Anda di halaman 1dari 22

KEWAJIBAN LEGAL AUDITOR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Hidayah serta
petunjuk-Nya sehingga modul pembelajaran untuk mata kuliah Pengauditan 1 ini dapat
penulis selesaikan.

Penulisan modul pembelajaran ini merupakan tugas dalam mata kuliah Pengauditan 1
yang berisi kumpulan materi-materi pembahasan yang telah disusun dalam rancangan
pembelajaran di dalam kelas.

Dalam menyusun modul ini, penulis diberi bantuan yang bermanfaat dari berbagai
pihak baik itu secara ide maupun bantuan materi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberi bantuan

Penulis juga menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penyusunan modul ini
meskipun telah mendapat bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak agar kedepannya
penulis dapat menyusun modul ini lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap modul
pembelajaran ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan khususnya kepada penulis
sendiri.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Hal.

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAGIAN I – TINJAUAN MATA KULIAH 1

BAGIAN II – PENDAHULUAN KEEWAJIBAN LEGAL AUDITOR 3

BAGIAN III – MATRI PEMBELAJARAN 4

BAGIAN IV – RANGKUMAN 18

DAFTAR PUSTAKA 19

iii
BAGIAN I
TINJAUAN MATA KULIAH

A. DESKRIPSI MATA KULIAH


Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib Fakultas Ekonomi dan Bisnis, khususnya
bagi mahasiswa jurusan Akuntansi dengan bobot 3 SKS. Mata kuliah ini mempelajari tentang
auditing secara konseptual, profesi akuntan publik, audit laporan keuangan dan tanggung
jawab auditor, etika keprofesionalan, kewajiban legal auditor, sasaran audit, bukti audit, dan
kertas kerja, penerimaan penugaan, dan perencanaan audit, materialistis, risiko audit dan
strategi audit awal, struktur pengendalian intern, menilai risiko pengendalian dan uji
pengendalian, risiko deteksi dan rancangan uji substansif, pengambilan sampel audit dalam uji
pengendalia, pengendalian sampel audit dalam uji substansif, serta pengauditan menggunakan
sistem EDP.

B. KEGUNAAN MATA KULIAH

Kegunaan mata kuliah pengauditan 1 ini bagi mahasiswa adalah :

Mahasiswa diharapkan :

- Mampu melaksanakan proses pengauditan dan penyusunan laporan audit suatu entitas
secara profesional. (Kompetensi Utama)
- Mampu membuat prosedur pemeriksaan (Kompetensi Pendukung)
- Mampu memahami struktur pengendalian intern perusahaan (Kompetensi
Pendukung)
- Mampu menggunakan pengetahuan akuntansi dan komputerisasi (Kompetensi
Pendukung)
- Mampu untuk bekerja sama, baik sebagai pimpinan maupun sebagai anggota
kelompok (tim audit). (Kompetensi Lain-lain)

C. SASARAN BELAJAR

PERTEMUAN SASARAN PEMBELAJARAN


Mampu memahami :
1
GBRP dan kerangka konseptual Auditing
 Definisi Auditing, tipe audit dan auditor
2  Jasa-jasa yang diberikan oleh KAP
 Organisasi yang berhubungan dengan profesi

1
 Hal-hal yang mendasari audit laporan keuangan
 Pihak-pihak yang berhubungan dengan auditor independen
3
 Standar auditing
 Laporan auditor dan tanggung jawabnya
Mampu Memahami :
 Etika da moralitas
 Kode etik AICPA
4
 Kode etik akuntan publik di Indonesia
 Penegakan aturan
 Lingkungan yuridis
 Kewajiban menurut hukum kebiasaan
5  Kewajiban menurut undang-undang pasar modal
 Sasaran audit
 Bukti audit
6  Prosedur audit
 Kertas kerja
 Tahap-tahap audit laporan keuangan
7  Penerimaan penugasan
 Perencanaan audit
8 MID SEMESTER
Mampu Memahami :
 Materialitas
9
 Risiko audit
 Strategi audit awal
 Defnisi pengendalian intern
 Komponen SPT
10
 Tujuan SPT

 Risiko pengendalian
11  Uji pengendalian dan kepatuhan
 Pertimbangan lainnya
 Risiko deteksi
 Rancangan uji substansif
12
 Mengembangkan program audit untuk uji substansif
 Pertimbangan khusus dalam rancangan uji substansif
 Konsep dasar pengambilan sampel audit
13  Merancang sampel atribut statistik untuk uji pengendalian
 Penyelesaian sampel atribut statistik dan pengevaluasian hasil
 Konsep dasar pengamblan sampel audit
14  Probabilitas dan proporsional untuk ukuran pengambilan sampel
 Pengambilan sampel non statistik dalam uji substansif
 Sistem EDP
 Dampak sistem EDP terhadap struktur pengendalian intern
15
 Metodologi untuk menyesuaikan dengan standar pekerjaan
lapangan
16 FINAL TEST

2
BAGIAN II
PENDAHULUAN – KEWAJIBAN LEGAL AUDITOR

A. : SASARAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti perkulihan, mahasiswa diharapkan mampu untuk :

1. Memahami pengaruh perubahan lingkungan hukum pada profesi akuntan


2. Memahami kewajiban menurut hukum kebiasaan
3. Memahami kewajban menurut undang-undang pasar modal

4. Menjelaskan pembelaan yang tersedia bagi auditor menurut undang-undang

B. RUANG LINGKUP BAHAN MODUL

Modul pembelajaran ini membahas mengenai pengaruh perubahan lingkungan hukum


pada profesi akuntan, serta mengetahui kewajiban seorang auditor menurut hukum
kebiasaan dan undang-undang pasar modal, dan pembelaan yang tersedia bagi auditor.

C. MANFAAT MEMPELAJARI MODUL

Manfaat yang diperoleh mahasiswa setelah mempelajari modul ini adalah :


Mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan hukum pada profesi akuntan
2. Menjelaskan kewajiban auditor menurut hukum kebiasaan
3. Menjelaskan kewajiban menurut undang-undang pasar modal
4. Menjelaskan pembelaan yang tersedia bagi auditor

D. URUTAN PEMBAHASAN
1. Lingkungan Hukum
2. Kewajiban menurut hukum kebiasaan (Common Law)
3. Kewajiban menurut undang-undang pasar modal

3
BAGIAN III
MATERI PEMBELAJARAN

1. LINGKUNGAN HUKUM
Sepanjang prespektif sejarah, dapat dicatat bahwa profesi akuntan memiliki presentase
yang sangat rendah dalam hal perbandingan antara dugaan kegagalan audit terhadap jumlah
audit yang dilaksanakan. Kegagalan audit diibaratkan seperti kecelakaan nuklir yang jarang
terjadi. Namun, apabila terjadi dapat menimbulkan akibat yang luar biasa.

Banyak auditor yang tidak pernah mengalami kegagalan audit sepanjang karirnya. Namun,
dugaan kegagalan audit dapat berdampak buruk bagi setiap kantor akuntan public.

a. Kecenderungan litigasi di Amerika Serikat


Kecenderungan penting dimulai pada tahun 1980-an, berlanjut dalam tahun 1990-an, dan
sampai pada lahirnya private Securities Litigation Reform Act pada tahun 1995. Jumlah dan
biaya litigasi yang berkaitan dengan dugaan kekurangan audit mencapai tingkat yang
membahayakan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh banyaknya laporan kegagalan bisnis
yang berakibat pada kerugian signifikan yang diderita oleh investor dan pembayar pajak,
seperti kehancuran asosiasi ismpan pinjam pada ahir tahu 1980-an dan awal 1990-an.

Namun, tidak semua kegagalan bisnis dianggap sebagai akibat kegagalan audit. Ada
pendapat yang tumbuh dimasyarakat bahwa terjadinya kegagalan bisnis dan adanya dugaan
kecurangan laporan keuangan sering diikuti dengan adanya gugatan dari penggugat dan
penasehat hukum yang ingin mencoba memanfaatkan auditor tanpa memperhatikan tingkat
kesalahannya. Para auditor menjadi sasaran karena auditor merupakan pihak yang tersisa
dengan sumber daya keuangan yang dianggap cukup untuk mengganti kerugian para
penggugat (seperti dalam teori “deep pockets” maksudnya gugatan dilakukan pihak yang
merasa dirugikan terhadap siapa saja yang mampu memberikan ganti rugi tanpa memandang
pihak mana yang bersalah).

Betapa seriusnya keadaan lingkungan hukum pada awal tahun 1990-an digambarkan
sebagai berikut:
a. Pada akhir tahun 1990-an profesi akuntan menghadapi lebih dari 4000 gugatan
dengan estimasi klaim yang belum diselesaikan dalam jumlah yang cukup fantastis,
yaitu lebih dari $30 milyar.

4
b. Pada tahun 1992, kantor akuntan publik nasional terbesar ketujuh yang bernama
Laventhol dan Horwarth dinyatakan pailit, akibat besarnya beban kewajiban.
c. Pada tahun 1993 sampai tahun 1995 biaya asuransi wajib bagi kantor akuntan
publik yang tergolong dalam enam besar meningkat sampai sepuluh kali hingga
lebih dari $ 5000 per akuntan, sementara biaya yang dapat dikurangkan melonjak
dari $2 juta menjadi sekitar $25 juta sampai $50 juta, sedangkan batas jaminan
sampai kantor merosot dari $200 juta menjadi $100 juta atau kurang. Premi utuk
kantor akuntan publik yang tergolong kantor ukuran kecil dan menengah meningkat
antara 200% sampai 300%, dengan median deductible yang meningkat hampir
enam kali. Selain itu, terdapat penurunan tajam dalam jumlah perusahaan asuransi
yang menawarkan kebujakan kewajiban kepada kantor CPA.
d. Kantor-kantor akuntan publik dalam berbagai ukuran mengundurkan diri dari
layanan kepada klien yang memiliki risiko audit yang tinggi, dan banyak kantor
akuntan publik yang lebih kecil menghentikan pelaksanaan audit secara serentak.

Krisis yang terjadi ini tidak hanya terbatas pada profesi akuntan saja. Studi yang
diselenggarakan oleh Kelompok Konsultan Hukum dan ekonomi pada tahun 1993,
menunjukkan bahwa gugatan class action tentang kecurangan (fraud) dalam bidang sekuritas
yang diterbitkan tanpa jaminan, diajukan terhadap satu dari setiap delapan perusahaan pada
New York Stock Exchange, satu dari setiap 18 perusahaan pada American Exchange, serta satu
dari setiap 20 perusahaan pada NASDAQ.

Tumbuhnya kesadaran akan adanya masalah pada sistem peadilan, mendorong


terbentuknya Coalition to Eliminate Abusive Securities Suits (CEASS). Koalisi ini terdiri dari
AICPA, kantor akuntan enam besar, para penjamin asuransi, lebih dari 300 perusahaan
manufaktur, pegecer dan asosiasi niaga. Koalisi ini berusaha memenangkan perubahan
undang-undang yang dapat mengendalikan litigasi yang tidak terjamin.

2. KEWAJIBAN MENURUT KEBIASAAN (COMMON LAW)


Auditor secara umum sama dengan profesi lainnya merupakan subjek hukum dan
peraturan lainnya. Auditor akan terkena sanksi atas kelalaiannya, seperti kegagalan untuk
mematuhi standar profesional di dalam kinerjanya. Profesi ini sangat rentan terhadap
penuntutan perkara (lawsuits) atas kelalaiannya yang digambarkan sebagai sebuah krisis.
Proses litigasi terhadap kantor akuntan publik dapat merusak citra atau reputasi bagi kualitas
dari jasa-jasa yang disediakan kantor akuntan publik tersebut.

5
Tanggung jawab profesi akuntan publik di Indonesia terhadap kepercayaan yang
diberikan publik seharusnya akuntan publik dapat memberikan kualitas jasa yang dapat
dipertanggungjawabkan dengan mengedepankan kepentingan publik yaitu selalu bersifat
obyektif dan independen dalam setiap melakukan analisa serta berkompeten dalam teknis
pekerjaannya.
Oleh karena itu, untuk mengedepankan kepentingan publik maka dibuatlah suatu hukum
yang mengatur kewajiban hukum auditor kepada para pihak yang berhubungan dengan
auditor yang dikenal sebagai hukum kebiasaan (Common Law). (Common Law) adalah
hukum yang tidak tertulis. Hukum ini berdasarkan atas keputusan pengadilan dan bukan atas
hukum yang dibuat dan disahkan oleh pihak legislatif. Common law berasal dari prinsip-
prinsip yang berdasarkan keadilan, alasan, dan hal-hal yang masuk akal, dan bukannya
hukum-hukum yang absolute, tetap, dan kaku. Prinsip-prinsip common law ditentukan oleh
kebutuhan sosial masyarakat. Menurut common law, kewajiban hukum para CPA berkaitan
luas dengan dua pihak, yaitu para klien dan pihak ketiga.
a. Kewajiban Kepada Klien
Seorang CPA berada dalam hubungan kontraktual langsung dengan klien. Dengan
menyetujui untuk melaksanakan jasa bagi klien. CPA berperan sebagai kontraktor
independen. Seorang akuntan bertanggung jawab kepada klien sesuai dengan hukum
kontrak atau tort law (hukum yang mengatur tentang tuntutan ganti rugi).
 Hukum Kontrak (Contract Law)
Seorang auditor bertanggung jawab kepada klien atas pelanggaran kontrak,
apabila:
1) Menerbitkan laporan audit standar tanpa melakukan audit sesuai dengan
GAAS.
2) Tidak mengirimkan laporan audit sesuai dengan batas waktu yang telah
disepakati.
3) Melanggar hubungan kerahasiaan klien.

Kewajiban auditor atas pelanggaran kontark dapat meluas sampai subrogee.


Subrogee adalah pihak yang memperoleh hak pihak lain melalui substitusi.sesuai
dengan hak subrogasi terhadap klain kontraktual yang diasuransikan, CPAdapat
digugat atas kegagalannya menemukan kecurangan tersebut.
Apabila terjadi pelanggaran kontrak, biasanya penggugat akan mencari satu atau
lebih jalan keluar sebagai berikut:

6
1) Kewajiban spesifik tergugat dalam kontrak.
2) Kerugian keuangan langsung yang terjadi akibat pelanggran tersebut.
3) Kerugian terkait dan kerugian sebagai konsekuensi yang merupakan akibat
tidak langsung atas pelanggran tersebut.

 Hukum Kerugian (Tort Law)


Tindakan merugikan adalah tindakan salah yang merugikan pemilik, badan, atau
reputasi seseorang. Tindakan merugikan dapat dilakukan berdasarkan salah satu
penyebab berikut ini :
1) Kelalaian yang biasa (ordinary negligence), yaitu kelalaian untuk
menerapkan tingkat kecermatan yang biasa dilakukan secara wajar oleh orang
lain dalam kondisi yang sama.
2) Kelalaian kotor (gross negligence), kelalaian untuk menerapkan tingkat
kecermatan yang paling ringan pada suatu kondisi tertentu.
3) Kecurangan (fraud), yaitu penipuan yang direncanakan, misalnya salah saji,
menyembunyikan, atau tidak mengungkapkan fakta yang material, sehingga
dapat merugikan pihak lain.

Menurut hukum kerugian, biasanya pihak yang dirugikan mencari kerugian


keuangan. Kertas kerja auditor menjadi sangat penting untuk membuktikan bahwa
tuntutan pelanggaran kontrak dan pelanggaran tugas adalah tidak benar menurut
hukum kerugian.

Dalam banyak kasus, penggugat memiliki hak untuk menuntut dengan


menggunakan pasal-pasal kontrak atau menggunakan hukum kerugian.

b. Kewajiban Kepada Pihak Ketiga


Pihak ketiga dapat didefinisikan sebagai seseorang yang tidak mengetahui tentang
pihak-pihak yang ada di dalam kontrak. Menurut sudut pandang hukum, terdapat 2
kelompok pihak ketiga, yaitu : (1) Pemegang hak utama, yaitu Seseorang yang
namanya telah diketahui oleh seorang auditor sebelum audit dilaksanakan sebagai
penerima utama laporan auditor; dan (2) Pemegang hak lainnya, yaitu Pihak ketiga
yang namanya tidak disebutkan, seperti para kreditor, pemegang saham, dan investor
potensial.
Auditor bertanggung jawab kepada semua pihak ketiga atas semua kelalaian
kotor dan kecurangan menurut hukum kerugian. Sebaliknya kewajiban auditor atas

7
kelalaian biasa yang pada umumnya berbeda antara kedua kelompok pihak ketiga
tersebut.
Faktor-faktor lingkungan berikut telah memberikan sumbangan yang cukup berarti
atas terjadinya perubahan :
1) Konsep kewajiban telah berubah secara lambat namun signifikan untuk
mewajibkan perlindungan pelanggan dari kesalahan pabrikan (kewajiban
produk) dan dari kesalahan profesional (kewajiban jasa).
2) Perusahaan bisnis dan kantor-kantor akuntan telah bertumbuh dalam ukuran
yang memungkinkan mereka memikul dengan lebih baik bentuk tanggung
jawab yang baru.
3) Jumlah individu dan kelompok yang mengandalkan laporan keuangan yang
telah diaudit telah bertumbuh dengan mantap.

Putusan-putusan pengadilan telah mengakui adanya dua kategori pihak ketiga lain
sebagai pemegang hak sebagai berikut:
a) Golongan yang telah diketahui sebelumnya (foreseen class)
Apabila klien menginformasikan kepada CPA bahwa laporan audit akan
digunakan untuk mendapatkan pinjaman bank, maka semua bank merupakan
pihak yang telah diketahui sebelumnya, namun para kreditor niaga dan
pemegang saham potensial tidak tergolong dalam golongan yang telah
diketahui sebelumnya. Konsep golongan yang telah diketahui sebelumnya
tidak meliputi semua investor, pemegang saham, kreditor yang ada sekarang
maupun yang akan datang.
b) Pihak-pihak yang dapat diketahui sebelumnya (foreseeable parties)
Perorangan atau entitas yang diketahui ataupun yang akan diketahui auditor
akan mengandalkan laporan audit dalam membuat keputusan bisnis dan
investasi digolongkan sebagai pihak-pihak yang dapat diketahui sebelumnya.
Pihak yang dapat diketahui sebelumnya meliputi para kreditor, pemegang
saham, dan investor yang ada sekarang maupun yang akan datang.

PEMBELAAN DALAM COMMON LAW


Pada umumnya auditor harus menggunakan kecermatan sebagai pembelaan dalam
gugatan pelanggaran kontrak termasuk tuntuan ganti rugi atas kelalaian. Dalam hal tuntutan
ganti rugi, pembelaan utama adalah bukti kecermatan atau kelalaian kontributif. Apabila
menggunakan pembelaan berdasarkan kecermatan, auditor harus berusaha membuktikan

8
bahwa audit tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan GAAS. Kertas kerja auditor
merupakan alat bukti yang penting dalam pelaksanaan pembelaan. Pada sebagian besar negara
bagian, kelalaian kontributif ini merupakan bahan pembelaan bagi auditor hanya bila
kelalaian tersebut secara langsung menyebabkan kegagalan auditor dalam melaksanakan
tugasnya.

3. KEWAJIBAN MENURUT UNDANG-UNDANG PASAR MODAL


Undang-undang sekuritas tergolong sebagai hukum negara (statutory law) yang ditetapkan
oleh lembaga legislatif pada tingkat negara bagian atau tingkat federal. Sebagian besar negara
bagian memiliki undang-undang pengamanan surat berharga (blue sky laws) yang
dimaksudkan untuk mengatur penerbitan dan perdagangan sekuritas dalam suatu negara
bagian. Biasanya undang-undang ini mewajibkan pengarsipan laporan keuangan yang telah
diaudit oleh suatu badan pengatur yang ditunjuk. Berikut dua hukum federal di A.S. yang
sangat mempengaruhi auditor yang dikelola oleh Securities and Exchange Commission (SEC)
adalah :
a. Securities Act Tahun 1933
Undang-undang tahun 1933 ini dikenal sebagai kebenaran dalam undang-undang
sekuritas (Truth in Securities Act). Undang-undang ini dirancang untuk mengatur
penawaran sekuritas kepada publik melalui pos atau melaui interstate commerce.
Gugatan melawan auditor menurut undang-undang ini biasanya didasarkan pada pasal
11 tentang Kewajiban Perdata atas Akun pada Laporan Pendaftaran yang Tidak
Benar, sebagai berikut:
Apabila terdapat suatu bagian dari bagian manapun dalam laporan pendaftaran
yang secara efektif memuat pernyataan yang tidak benar tentang suatu fakta yang
material atau mengabaikan fakta material yang perlu dinyatakan didalamnya atau
diperlukan agar laporan tersebut tidak menyesatkan, maka setiap orang yang
membeli sekuritas semacam itu (kecuai dapat dibuktikan bahwa pada saat
pembelian ia mengetahui tentang adanya ketidakbenaran atau pengabaian
semacam itu) dapat....menggugat..

Sesuai dengan ketentuan perdata dari undang-undang tahun 1933, kerugian keuangan
yang diperoleh kembali oleh seorang penggugat dibatasi pada perbedaan antara (1)
jumlah yang dibayar investor untuk sekuritas tersebut, dan (2) harga pasar atau harga
jual pada saat gugatan diajukan. Apabila sekuritas tersebut telah dijual, maka jumlah

9
yang dapat dibayarkan sebagai ganti rugi adalah selisih antara jumlah yang
dibayarkan dikurangi dengan harga jual.

Mengajukan Gugatan Menurut Undang-Undang Tahun 1933


Pengaruh utama undang-undang ini atas pihak-pihak yang terlibat dalam suatu
gugatan dapat diringkas sebagai berikut :
 Penggugat
a) Setiap orang yang membeli atau mengakuisisi sekuritas seperti yang diuraikan
dalam laporan pendaftaran, tanpa memandang apakah ia merupakan klien
auditor atau tidak.
b) Harus mendasarkan gugatannya pada dugaan pemalsuan yang material atau
laporan keuangan yang menyesatkan yang ada dalam laporan pendaftaran.
c) Apabila pembelian sekuritas dilakukan sebelum penerbitan laporan laba-rugi
yang meliputi periode setidaknya 12 bulan setelah tanggal efektif laporan
pendaftaran, penggugat tidak harus membuktikan adanya ketergantungan pada
keandalan laporan yang tidak benar atau yang menyesatkan atau bahwa
kerugian yang diderita diperkirakan sebagai akibat laporan keuangan tersebut.
d) Tidak harus membuktikan bahwa auditor telah melakukan kelalaian atau
kecurangan dalam mengesahkan laporan keuangan terkait.

 Tergugat
a) Memiliki beban untuk menegakkan kebebasan dari kelalaian dengan cara
membuktikan bahwa ia telah melakukan investigasi yang memadai dan sesuai
dengan itu memiliki dasar yang memadai untuk percaya, dan memang percaya
bahwa laporan keuangna yang disahkan adalah benar pada tanggal laporan
tersebut serta pada saat laporan pendaftaran menjadi efektif, atau
b) Melalui pembelaan harus menunjukkan bahwa kerugian penggugat secara
keseluruhan atau sebagian disebabkan oleh hal lain di luar laporan yang

b. Securities Exchange Act 1934


Undang-undang tahun 1934 ini mewajibkan perusahaan-perusahaan yang termasuk
dalam lingkup undang-undang ini untuk (1) mengarsipkan laporan pendaftaran
apabila sekuritas tersebut diperdagangkan secara terbuka kepada masyarakat melalui
pasar bursa efek atau pasar diluar bursa efek, dan (2) menjaga agar arsip laporan
penaftran tersebut tetap mutakhir dengan car mengarsipkan laporan tahunan, laporan
kuartalan, dan informasi-informasi lain yang berkaitan dengan SEC. Informasi

10
keuangan tertentu, temasuk laporan keuangan, harus diaudit oleh akuntan public
independen. Karena adanya persyaratan laporan yang berulang dengan SEC, maka
Undang-undang ini sering disebut sebagai continuous disclosure act (Undang-undang
pengungkapan berkelanjutan). Ketentuan tentang kewajiban utama dalam undang-
undang tahun 1934 ini disajikandalam pasal 18, 10,dan 32.
a. Kewajiban dalam Pasal 18
Pasal 18 (a) menyatakan:
Setiap orang yang akan membuat pernyataan atau menyebabkan membuat
pernyataan apapun dalam setiap permohonan, laporan atau dokumen yang
diarsipkan menurut judul ini...yang mana...telah dibuat dengan tidak benar dan
menyesatkan dalam semua fakta materil, harus bertanggung jawab kepada setiap
orang (yang tidak mengetahui bahwa laporan tersebut adalah tidak benar atau
menyesatkan), yang dengan mengandalkan laporan tersebut melakukan pembelian
atau penjualan sekuritas pada suatu tingkat harga yang dingaruhi oleh laporan
tersebut dan ternyata menimbulkan kerugian yang disebabkan oleh pengandalan
tersebutm, kecuali bila pihak tergugat dapat membuktikan bahwa ia telah
bertindak dengan jujur dan tidak mengetahui bahwa laporan tersebut tidak benar
atau menyesatkan.
Kewajiabn dalam pasal 18 ini secara relatif memiliki lingkungan yang sempit
karena hanya berkaitan dengan laporan yang tidak benar atau menyesatkan dalam
dokumen yang diarsipkan pada SEC menurut undang-undang ini.

b. Kewajiban dalam Pasal 10


Pasal 10 (b) menyatakan
Merupakan tindakan yang tidak sah bagi setiap orang yang secara langsung
maupun tidak langsung menggunakan atau mengoperasikan dengan cara apapun
atau dengan peralatan interstate commerce atau pos, atau setiap fasilitas setiap
perdagangan sekuritas nasional, dalam kaitan dengan pembelian atau penjualan
setiap sekuritas terdaftar pada perdagangan sekuritas nasional atau setiap
sekuritas yang tidak terdaftar, setiap muslihat yang manipulatif atau menyesatkan
atau menggunakan celah pertentangan dalam ketentuan dalam peraturan yang
dirumuskan oleh Komisi yang memang diperlukan dan tepat untuk digunakan
dalam menjaga kepentingan publik atau untuk melindungi investor.

11
Dalam pasal ini, SEC mengumumkan secara resmi ketentuan 10b-5, yang menyatakan
bahwa merupakan tindakan yang tidak sah bagi setiap orang, yang secara langsung
atau tidak langsung:
a) Menggunakan setiap alat, skema, tipu daya untuk menggelapkan
b) Membuat setiap laporan yang tidak benar dari fakta materil yang diperlukan
agar laporan dapat menjadi jelas sesuai dengan lingkungan yang ada sehingga
tidak menyesatkan.
c) Terlibat dalam tidakan, praktik, atau usaha yang sedang berjalan, sebagai
bentuk kecurangan atau kebohongan kepada setiap orang dalam kaitan
dengan pembelian atau pejualan sekuritas apapun.

c. Kewajiban dalam Pasal 32


Pasal 32 (a) menetapkan kewajiban kejahatan yang dilakukan “dengan sengaja”
dan “cerdik” membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan dalam
laporan yang diarsipkan sesuai dengan undang-undang tahun 1934. Pasal ini juga
menegaskan hukuman atas kejahatan karena tidak mematuhi ketentuan dalam
pasal 10 (b) yang terdiri dari denda uang yang besarnya tidak melebihi $100.000
atau hukuman kurungan yang lamanya tidak melebihi lima tahun, atau keduanya.

Mengajukan Gugatan Menurut Undang-Undang Tahun 1934


Terdapat kesamaan dan perbedaan dalam pengaruh dari pasal 10 dan 18 pada
pihak-pihak yang terlibat. Menurut kedua pasal tersebut, penggugat (1) dapat
terdiri dari setiap orang yang membeli atau menjual sekuritas, (2) harus
membuktikan adanya pernyataan yang secata materilal tidak benar atau
menyesatkan, dan (3) harus membuktikan ketergantungan untuk mengandalkan
laporan tersebut serta kerugian yang timbul karena mengandalkan laporan
tersebut. Namun tanggung jawab penggugat berbeda menurut kedua pasal tersebut
dalam hal membuktikan kecurangan auditor. Menurut pasal 18, penggugat tidak
harus membuktikan bahwa auditor telah berlaku curang, namun dalam pasal 10,
peraturan 10b-5 menyatakan bahwa bukti tersebut diperlukan.
Tergugat dalam pasal 18 harus membuktikan bahwa ia (1) telah bertindak dengan
jujur, dan (2) tidak mengetahui tentang pernyataan yang tidak benar atau
menyesatkan. Menurut pasal 18, seorang tergugat yang menderita kerugian,
diperkenankan untuk meminta ganti rugi “out of pocket”, yang nialinya
ditetapkan sebesar selisih antara harga kontrak dengan nilai riil pada transaksi.

12
Apabila terjadi salah saji atau pengabaian, maka pada umumnya nilai riil pada
tanggal transaksi akan digantikan dengan harga pasar.

Perbedaan antara Undang-Undang Tahun 1933 dan Tahun 1934


Undang-undang Sekuritas dapat diterapkan pada situasi yang berbeda. Undang-
undang tahun 1933 diterapkan pada penjualan perdana sekuritas yang dapat terdiri
dari modal saham dan obligasi kepada publik oleh korporasi penerbit. Sedangkan,
undang-undang tahun 1934 diterapkan pada penjualan perdana dan perdagangan
sekuritas di bursa sekuritas nasional. Perbedaan antara pasal 11 dari undang-
undang tahun 1933 dengan pasal 10 dan 18 dari undang-undang tahun 1934,
terletak pada :
a) Penggugat
b) Bukti ketergantungan untuk mengandalkan laporan keuangan yang tidak
benar atau menyesatkan.
c) Kewajiban auditor atas kelalaian biasa.

c. Private Securities Litigation Reform Act Tahun 1995


Undang-undang Private Securities Litigation Reform yang disahkan Kongres pada
tahun 1995 dimaksudkan untuk mengurangi risiko litigasi yang ceroboh bagi auditor,
perusahaan yang menjual sekuritasnya kepada publik, dan para pihak yang berafiliasi
dengan penerbit sekuritas, seperti pejabat perusahaan, direktur, serta penasehat
profesional. Reform act ini merevisi secara substansial Security act tahun 1933 dan
1934.
Adapun, ketentuan dalam undang-undang ini akan dijabarkan sebagai berikut :
 Kewajiban Proporsional
Reform Act ini memperkenalkan dan memulai suatu sistem kewajiban
proporsional dimana seorang tergugat yang tidak “mengetahui tindak
pelanggaran” atas hukum sekuritas tetap bertanggung jawab berdasarkan suatu
persentase tanggung jawab. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi tekanan
paksa bagi para pihak yang tidak bersalah untuk menyelesaikan gugatan yang
tidak terlampau berat di luar pengadilan daripada memepertaruhkan risiko bagi
diri sendiri dengan kewajiban yang tidak proporsional atas kerugian dalam kasus
tersebut. Tergugat yang “mengetahui tindak pelanggran” tetap betanggung jawab
secara sendiri-sendiri atau bersama-sama untuk semua kerugian yang dapat
dinilai.

13
Apabila seorang tergugat tidak mengetahui telah melakukan pelanggaran undang-
undang sekuritas, reform act juga memberikan “penutup” atas pembagian
proporsional kerugian yang tidak dapat ditagih dari tergugat lainnya. Apabila
seorang tergugat tidak dapat membayar ganti rugi yang menjadi bagiannya, atau
dari kewajiban para tergugat secara sendiri-sendiri atau bersama-sama maka
setiap tergugat yang bertanggung jawab atas bagian proporsional dari jumlah yang
tidak dapat ditagih tersebut, sampai jumlah yang setara dengan tambahan 50%
dari bagian awal yang harus dibayar tergugat.

 Menutup Kerugian Aktual


Reform Act juga menutup kerugian aktual yang timbul menurut Undang-undang
sekuritas berdasarkan harga pembelian investor atas sebuah sekuritas dan harga
perdagangan rata-rata selama periode 90 hari setelah tanggal informasi diterbitkan
yang mengoreksi adanya salah saji dan pengabaian dalam laporan keuangan.

 Tanggung Jawab untuk Melaporkan Tindakan Melanggar Hukum


Reform Act menetapkan persyaratan pelaporan baru kepada auditor yang
mendeteksi atau menyadari adanya tindakan melanggar hukum yang dilakukan
oleh pihak yang menerbitkan sekuritas. Apabila seorang auditor menyimpulkan
bahwa suatu tindakan melanggar hukum memiliki pengaruh yang material atas
laporan keuangan, sementara manajemen senior belum mengambil langkah yang
tepat, dan kegagalan tersebut menjadi alasan penerbitan laporan yang
menyimpang dari laporan standar atau bahkan pengunduran diri auditor dari
perikatan, maka auditor harus segera melaporkan kesimpulan ini langsung kepada
dewan direksi. Selanjutnya dewan akan memberitahu SEC dalam waktu satu hari.
Apabila ternyata dewan tidak menyampaikan laporan tersebut dengan tepat waktu
kepada SEC, maka auditor harus membuat laporan kepada SEC. Secara eksplisit
Reform Act menyatakan bahwa auditor tidak bertanggungjawab secara pribadi
atas temuan, kesimpulan, atau pernyataan yang dibuat dalam laporan tersebut.

Perubahan Lain yang Diberikan oleh Reform Act


Reform Act juga memberikan kelonggaran bagi profesi akuntan. Undang-undang
ini :
a) Mewajibkan penggugat membayar imbalan dan pengeluaran yang layak bagi
penasehat hukum yang digunakan oleh tergugat yang secara langsung terkait
dengan litigasi yang diputuskan oleh pengadilan sebagai ceroboh dan tidak benar.

14
b) Memberikan tenggang waktu untuk berusaha menyelesaikan masalah yang ada,
sehingga dapat mengurangi biaya yang seringkali mendorong pihak yang tidak
bersalah untuk mengajukan gugatan class action.
c) Membatasi kerugian akibat tindakan hukum dengan cara menghapus kecurangan
sekuritas sebagai dasar mengambil tindakan menurut Racketeer Influenced and
Corrupt Organization Act, yang menjatuhkan hukuman tiga kali lipat.
d) Membatasi hak pihak ketiga untuk menggugat dengan cara membatasi umlah
berapa kali seseorang dapat menjadi wakil penggugat sebnayak tidak lebih dari
lima class action selam aperiode 3 tahun dan dengan mewajibkan adanya alasan
standar yang lebih ketat yang harus dipenuhi oleh penggugat.
e) Perubahan tata cara bagaimana pengadilan menunjuk wakil penggugat dalam
suatu class action untuk kepentingan para investor institusional yang pada
umumnya memiliki kepetingan keuangan terbesar dalam ganti rugi tersebut serta
untuk mengurangi adanya “perlombaan menuju ruang pengadilan oleh para
penggugat profesional” yang pada umumnya hnaya memiliki kepentingan yang
paling sedikit.

PERTIMBANGAN LAIN
1. Kewajiban Menurut Racketeer Influenced and Corupt Organization Act
RICO memuat ketentuan perdata yang memperbolehkan semua orang yang secara
pribadi menjadi korban “pola kegiatan pemerasan” untuk menuntut rugi tiga kali lipat
ditambah dengan penggantian imbalan untuk kuasa hukum. Bagaimanapun juga, para
auditor akan tetap dinyatakan bersalah menurut RICO apabila pengadilan
menyimpulkan bahwa hubungan antara auditor dengan klien telah melampaui batas
peran tradisional auditing.

2. Standar Profesional dan Keputusan Hukum


AICPA telah membuat pernyataan berikut tentang pentingnya standar profesional dan
kesaksian pakar yang meyakinkan tentang standar-standar tersebut :
a. Standar komunikasi yang diperlukan diukur menurut prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum (GAAP) dan GAAS yang spesifik, dan apabila tidak
didapati adanya peraturan-peraturan atau kebiasaan yang spesifik, maka akan
digunakan pandangan para pakar (CPA profesional).
b. Para Juri (atau pengadilan dalam hal peradilan tanpa juri) tidak berwenang untuk
mempertanyakan kebijaksanaan standar profesional.

15
Sebaliknya, pendirian SEC tentang standar profesional serta kesaksian pakar dari
kalangan para auditor adalah sebagai berikut :
a. Auditor memiliki kewajiban yang jauh melampaui batas GAAP dan GAAS yang
spesifik atau kebiasaan profesional untuk berkomunikasi secara efektif tentang
informasi yang material.
b. Apabila GAAP dan GAAS ternyata memiliki kekurangan, maka SEC tidak ragu-
ragu meminta badan yan berwenang untuk menetapkan standar kinerja yang
berarti tanpa memperhatikan kesaksian pakar pada standar profesional.

3. Meminimalkan Risiko Litigasi


Para CPA menjalankan praktiknya dalam iklim kebijakan publik nasional yang
sedang menekan pada pentingnya perlindungan bagi konsumen (masyarakat umum)
dari pekerjaan dibawah standar yang dilakukan oleh para profesional. Dari hasil
analisis diatas berbagai kasus pengadilan yang melibatkan para CPA,
direkmendasikan sejumlah tindakan pencegahan yang perlu diambil oleh seorang
CPA untuk meminimalkan risiko terjerat dalam litigasi.
a. Menggunakan surat perikatan untuk semua jenis jasa profesional. Surat-
surat tersebut akan menjadi dasar persetujuan kontraktual serta meminimalkan
risiko kesalahpahaman tentang jasa yang telah disepakati.
b. Melakukan investigasi yang menyeluruh atas klien prospektif. Investigasi
ini penting untuk meminimalkan kemungkinan CPA dikaitkan dengan klien
yang manajemennya tidak memiliki integritas.
c. Lebih menekankan mutu jasa dari pada pertumbuhan. Kemampuan
sebuah kantor akuntan untuk menetapkan staf dengan tepat pada suatu
perikatan merupakan hal yang penting bagi mutu pekerjaan yang dihasilkan.
Penerimaan tugas dengan objek usaha baru yang akan menimbulkan perlunya
kerja lembur yang berlebihan, beban kerja diatas normal, serta kurangnya
supervisi dari profesional yang berpengalaman sebaiknya ditolak.
d. Mematuhi sepenuhnya ketentuan profesional. Kepatuhan pada Statement on
Auditing Standar (SAS) merupakan hal yang penting. Seorang auditor harus
mampu memberikan alasan terjadinya setiap penyimpangan dari pedoman
yang telah ditetapkan.
e. Mengakui keterbatasan ketentuan profesional. Pedoman profesional tidak
mencakup semuanya. Selain itu, pengujian subjektif atas kelayakan dan

16
kewajaran akan digunakan oleh para hakim, juri, dan pejabat pemerintah dalam
menimbang pekerjaan auditor. Auditor harus menggunakan pertimbangan
profesional yang mantap selama audit berlangsung dan dalam penerbitan
laporan audit.
f. Menetapkan dan menjaga standar yang tinggi atas pengendalian
mutu.Kantor CPA dan para auditor secara perorangan bertanggungjawab atas
pengendalian mutu. Review sejawat akan memberikan keyakinan independen
tentang mutu dan efektivitas berlanjut dari prosedur yang telah dirumuskan.
g. Membperhatikan tindak pencegahan dalam perikatan tentang
keterlibatan klien dalam kesulitan keuangan. Ancaman atas keadaan klien
yang tidak solven ataupun kepailitan dapat mengarah pada kesengajaan salah
saji dalam laporan keuangan. Banyak gugatan hukum yang dilancarkkan
terhadap auditor berawal dari kepailitan perusahaan yang terjadi setelah
terbitnya laporan auditor. Auditor harus menimbang dengan cermat kecukupan
dan kompetensi bukti yang diperoleh ketika mengaudit perusahaan tersebut.
h. Mewaspadai risiko audit. Risiko audit yang harus diwaspadai mengandung
informasi penting tentang perkembangan ekonomi dan kebijakan dalam
industri tertentu yang dapat mempengaruhi pemeriksaan auditor dan
pertimbangan profesional. Mengenali risiko audit yang harus diwaspadai akan
sangat membantu dalam menilai kelayakan dan kewajaran laporan keuangan
seorang klien dalam industri tertentu.

17
BAGIAN IV
RANGKUMAN

Profesi akuntan memiliki presentase yang sangat rendah dalam hal perbandingan antara
dugaan kegagalan audit terhadap jumlah audit yang dilaksanakan. Kegagalan audit
diibaratkan seperti kecelakaan nuklir yang jarang terjadi. Namun, apabila terjadi dapat
menimbulkan akibat yang luar biasa. Banyak auditor yang tidak pernah mengalami kegagalan
audit sepanjang karirnya. Namun, dugaan kegagalan audit dapat berdampak buruk bagi setiap
kantor akuntan public. Litigasi yang terjadi telah berdampak besar bagi profesi auditor dalam
hal pengembangan dan standar auditing.

Namun, diawal tahun 90-an perhatian akuntan dan profesi diluar akuntan tertuju pada
terjadinya gugatan yang memaksa KAP membayar dan bertanggung jawab atas kerugian yang
tidak sepenuhnya diakibatkan kegagalan audit. Teori deep pocket muncul sebagai jawaban
atas peristiwa yang menimpa KAP.

Berdasarkan peristiwa tersebut profesi berinisiatif untuk melakukan reformasi hukum


pada tingkat Negara bagian yang dapat mempengaruhi pengungkapan auditor menurut
Undang-undang kebiasaan (common law), undang-undang sekuritas dan hukum Negara
lainnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Boynton C. William, dkk. 2003. Modern Auditing Edisi Ketujuh. Jakarta : Erlangga

Arif Alma (Maret 2014). Kewajiban Hukum Audtior. Diakses 14 September 2016 dari
http://almaarifabadi.blogspot.co.id

19

Anda mungkin juga menyukai