atau vesikel fagositik tetapi masih merupakan teka – teki. Akan tetapi, telah
diketahui bahwa proses ini memerlukan energi dari dalam sel; energi ini disuplai oleh
adenosin trifosfat, suatu zat berenergi tinggi yang akan dibicarakan pada bab ini. Endositosis
juga memerlukan adanya ion kalsium dalam cairan ekstrasel dan mungkin merupakan fungsi
kontraktil mikrofilamen yang terdapat tepat di bawah membran sel.
14

G. ORGAN PENCERNAAN SEL - LISOSOM

Segera setelah vesikel pinositik atau fagositik terbentuk di dalam sel, satu lisosom
atau lebih melekat pada vesikel dan mengosongkan hidrolasenya ke dalam vesikel. Jadi,
terbentuk vesikel digestif, tempat hidrolase mulai menghidrolisis protein, glikogen, lipid,
asam nukleat, mukopolisakarida, dan zat - zat lain dalam vesikel. Hasil - hasil pencernaan
adalah molekul - molekul kecil asam amino, glukosa, asam lemak, fosfat, dan sebagainya
yang kemudian dapat berdifusi melalui membran vesikel ke dalam sitoplasma. Yang tersisa
dalam vesikel digestif dinamakan badan residual, menggambarkan zat yang tidak dapat
dicernakan. Pada kebanyakan keadaan, zat ini akhirnya dieksresikan melalui membran sel
oleh proses yang dinamakan eksositosis, yang pada hakekatnya merupakan lawan dari
endositosis.
Jadi, lisosom dapat disebut organel pencernaan sel.
Regresi Jaringan dan Autolisis Sel. Sering jaringan tubuh mengalami regresi,
keukuran yang jauh lebih kecil dari pada sebelumnya. Misalnya, hal ini terjadi pada uterus
setelah kehamilan, pada otot selama masa tak aktif yang lama, dan pada kelenjar susu pada
akhir masa laktasi. Lisosom mungkin bertanggung jawab pada sebagian besar, regresi. Akan
tetapi, mekanisme kurang nya aktivitas pada jaringan menyebabkan aktivitas lisosom
meningkat tetap belum diketahui.
Peranan sangan khusus lainnya bagi lisosom adalah pembuangan sel - sel yang rusak
atau bagian - bagian sel yang rusak karena panas, dingin, trauma, zat kimia, atau faktor
-faktor lainnya. Kerusakan sel menyebabkan lisosom pecah, dan hidrolas yang dikeluarkan
segera mulai mencernakan zat - zat organik disekitarnya. Bila kerusakan ringan, hanya
15

sebagian sel yang dibuang ,diikuti oleh perbaikan sel. Akan tetapi, jika kerusakan nya berat
maka seluruh sel akan dicernakan, suatu proses yang dinamakan autolisis.
Lisosom juga mengandung agen bakterisidal yang dapat membunuh bakteri yang di
agositosis sebelum mereka dapat menyebebkan kerusakan sel. Dan pada lisosom disimpan
enzim - enzim yang bila dikeluarkan dalam sitoplasma, dapat melarutkan tetesan lemak dan
granula glikogen. Membuat lipid dan glikogen siap digunakan pada semua sel dalam tubuh.
Bila enzim - enzim ini tidak ada, yang kadang - kadang akibat kelainan genetik, lipid dan
glikogen dalam jumlah berlebihan tertimbun di dalam sel banyak organ, khususnya hati, dan
mengakibatkan kematian dini .

H. EKSTRAKSI ENERGI DARI ZAT GIZI – FUNGSI MITOKONDRIA

Zat gizi utama tempat sel menyaringkan energi adalah oksigen dan satu atau lebh
bahan makanan. Oksigen dan bahan makanan glukosa, asam lemak, dan asam amino semua
masuk ke dalam sel. Di dalam sel, bahan makanan secara kimia bereaksi dengan oksigen
dibawah pengaruh berbagai enzim yang mengawasi kecepatan reaksinya dan menyalurkan
energi yang dikeluarkan dalam arah yang tepat.
Pembentukan Adenosin Trifosfat (ATP). Energi yang dilepaskan dari zat gizi
digunakan untuk membentuk adenosin trifosfat, yang umumnya dinamakan ATP.
ATP adalah suatu nukleotida yang terdiri dari basa nitrogen adenin, gula pentosa
ribosa, dan tiga rantai fosfat dua rantai fosfat yang terakhir dihubungkan dengan bagian sisa
molekul oleh apa yang dinamakan ikatan fosfat berenergi tinggi yang dinyatakan dengan
simbol ~. Masing - masing ikatan ini mengandung sekitar 8000 kalori energi permolekul ATP
dalam keadaan fisik tubuh (dalam keadaan standar 7000 kalori), yang jauh lebih besar dari
pada energi yang disimpan dalam rata-rata ikatan kimia senyawa organik lainnya, sehingga
16

diberi istilah ikatan “ berenergi tinggi “. Selanjutnya, ikatan fosfat berenergi tinggi sangat
labil sehingga ia dapat dipecah seketika bila dibutuhkan energi untuk meningkatkan reaksi sel
lainnya.
Bila ATP melepaskan energinya, rantai asam fosfat dipecahkan, dan terbentuk
adenosin difosfat (ADP). Kemudian energi yang berasal dari zat gizi sel menyebabkan ADP
dan asam fosfat bergabung kembali membentuk ATP baru. Seluruh proses berlangsung terus
menerus. Berdasarkan alasan ini, ATP dinamakan bentuk energi sel yang biasa karena ATP
dapat disimpan dan dibentuk kembali.
17

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN
18

DAFTAR PUSTAKA

Guyton. 2014. Fisiologi Manusia. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai