Anda di halaman 1dari 18

SILABUS

PROGRAM STUDI : AKUNTANSI


MATA KULIAH : PEMERIKSAAN AKUNTANSI I (AUDITING I)
KODE MATA KULIAH : MKB_AK 412
BOBOT SKS : 3 (TIGA) SKS
SEMESTER : IV (EMPAT) / GENAP
DOSEN PENGAMPU : WA ODE IRMA SARI, S.Ak., M.SA

CAPAIAN PEMBELAJARAN : Mahasiswa dapat menjelaskan profesi dan kode etik akuntan publik, menjelaskan dan
menyusun berbagai jenis laporan pemeriksaan, menjelaskan dan menyusun kertas kerja
pemeriksaan, rencana, dan strategi pemeriksaan, menjelaskan pentingnya pengendalian
internal, mempersiapkan perancangan dan pengujian pengendalian, menjelaskan dan
menerapkan audit sampling, mempersiapkan perencanaan audit secara keseluruhan dan
mendesain audit program.

TM KEMAMPUAN BENTUK DAN PENGALAMAN PENILAIAN


ESTIMASI
AKHIR YANG INDIKATOR MATERI POKOK METODE BELAJAR REF.
KE- WAKTU JENIS KRITERIA BOBOT
DIRENCANAKAN PEMBELAJARAN MAHASISWA

1 1. Dapat memahami Menjelaskan Pengenalan dan Ceramah, Presentasi (3 x 50’) Non Tes Keaktifan 5% 1,2,3
latar belakang, pengertian penjelasan kontrak Diskusi kelompok Kelas
pengertian, jenis, dasar auditing kuliah Menyelesaikan
2. standar, manfaat & Penjelasan umum & latihan soal
keterbatasan pengertian dasar
3. audit. auditing
Buku Referensi:
1. Arens,Elder,Beasley. Auditing and Assurance Services,16th edition, 2016.
2. Agoes, Sukrisno. 2017. Auditing Buku 1, Edisi 5. Salemba Empat: Jakarta.
3. Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), 2013
PERTEMUAN 1

KONSEP DASAR AUDITING

1. Latar belakang Audit

Pengauditan telah mulai dilakukan sejak abad ke limabelas. Tahun kelahiran pengauditan laporan keuangan secara pasti tidak diketahui,
tetapi dari berbagai sumber dapat diketahui bahwa pada sekitar awal abad kelima belas jasa auditor telah mulai digunakan di Inggris. Meskipun
pengauditan telah lahir sejak beberapa abad yang lalu, namun perkembangan yang pesat baru terjadi pada abad ini. Kelahiran fungsi pengauditan
di Amerika Utara berasal dari Inggris. Akuntansi sebagal profesi diperkenalkan di bagian benua ini oleh Inggris pada paruh kedua abad
kesembilan belas. Para alkuntan di Amenka Urara mengadopsi bentuk laporan dan prosedur audir sebagaimana yang berlaku di Inggris.
Perusahaan perusahaan publik di Inggris pada wakru itu harus tunduk pada undang-undang yang disebut Companies Act. Menurur undang-
undang tersebut, semua perusahaan publik harus diaudit. Ketika fungsi audit mulai diekspor ke Amerika Serikat, bentuk pelaporan model Inggris
turut diadopsi pula meskipun peraturan yang berlaku di Amerika Serikat tidak sama dengan yang berlaku di Inggris. Sebagaimana disebutkan di
atas, di Inggris semua perusahaan publik harus diaudit, sedangkan di Amerika Serikat pada waktu itu tidak wajib diaudit.

Keharusan untuk diaudit datang dari badan yang mengatur pasar modal yang disebut Securities and Excharnge Commiion (SEC), serta
dari pengakuan umum mengenai manfaar pendapat auditor atas laporan keuangan. Tidak adanya peraturan undang-undang yang mengharuskan
audt laporan yang diberikan kepada para pemegang saham, menyebabkan audit pada abad kesembilan belas menjadi beraneka ragam, kadang-
kadang hanya meliputi neraca saja tetapi ada pula yang berupa audit atas semua rekening yang ada pada perusahaan dan dilakukan secara
menyeluruh dan mendalam. Auditor biasanya mendapat penugasan dari manajemen atau dari dewan komisaris perusahaan, dan laporan hasil
audit biasanya dialamatkan kepada pihak intern perusahan bukan kepada para pemegang saham. Pemberan laporan kepada para pemegang
saham pada waktu itu tidak biasa dilakukan. Para manajer perusahaan hanya menginginkan untuk mendapat jaminan dari auditor bahwa
kecurangan dan kekeliruan dalam pencatatan tidak terjadi. Memasuki abad keduapuluh, revolusi industri kira-kira telah benusia 50 tahun dan
selama masa itu jumlah perusahaan indusuri telah berkembang dengan pesat. Jumlah pemegang saham juga semakin bertambah dan mereka
sudah mulai menerima laporan auditor. Kebanyakan pemegang saham baru ini tedak memahami makna pekerjaan seorang auditor, dan
kesalahpahaman melanda banyak pihak termasuk para pimpinan perusahaan dan bankir. Pada umumnya mereka beranggapan bahwa pendapat
auditor adalah jaminan keakuratan laporan keuangan. Profesi akuntansi di Amerika berkembang dengan pesat setelah berakhirmya Perang
Dunia L.

Sementara itu kesalahpahaman tentang fungsi pendapat auditor masih terus berlangsung, sehingga pada tahun 1917 Federal Reserve
Board menerbitkan Federal Reserve Buletin yang memuat cetak ulang suatu dokumen yang disusun oleh American Institute of Acountant (yang
selanjutnya berubah menjadi American Instutute of Certified Public Accountants atau AICPA pada tahun 1957) yang berisi himbauan tentang
perlunya akuntansi yang seragam, tetapit tulisan tersebut sesungguhnya lebih banyak menguraikan tentang bagaimana mengaudit neraca.
Pernyataan teknis ini merupakan pernyataan pertama yang dikeluarkan oleh profesi akuntansi di Amerika Serikat dari sekian banyak pernyataan
yang dikeluarkan selama abad kedua puluh. Pada awalnya, para akuntan publik menyusun laporan tanpa mengikuti pedoman resmi. Akan tetapi
pada 50 tahun terakhir, profesi dengan cepat mengembangkan redaksi laporan yang umum digunakan melalui AlCPA. Redaksi atau susunan
kalimat laporan yang umum saat ini telah makin diperbaharui sehingga pembuatan laporan hasil audit tidak lagi merupakan pekerjaan
mengarang kalimat dalam laporan, melainkan merupakan proses pengambilan keputusan. Alternatif bentuk tipe laporan yang dapat dipilih
auditor tidak banyak, dan sekali auditor memilih jenis pendapat yang diberikan dalam situasi tertentu, auditor tinggal memilih jenis laporan yang
telah dirancang untuk menyatakan pendapat tersebut. Profesi akuntansi di Indonesia masih tergolong muda. Pada masa penjajahan Belanda,
jumlah perusahaan di Indonesia belum begitu banyak, sehingga akuntansi dengan sendirinya hampir tidak dikenal. Perusahaan-perusahaan milik
Belanda yang beroperasi di Indonesia pada waktu itu, mengikuti model pembukuan seperti yang berlaku di negaranya. Situasi seperti itu
berlangsung hingga Indonesia merdeka. Akuntansi baru mulai dikenal di Indonesia setelah tahun limapuluhan, yaitu ketika semakin banyak
perusahaan didirikan dan akuntansi sistem Amerika mulai dikenal, terutama melalui pendidikan di perguruan tinggi.
Tonggak penting perkembangan akuntansi di Indonesia terjad pada tahun 1973, yaitu ketika Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menetapkan
Prinsip prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) dan Norma Pemeriksaan Akuntan (NPA). Prinsip akuntansi dan norma pemeriksaan tersebut hampir
sepenuhnya mengadopsi prinsip akuntansi dan standar audit yang berlaku di Amerika Serikat. Penetapan prinsip akuntansi dan norma
pemeriksaan di Indonesia terutama dipicu oleh lahirnya pasar modal yang mensyaratkan perusahaan yang akan menjual sahamnya di pasar
modal unruk memiliki laporan keuangan yang telah diaudit. Selain itu perkembangan yang terjadi dalam dunia perbankan sejak tahun 1988
semakin menuntut dilakukannya audit atas laporan keuangan bagi perusahaan-perusahaan yang akan mengajukan permohonan kredit ke bank.
Pada tahun 1995 lahir Undang-undang Perseroan Terbatas yang mewajibkan suatu perseroan terbatas untuk menyusun laporan keuangan dan
jika perseroan merupakan perusahaan publik, maka laporan keuangannya wajib diaudit oleh akuntan publik. Pada tahun yang sama lahir pula
Undang-undang Pasar Modal yang semakin meningkatkan peran akuntansi dan pengauditan, khususnya bagi perusahaan-perusahaan yang
sahamnya dijual di pasar modal (perusahaan publik).

Sejalan dengan perkembangan profesi akuntansi dan dunia usaha di Indonesia, IAI telah berkali-kali melalukan penyempurnaan dan
pemutahiran prinsip akuntansi dan norma pemeriksaan akuntan agar dapat mengakomodasi perkembangan yang sangat pesat dalam dunia usaha,
dengan tetap mengacu pada perkembangan yang terjadi diAmerika Serikat dan profesi akuntansi internasional. Pada tahun 1994 IAI melakukan
penyusunan ulang prinsip akuntansi dan standar audit yang disebut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP). Seperti terjadi di Amerika Serikat seratus tahun yang lalu, fungsi pengauditan di Indonesia memasuki abad 21 ini masih belum
dipahami masyarakat. Banyak kesalahpuhaman terjadi atas laporan auditor, karena fungsi audit tidak dipahami dengan benar. Situasi demikian
nampak sekali ketika berbagai kasus terkenal seperti kasus Bank Summa, skandal Bank Bali yang diaudit oleh Pricewaterhouse Coopers, dan
sejumlah kasus lainnya, dikomentari berbagai pihak. Kebanyakan komentar tersebut mencerminkan kesalahpahaman masyarakat, tidak saja
mengenai makna pendapat auditor atas laporan keuangan yang diperiksanya, tetapi juga mengenai perbedaan antara berbagai jenis audit yang
bisa dilakukan oleh seorang auditor.
2. Pengertian auditing

Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan, karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen
pada akhir pemeriksaannya akan memberikan pendapat mengenai kewajaran posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan laporan arus
kas. Auditing merupakan salah satu bentuk atestasi. Atestasi, pengertian umumnya merupakan suatu komunikasi dari seorang expert mengenai
kesimpulan tentang realibilitas dari pernyataan seseorang. Dalam pengertian yang lebih sempit, atestasi merupakan: "komunikasi tertulis yang
menjelaskan suatu kesimpulan mengenai realibilitas dari asersi tertulis yan merupakan tanggung jawab dari pihak lainnya". Seorang akuntan
publik, dalam perannya sebagai auditor, memberikan atestasi mengenai kewajaran dari laporan keuangan sebuah entitas. Akuntan publik juga
memberikan jasa atestasi lainnya, seperti membuat laporan mengenai internal control, dan laporan keuangan prospektif. Akhir-akhir ini, akuntan
publik mulai melakukan jenis jasa assurance lainnya. Committee Asurance Services dari AICPA mendefinisikan assurunce services sebagai
berikut: "Jasa seorang profesional yang independen yang meningkatkan kualitas informasi untuk para pengambil keputusan. Assurunce services
mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dari auditing atau atestasi. Misalnya, suatu perusahaan bisa saja meminta akuntan publiknya untuk
mengevaluasi keandalan sistem informasinya, atau menilai kecukupan dari sistemnya untuk mengelola risiko bisnis, atau menilai efektivitas dari
sistem pengukuran kinerja. Gambar 1.1 menggambarkan hubungan antara assurance services, attestation services dan auditing. Perhatikan
bahwa auditing merupakan suau bentuk atestasi yang merupakan suatu bentuk asurance.

Assurance Services

Attestation

Auditing
Gambar diatas merupakan hubungan antara Assurance, Attestation, dan Auditing.
Assurance Services: Meningkatkan kualitas informasi untuk pengambil keputusan.
Realibilitas dari sistem informasi
Cukup tidaknya sistem manajemen risiko
Efektivitas dari sistem pengukuran kinerja
Cukup tidaknya keamanan atas transaksi komersial
Attestation Services: Memberikan opini atas reliabilitas dari pernyataan seseorang
Asersi tentang pengendalian intern
Asersi tentang ketaatan terhadap ketentuan-ketentuan dalam kontrak
Asersi tentang ketaatan terhadap undang-undang dan peraturan-peraturan
Auditing: Asersi tentang kewajaran penyajian laporan keuangan

Pengertian auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang Independen, tehadap laporan
kuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Ada beberapa hal yang penting dari pengertian tersebut, yang perlu dibahas lebih lanjut.

Pertama, yang diperiksa adalah laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya. Laporan keuangan yang harus diperiksa terdiri atas Laporan Posisi Keuangan (neraca), laporan laba rugi komprehensif, laporan
perubahan ekuitas, dan laporan arus kas. Catatan-catatan pembukuan terdiri atas buku harian (buku kas/bank, buku penjualan, buku pembelian,
buku serba serbi), buku besar, sub buku besar (piutang, liabilities, aset tetap, kartu persediaan). Bukti-bukti pendukung antara lain bukti
penerimaan dan pengeluaran kas/bank, faktur penjualan, journal voucher, dan lain-lain. Dokumen lain yang perlu diperiksa adalah notulen rapat
direksi dan pemegang saham, akta pendirian, kontrak, perjanjian kredit, dan lain-lain.
Laporan Posisi Keuangan (statement of financial position) adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan
(berapa aset, liabilities dan ekuitas) pada suatu saat tertentu.

Laporan Laba Rugi Komprehensif (statement of comprehensive income) adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil usaha suatu
perusahaan secara keseluruhan (berupa pendapatan, beban dan laba atau rugi) untuk suatu periode tertentu.

Laporan Perubahan Ekuitas (changes in equity) adalah suatu laporan keuangan yang menggambarkan perubahan ekuitas (berupa
retained earnings awal, laba rugi, pembagian dividend dan retained earnings akhir) untuk suatu periode tertentu.

Laporan Arus Kas (cash flow statement) adalah suatu laporan yang menggambarkan arus kas (arus masuk dan arus keluar kas atau
setara kas) selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan pembelanjaan.

Perlu diperhatikan bahwa laporan keuangan disusun oleh manajemen dan manajemen bertangung jawab atas kewajaran laporan keuangan
tersebut. Akuntan publik bertugas untuk memeriksa laporan keuangan tersebut dan bertanggung jawab atas opini (pendapat) yang diberikannya
atas kewajaran laporan keuangan tersebut.

Kedua, pemeriksaan dilakukan secara kritis dan sistematis.

Dalam melakuka pemeriksaanya akuntan publik berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik (di USA: Generally Accepted
Auditing Standards), menaati Kode Etik IAI dan Aturan Etika Profesi Akuntan Publik serta mematuhi Standar Pengendalian Mutu.

Agar pemeriksaan dapat dilakukan secara sistematis, akuntan pablik harus merencanakan pemeriksaannya sebelum proses pemeriksaan
dimulai, dengan membuat apa yang disebut rencana pemeriksaan (audit plan). Dalam audit plan antara lain dicantumkan kapan pemeriksaan
dimulai, berapa lama jangka waktu pemeriksaan diperkirakan, kapan laporan harus selesai, berapa orang audit staf yang ditugaskan, masalah-
masalah yang diperkirakan akan dihadapi di bidang auditing, akuntansi (accounting), perpajakan, dan lain-lain. Selain itu dalam audit plan,
akuntan publik harus menetapkan batas materialitas dan mempehitungkan risiko audit.
Agar pemeriksaan dapat dilakukan secara kritis, pemeriksaan tersebut harus dipimpin oleh seorang yang mempunyai gelar akuntan
(chartered eccounrant), sertifikasi CPA dan mempunyai izin praktik sebagai akuntan publik dari Menteri Keuangan. Pelaksana pemeriksaan
haruslah seorang yang mempunyai pendidikan, pengalaman dan keahlian di bidang akuntansi, perpajakan, sistem akuntansi dan pemeriksaan
akuntan. Kalau akuntan publik dan audit stafnya tidak mempunyai keahlian tersebut, tidak mungkin pemeriksaan dilakukan secara kritis (cermat,
hati-hati dan waspada terhadap kemungkinan-kemungkinan terjadinya penyimpangan, salah saji material atau kesalahan).

Ketiga, pemeriksan dilakukan oleh pihak yang independen, yaitu akuntan publik. Akuntan Publik harus independen, dalam arti, sebagai
pihak diluar perusahaan yang diperiksa, tidak boleh mempunyai kepentingan tertentu di dalam perusahaan tersebut (misal sebagai pemegang
saham, direksi atau dewan komisaris), atau mempunyai hubungan khusus (misal keluarga dari pemegang saham, direksi atau dewan komisaris).
Akuntan Publik harus independen, baik in-fact maupun in-appearance dan in mind karena sebagai orang kepercayaan masyarakat, harus bekerja
secara objektif, tidak memihak ke pihak manapun dan melaporkan apa adanya.

Keempat, tujuan dan pemeriksaan akuntan adalah untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan kruangan yang
diperiksa.

Laporan keuangan yang wajar adalah yang disusun berdasarkan standar akuntansi yang berlaku umum (di Indonesia Standar akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia yang dikodifikasi dalam Standar Akuntansi Keuangan, di USA: Generally Accepted Accounting Principles),
diterapkan secara konsisten dan tidak mengandung kesalahan yang material (besar atau signifkan). Akuntan Publik tidak dapat menyatakan
bahwa Laporan keuangan itu benar, karena pemeriksaannya dilakukan secara sampling (test basis) sehingga mungkin saja terdapat kesalahan
dalam laporan keuangan tetapi jumlahnya tidak material (kecil atau immaterial) sehingga tidak mempengaruhi kewajaran laporan keuangan
secara keseluruhan. Untuk perusahaan kecil dan menengah bisa memilih menggunakan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) atau PSAK
sebagai dasar penyununan laporan keuangannya, sedangkan untuk perusahaan besar dan public company harus menggunakan PSAK dan mulai
tahun 2012 menggunakan International Financial Reporting Standards (IFRS).
3. Jenis Audit

Ditinjau dan luasnya pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas:

1. Pemeriksaan Umum (General Audit)

Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP Independen dengan tujuan untuk bisa memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuanga secara keseluruhan. Pemeriksaan tersebut harus dilakukan sesuai dengan Standar Profesional
Akuntan Publik atau ISA atau Panduan Audit Entitas Bisnis Kecil dan memperhatikan Kode Eik Akuntan indonesia, Kode Etik Profesi
Akuntan Publik serta Standar Pengendalian Mutu.

2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit)

Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) yang dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada akhir
pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang
diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas. Misalnya KAP diminta
untuk memeriksa apakah terdapat kecurangan terhadap penagihan piutang usaha di perusahaan. Dalam hal ini prosedur audit terbatas untuk
memeriksa piutang usaha, penjualan, dan penerimaan kas. Pada akhir pemeriksaan KAP hanya memberikan pendapat apakah terdapat
kecurangan atau tidak terhadap penagihan piutang usaha di perusahaan. Jika memang ada kecurangan, berapa besar jumlahnya dan
bagaimana modus operandinya.

Ditinjau dari jenis pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas:

1. Management Audit (Operational Audit)

Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang
telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.
Pendekatan audit yang biasa dilakukan adalah menilai efisiensi, etektivitas, dan keekonomisan dari masing-masing fungsi yang
terdapat dalam perusahaan. Misalnya: fungsi penjualan dan pemasaran, fungsi produksi, fungsi pergudangan dan distribusi, fungsi personalia
(sumber daya manusia), fungsi akuntanai dan fungsi keuangan. Prosedur audit yang dilakukan dalam suatu management audit tidak seluas
audit prosedur yang dilakukan dalam suatu general (financial) audit, karena ditekankan pada evaluasi terhadap kegiatan operasi perusahaan.

Biasanya audit prosedur yang dilakukan mencakup:

 Analytical review procedures, yaitu membandingkan laporan kauangan periode berjalan dengan periode yang lalu, budget dengan
realisasinya serta analisis rasio (misalnya menghitung rasio likuiditas, dan profitabilitas untuk tahun berjalan maupun tahun lalu, dan
membandingkannya dengan rasio industri).
 Evaluasi atas management control system yang terdapat di perusahaan. Tujuannya antara lain untuk mengetahui apakah terdapat
sistem pengendalian manajemen dan pengendalian intern (intemal control) yang memadai dalam perusahaan, untuk menjamin
keamanan harta perusahaan, dapat dipercayainya data keuangan dan mencegah terjadinya pemborosan dan kecurangan.
 Pengujian Ketaatan (Compliance Test)

Untuk menilai efektivitas dari pengendalian intern dan sisem pengendalian manajemen dengan melakukan pemerikaaan secara
sampling atas bukti-bukti pembukuan, sehingga bisa diketahui apakah transaksi bisnis perusahaan dan pencatatan akuntansinya
sudah dilakukan sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan manajemen perusahaan.

Ada 4 (empat) tahapan dalam suatu manajemen audit:

1) Survei Pendahuluan (Preliminary Survey)

Survei pendahuluan dimaksudkan untuk mendapat gambaran mangenai bisnis perusahaan yang dilakukan melalui tanya jawab
dengan manajemen dan staf perusshaan serta penggunaan questionnaires.
2) Penelaahan dan Pengujian Atas Sistem Pengendalian Manajemen (Review and Testing of Management Contral Syatem)

Untuk mengevaluasi dan menguji efektivitas dari pengendalian manajemen yang terdapat di perusahaan. Biasanya digunakan
management control questionnaires (ICQ), flowchart dan penjelasan narrative serta dilakukan pengetesan atas beberapa transaksi
(walk through the dacument).

3) Pengujian Terinci (Detailed Examination)

Melakukan pemerksaan terhadap transaksi perusahaan untuk mengetahui apakah prosesnya sesuai dengan kebijakan yang telah
ditetapkan manajemen. Dalam hal ini auditor harus melakukan observasi terhadap kegiatan dari fungsi-fungsi yang terdapat di
perusahaan.

4) Pengembangan Laporan (Report Development)

Dalam menyusun laporan pemeriksaan, auditor tidak memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan perusahaan,
Laporan yang dibuat mirip dengan management letter, karena berisi temuan pemeriksaan (audit findings) mengenai penyimpangan
yang terjadi terhadap kriteria (standard) yang berlaku yang menimbullan inefisiensi, inefektivitas dan ketidakhematan (pemborosan)
dan kelemahan dalam siatem pengendalian manajemen (management control system) yang terdapat di perusahaan. Selain itu audior
juga memberikan saran-saran perbaikan.

Management audit bisa dilakukan oleh:

 Internal Auditor
 Kantor Akuntan Publik
 Management Consultant
Yang pentiung adalah bahwa iImu management audit harus mencakup berbagai disiplin ilmu misalnya akuntan, ahli manajemen produksi,
pemasaran, keuangan, sumber daya manusia dan lain-lain. Menurut Aren et all. (2011. 825) ada 3 jenis operasional audit yaitu:

1) Functional Audits: untuk menilai 3E dan berbagai fungsi dalam perusahaan seperti fungsi akuntansi, fungsi produksi, fungsi
marketing dan lain-lain.
2) Organizational Audits: untuk menilai 3E dari keseluruhan organisasi perusahaan. Perencanaan organisasi dan metode untuk
koordinasi aktivitas merupakan hal yang sangat penting dalam jenia audit ini.
3) Special assigment, timbul atas permintaan manajemen misalnya mengaudit penyebab tidak efektifnya IT system, investigasi
kemungkinan tejadinya fraud di suatu bagian dan membuat rekomendasi untuk mengurangi biaya produksi suatu produk.
2. Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit)

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah menaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebjakan yang
beriaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris) maupun pihak eksternal (Pemerintah,
Bapepam LK, Bank Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak, dan jain-lain). Pemeriksaan bisa dilakukan baik oleh KAP maupun bagian
Internal Audit.

3. Pemeriksaan Intern (Internal Audit)

Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian intemal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan,
maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan. Pemeriksaan yang dilakukan internal auditor biasanya lebih rinci
dibandingkan dengan pemeriksaan umum yang dilakukan oleh KAP. Internal auditor biasanya tidak memberikan opini terhadap
kewajaran laporan keuangan, karena pihak-pihak di luar perusahaan menganggap bahwa internal auditor, yang merupakan orang dalam
perusahaan, tidak independen. Laporan internal auditor berisi temuan pemeriksaan (audit findings) mengenai penyimpangan dan
kecurangan yang ditemukan, kelemahan pengendalian internal, beserta saran-saran perbaikannya (recommendations).
4. Computer Audit

Pemerikaaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan menggunakan Electronic Data Processing
(EDP) System. Ada 2 (dua) metode yang bisa dilakukan auditor:

a. Audit Around The Computer

Dalam hal ini auditor hanya memeriksa input dan output dari EDP system tanpa melakukan tes terhadap proses dalam EDP system
tersebut.

b. Audit Through The Computer

Selain memerika input dan output, Auditor juga melakukan tes proses EDP-nya. Pengetesan tersebut (merupakan compliance test
dilakukan dengan menggunakan Generalized Audit Software, ACL dll dan memasukkan dummy data (data palsu) untuk
mengetahui apakah data tersebut diproses sesuai dengan sistem yang seharusnya. Dummy data digunakan agar tidak mengganggu
data asli. Dalam hal ini KAP harus mempunyai Computer Audit Specialist yang merupakan auditor berpengalaman dengan
tambahan keahlian di bidang computer information system audit.

Dalam mengevaluasi Internal Control atas EDP system, auditor menggunakan Internal Control Questionnaires untuk EDP
system. Internal control dalam EDP system terdiri atas:

1. General Control
2. Application Control

ad.1. General Control


Berkaitan dengan organisasi EDP Department, prosedur dokumentasi, testing dan otorisasi dari original system dan setiap
perubahan yang akan dilakukan terhadap sistem tersebut Selain itu juga menyangkut control yang terdapat General Centrol
perubahan yang akan dilakukan terhadap sistem tersebut. Selain itu juga menyangkut control yang terdapat dalam
hardware-nya.

ad.2. Application Control

Berkaitan dengan pelaksanaan tugas yang khusus oleh EDP Department misalnya membuat daftar gaji. Selain itu
dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa data yang diinput, processing data, output dalam bentuk print out bisa dilakukan
secara akurat sehingga bisa menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya.

4. Standar audit

Menurut PSA .01 (SA Seksi 150)

Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. "Prosedur" berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan sedangkan standar berkenaan
dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur
tersebut. Standar auditing, yang berbeda dengan prosedur auditing berkaitan dengan tidak hanya kualitas profesional auditor namun juga
berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya.

Standar aauditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (2013: 150.1-150.2) terdiri atas sepuluh
standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:

1. Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oteh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionainya dengan cermat dan
saksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai
dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
3. Standar Pelaporan
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan standar akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan standar akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai silat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor (IAPI, 2013: 150.1
& 150.2).

Standar-standar tersebut di atas dalam banyak hal sering berhubungan dan saling tergantung satu sama lain. Keadaan yang berhubungan erat
dengan penentuan dipenuhi atau tidaknya suatu standar, dapat berlaku juga untuk standar yang lain. “Materialitas" dan "risiko audit”
melandasi penerapan semua standar auditing, terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. PSA No. 01 (SA Seksi 161)
mangatur hubungan standar auditing dengan standar pengendalian mutu sebagai berikut:

1. Auditor independen bertanggung jawab untuk memenuhi standar auditing yang ditetapkan Institut Akutan Publik Indonesia dalam
penugasan audit. Seksi 202 Kode Elik Profesi Akuntan Publik mengharuskan anggota institut Akuntan Publik Indonesia yang berpraktik
sebagai auditor independen mematuhi standar auditing jika berkaitan dengan audit atas laporan keuangan.
2. Kantor akuntan publik juga harus mematuhi standar auditng yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia dalam petaksanaan audit.
Oleh karena itu, kantor akuntan publik harus memuat kebijakan dan prosedur pengendalian mutu untuk memberikan keyakinan memadai
tentang kesesuaian penugasan audit dengan standar audting yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia. Sifat dan luasnya kebijakan
dan prosedur pengendalian mutu yang ditetapkan oleh kantor akuntan publik tergantung atas faktor-faktor tertentu seperti ukuran kantor
akuntan publik, tingkat otonomi yang diberikan kepada karyawan dan kantor-kantor cabangnya, sifat praktik, organisasi kantorya, serta
pertimbangan biaya manfaat. Lihat SPM Seksi 100 (PSPM No. 01) Sistem Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik.
3. Standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia berkaitan dengan pelaksanaan penugasan audit secara individual, standar
pengendalian mutu berkaitan dengan pelaksanaan praktik audit kantor akuntan publik secara keseluruhan. Oleh karena itu, standar auditing
yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia dan standar pengendalian mutu berhubungan satu sama lain, dan kebijakan dan prosedur
pengendalian mutu yang diterapkan oleh kantor akuntan publik berpengaruh terhadap pelaksanaan penugasan audit secara individual dan
pelaksanaan praktik audit kantor akuntan publik secara keseluruhan.

5. Manfaat audit

Audit atas laporan keuangan terutama dipertukan oleh perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang pemiliknya adalah para
pemegang saham. Biasanya setahun sekali dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) para pemegang saham akan meminta
pertanggungjawaban manajemen perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan yang merupakan tanggung jawab manajemen
pertu diaudit oleh KAP yang merupakan pihak ketiga yang independen, karena:

a. Jika tidak diaudit, ada kemungkinan bahwa laporan keuangan tersebut mengandung kasalahan baik yang disengaja maupun tidak
disengaja. Karena itu laporan keuangan yang belum diaudit kurang dipercaya kewajarannya oleh pihak pihak yang berkepentingan
terhadap laporan keuangan tersebut
b. Jika laporan keuangan sudah diaudit dan mendapat opini wajar tanpa pengecualian (unqualified) dari KAP, berarti pengguna laporan
keuangan bisa yakin bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang material dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
c. Mulai tahun 2001 perusahaan yang total assetnya Rp. 25 milyar ke atas harus memasukkan audited financial statements-nya ke
Departemen Perdagangan dan Perindustrian
d. Perusahaan yang sudah go public harus memasukkan audited financial statements-nya ke Bapepam-LK paling lambat 90 hari setelah
tahun buku .
e. SPT yang didukung oleh audited financial statements lebih dipercaya oleh pihak pajak dibandingkan dengan yang didukung oleh laporan
keuangan yang belum diaudit.

6. Keterbatasan Audit

Suatu audit laporan keuangan yang dilakukan sesuai dengan standar auditing yang berterima umum memiliki sejumlah keterbatasan
bawaan atau keterbatasan melekat. Salah satunya adalah bahwa auditor bekerja dalam suatu batasan ekonomi yang wajar. Berikut ini adalah dua
batasan ekonomi penting yang dimaksud:
a. Biaya yang memadai (reasonable cost). Pembatasan biaya audit dapat menimbulkan terbatasnya pengujian, atau penarikan sampel dari
catatan akuntansi atau data pendukung yang dilakukan secara selektif. Selain itu, auditor juga dapat memilih untuk menguji pengendalian
internal dan mendapatkan keyakinan dari pengendalian internal yang berfungsi dengan baik.
b. Jumlah waktu yang memadai (rensonable length of time). Biasanya laporan auditor banyak perusahaan akan terbit dalam waktu tiga
sampai lima minggu setelah tanggal neraca. Hambatan waktu ini dapat mempengaruhi jumlah bukti yang diperoleh tentang peristiwa dan
transaksi setelah tanggal neraca yang berdampak pada laporan keuangan. Lebih lagi, hanya tersedia waktu yang demikian singkat untuk
memisahkan ketidakpastian yang ada pada tanggal laporan keuangan.

Keterbatasan penting lainnya adalah kerangka kerja akuntansi yang ditetapkan untuk penyusunan laporan keuangan. Berikut adalah dua
keterbatasan penting yang berkaitan dengan kerangka kerja akuntansi yang ditetapkan:

a. Prinsip akuntanai alternatif (alternative accounting principles). PABU memang memperbolehkan penggunaan prinsip akuntansi
alternatif. Pengguna laporan keuangan harus mempunyai pengetahuan yang luas tentang pilihan akuntansi yang dipilih oleh perusahaan
dan akibatnya terhadap laporan keuangan.
b. Estimasi akuntansi (accounting estimates). Estimasi adalah bagian yang melekat dengan proses akuntansi, dan tidak seorang pun
termasuk auditor dapat meramalkan bagaimana hasil suatu estimasi itu. Suatu audit tidak dapat menambahkan ketepatan dan kepastian
pada laporan keuangan apabila faktor-faktor tersebut tidak ada, karena hanya berupa estimasi. Walaupun memiliki keterbatasan, namun
audit atas laporan keuangan akan menambah kredibilitas sebuah laporan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai