Anda di halaman 1dari 9

Pendidikan Karakter dan Anti Korupsi

Dasar Filosofi dan Posisi Pendidikan Karakter


dalam Pendidikan Nasional

Oleh

Nama : Era Fazira


Nim : A 24118 041

Dosen Pengampu :
Drs. H. Muhammad Ali, M.Si

Program Studi Pendidikan Fisika


Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako
2020

1
A. Tujuan
1. Untuk memahami dasar filosofi implementasi pendidikan karakter
2. Untuk memahami Posisi Pendidikan Karakter Dalam Pendidikan Nasional
B. Pembahasan
a. Dasar Filsofi Implementasi Pendidikan Karakter
Dasar filosofi bagi implementasi pendidikan karakter di Indonesia
mengakar pada kesepakatan para founding father kita saat mendirikan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang lalu, maka dasar filosofinya tentu saja
Pancasila. Karena menurut Soedarsono Pancasila harus disepakati menjadi: a)
dasar negara, b) pandangan hidup, c) kepribadian bangsa, d) jiwa bangsa, e)
tujuan yang akan dicapai, f) perjanjian luhur bangsa, g) asas kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, h) pengalaman pembangunan bangsa,
i) jati diri bangsa. Jadi jelas bahwa ideologi bangsa Indonesia adalah Pancasila.
Pancasila itu sendiri telah terpatri dalam kalbu dan mengalir dalam darah setiap
anak bangsa.
Karakter adalah sesuatu yang sangat penting dan vital bagi tercapainya
tujuan hidup. Karakter merupakan dorongan pilihan untuk menentukan yang
terbaik dalam hidup dan setiap dorongan pilihan itu harus dilandasi oleh
Pancasila untuk menjadi bangsa yang multi suku, multi ras, multi bahasa, mukti
adat, dan tradisi. Karakter yang berlandasan falsafah Pancasila maknanya
adalah setiap aspek karakter harus dijiwai oleh kelima sila Pancasila secara utuh
dan komprehensif sebagai berikut:
1) Bangsa yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa
Merupakan bentuk kesadaran dan perilaku iman dan takwa serta
akhlak mulia sebagai karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Dalam
hubungan manusia Indonesia adalah manusia yang taat menjalankan
kewajiban agamanya masing-masing, berlaku sabar atas segala ketentuan-

2
Nya, ikhlas dalam beramal, tawakal, dan senantiasa bersyukur atas apa pun
yang dikaruniakan Tuhan kepadanya.
Dalam hubungan antar-manusia, karakter ini dicerminkan dengan
saling hormat-mengormati, berkerjasama, dan berkebebasan menjalankan
ibadah sesuai ajaran agamanya, tidak memaksakan agama dan
kepercayaannya kepada orang lain, juga tidak melecehkan kepercayaan
agama seseorang.
2) Bangsa yang Menjunjung Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Diwujudkan dalam perilaku hormat menghormati antar warga dalam
masyarakat sehingga timbul suasana kewargaan yang saling bertanggung
jawab, adanya saling hormat menghormati antar warga bangsa sehingga
timbul keyakinan dan perilaku sebagai warga megara yang baik, adil dan
beradab, sehingga memunculkan perasaan hormat dari bangsa lain.
Karakter kemanusiaan tercermin dalam pengakuan atas kesamaan
derajat, hak dan kewajiban, saling mengasihi, tenggang rasa, peduli, tidak
semena-mena terhadap orang lain, gemar melakukan kegiatan kemanusiaan,
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, berani membela kebenaran dan
keadilan, merasakan dirinya sebagai bagian dari seluruh warga bangsa dan
umat manusia.
3)  Bangsa yang Mengedepankan Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Memiliki komitmen dan perilaku yang selalu mengutamakan persatuan
dan kesatuan Indonesia di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan
golongan. Karakter tercermin dalam menempatkan persatuan, kesatuan,
kepentingan, dan keselamatan bangsa di atas kepentingan pribadi atau
golongan, suka bergotong royong dengan siapa saja saudara sebangsa, rela
berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, bangga sebagai bangsa
Indonesia yang bertanah air Indonesia serta menjunjung tinggi bahasa
Indonesia, memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa, cinta
tanah air dan negara Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

3
4) Bangsa yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak
Asasi Manusia
Bangsa ini merupakan bangsa yang demokratis yang tercermin dari
sikap dan perilakunya yang senantian dilandasi nilai dan semangat
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, menghargai pendapat orang lain.
Hikmat kebijaksanaan: tidak adanya tirani mayoritas atau sebaliknya
juga tidak ada tirani minoritas. Tidak ada yang memaksakan kehendak atas
nama maoritas, atau selalu berharap adanya toleransi (salah dan merugikan
sebagai warga) atas nama minoritas.
Karakter kerakyatan tercermin dari sikap ugahari dan bersahaja, karena
sikap tenggang rasanya terhadap rakyat kecil yang menderita, selalu
mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara, mengutamakan
musyawarah untuk mufakat dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama, beritikad baik dan bertanggung jawab dalam melaksanakan
keputusan bersama, menggunakan akal sehat dan nurani luhur dalam
melakukan musyawarah, berani mengambil keputusan yang secara moral
dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Esa serta selalu dilandasi
nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
5) Bangsa yang Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan
Memiliki komitmen dan sikap untuk mewujudkan keadilan dan
kesejahteraan rakyat dan seluruh bangsa Indonesia. Karakter berkeadilan
sosial tercermin dalam perbuatan yang menjaga adanya kebersamaan,
kekeluargaan, dan kegotongroyongan, menjaga harmonisasi antara hak dan
kewajiban, hormat terhadap hak-hak orang lain, suka menolong orang lain,
menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain, tidak boros, tidak bergaya
hidup, suka bekerja keras, menghargai karya orang lain.

4
b. Posisi Pendidikan Karakter Dalam Pendidikan Nasional
Keberadaan dan pentingnya pendidikan karakter bagi para peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa tentu saja bukan sesuatu yang tanpa dasar.
Mengakar pada kesepakatan para founding fathers kita saat mendirikan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, maka dasar filosofisnya tentu saja Pancasila.
Betapa dianggap pentingnya pendidikan karakter ini bagi kemajuan
bangsa dan negara Indonesia sehingga semua kalangan tidak hanya di dunia
pendidikan, diberikan tanggungjawab yang sama dalam rangka
mengembangkan pendidikan karakter.
Pentingnya pendidikan karakter ini juga dapat dilihat bahwa para
pemimpin negeri ini menyebut pendidikan karakter tidak lagi sebagai
pendidikan karakter melainkan pembentukan karakter bangsa. Hal itu didasari
kesadaran bahwa untuk membangun bangsa ini harus membangun karakter para
generasi penerusnya terlebih dahulu.
Selain itu, pendidikan juga dipercaya sebagai wadah yang dapat
membangun kecerdasan peserta didik serta dapat menjadi wadah membangun
kepribadian peserta didik kearah yang lebih baik. Jika dilihat pada zaman dulu,
pendidikan karakter tidak terlalu diperhatikan karena pada zaman dahulu anak-
anak telah mendapatkan pelajaran dan pemahaman tentang moral dan etika dari
orang tua atau yang dituakan didaerah tempat ia tinggal. Namun karena
berkembangnya zaman, hal ini semakin tersingkir dan anak pada zaman
sekarang lebih diajari tentang kemajuan teknologi. Karena banyaknya informasi
yang masuk tanpa ada saringan terlebih dahulu, anak dengan mudah mencontoh
apa yang dilihat, contohnya pergaulan bebas dan narkoba. Oleh karena itu,
pemerintah mulai menjadikan masalah ini sebagai latar belakang pendidikan
karakter pada sekolah sekolah resmi.
Bahwa pendidikan karakter sejalan dengan prioritas pendidikan nasional,
hal ini dapat dilihat dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada setiap

5
jenjang pendidikan, yang mana didalamnya terkandung nilai dan karakter yang
harus dimiliki oleh peserta didik sesuai dengan jenjang pendidikannya.
Dalam kebijakan nasional, ditegaskan bahwa pembangunan karakter
bangsa merupakan kebutuhan asasi dalam proses berbangsa dan bernegara.
Sejak awal kemerdekaan sudah bertekad untuk menjadikan pembangunan
karakter bangsa sebagai paham penting dan tidak dipisahkan dari pembangunan
nasional. Secara eksplisit pendidikan karakter/watak adalah amanat Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang pada
Pasal 3 menegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak berfungsi serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkahlak mulia, sehat, berilmu,
cakap. kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.
Dalam arah dan kebijaksanaan dan perioritas pendidikan karakter
ditegaskan bahwa pendidikan karakter bahwa pendidikan karakter sudah
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pencapaian visi
pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Tahun 2005-2025. Bahwa pendidikan karakter sejalan dengan prioritas
pendidikan nasional, dapat dicermati dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
dan telah diterbitkan Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang SKL.
Ajaran atau fatwa Ki Hajar Dewantara yang menjadi pegangan perguruan
Taman Siswa sarat akan pendidikan karakater. Di antara fatwa beliau yang
terlihat sekali menonjolkan positioning karakter dalam pendidikan nasional
antara lain adalah:
1) Lawan Sastra Negeri Mulya: dengan ilmu kita mencapai keberhasilan
hidup. Cita-cita KHD adalah dengan memupuk jiwa kuriositas yang tinggi

6
dalam mencari ilmu, dan rakyat dapat mencapai kemuliaan, disegani dan
dihargai dalam percaturan dunia.
2) Suci Tata Ngesti Tunggal: memerlukan kesucian batin, kejernihan pikiran,
cita-cita yang luhur, dan ketertiban lahir, atau kedisiplinan nasional, untuk
mencapai cita-cita mulia yang berupa kemajuan dan kesuksesan seluruh
nusa, bangsa, dan rakyat Indonesia.
3) Tetep-Mantep-Antep: dalam melaksanakan tugas kependidikan dan
pembangunan bangsa harus berketetapan hati (tetep). Tekun bekerja tanpa
menoleh kanan-kiri yang berarti melenakan perjuangan. Tekun tata tertib
berjalan maju. Harus selalu mantep, setia dan taat atas asas, teguh iman
sehingga tidak ada ketakutan yang dapat menahan gerak dan langkah kita
dan membelokkan jalan perjuangan kita. Jika tetep dan mantep maka
niscaya segala perbuatan dan tindak tindak laku kita akan antep, berat berisi,
dan berharga.
4)  Ngandel, Kendel, Bandel, Kandel: kita harus percayai dan yakin
sepenuhnya, ngandel, pada kekuasaan dan takdir Tuhan dan pada kekuatan
serta kemampuan diri sendiri. Sedangkan kandel, berani menghadapi segala
sesuatu yang merintangi. Sedangkan bandel, kokoh, teguh hati, tahan
banting disertai sikap tawakal akan segala kehendak Tuhan. Dengan
demikian jadilah diri kita kandel, tebal, kuat alhir batin, sebagai azimat
dalam berjuang menuju cita-cita kebangsaan.
5) Neng-Ning-Nung-Nong: kita harus tenteram lahir batin, Neng, meneng,
tidak berarti ragu-ragu dan malu-mau. Ning dari kata wening, bening, jernih
pikiran kita, tidak mengedepankan emosi, mampu dan mudah membedakan
antara yang hak dan batil. Sehingga kita menjadi Nung, hanung, kokoh kuat
sentausa, teguh, kukuh lahir batin untuk mencapai cita-cita. Jika ketiga sudah
dicapai maka kita mencapai Nong, menang, wenang, memperoleh
kemenangan dan memiliki kewenangan berhak dan kemulian lahir dan batin.

7
C. Kesimpulan
Dasar filosofi bagi implementasi pendidikan karakter di Indonesia mengakar
pada kesepakatan para founding father kita saat mendirikan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang lalu, maka dasar filosofinya tentu saja Pancasila. Karena
menurut Soedarsono Pancasila harus disepakati menjadi: a) dasar negara, b)
pandangan hidup, c) kepribadian bangsa, d) jiwa bangsa, e) tujuan yang akan
dicapai, f) perjanjian luhur bangsa, g) asas kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara, h) pengalaman pembangunan bangsa, i) jati diri bangsa. Jadi jelas
bahwa ideologi bangsa Indonesia adalah Pancasila. Pancasila itu sendiri telah
terpatri dalam kalbu dan mengalir dalam darah setiap anak bangsa.
Dalam kebijakan nasional, ditegaskan bahwa pembangunan karakter bangsa
merupakan kebutuhan asasi dalam proses berbangsa dan bernegara. Sejak awal
kemerdekaan sudah bertekad untuk menjadikan pembangunan karakter bangsa
sebagai paham penting dan tidak dipisahkan dari pembangunan nasional. Secara
eksplisit pendidikan karakter/watak adalah amanat Undang-undang Nomor 23
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang pada Pasal 3 menegaskan
bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak berfungsi serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berkahlak mulia, sehat, berilmu, cakap. kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

8
DAFTAR PUSTAKA
Mastapala, Firdaus.2014. Pendidikan Karakter (Dasar Filosofi & Posisi). (Online)
Terdapat di https://firdausimastapala.blogspot.com/2014/10/pendidikan-
karakter-dasar-filosofi.html. Di akses pada tanggal 7 Oktober 2020
Character Education. 2017. Posisi Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Nasional.
(Online) Terdapat di http://cebt135.blogspot.com/2017/04/posisi-pendidikan-
karakter-dalam.html. Di akses pada tanggal 7 Oktober 2020

Anda mungkin juga menyukai