Anda di halaman 1dari 8

RESUME TM5 ASP

STRUKTUR APBN/APBD

Sistem anggaran di Indonesia yang disusun dalam proses penganggaran merupakan bagian penting
dalam pengelolaan keuangan. Pada awalnya Indonesia menerapkan system anggaran tradisional dengan
berdasarkan pada pendekatan incremental dan line item. Dimana incremental mengarah pada
penambahan dan pengurangan jumlah rupiah pada item-item anggaran yang sudah ada sebelunya
dengan menggunakan data tahun sebelumnya sebagai dasar untuk menyesuaikan besarnya
penambahan atau pengurangan tanpa adanya kajian yang mendalam. Sedangkan line item mengarah
pada tidak dihilangkannya item-item penerimaan atau pengeluaran yang sudah ada dalam struktur
anggaran, meskipun sebenarnya secara riil/ kenyataan item tertentu sudah tidak relevan lagi untuk
digunakan pada periode saat ini. Dalam perkembangannya Indonesia saat ini menggunakan system
anggaran berbasis kinerja atau anggaran kinerja yang sangat menekankan konsep value for money dan
pengawasan atas kinerja output. Anggaran kinerja didasarkan pada tujuan dan sasaran kinerja. Oleh
karena itu, anggaran digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penilaian kinerja didasarkan pada
pelaksanaan value for money dan efektivitas anggaran. Anggaran pemerintah pusat dan daerah tertuang
pada APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) dan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah).

Pengertian APBN

APBN atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara merupakan rencana keuangan tahunan
pemerintah Negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang bertujuan untuk
pembangunan Indonesia. APBN ini mencatat seluru pendapatan yang diterima Negara serta belanja atau
pengeluaran pemerintah pada periode yang sudah ditentukan biasanya dalam 1 tahun. Penyusunan
APBN sendiri dilakukan oleh Kementerian Keuangan RI yang kemudian disetujui oleh DPR. APBN,
perubahan APBN, dan pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-undang.

APBN merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perekonomian secara agregat. Hal ini disebabkan
setiap perubahan yang terjadi pada variabel – variabel ekonomi makro akan sangat mempengaruhi
APBN. Sebaliknya setiap perubahan yang terjadi dalam kebijakan APBN (Sebagai pencerminan kebijakan
fiskal) yang diambil pemerintah juga akan mempenagruhi aktivitas perekonomian.

Pola APBN dan realisasinya adalah untuk melaksanakan tugas sehari-hari (rutin) dalam rangka
pelaksanaan kegiatan dibidang pemerintahan. Ruang lingkup keuangan Negara terdiri atas kekayaan
Negara yang dikelola langsung dan yang dipisahkan. Kekayaan Negara yang dikelola langsung terdiri atas
APBN dan barang-barang inventaris kekayaan Negara. Pengurusan APBN termasuk dalam pengurusan
umum/administrative, sedangkan pengurusan barang-barang inventaris kekayaan Negara termasuk
dalam pengurusan khusus.

Tujuan Penyusunan APBN


Penyusunan APBN dilakukan untuk membiayai segala kepentingan Negara demi mewujudkan
perekonomian nasional yang lebih baik. Dari rincian APBN tersebut, pemerintah dapat melihat seberapa
besar penerimaan Negara yang diterima serta berapa besar biaya yang harus dibayarkan Negara di
tahun anggaran berjalan. APBN sebagai pedoman penerimaan dan pengeluaran Negara dalam
melaksanakan tugas kenegaraan untuk meningkatkan produksi, member kesempatan kerja, dan
menumbuhkan perekonomian untuk mencapai kemakmuran masyarakat.

Fugsi APBN

APBN memiliki beberapa fungsi yaitu:

1. Fungsi otorisasi
Anggaran Negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan, dengan edmikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggunjawabkan
kepada rakyat
2. Fungsi perencanaan
Anggaran Negara dapat menjadi pedoman bagi Negara untuk merencanakan kegiatan pada
tahun tersebut. Bila suatu pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka Negara dapat
membuat rencana-rencana untuk mendukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah
direncanakan dan dianggarkan akan membangun proyek pemabngunan jalan dengan nilai
sejumlah tertentu. Maka, pemerintah dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek
tersebut agar bias berjalan dengan lancer.
3. Fungsi pengawasan
Anggaran Negara harus menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan
pemerintah Negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian akan
mudah bagi rakyat untuk menilai apakah tindakan pemerintah menggunakan uang Negara untuk
keperluan tertentu dibenarkan atau tidak
4. Fungsi alokasi
Anggaran Negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber
daya serta meningkatkan efisiensi dan efektivitsa perekonomian
5. Fungsi distribusi
Kebijakan anggaran Negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan
6. Fungsi stabilisasi
Anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan emngupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian.

Prinsip dan Azaz Penyusunan APBN

Berdasarkan aspek pendapatan, prinsip penyusunan APBN adalah

1. Intensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan kecepatan penyetoran


2. Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang Negara
3. Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh Negara dan penuntutan denda
Sedangkan berdasarkan aspek pengeluaran, prinsip penyusunan APBN adalah:

1. Hemat, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan


2. Terarah, terkendali, sesuai dengan rencana program atau kegiatan.
3. Semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan memperhatikan
kemampuan atau potensi nasional

APBN disusun dengan berdasrkan azas-azas:

1. Kemandirian, yaitu meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri


2. Penghematan atau peningkatan efisiensi dan produktivitas
3. Penajaman prioritas pembangunan
4. Menitikberatkan pada azas-azas dan undang-undang negara

Mekanismie Penyusunan APBN

Sejak tahun 2000, format dan struktur APBN indonesia berubah dari T-account menjadi I-account.
Perubahan tersebut untuk menyesuaikan dengan standar Government Finance Statistics (GFS). Dengan
format ini, pendapatan disajikan pada urutan teratas yang kemudian dikurangi dengan belanja negara
sehingga dapat diketahui surplus atau deficit. Setelah deficit, disajikan unsure-unsur pembiayaan untuk
menutup deficit tersebut. Manfaat dari diterapkannya format I-account dalam APBN adalah:

1. Meningkatkan transparansi dalam penyusunan APBN


2. Mempermudah pelaksanaan pengelolaan APBN oleh pemerintah
3. Memuddahkan analisis perbandingan dengan APBN negara-negara lain yang juga menerapkan
standar GFS
4. Memudahkan pelaksanaan desentralisasi perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
pemmerintah daerah

Format dan struktur I-account APBN secara singkat disajikan dalam gambar berikut:
Siklus APBN

Terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam proses penyusunan APBN, antara lain
siklus APBN, kondisi ekonomi domestic dan internasional yang tercermin dalam asumsi dasar ekonomi
makro, berbagai kebijakan APBN dan pembangunan, parameter konsumsi komoditas bersibsidi,
kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara, resiko fiskal dan kinerja pelaksanaan APBN dari
tahun ke tahun.

Siklus APBN merupakan rangkaian kegiatan yag berawal dari perencanaan dan penganggaran sampai
dengan pertanggungjawaban APBN yang berulang dengan tetap dan teratur setiap tahun anggaran.

Perencanaan dan
Penganggaran
APBN

Pemeriksaan dan Pembahasan


Pertanggungjawaban APBN
APBN

Pelaporan dan
Pencatatan APBN Penetapan APBN

Pelaksanaan APBN

Siklus APBN diawali dengan tahapan kegiatan perencanaan dan penganggaran APBN. Terkait
penyusunan rencana anggaran (kapasitas fiskal), pemerintah, BPS, Bank Indonesia mempersiapkan
asumsi dasar ekonomi makro yang akan digunakan sebagai acuan penyusunan kapasitas fiskal oleh
pemerintah. Selain itu juga disiapkan konsep pokok-pokok kebijakan fiskal dan ekonomi makro. Dalam
tahapan ini, terdapat dua kegiatan penting yaitu perencanaan kegiatan (perencanaan) dan perencanaan
anggaran (penganggaran). Dalam perencanaan, para pemangku kepentingan terutama Kementerian
Negara/Lembaga (K/L) menjalankan perannya untuk mempersiapkan RKP/RKAKL yang mencerminkan
prioritas pembangunan yang telah ditetapkan oleh presiden dan mendapat persetujuan DPR. Setalah
melalui pembahasan antara K/L selaku chief of operation officer (COO) dengan Menteri Keuangan selaku
Chief Financial Officer (CFO) dan Menteri Perencanaan, dihasilkan Rancangan Undang-Undang APBN
yang bersama Nota Keuangan kemudian disampaikan kepada DPR.

Setelah dilakukan pembahasan antara pemerintah dan DPR, dengan mempertimbangkan masukan DPD,
DPR memberikan persetujuan dan pengesahan sehingga menjadi Undang-Undang APBN, di mana
tahapan kegiatan ini disebut penetapan APBN.
Pada tahapan selanjutnya, pelaksanaan APBN dilakukan oleh K/L dan Bendahara Umum Negara dengan
mengacu pada Daftar Isisan Pelaksanaan Anggaran (DIPA) sebagai alat pelaksanaan APBN. Bersamaan
dengan tahapan pelaksanaan APBN, K/L dan Bendahara Umum Negara melakukan pelaporan dan
pencatatan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) sehingga menghasilkan Laporan
keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) yang terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan
Arus Kas (LAK), dan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK).

Atas LKPP tersebut, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melakukan pemeriksaan, dan LKPP yang telah
diaudit oleh BPK tersebut disampaikan oleh Presiden kepada DPR dalam bentuk rangan undang-undang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN untuk dibahas dan disetujui.

Secara singkat, alur penyusunan APBN adalah:

1. Penyusunana RAPBN (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) oleh lembaga-
lembaga terkait berdasarkan hasil analisis dari asumsi-asumsi makroekonomi
2. Pemerintah akan mengajukan RAPBN tersebut kepada DPR untuk didiskusikan lebih lanjut
apakah RAPBN tersebut dapat disetujui atau tidak
3. Jika DPR menyetujui RAPBN tersebut, maka DPR akan mengesahkannya menjadi APBN. Jika DPR
menolak RAPBN tersebut, maka pemerintah harus menggunakan APBN yang terdahulu.

Pengertian APBD

APBD atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan rencana keuangan tahunan oleh
pemerintah daerah di Indonesia. Jika APBN sebagai rencana keuangan tahunan pemerintah pusat yang
diseyujui oleh DPR, penyusunan APBD disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Penyusunan APBD dilakukan oleh otoritas daerah sesuai dengan Peraturan daerah (perda) masing-
masing wilayah. APBD merupakan perkiraan besarnya rencana pedapatan dan belanja daerah dalam
jangka waktu tertentu dalam masa akan datang yang disusun secara sistematis dengan prosedur dan
bentuk tertentu.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu suatu
system anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan
alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Selnajutnya, pemerintah daerah dan DPRD akan menyusun
arah dan kebijakan umum APBD mengenai petunjuk dan ketentuan umum yang disepakati sebagai
pedoman dalam penyusunan APBD yang memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

1. Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci


2. Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya beban
sehubungan dengan aktivitas-aktivitas tersebut, dan adanya biaya beban yang merupakan batas
maksimal pengeluaran-pengeluaran yang akan dilaksanakan
3. Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka
4. Periode anggaran yaitu biasanya 1 tahun.
Tujuan APBD

Pada dasarnya tujuan penyusunan APBD sama halnya dengan tujuan penyusunan APBN. Tujuan utama
dari APBD adalah sebagai pedoman pemerintah daerah dalam mengatur pendapatan daerah serta
pengeluaran daerah demi kesejahteraan daerah. APBD juga bertujuan sebagai koordinator pembiayaan
dalam pemerintahan daerah dan menciptakan transparansi dalam anggaran pemerintah daerah. Dengan
APBD maka pemborosan, penyelewengan, dan kesalahan dapat dihindari.

Tujuan APBD lainnya adalah:

1. Membantu pemerintah daerah mencapai tujuan fiskal


2. Meningkatkan pengaturan atau koordinasi setiap bagian-bagian yang berada pada lingkungan
pemerintah daerah
3. Membantu menghadirkan dan menciptakan efisiensi dan keadilan terhadap penyediaan barang
dan jasa public dan umum
4. Menciptakan prioritas belanja atau keutamaan belanja pemerintah daerah
5. Menghadirkan dan meningkatkan transparansi pemerintah daerah terhadap masyarakat luas
dan pemerintah daerah dapat mempertanggunjawabkan kepada DPRD

Fungsi APBD

Terdapat beberapa fungsi dari APBD yaitu:

1. Fungsi otoritas
Menjadi dasar untuk merealisasi pendapatan dan belanja pada tahun bersangkutan. Tanpa
dianggarkan dalam APBD sebuah kegiatan tidak memiliki kekuatan untuk dilaksanakan
2. Fungsi perencanaan
Menjadi pedoman dalam perencanaan anggaran keuangan daerah pada tahun anggaran
tertentu
3. Fungsi pengawasan
APBD berfungsi untuk mengawasi kinerja dari pemerintah daerah dalam meningkatkan
perekonomian daerah
4. Fungsi alokasi
APBD berfungsi sebagai pedoman dalam alokasi dana yang tepat bagi peningkatan
perekonomian daerah. Alokasi penggunaan dana APBD haruslah sesuai dengan tujuan
peningkatan perekonomian tersebut
5. Fungsi distribusi
Kebijakan-kebijakan dalam anggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
APBD haruslah didistribusikan secara merata dan adil
6. Fungsi stabilitas
Menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian
daerah
Struktur APBD

APBD dibagi menjadi tuga bagian yaitu penerimaan, pengeluaran, dan pembiayaan. APBD erupakan satu
kesatuan yang terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah. Selisih antara
anggaran pendapatan dengan anggaran belanja daerah mengakibatkan terjadinya surplus atau deficit
APBD. Surplus anggaran terjadi apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari
anggaran belanja daerah. Defisit anggaran terjadi apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan
leboh kecil dari anggaran belanja daerah.

Mekanisme Penyusunan APBD

Alur penyusunan APBD adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD kepada DPRD.
Pengambilan keputusan oleh DPRD selambat-lambatnya 1 bulan sebelum tahun anggaran yang
bersangkuta dilaksanakan
2. Setelah disetujui oleh DPRD, RAPBD ditetapkan menjadi APBD melalui peraturan daerah. Jika
tidak disetujui, untuk membiayai keperluan setiap bulan, pemda dapat melaksanakan
pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun sebelumnya.
3. Setelah APBD ditetapkan , pelaksanaan dituangkan lebih lanjut dengan keputusan
gubernur/bupati/walikota

Anda mungkin juga menyukai